Dosen Pengampuh :
Di Susun oleh :
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini hingga selesai. Penyusunan makalah
ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling.
Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirul kalam, Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca.
Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus
bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan
mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau
lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga timbul rasa
untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying mengakibatkan
korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia akan
di bully oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak
turun prestasinya karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-
abad, bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-
an (Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang
memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada
literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak
melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan
itu saja, Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat direduksi secara
signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat penting.
Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial di dunia.
Sebelum abad ke -20 berakhir, ratusan studi serupa telah dilakukan di banyak
negara. Buku, artikel, website, video dan CD mulai bermunculan dengan maksud
untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mereduksi bahkan
menghentikan bullying di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor penyebab maraknya bullying antar pelajar di sekolah?
2. Apa sajakah dampak dari tindakan bullying antar pelajar di sekolah?
3. Bagaimana altrnatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan tersebut?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan faktor penyebab maraknya bullying antar pelajar di sekolah.
2. Mendeskripsikan dampak yang timbul dari tindakan bullying antar pelajar di
sekolah.
3. Mengidentifikasi alternatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bullying
Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau
sekelompok orang secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan
kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara
fisik. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary, bullying adalah “a blustering
rowbeating person; especially one who is habitually cruel to others who are weaker.”
Melakukan bullying berarti to “treat someone abusively or to affect them by means of
force or coercion.”. Center for Children and Families in the Justice
System mendefinisikan bullying sebagai , “repeated and systematic harassment and
attacks on others.” Bullying bisa terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah
laku yang berbeda-beda. Di antara format dan bentuk tersebut adalah;
nama panggilan yang tidak disukai, terasing, penyebaran isu yang tidak benar,
pengucilan, kekerasan fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan
menendang), intimidasi, pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku,
agama, gender, dan lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku kekerasan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian bullying sebagai
“kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau
kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam
situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang
tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya.”Bullying biasanya dilakukan
berulang sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang atau kelompok
terhadap seseorang atau kelompok lain. Bila dilakukan terus menerus akan
menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan depresi. Kejadian tersebut sangat
mungkin berlangsung pada pihak yang setara, namun, sering terjadi pada pihak
yang tidak berimbang secara kekuatan maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam
situasi tidak mampu mempertahankan diri atau tidak berdaya.
Korban bullyingbiasanya memang telah diposisikan sebagai target. Bullying sering
kita temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara senior dan junior.
B. Jenis-Jenis Bullying
a. Bullying secara verbal, berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang
mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan
keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullyingdalam bentuk
verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal
dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju
pada kekerasan yang lebih jauh.
b. Bullying secara fisik, yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik,
menyikut, meninju, menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta meludahi anak
yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan
barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang
paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik
tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur
melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling
bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih
lanjut.
1. faktor keluarga
Pelaku bullying bisa jadi menerima perlakuan bullying pada dirinya, yang
mungkin dilakukan oleh seseorang di dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh
dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar akan meniru kebiasaan tersebut
dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orangtua kepada
anak akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan kurangnya
kehangatan kasih sayang dan tiadanya dukungan dan pengarahan membuat anak
memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pelaku bullying. Sebuah studi
membuktikan bahwa perilaku agresif meningkat pada anak yang menyaksikan
kekerasan yang dilakukan sang ayah terhadap ibunya.
2. faktor kepribadian
3. faktor sekolah
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang
dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan
memnuat seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan pada
alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir
sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman moral
bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang
berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan
dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti
atau melakukan bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang
wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi
berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa mendatang.
Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang
menunjang untuk perkembangannya.
B. Saran
1. Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran
keterampilan sosial, problemsolving, manajemen konflik, dan pendidikan
karakter.
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam
maupun di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-
guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan bullying
antar pelajar di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z.M. (2010). Mengatasi Bullying di Sekolah. Diperoleh pada 07 Desember 2013 dari
http://www.masbied.com.
Sahputra, H. (2009). Stop Bullying di Kalangan Pelajar. Diperoleh pada 07 Desember 2013
dari http://www.kabarindonesia.com.