Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGARUH BULLYING TERHADAP


KESEHATAN MENTAL ANAK

Oleh :
Kezia Irene Caroline Sitorus
XII IPA 1

SMA SANTO THOMAS 3 MEDAN


T.P. 2022/2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan hasil karya tulis ilmiah saya yang
berjudul ‘PENGARUH BULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL
ANAK’.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu J.Situmorang yang telah
membimbing dan membantu saya dalam proses penyusunan karya ilmiah ini.
Ucapan terimakasih juga kepada diri saya sendiri atas kerja-keras saya dalam
menuntaskan karya ilmiah ini.
Saya sangat berharap semoga dengan pembuatan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi saya. Saya juga berharap semoga makalah ini
dapat menjadi pembelajaran kepada pembaca, bahkan saya berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
karya ilmiah yang disusun karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Medan, 8 Maret 2023

Kezia Irene Caroline Sitorus

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................3
BAB 2: PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN BULLYING...........................................................................................4
2.2 DAMPAK BULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL...................................4
2.3 UPAYA MENGATASI BULLYING..............................................................................5
BAB 3: PENUTUP..........................................................................................................................8
3.1 SIMPULAN.....................................................................................................................8
3.2 SARAN............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena school bullying atau bullying mulai
mendapat perhatian peneliti, pendidik, organisasi perlindungan, dan toko
masyarakat. Pelopornya adalah Profesor Olweus dari University of Bergen yang
sejak 1970-an di Skandinavia mulai memikirkan secara serius tentang fenomena
bullying di sekolah. Maraknya bullying pada anak –anak saat ini mulai terjadi.
Bullying tidak hanya terjadi pada anak usia remaja. Saat ini anak usia Sekolah
Dasar (SD) sudah mulai mengenal bullying. Secara tidak disadari, mereka
melakukan tindakan bullying kepada teman sebaya ataupun teman sekelas.
Tindakan yang mereka lakukan biasanya yaitu, mengejek teman, menjauhi teman,
mengancam, bahkan melakukan tindakan fisik seperti memukul dengan tangan.
Salah satu kasus kematian akibat bullying adalah kematian anak remaja usia 13
tahun berinisial FK yang melakukan aksi bunuh diri pada 15 Juli 2005. Kematian
siswi Sekolah Dasar ini dipicu oleh rasa minder dan frustasi karena sering diejek
sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya.
Bullying muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan
penghukuman, terutama fisik, akibat buruknya sistem dan kebijakan pendidikan
yang berlaku, yaitu muatan kurikulum yang hanya mengandalkan aspek kognitif
dan mengabaikan pendidikan dengan kemampuan efektif. Lingkungan sekolah
dan keluarga menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan
bullying yang dilakukan oleh anak. Hal ini berarti bahwa orang tua dan guru
memiliki faktor penting dalam tumbuh kembang anak di rumah maupun di
sekolah. Tontonan mereka seperti televisi, youtube, ataupun saluran media sosial
yang lain juga menjadi faktor anak menjadi pelaku bullying.
Di sebagian besar negara Barat, bullying dianggap sebagai hal yang serius
karena cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dampak dari perilaku
bullying sangat negatif. Menurut Rigby, penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang menjadi korban akan mengalami kesulitan dalam
bergaul, merasa takut datang ke sekolah, sehingga absensi mereka tinggi dan
tertinggal pelajaran, dan kesehatan mental maupun fisik jangka pendek maupun
jangka panjang korban akan terpengaruh.
Perilaku bullying sepatutnya mendapatkan perhatian khusus oleh para praktisi
pendidikan. Sebab, dampak yang ditimbulkan oleh bullying jika dibiarkan akan
menjadi fatal. Bahkan anak bisa bunuh diri karena bullying. Sebagian dari mereka
merasa tertekan karena sering dibully. Korban bullying biasanya cenderung diam
dan tidak mau bercerita tentang tindakan bullying yang dialami.
Anak korban bullying biasanya cukup lama dalam menerima pelajaran yang
diberikan. Hal ini disebabkan karena anak merasa tertekan saat di dalam kelas dan
bertemu dengan pelaku bullying. Anak juga merasa dirinya terancam. Sehingga ia

tidak fokus kepada pelajaran justru fokus kepada bagaimana caranya agar tidak di
bully.
Pendidikan merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu
1
2

yang sering berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini baik antara guru
dengan para siswa maupun antar siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan
peristiwa psikologis. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk
dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa
secara tepat.
Korban bullying rentan mengalami kekerasan. Secara umum, kekerasan
diartikan sebagai perilaku yang dapat menyebabkan keadaan perasaan atau tubuh
(fisik) menjadi tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman ini bisa berupa
kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, ketersinggungan, kejengkelan, atau
kemarahan. Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk di sekolah. Berdasarkan
hasil penelitian Heddy Shri Ahimsa Putra di enam kota besar di Indonesia yaitu
Medan, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang, dan Kupang, kekerasan yang paling
banyak dialami oleh anak adalah kekerasan fisik dalam banyak bentuk dan
variasinya, kemudian disusun kekerasan mental dan seksual. Lokasi kekerasan
yang dialami anak sebagian besar di rumah, kemudian di sekolah, dan selanjutnya
di tempat umum. Pelaku kekerasan umumnya adalah orang yang paling sering
berinteraksi dengan anak, seperti orang tua, guru, dan teman.
Dampak dari bullying secara umum adalah korban mengalami tekanan
kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan ilmu kesehatan jiwa yang
memasalahkan kehidupan rohani yang sehat, dengan memandang pribadi manusia
sebagai satu totalitas psikofisik yang kompleks. Menurut Daradjat, kesehatan
mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan
lingkungannya.
Berdasarkan penjajagan awal di lapangan, peneliti menemukan sebuah kasus
yang menarik. Peneliti menemukan siswa yang mengalami tindakan bullying oleh
teman satu kelas. Korban diejek, dijauhi oleh siswa yang lain, korban juga
diancam oleh siswa yang lain. Akibatnya, korban mengalami tekanan. Korban
menjadi pendiam, suka menyendiri, takut kepada teman sekelas. Dalam kasus ini,
pelaku bullying tidak hanya satu atau dua siswa, hampir semua siswa dalam kelas
tersebut ikut mem bully korban. Hal yang dikhawatirkan yaitu kondisi mental
korban, karena dalam kasus ini korban merasa dirinya tidak nyaman saat di dalam
kelas.
Dalam unsur individu yang memiliki mental yang sehat maka terdapat dua
unsur didalam individu tersebut yaitu unsur kesehatan mental dan kesejahteraan
sosial. Manusia tidak dipandang sebagai unsur yang terpisah dari kehidupan sosial,
melainkan dalam hubungan dengan lingkungan serta sesamanya. Interaksi dengan
sesame manusia itulah yang justru sangat menentukan taraf corak kesehatan
dalam perkembangan mental seseorang. Dalam hubungannya dengan fisik atau
raga, kita bisa meninjau dan memahami peranan gangguan perasaan. Perasaan
memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Mendapatkan rasa
senang dan gembira, rasa puas (satisfaction) serta bahagia, merupakan tujuan
bermacam ikhtiar manusia sehari-hari.

Perasaan sangat mempengaruhi fungsi tubuh. Seseorang yang malu akan


menjadi merah kulit mukannya, rasa takut menyebabkan jantung berdebar,
kesedihan yang mendalam menyebabkan orang menangis dan kelenjar air mata
mengeluarkan air mata, rasa kesal hati dan dongkol yang disertai ketegangan dan
yang berlangsung lama dapat menyebabkan lambung “menangis” dan
mengeluarkan asam lambung secara berlebihan. Keadaan tersebut sering menjurus
3

pada kondisi yang dikenal oleh umum dengan nama “sakit maag”, atau gastritis.
Para dokter mengenal seribu satu macam gangguan tubuh yang terjadi atas dasar
gangguan alam perasaan, misalnya sebagai akibat ketegangan batin dan konflik
mental.
Jadi dapat diartikan bahwa kegiatan schholl bullying selain dapat melukai fisik
korban bullying, bullying juga dapat mengganngu pertumbuhan mental seseorang,
karena school bullying dapat mengganggu kesehatan mental seseorang maka juga
dapat dikatakan bahwa perkembangan emosinya terganggu, tidak dapat
berkembang dengan baik. Dapat menjadikan seseorang tidak percaya diri akan
kemampuan dirinya sehingga tidak dapat mengembangkan kemampuan dirinya,
selain itu school bullying yang dapat menganggu perkembangan kesehatan mental
individu juga dapat mempengaruhi kesehatan individu tersebut, maka bullying
dapat menghambat perkembangan mental seseorang sehingga mempengaruhi
prestasi belajarnya di sekolah serta tidak dapat berkembang menjadi individu yang
semestinya sesuai dengan perkembangannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan adalh
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku bullying?
2. Bagaimana dampak perilaku bullying terhadap kesehatan mental anak?
3. Apa upaya sekolah dalam mengurangi perilaku bullying?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :


1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku bullying.
2. Mengetahui pengaruhi bullying terhadap kesehatan mental.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BULLYING

Bullying merupakan aktivitas sadar yang tujuannya untuk melukai dan


menyakiti seseorang dan dilakukan secara berulang-ulang. Olweus (1997)
mengatakan bahwa bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan
seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi
berulangulang yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara
pelaku dan korban. Perilaku bullying ini tidak lepas dari yang namanya keinginan
untuk berkuasa dan juga menjadi seseorang yang ditakuti di lingkungan
sekolahnya.
Menurut Siswati dan Widayanti (2009) perilaku bullying merupakan salah satu
bentuk dari perilaku agresi. Seperti ejekan, hinaan, dan ancaman seringkali
merupakan sebagai suatu pancingan yang dapat mengarah ke agresi. Menurut
Coloroso (Siswati & Widayanti, 2009) bullying akan selalu melibatkan adanya
ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman agresi lebih lanjut,
dan teror. Menurut Smith dan Thompson (Yusuf & Fahrudin, 2012) bully
diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang dilakukan secara sengaja dan
menyebabkan kecederaan fisik serta psikologikal yang menerimanya. Sehingga
dapat diartikan bahwa pelaku bullying ini menyerang korban secara sadar dan
sengaja tanpa memikirkan kondisi korban.
Berdasarkan pengertian di atas, bullying dapat diartikan sebagai salah satu
bentuk perilaku agresivitas yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan
untuk melukai dan menindas seseorang yang di anggapnya lebih rendah dan lebih
lemah dari diri pelaku bullying guna untuk memperoleh kekuasaan dan ditakuti.

2.2 DAMPAK BULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL

Perilaku bullying bukanlah perkara remeh. Ini adalah suatu tindakan


mengintimidasi seseorang melalui sikap, tindakan dan perkataan. Jadi perilaku ini
tidak terbatas pada kekerasan secara fisik saja, tetapi juga menyerang psikis.
Gosip, mengejek hingga pengucilan adalah salah satu contoh tindakan
mengintimidasi yang bisa menyerang psikis orang.
Tentunya perilaku bullying ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman. Dan
tanpa disadari, kesehatan mental anak bisa terganggu. Berikut adalah beberapa
pengaruh bullying yang bisa mempengaruhi kesehatan mental anak :
1. Perasaan Kecemasan Hingga Depresi
Korban bullying anak akan merasa tertekan secara terus menerus hingga
mengakibatkan gangguan psikosomatis atau keluhan fisik akibat tekanan
pikiran dan batin. Anak yang menjadi korban bullying sering mengalami
gejala psikosomatis akibat cemas. Contohnya merasa sakit perut dan
pusing saat hendak ke sekolah padahal kondisi fisiknya tidak bermasalah.
2. Sulit Tidur
4
5

Perilaku bullying dapat mempengaruhi pola tidur anak yang menjadi


korban perundungan. Perasaan tertekan itu bisa terjadi kapan saja, apalagi
ketika di momen sendirian di kamar. Ia akan merasa sulit untuk tidur atau
tidur yang tidak nyenyak. Terbangun di tengah malam karena mimpi
buruk bakal sering terjadi.
3. Menjadi Kurang Nafsu Makan
Selain sulit tidur, korban bullying juga bisa merasakan tidak nafsu makan.
Rasa cemas dan tertekan terjadi setiap waktu, yang membuat tidak ingin
melakukan hal apapun, salah satunya aktivitas makan. Tidak nafsu makan
mungkin bisa menjadi tanda anak sedang sakit, namun bagi korban
bullying bisa terjadi terus menerus. Bila ini dibiarkan bisa mempengaruhi
kesehatan fisik dan asupan gizi yang terus berkurang.
4. Prestasi Akademis Turun
Anak korban bullying akan merasa sulit berkonsentrasi ketika belajar, baik
di sekolah maupun di rumah. Hal ini dapat mengakibatkan sang anak tidak
mampu menyerap pelajaran dengan baik. Hal ini secara langsung bisa
menurunkan prestasi akademiknya. . Korban bullying juga bisa saja untuk
membolos (bahkan sering) karena merasa takut untuk bertemu yang
membully-nya di sekolah.
5. Tidak Percaya Diri
Salah satu tanda akibat bullying terhadap kesehatan mental ialah anak
akan menjadi tidak percaya diri seperti biasanya, merasa rendah diri dan
merasa dirinya tidak berharga di mata orang lain. Hal ini bakal menganggu
kemampuan bersosialisasi anak bahkan ketika telah berusia dewasa.
6. Suka Menyendiri
Korban bullying secara perlahan akan menarik diri dari segala kehidupan
sosial dan mengurung diri. Ia akan menghindari hubungan dengan teman
atau orang lain, bahkan bisa menghindari keluarganya sendiri. Perasaan
trauma ini yang sulit dihadapi, tetapi juga sang korban tidak tahu harus
membicarakannya kepada siapa. Artinya, korban tidak percaya kepada
siapapun.
7. Memiliki Keinginan Bunuh Diri
Pengaruh bullying terhadap kesehatan mental anak yang cukup berbahaya
dan tidak boleh disepelekan. Anak yang mengalami bullying dapat
mengalami depresi yang tak berujung hingga memiliki keinginan untuk
mengakhiri hidup. Walaupun itu hanya candaan saja ketika sedang
mengobrol bersama seseorang, jangan dianggap remeh. Itulah dampak
kesehatan mental anak akibat bullying, khususnya bila terjadi di sekolah.
Topik tentang kesehatan mental terkadang tidak dipahami atau diabaikan
oleh sebagian orang tua. Padahal, kesehatan mental anak bisa
mempengaruhi kehidupan mereka ketika telah beranjak dewasa.

2.3 UPAYA MENGATASI BULLYING


Bullying dapat dicegah jika anak, orangtua, dan pihak sekolah mau
bekerjasama. Berbagai cara mengatasi bullying di bawah ini ada sebagai berikut :
1. Berikan dukungan pada anak
Hal pertama yang harus orangtua lakukan untuk menghentikan bullying
adalah berbicara dengan anak, terutama jika mereka menjadi korban
6

bullying. Cobalah untuk lebih peka terhadap perasaan anak dan tunjukan
kepedulian Anda sebagai orangtua lewat kata-kata sekaligus tindakan.
Meski Anda mungkin belum bisa menyelesaikan masalah bullying yang
dialami anak, penting bagi mereka untuk mengetahui bahwa orangtuanya
selalu peduli dan mendukung dalam segala situasi.
2. Menjadi panutan yang baik
Bullying adalah perilaku yang dapat dicontoh anak dari orang lain. Anak-
anak biasanya mengikuti perilaku bullying dari orang dewasa. Maka dari
itu, Anda disarankan untuk selalu menjadi panutan yang baik sebagai cara
pencegahan bullying. Tunjukan sifat dan perilaku positif kepada anak
sejak usia dini.
3. Membekali anak dengan pengetahuan tentang bullying
Sampai saat ini, masih ada anak yang belum tahu bagaimana cara
mengatasi bullying. Membekali anak dengan pengetahuan tentang bullying
dapat menjadi cara efektif untuk mengatasi perundungan di lingkungan
Anda. Orangtua atau guru disarankan untuk berbicara secara terbuka
mengenai isu bullying kepada anak. Selain itu, jangan lupa untuk memberi
tahu cara-cara menghindari bullying, seperti memahami perilaku apa yang
termasuk dalam perundungan sehingga mereka bisa menghindarinya.
Tidak hanya anak-anak, para guru dan orangtua juga perlu dibekali dengan
pengetahuan tentang bullying. Pembekalan ini dapat membuat mereka tahu
apa yang harus dilakukan jika ada peristiwa bullying yang terjadi di
sekelilingnya.
4. Mendirikan komunitas stop bullying
Mendirikan komunitas anti bullying di lingkungan rumah atau sekolah
dapat menjadi cara untuk mengatasi perundungan. Akan tetapi, harus ada
banyak pihak yang turut serta dalam komunitas ini, seperti: murid,
orangtua, guru, supir antar-jemput murid, dokter di sekolah, penjaga
kantin. Dengan begitu, usaha pencegahan Anda dalam memerangi bullying
dapat lebih efektif karena banyak pihak yang membantu.
5. Ajarkan anak untuk melawan bullying
Untuk mewujudkan stop bullying, ajari anak untuk melawan pelaku
perundungan. Menurut American Psychological Association (APA),
orangtua perlu mengajari anak untuk melawan bullying jika mereka
dihadapkan dengan pelakunya. Melawan bukan berarti harus melakukan
tindakan fisik, tapi bisa juga dalam bentuk mengacuhkan pelaku bullying.
Tidak hanya itu, bantulah anak untuk berani mengadu pada teman atau
guru jika mereka menjadi korban bullying.
6. Biarkan anak melakukan hobinya
Menurut situs Stop Bullying, orangtua disarankan untuk membiarkan
anak-anak melakukan hobinya yang positif. Solusi bullying ini dipercaya

dapat membangun rasa percaya diri anak, membantunya mendapatkan


teman baru, dan mencegah mereka menjadi pelaku atau korban bullying.
7. Ciptakan lingkungan penuh kasih sayang di rumah
Seperti yang sudah diketahui, anak-anak akan meniru perlakuan
orangtuanya. Jika orangtua melakukan tindakan kekerasan di rumah, anak
pun bisa menirunya di luar rumah. Maka dari itu, ciptakan lingkungan
penuh kasih sayang di rumah supaya anak-anak dapat meniru perilaku
positif saat mereka bersama teman-temannya. Hal ini merupakan cara
7

mencegah bullying yang wajib dilakukan.


8. Membantu pelaku bullying untuk menghentikan perilaku buruknya
Selain fokus kepada korban bullying, pelaku bullying juga perlu dibantu
untuk bisa berhenti melakukan perilaku buruknya. Cobalah untuk
berbicara dengan pelaku bullying dan ajari mereka tentang empati dan
kepercayaan. Ajarkan juga bahwa perilaku yang mereka lakukan termasuk
dalam tindakan bullying yang bisa membahayakan orang lain.
9. Minta saksi mata untuk tidak takut melaporkan kasus bullying
Terkadang, saksi mata yang melihat kasus bullying merasa takut atau tidak
punya wewenang untuk mengadukannya. Maka dari itu, pihak sekolah
atau orangtua disarankan untuk mendorong orang-orang yang
menyaksikan bullying untuk melaporkannya. Ingat, jika Anda terus diam
saat melihat tindakan bullying, perilaku buruk ini akan terus merajalela.
Maka dari itu, untuk mengatasi bullying, jangan takut melaporkan kasus
perundungan kepada pihak yang berwenang.
10. Meningkatkan kesadaran bullying di antara orangtua
Jika Anda satu-satunya orangtua yang bekerja sendirian dalam
menggalangkan program stop bullying di sekolah, maka upaya ini sulit
membuahkan hasil. Maka dari itu, cobalah tingkatkan kesadaran tentang
bullying atau perundungan di antara orangtua lainnya. Ajak mereka untuk
mengadakan pertemuan bersama-sama guna membicarakan masalah
bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.
8

BAB 3 PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah bullying adalah suatu tindakan negatif
yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan
dengan tujuan untuk melukai dan membuat seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan pada alasan
mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir sampai pada
keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman moral bukan
tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir
sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Peserta didik
dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan dahulu perbuatan yang
akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti atau melakukan
bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang
wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi
berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa mendatang.
Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang
menunjang untuk perkembangannya.
Sebagai orang dewasa, kita harus bisa menuntun dan mengajarkan pada anak-
anak tentang perilaku moral dan perbedaan perilaku baik dan buruk. Serta
konsekuensi jika melakukan tindakan yang buruk. Agar anak-anak dapat memiliki
pemahaman tentang adanya konsekuensi atas setiap tindakan dan pilihan yang
mereka buat. Hal ini dapat mendidik anak untuk terbiasa berpikir sebelum
bertindak, dan menimbangkan konsekuensi yang akan terjadi atas tindakan
mereka.
Terlebih dari itu, kita juga harus bisa mengedukasi anak atas buruknya tindak
bullying, baik jika hanya bercanda maupun dilakukan dengan serius. Tindak
bullying akan memberikan dampak berkepanjangan terhadap korban, pelaku,
maupun saksi. Terhadap korban, maka akan membuat mental korban tersebut
cenderung lebih pemalu, penakut, pendiam, dan tidak ingin mengekspresikan diri.
Bahkan pada beberapa kasus, korban bullying akan memiliki sifat ingin menyakiti
diri sendiri, depresi, anxiety, dan penyakit mental lainnya. Pada pelaku bullying,
akan menimbulkan sifat paling hebat, percaya diri berkelebihan, keras kepala, dan
kasar yang biasanya akan terbawa hingga usia tua. Dan pada saksi, akan muncul
sifat bodo amat akan hal buruk yang terjadi di depan mata, dan tidak peduli serta
tidak dapat bersimpati.

3.2 SARAN

Dari Kesimpulan di atas dapat disarankan :


1. Hendaknya pihak sekolah proaktif
Dengan membuat program pengajaran keterampilan sosial,problemsolving,
manajemen konflik, dan pendidikan karakter.

8
9

2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di


dalam maupun di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara
guru BK, guru-guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan
bullying antar pelajar di sekolah.
10

DAFTAR PUSTAKA

(SEJIWA), Yayasan Semai Jiwa Amini. Bullying Mengatasi Kekerasan di


Sekolah dan Lingkungan, Jakarta: PT. Grasindo. 2008.

Astuti, Ponny Retno. Meredam Bullying 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan


Pada Anak. Jakarta: PT Grasindo. 2008.

Burhanuddin, Yusak. Kesehatan Mental Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen


MKK. Bandung: Pustaka Setia.1999 M.

Hidayati, Nurul. Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi,


Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik, Vol. 14.No. 01.
http://dominique122.blogspot.com/2015/05/pengertian-bullying-dan
penjelasannya.html?m=1. Diakses pada tanggal 22 Mei 2019.

https://eprins.walisongo.ac.id/3468/3/101111059_Bab2.pdf&sa=U&ved=2ahUKE
wixml3sifjiAhUKEawKHXBBGEQFjAAegQICRAB&usg=AOvVaw2Q1nXmfX
deCuZ2ssmF04ug.
https://id.m.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2019.
https://www.academia.edu/28565577/METODE_METODE_PENAGANAN_GA
NGGUAN_KESEHATAN_MENTALDiakses pada tanggal 20 Juni 2019.
https://www.sudahdong.com/dampak-bullying-bagi-siswa/ . Diakses pada tanggal
20 Juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai