Oleh :
Kezia Irene Caroline Sitorus
XII IPA 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan hasil karya tulis ilmiah saya yang
berjudul ‘PENGARUH BULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL
ANAK’.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu J.Situmorang yang telah
membimbing dan membantu saya dalam proses penyusunan karya ilmiah ini.
Ucapan terimakasih juga kepada diri saya sendiri atas kerja-keras saya dalam
menuntaskan karya ilmiah ini.
Saya sangat berharap semoga dengan pembuatan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi saya. Saya juga berharap semoga makalah ini
dapat menjadi pembelajaran kepada pembaca, bahkan saya berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
karya ilmiah yang disusun karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................3
BAB 2: PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN BULLYING...........................................................................................4
2.2 DAMPAK BULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL...................................4
2.3 UPAYA MENGATASI BULLYING..............................................................................5
BAB 3: PENUTUP..........................................................................................................................8
3.1 SIMPULAN.....................................................................................................................8
3.2 SARAN............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena school bullying atau bullying mulai
mendapat perhatian peneliti, pendidik, organisasi perlindungan, dan toko
masyarakat. Pelopornya adalah Profesor Olweus dari University of Bergen yang
sejak 1970-an di Skandinavia mulai memikirkan secara serius tentang fenomena
bullying di sekolah. Maraknya bullying pada anak –anak saat ini mulai terjadi.
Bullying tidak hanya terjadi pada anak usia remaja. Saat ini anak usia Sekolah
Dasar (SD) sudah mulai mengenal bullying. Secara tidak disadari, mereka
melakukan tindakan bullying kepada teman sebaya ataupun teman sekelas.
Tindakan yang mereka lakukan biasanya yaitu, mengejek teman, menjauhi teman,
mengancam, bahkan melakukan tindakan fisik seperti memukul dengan tangan.
Salah satu kasus kematian akibat bullying adalah kematian anak remaja usia 13
tahun berinisial FK yang melakukan aksi bunuh diri pada 15 Juli 2005. Kematian
siswi Sekolah Dasar ini dipicu oleh rasa minder dan frustasi karena sering diejek
sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya.
Bullying muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan
penghukuman, terutama fisik, akibat buruknya sistem dan kebijakan pendidikan
yang berlaku, yaitu muatan kurikulum yang hanya mengandalkan aspek kognitif
dan mengabaikan pendidikan dengan kemampuan efektif. Lingkungan sekolah
dan keluarga menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan
bullying yang dilakukan oleh anak. Hal ini berarti bahwa orang tua dan guru
memiliki faktor penting dalam tumbuh kembang anak di rumah maupun di
sekolah. Tontonan mereka seperti televisi, youtube, ataupun saluran media sosial
yang lain juga menjadi faktor anak menjadi pelaku bullying.
Di sebagian besar negara Barat, bullying dianggap sebagai hal yang serius
karena cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dampak dari perilaku
bullying sangat negatif. Menurut Rigby, penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang menjadi korban akan mengalami kesulitan dalam
bergaul, merasa takut datang ke sekolah, sehingga absensi mereka tinggi dan
tertinggal pelajaran, dan kesehatan mental maupun fisik jangka pendek maupun
jangka panjang korban akan terpengaruh.
Perilaku bullying sepatutnya mendapatkan perhatian khusus oleh para praktisi
pendidikan. Sebab, dampak yang ditimbulkan oleh bullying jika dibiarkan akan
menjadi fatal. Bahkan anak bisa bunuh diri karena bullying. Sebagian dari mereka
merasa tertekan karena sering dibully. Korban bullying biasanya cenderung diam
dan tidak mau bercerita tentang tindakan bullying yang dialami.
Anak korban bullying biasanya cukup lama dalam menerima pelajaran yang
diberikan. Hal ini disebabkan karena anak merasa tertekan saat di dalam kelas dan
bertemu dengan pelaku bullying. Anak juga merasa dirinya terancam. Sehingga ia
tidak fokus kepada pelajaran justru fokus kepada bagaimana caranya agar tidak di
bully.
Pendidikan merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu
1
2
yang sering berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini baik antara guru
dengan para siswa maupun antar siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan
peristiwa psikologis. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk
dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa
secara tepat.
Korban bullying rentan mengalami kekerasan. Secara umum, kekerasan
diartikan sebagai perilaku yang dapat menyebabkan keadaan perasaan atau tubuh
(fisik) menjadi tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman ini bisa berupa
kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, ketersinggungan, kejengkelan, atau
kemarahan. Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk di sekolah. Berdasarkan
hasil penelitian Heddy Shri Ahimsa Putra di enam kota besar di Indonesia yaitu
Medan, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang, dan Kupang, kekerasan yang paling
banyak dialami oleh anak adalah kekerasan fisik dalam banyak bentuk dan
variasinya, kemudian disusun kekerasan mental dan seksual. Lokasi kekerasan
yang dialami anak sebagian besar di rumah, kemudian di sekolah, dan selanjutnya
di tempat umum. Pelaku kekerasan umumnya adalah orang yang paling sering
berinteraksi dengan anak, seperti orang tua, guru, dan teman.
Dampak dari bullying secara umum adalah korban mengalami tekanan
kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan ilmu kesehatan jiwa yang
memasalahkan kehidupan rohani yang sehat, dengan memandang pribadi manusia
sebagai satu totalitas psikofisik yang kompleks. Menurut Daradjat, kesehatan
mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan
lingkungannya.
Berdasarkan penjajagan awal di lapangan, peneliti menemukan sebuah kasus
yang menarik. Peneliti menemukan siswa yang mengalami tindakan bullying oleh
teman satu kelas. Korban diejek, dijauhi oleh siswa yang lain, korban juga
diancam oleh siswa yang lain. Akibatnya, korban mengalami tekanan. Korban
menjadi pendiam, suka menyendiri, takut kepada teman sekelas. Dalam kasus ini,
pelaku bullying tidak hanya satu atau dua siswa, hampir semua siswa dalam kelas
tersebut ikut mem bully korban. Hal yang dikhawatirkan yaitu kondisi mental
korban, karena dalam kasus ini korban merasa dirinya tidak nyaman saat di dalam
kelas.
Dalam unsur individu yang memiliki mental yang sehat maka terdapat dua
unsur didalam individu tersebut yaitu unsur kesehatan mental dan kesejahteraan
sosial. Manusia tidak dipandang sebagai unsur yang terpisah dari kehidupan sosial,
melainkan dalam hubungan dengan lingkungan serta sesamanya. Interaksi dengan
sesame manusia itulah yang justru sangat menentukan taraf corak kesehatan
dalam perkembangan mental seseorang. Dalam hubungannya dengan fisik atau
raga, kita bisa meninjau dan memahami peranan gangguan perasaan. Perasaan
memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Mendapatkan rasa
senang dan gembira, rasa puas (satisfaction) serta bahagia, merupakan tujuan
bermacam ikhtiar manusia sehari-hari.
pada kondisi yang dikenal oleh umum dengan nama “sakit maag”, atau gastritis.
Para dokter mengenal seribu satu macam gangguan tubuh yang terjadi atas dasar
gangguan alam perasaan, misalnya sebagai akibat ketegangan batin dan konflik
mental.
Jadi dapat diartikan bahwa kegiatan schholl bullying selain dapat melukai fisik
korban bullying, bullying juga dapat mengganngu pertumbuhan mental seseorang,
karena school bullying dapat mengganggu kesehatan mental seseorang maka juga
dapat dikatakan bahwa perkembangan emosinya terganggu, tidak dapat
berkembang dengan baik. Dapat menjadikan seseorang tidak percaya diri akan
kemampuan dirinya sehingga tidak dapat mengembangkan kemampuan dirinya,
selain itu school bullying yang dapat menganggu perkembangan kesehatan mental
individu juga dapat mempengaruhi kesehatan individu tersebut, maka bullying
dapat menghambat perkembangan mental seseorang sehingga mempengaruhi
prestasi belajarnya di sekolah serta tidak dapat berkembang menjadi individu yang
semestinya sesuai dengan perkembangannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan adalh
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku bullying?
2. Bagaimana dampak perilaku bullying terhadap kesehatan mental anak?
3. Apa upaya sekolah dalam mengurangi perilaku bullying?
bullying. Cobalah untuk lebih peka terhadap perasaan anak dan tunjukan
kepedulian Anda sebagai orangtua lewat kata-kata sekaligus tindakan.
Meski Anda mungkin belum bisa menyelesaikan masalah bullying yang
dialami anak, penting bagi mereka untuk mengetahui bahwa orangtuanya
selalu peduli dan mendukung dalam segala situasi.
2. Menjadi panutan yang baik
Bullying adalah perilaku yang dapat dicontoh anak dari orang lain. Anak-
anak biasanya mengikuti perilaku bullying dari orang dewasa. Maka dari
itu, Anda disarankan untuk selalu menjadi panutan yang baik sebagai cara
pencegahan bullying. Tunjukan sifat dan perilaku positif kepada anak
sejak usia dini.
3. Membekali anak dengan pengetahuan tentang bullying
Sampai saat ini, masih ada anak yang belum tahu bagaimana cara
mengatasi bullying. Membekali anak dengan pengetahuan tentang bullying
dapat menjadi cara efektif untuk mengatasi perundungan di lingkungan
Anda. Orangtua atau guru disarankan untuk berbicara secara terbuka
mengenai isu bullying kepada anak. Selain itu, jangan lupa untuk memberi
tahu cara-cara menghindari bullying, seperti memahami perilaku apa yang
termasuk dalam perundungan sehingga mereka bisa menghindarinya.
Tidak hanya anak-anak, para guru dan orangtua juga perlu dibekali dengan
pengetahuan tentang bullying. Pembekalan ini dapat membuat mereka tahu
apa yang harus dilakukan jika ada peristiwa bullying yang terjadi di
sekelilingnya.
4. Mendirikan komunitas stop bullying
Mendirikan komunitas anti bullying di lingkungan rumah atau sekolah
dapat menjadi cara untuk mengatasi perundungan. Akan tetapi, harus ada
banyak pihak yang turut serta dalam komunitas ini, seperti: murid,
orangtua, guru, supir antar-jemput murid, dokter di sekolah, penjaga
kantin. Dengan begitu, usaha pencegahan Anda dalam memerangi bullying
dapat lebih efektif karena banyak pihak yang membantu.
5. Ajarkan anak untuk melawan bullying
Untuk mewujudkan stop bullying, ajari anak untuk melawan pelaku
perundungan. Menurut American Psychological Association (APA),
orangtua perlu mengajari anak untuk melawan bullying jika mereka
dihadapkan dengan pelakunya. Melawan bukan berarti harus melakukan
tindakan fisik, tapi bisa juga dalam bentuk mengacuhkan pelaku bullying.
Tidak hanya itu, bantulah anak untuk berani mengadu pada teman atau
guru jika mereka menjadi korban bullying.
6. Biarkan anak melakukan hobinya
Menurut situs Stop Bullying, orangtua disarankan untuk membiarkan
anak-anak melakukan hobinya yang positif. Solusi bullying ini dipercaya
BAB 3 PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah bullying adalah suatu tindakan negatif
yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan
dengan tujuan untuk melukai dan membuat seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan pada alasan
mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir sampai pada
keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman moral bukan
tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir
sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Peserta didik
dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan dahulu perbuatan yang
akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti atau melakukan
bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang
wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi
berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa mendatang.
Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang
menunjang untuk perkembangannya.
Sebagai orang dewasa, kita harus bisa menuntun dan mengajarkan pada anak-
anak tentang perilaku moral dan perbedaan perilaku baik dan buruk. Serta
konsekuensi jika melakukan tindakan yang buruk. Agar anak-anak dapat memiliki
pemahaman tentang adanya konsekuensi atas setiap tindakan dan pilihan yang
mereka buat. Hal ini dapat mendidik anak untuk terbiasa berpikir sebelum
bertindak, dan menimbangkan konsekuensi yang akan terjadi atas tindakan
mereka.
Terlebih dari itu, kita juga harus bisa mengedukasi anak atas buruknya tindak
bullying, baik jika hanya bercanda maupun dilakukan dengan serius. Tindak
bullying akan memberikan dampak berkepanjangan terhadap korban, pelaku,
maupun saksi. Terhadap korban, maka akan membuat mental korban tersebut
cenderung lebih pemalu, penakut, pendiam, dan tidak ingin mengekspresikan diri.
Bahkan pada beberapa kasus, korban bullying akan memiliki sifat ingin menyakiti
diri sendiri, depresi, anxiety, dan penyakit mental lainnya. Pada pelaku bullying,
akan menimbulkan sifat paling hebat, percaya diri berkelebihan, keras kepala, dan
kasar yang biasanya akan terbawa hingga usia tua. Dan pada saksi, akan muncul
sifat bodo amat akan hal buruk yang terjadi di depan mata, dan tidak peduli serta
tidak dapat bersimpati.
3.2 SARAN
8
9
DAFTAR PUSTAKA
https://eprins.walisongo.ac.id/3468/3/101111059_Bab2.pdf&sa=U&ved=2ahUKE
wixml3sifjiAhUKEawKHXBBGEQFjAAegQICRAB&usg=AOvVaw2Q1nXmfX
deCuZ2ssmF04ug.
https://id.m.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2019.
https://www.academia.edu/28565577/METODE_METODE_PENAGANAN_GA
NGGUAN_KESEHATAN_MENTALDiakses pada tanggal 20 Juni 2019.
https://www.sudahdong.com/dampak-bullying-bagi-siswa/ . Diakses pada tanggal
20 Juni 2019.