Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH BULLYING TERHADAP KONDISI

LINGKUNGAN SEKOLAH

DISUSUN OLEH:
ARKHAN RAFLY RUNJUNG
KELAS : XI IPS 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 METRO

Jalan Jendral AH.Nasution 222 Yosodadi Kota Metro Prov.


Lampung Kode Pos 34111. Telp.(0725)41629.
www.smansa-metro.sch.id
T.P 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arkhan Rafly Runjung


TTL : Metro, 18 April 2006
NISN/NIS : 0048364997/14042
Kelas : XI IPS 3
Alamat : Jl. Way Seputih No.45
Judul Penelitian : Pengaruh Bullying Terhadap Lingkungan
Sekolah
Nomor Aktif : 0895609826540

Biaya Penelitian : -
Lama Penelitian : -

Kepala Sekolah Guru Pembimbing

M.Kholid, M.Pd Drs. Bejan Santoso


NIP. 199903 1 007 NIP. 19650609 199803 1 003

i
ABSTRAK
PENGARUH BULLYING TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH

Perilaku bullying di lingkungan sekolah dapat menciptakan suasana


lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan siswa, baik
dalam bidang akademik maupun bidang sosial. Perilaku bullying dapat
menyakiti siswa, sehingga mereka merasa tidak diinginkan dan ditolak
oleh lingkungannya. Hal ini tentunya akan membawa efek kepada
berbagai kegiatan siswa disekolah. Peneliti mengambil judul “Perilaku
Bullying Siswa Sekolah Menengah Atas Di Lingkungan Sekolah”. Dengan
rumusan masalah yang diteliti yaitu “Bagaimana perilaku bullying siswa
sekolah menengah atas di lingkungan sekolah SMA. Penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif jenis studi kasus. Penelitian
dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu
hal secara mendalam. Penelitian deskriptif berkaitan dengan
pengumpulan fakta dan data secara valid untuk memberikan gambaran
mengenai objek yang diteliti. Kesimpulan hasil penelitian yaitu : (1)
Pelaku school bullying merupakan siswa yang memiliki kekuatan baik
fisik ataupun sosial yang lebih dibanding teman yang lain, memiliki
tempramen tinggi, dan rasa empati yang rendah. (2) Terdapat korban
school bullying yang sering melakukan perlawanan terhadap pelaku
namun sebagian dari mereka tunduk kepada perintah pelaku dan tidak
berani karena takut. (3) Terdapat korban school bullying yang sering
melakukan perlawanan terhadap pelaku namun sebagian dari mereka
tunduk kepada perintah pelaku dan tidak berani karena takut. (4)
Penyebab terjadinya bullying dikarenakan oleh fakktor keluarga, faktor
lingkungan, faktor sekolah dan faktor lingkungan pergaulan. (5) Tindakan
yang dilakukan sekolah untuk menanggulangi school bullying belum
terprogram dengan baik, penanggulangan yang ada saat ini hanya
meliputi pendekatan secara individu yang dilakukan oleh wali kelas, guru
bidang studi , maupun guru BK.

Kata Kunci : Perilaku, siswa, school bullying

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Kasih atas segala berkat dan
karunianya, saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya
tulis ilmiah dengan sangat baik. Penyusunan Karya tulis ilmiah ini dengan
judul “PENGARUH BULLYING TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN
SEKOLAH” ini adalah untuk memenuhi tugas sekolah karya tulis ilmiah
Bahasa Indonesia Guna memperoleh nilai.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas

dari bantuan banyak pihak, dan beberapa sumber yang memberikan

Sebagian pengetahuan nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya

Ilmiah ini. Maka dari itu saya berterima kasih secara khusus kepada

orang tua dan saudara yang selalu berada disisi saya serta mendoakan

saya, dan juga teman dan guru pendidik yang selalu berada disisi saya

untuk bersedia menolong dan mendukung saya.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih sangat


jauh dari kata sempurna dikarenakan batasnya pegetahuan yang saya
ketahui.

Metro, Januari 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN
PENGESAHAN…………………………
…………………….i
ABSTRAK………………………………
……………………ii
KATA
PENGANTAR……………………………
………….iii
DAFTAR
ISI…………………………………………
……...iv
BAB I
PENDAHULUAN………………………
……………1
1.1 LATAR BELAKANG
MASALAH…………………..1
1.2 RUMUSAN
MASALAH………………………
……...2
1.3 TUJUAN
MASALAH………………………
………...3
1.4 MANFAAT
PENELITIAN……………………...
........3
BAB II KAJIAN
iv
PUSTAKA…………………………..........
.4
2.1 PENGERTIAN
PERUNDUNGAN……………………4
2.2 JENIS-JENIS
PERUNDUNGAN……………………...4
2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
TERJADINYA
PERUNDUNGAN………………………
……………...........6
BAB III METODE
PENELITIAN…………………………..9
3.1 RANCANGAN
PENELITIAN………………………..9
3.2 POPULASI DAN
SAMPEL..........................................9
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN
DATA………………….11
3.4 INSTRUMENT
PENELITIAN……………………….12
3.5 PROSEDUR
PENELITIAN…………………………..1
3
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN……………………15
BAB V
PENUTUP………………………………
………….16
5.1

v
KESIMPULAN…………………………
…………….16
5.2
SARAN…………………………………
…………….17
DAFTAR
PUSTAKA………………………………
……….18

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman sekarang yang semakin berkembang


dalam dunia Pendidikan diberbagai aspek pendidikan.
Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan efisien pada
perkembangan pendidikan dipengaruhi oleh suasana yang
kondusif dan diciptakan oleh semua komponen pendidikan
untuk berperan aktif dalam mengantar peserta didik agar
tercapainya tujuan yang diharapkan. Namun dalam
kenyataannya perkembangan dunia pendidikan saat ini
tidak berjalan secara mulus seperti apa yang diharapkan .

Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia


pendidikan di indonesia. Salah satunya yang cukup marak
akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau agresivitas baik
oleh guru terhadap siswa, maupun antar sesama siswa
sendiri. Kekerasan yang dilakukan tak hanya secara fisik
namun juga secara psikologis. Kekerasan seperti ini
merupakan kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang
merasa diri lenih berkuasa atas pihak yang dianggap lebih
lemah disebut dengan bullying (Sejiwa , 2008).

Alexander (Nusantara, 2008) mengatakan bullying adalah


masalah Kesehatan publik yang patut mendapatkan

1
perhatian. Orang-orang yang menjadi korban bullying
semasa kecil, kemunkinan besar akan menderita depresi
dan kurang percaya diri pada masa dewasa. Sementara
pelaku bullying kemungkinan besar akan terlibat dalam
kriminalitas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar bealkang diatas maka dapat diperoleh


rumusan masalah. Rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :

1. Apakah dampak yang dialami korban bullying ?


2. Apakah penyebab yang membuat maraknya kasus
kekerasan terhadap siswa ?
3. Apakah bullying membuat masalah terhadap
Kesehatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan


penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan di


Indonesia.
2. Untuk mengetahui berapa besarnya kriminalitas.
3. Untuk mengetahui orang-orang yang menjadi korban
bullying semasa kecil.
2
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini agar tidak terjadi bullying diantara
kalangan pelajar atau siswa maupun disekolah. Manfaatnya
sebagai berikut:
1. Menambah wawasan keilmuan dan pendidikan yang
berkaitan dengan hubungan sosial.
2. Mendapatkan informasi tentang bentuk tindakan
bullying.
3. Mendapaykan informasi tentang faktor-faktor yang
menyebabkan siswa melakukan tindakan bullying.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian perundungan


Bullying (dalam bahasa Indonesia sebagai
“penindasan/risak”) merupakan segala bentuk penindasan
atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu
orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa
terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan
dilakukan secara terus menerus. Sedangkan Wicakasana
(2008) mengatakan, bullying adalah kekerasan fisik dan
psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau
kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu
mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat
untuk melukai atau menakuti orang itu sendiri dan membuat
dia tertekan.

2.2 Jenis-jenis perundungan


Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tinndakan.
Menurut Coloroso (2007), bullying dibagi menjadu tiga jenis,
yaitu sebagai berikut:

A. Bullying secara fisik


Bullying ini paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi,
namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak
bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur
melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan

4
remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan
beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
Contoh bullying secara fisik adalah: memukuli,
menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar,
meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-
barang milik anak yang tertindas, dan lain-lain.

B. Bullying secara verbal


Bullying dalam bentuk verbal adalah bullying yang paling
sering dan mudah dilakukan. Bullying ini biasanya
menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta
dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan
yang lebih lanjut. Contoh bullying secara verbal antara
lain yaitu: julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam,
penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan seksual,
teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan
yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip
dan sebagainya.

C. Bullying secara relasional


Bullying secara relasional dilakukan dengan memutuskan
relasi-hubungan sosial seseorang dengan tujuan
pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Bullying
dalam bentuk ini paling sulit dideteksi dari luar. Contoh
bullying secara relasional adalah perilaku atau sikap-sikap
yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan

5
mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa
tubuh yang mengejek.

D. Bullying elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying
yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik
seperti komputer, handphone, internet, website, chatting
room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan
untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan,
animasi, gambar dan rekaman video atau film yang
sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.

2.3 Faktor-faktor Penyebab terjadinya perundungan


Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying yaitu sebagai
berikut:

1. Pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan

Pernah mengalami kekerasan dapat picu tindakan bullying

Orang yang pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan di rumah lebih


berisiko melakukan tindakan bully pada orang lain.Jika ada anak atau anggota
keluarga yang melakukan bully terhadap orang lain, jangan buru-buru
menghakiminya. Cari tahu apakah ia sedang memiliki masalah internal dengan
keluarganya. Jika ini kasusnya, berikan ia dukungan dan bimbingan.

2. Memiliki orangtua yang bersifat permisif


Orangtua yang bersifat permisif atau serba mengizinkan, ternyata dinilai
menjadi salah satu alasan mengapa bullying bisa terjadi. Sebab, orangtua
dengan faktor bullying ini cenderung tidak membuat peraturan yang bisa

6
mengawasi anak-anaknya sehingga mereka bebas melakukan apa saja,
termasuk perundungan di luar rumah.

3. Kurangnya hubungan dengan orangtua


Memiliki hubungan atau komunikasi yang buruk dengan orangtua dipercaya
dapat membuat seorang anak berisiko melakukan tindakan bullying.

4. Memiliki saudara kandung yang bersifat kasar


Anak-anak yang memiliki kakak kandung dengan sifat kasar cenderung akan
mencontoh perbuatan saudaranya.Ditambah lagi, faktor terjadinya bullying ini
dapat membuat Si Kecil merasa tidak punya kekuatan. Untuk mendapatkan
kekuatan dan dominasi, akhirnya ia melampiaskannya kepada orang lain di luar
rumah.

5. Tidak memiliki rasa percaya diri


Anak-anak yang tidak percaya diri cenderung akan melakukan bullying.
Sebab, bullying akan membuat mereka merasa memiliki kekuatan dan
dominasi.Tidak hanya itu, anak-anak yang tidak percaya diri ini juga cenderung
berbohong mengenai kemampuan dirinya, demi menutupi rasa kurang percaya
diri yang mereka miliki.

6. Kebiasaan mengejek orang lain


Kebiasaan mengejek orang lain dinilai sebagai faktor
penyebab bullying menurut para ahli. Ejekan ini dapat mengarah pada
penampilan, kemampuan, ras, budaya, dan gaya hidup orang lain.Penindasan
yang dilakukan oleh pelaku bullying ini sering kali datang dari rasa takut atau
kurangnya pemahaman terhadap lingkungan di sekitarnya.

7. Haus akan kekuasaan

Haus akan kekuasaan, penyebab  bullying yang harus diwaspadai

Anak-anak yang selalu haus akan kekuasaan dan terus ingin memegang kontrol
juga cenderung melakukan tindakan bullying. Mereka hanya mau bekerja sama
jika yang lainnya mengikuti peraturan yang dibuatnya.Jika segala sesuatunya
tidak berjalan sesuai rencananya, maka ia akan mulai melakukan
tindakan bullying.

8. Ingin menjadi populer di lingkungannya


7
Anak-anak yang ingin dikenal atau menjadi populer di lingkungannya pun
dinilai berisiko melakukan tindakan bullying. Mereka akan menunjukkan sifat
ingin memerintah, mengontrol, dan menuntut teman-temannya.

9. Tidak dibekali pendidikan empati


Minimnya bekal pendidikan empati dapat menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya bullying. Tanpa empati, mereka tidak bisa atau bahkan tidak mau
mengerti apa yang dirasakan oleh orang lain. Mereka pun juga bisa
menyalahkan korban-korbannya.Kurangnya rasa empati ini dapat membuat
anak-anak merasa bahwa tindakan bullying-nya hanyalah candaan semata, di
saat orang lain justru merasa sakit hati akibat tindakan tak terpuji itu.

10. Tidak mendapatkan apa yang mereka mau


Di saat anak-anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka
cenderung akan merasa frustrasi. Sebagian anak dapat menerima situasi ini
dengan lapang dada. Namun, beberapa anak tidak kuat menahan perasaan
tersebut. Hasilnya, mereka malah melakukan tindakan bullying demi
kepentingan pribadi.Umumnya, hal ini disebabkan oleh sifat perfeksionis.
Sebagai orangtua, cobalah ajarkan kepada mereka bahwa tidak segala
sesuatunya harus menjadi sempurna.

11. Menggunakan kekuatan fisik untuk mengintimidasi


Tubuh besar dan fisik yang kuat dapat disalahgunakan oleh anak-anak untuk
mendapatkan apa yang mereka mau dengan cara bullying. Mereka akan
mengontrol situasi dengan membuat anak-anak yang lain merasa lemah.

12. Dorongan untuk bisa berbaur dengan teman-teman


Salah satu penyebab bullying di sekolah yang perlu diwaspadai adalah
dorongan untuk bisa berbaur dengan teman-temannya.Dorongan untuk
berbaur ini dapat membuat anak melakukan berbagai cara agar bisa dikenal di
sekolahnya, salah satunya menggunakan kekerasan dan melakukan
tindakan bullying.Sebenarnya, anak-anak yang melakukan bullying untuk
berbaur dengan temannya itu merasa tidak nyaman dengan tindakan kasarnya.
Hanya saja, mereka rela melakukannya demi bisa diterima dengan teman di
sekolah.

13. Minimnya perhatian sekolah terhadap fenomena bullying

8
Faktor bullying di sekolah yang tak boleh disepelekan
adalah kurangnya perhatian sekolah terhadap
fenomena bullying.Faktor penyebab bullying menurut
para ahli ini membuat siswa dan siswi menganggap
bahwa tindakan bullying adalah suatu hal yang biasa-
biasa saja. Sehingga, mereka terus melakukannya di
sekolah.Untuk mengatasinya, tentu peran guru dan
pihak sekolah lain diperlukan. Sekolah disarankan untuk
menanggapi masalah bullying secara serius.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini berjenis observasional analitik dan
menggunakan rancangan cross-sectional.

3.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian

9
a. Populasi target dalam penelitian ini adalah
remaja laki-laki dan perempuan berusia 16-18
tahun.
b. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah
remaja yang berusia 12-15 tahun (kelas 1-3
SMP).

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah dan Diluar
sekolah.

3. Cara Pengambilan Sampel


Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan data primer dan teknik simple
random sampling, yaitu dengan cara
menghitung terlebih dahulu jumlah subyek
dalam populasi (terjangkau) yang akan dipilih
sampelnya. Kemudian tiap subyek diberi nomor
dan dipilih sesuai jumlah sampel yang
diperlukan dengan undian atau dengan bantuan
tabel random.

4. Perhitungan Besar Sampel Untuk


mengetahui
Perkiraan jumlah sampel minimal yang
digunakan, maka digunakan rumus sebagai
berikut:

10
n = Zα 2PQ 𝑑2  Rumus ini berlaku bila P = 10-
90%
Keterangan:
n = perkiraan jumlah sampel
d = 10% (ditetapkan), presisi/ kesalahan yang
masih bisa diterima atau tingkat ketepatan
absolut yang dikehendaki
Zα = 1,96 (tingkat kemaknaan, ditetapkan)
. P = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui
dianggap 50%
Q = 1 – P (100% - P)
Maka,
n = (1,96) 2 x 0,5 x 0,5 (0,10)2 = 96,04 = 96
(sampel) Jadi, minimal sampel yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah 96 sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah menggunakan data primer dan
sekunder. Sumber Primer adalah sumber yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data,
yaitu dari pasien sendiri. Sumber Sekunder adalah
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen (Sarwono, 2006).

11
Data primer yaitu data yang dikumpulkan
langsung dari narasumber yaitu siswa Remaja
Mahasiswa, dan tujuannya disesuaikan dengan
keperluan penelitian. Data primer diambil secara cross
sectional dari beberapa kelas di SMP dan SMA berupa
kuisioner yang diisi secara selfassessment dengan
menggunakan instrumen The Revised Olweus
Bully/Victim Questionnaire. Sedangkan data sekunder
yaitu data nilai rapor dan ujian tengah semester yang
diberikan oleh pihak sekolah serta mengumpulkan
data melalui buku-buku literatur dan sumber data
lainnya, dilengkapi dengan pendapat para ahli yang
berhubungan dengan permasalahan dibahas untuk
mendapatkan data teoritis yang akan dijadikan
sebagai bahan pembanding dalam pembahasan
masalah.

3.4 Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini


adalah The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire
yang telah diterjemahkan. Kuesioner ini berjumlah 22
item. Item pada kuesioner ini meliputi pertanyaan
mengenai indikasi keterlibatan dan pengalaman siswa
menjadi korban bullying dari berbagai bentuk bullying.

12
Kuesioner berbentuk skala likert dengan pilihan jawaban
0= tidak pernah, 1= 1-2 kali, 2= 3-4 kali, 3= 5-6 kali, 4= 7
kali atau lebih.

Kuesioner telah diuji cobakan pada 35 orang subyek


yang sesuai dengan kriteria inklusi responden yang
berada di luar lokasi penelitian. 38 Kuesioner diuji dengan
menggunakan alpha cronbach, didapat nilai r ≥ 3. Validasi
untuk kuesioner korban bullying antara 0,3733-0,7003
sedangkan reliabilitas untuk kuesioner korban bullying
adalah 0,9126 yang berarti kuesioner ini memiliki
reliabilitas tinggi.

3.5 Prosedur Penelitian

Beberapa langkah analisis data yang digunakan pada


penelitian ini sebagaimana diuraikan oleh Hidayat
(2007), yaitu:

1. Editing Upaya pemeriksaan kembali kebenaran


data yang diperoleh. Langkah ini dapat dilakukan saat
tahap pengumpulan atau setelah semua data terkumpul.

2. Coding Pemberian kode numerik terhadap data


yang terdiri atas beberapa kategori. Tahap ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer.

13
3. Entri Data Tahap pemasukan data yang telah
terkumpul ke dalam master tabel atau database
komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.

4. Teknik Analisis Menggunakan ilmu statistika


terapan yang disesuaikan dengan tujuan analisis.

Pengelolaan data pada penelitian ini menggunakan


perhitungan aplikasi komputer yaitu program SPSS
(Statistical program for social science) yang merupakan
aplikasi pengolahan data statistika. SPSS mampu
menganalisis data statistika secara tepat dan cepat
menjadi output yang dikehendaki. Analisis data itu
sendiri adalah pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus atau dengan aturan yang sesuai
dengan pendekatan penelitian untuk menguji hipotesis
dalam rangka penarikan kesimpulan (Arikunto, 2006).

Data skor dari seluruh kuesioner yang telah


terkumpul akan dianalisis menggunakan uji korelasi
yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan atau kaitan antara dua faktor. Faktor yang
dimaksud disini adalah hubungan antara korban
bullying dengan prestasi belajar.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bullying adalah perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang
atau lebih kepada orang lain. Perbuatan tidak baik yang dimaksud bisa
berupa hal-hal yang menyakiti secara fisik, seperti memukul,
menndorong, dan lain-lain. Bisa juga menyakiti secara verbal, misalnya
mengejek penampilan, menghina kemampuan, dan masih banyak lagi.

Berdasarkan hasil kuisioner yang di dapatkan, sebanyak 19,3 %


pelaku tawuran, 14,3% korban tawuran, 25,5% pelaku bullying, 22,4%
korban bullying, dan 18,7% korban pungli. Ada banyak faktor penyebab
bullying, diantaranya adalah keluarga, sekolah, pertemenan, dan
tontonan anak. Mayoritas dari mereka mengalami pembullyan secara
verbal atau kata-kata rasional atau hubungan pertemanan. Hal ini sangat
disayangkan sekali jika dilihat dari dampak bullying itu sendiri .

Bullying memiliki efek jangka panjang bagi korbannya dan si


penindas itu sendiri. Untuk korban, Perlakuan itu merampas rasa
percaya diri mereka. Sedangkan untuk pelaku bullying, efeknya adalah
menjadi kebiasaan dan kenikmatan unutk meningkatkan ego mereka.
Ketakutan dan trauma emosional yang diderita korban dapat memicu
depresi dan bahkan dapat bunuh diri. Beberapa anak yang terbiasa
melakukan bullying di sekolah akan menjadi orang yang kejam atau
penjahat.

Dampak yang mereka rasakan bervariasi, ada yang berdamapak positif


dan ada yang negatif. Namun tak bisa dipungkiri lagi, bullying pasti
mengakibatkan luka psikologis atau trauma yang berat pada korban.
Pertama, bullying membuat korban tertutup dengan lingkungan
sehingga merasa sedih dan kesepian, tidak bahagia, dan ketakutan.
Lebih lanjut, bullying juga bisa membuat mereka merasa tidak aman,
kehilangan percaya diri, dan berfikir rendah diri atau pasti ada sesuatu
yang salah dengan mereka. Anak-anak dapat kehilangan kepercayyan

15
diri dan tidak ingin sekali pergi keluar lagi. Penindasan dapat memiliki
konsekuensi fisik dan psikologis jangka panjang.

Ketika kita melihat seorang teman diganggu atau disikasa oleh


sekelompok orang, kita dapat menentukan pilihan penting untuk
bertindak. Kita dapat berdiri di dekatnya dan melihatnya saja, atau bisa
juga “berdiri” untuk orang tersebut. Kita sebagai siswa memilih untuk
memberikan dukungan kepada korban, hal ini menunjukkan bahwa
kepedulian siswa terhadap bullying cukup tinggi. Menurut Patti Criswell
(2009), salah satu cara untuk menjadi teman atau pengamat yang baik
adalah berbicara dengan berani dan tegas untuk menunjukkan bahwa
kita tidak setuju dengan pelaku bully dan menginginkan untuk berhenti.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bullying adalah


bentuk tindakan atau perilaku negatif, agresif seperti mengganggu,
menyakiti atau melecehkan yang dilakukan secara sadar, sengaja dengan
cara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
menyebabkan ketidaksenangan atau menyakiti orang lain secara
berulang kali. Dan bullying ini sifatnya mengganggu orang lain karna
dampak dari perilaku negatif yang kini sedang popular dikalangan
masyarakat ini adalah ketidaknyamanan orang lain atau korban bullying.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Bullying meliputi faktor


keluarga menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying dikalangan
peserta didik, sebab keluarga khususnya pelaku bullying tidak
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Mereka
cenderung mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang tua.
Sehingga mereka mencontoh apa yang mereka lihat dari orang tua.
16
Faktor teman sebaya juga memiliki peran yang besar sebagai penyebab
bullying karena sebagian besar waktu yang mereka miliki dihabiskan
bersama teman-temannya.Lingkungan pergaulan pelaku bullying
memiliki peran penting dalam tindakan bullying yang ia lakukan, karena
2 pelaku cenderung mengikuti apa yang dilakukan teman-
temannya.faktor media massa Tayangan yang sering dinikmati oleh
pelaku didalamnya banyak mengandung unsur-unsur kekerasan
sehingga mempengaruhi perilaku si anak.

5.2 Saran
Bagi sekolah dan khususnya orang tua, hendaknya lebih menambah
pengawasan dengan berkeliling sekolah di jam-jam tertentu dan tempat-
tempat tertentu yang berpotensi terjadinya bullying. Korban lebih baik
menceritkakan kasusnya kepada orang lain agar tidak merasa kesepian atau
bahkan merasa tidak ada yang ingin membantunya. Karena sejatinya bercerita
kepada orang lain akan lebih mudah membantunya.

17
18
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Y. P., &Azwar, W. (2017). Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif

Perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 01 Painan Sumatra Barat. 10 (2),

333-367.

Cholisin,2011. Peran guru PKn Dalam Pendidikan Karakter

Widayanti, C. G. (2010). Fenomena bullying di sekolah dasar negeri di

Semarang:Sebuah studi deskriptif. Jurnal Psikologi Undip, 5(2).

Djuwita, 2006. Perilaku Bullying Ditinjau dari Harga Diri dan Pemahaman Moral

Anak diakses pada 12 Desember 2017

19

Anda mungkin juga menyukai