Anda di halaman 1dari 17

MARAKNYA BULLYING PADA DUNIA PENDIDIKAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Rutin Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Dr. Mukidi, SE., SH., MH.
Oleh:
Zonatan Cristian Varera Marbun
230203042
STI 1 A

PROGRAM STUDI S-1 SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI


INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONES
2023
Kata Pengantar

Segala puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan hikmahnya, hidayah, kesehatan serta iumur yang panjang sehingga
makalah yang berjudul “Maraknya Bullying Pada Dunia Pendidikan” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Mukidi, SE., SH.,
MH. yang telah membimbing dan memberikan tugas untuk mata kuliah
Kewarganegaraan.” Ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas individu . Mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan danreferensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen pembimbing matakuliah
Kewarganegaraan, yang telah memberikan arahan serta bimbingan-nya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehinggakami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Kami
mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dankekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik yang maha kuasa yaitu Allah swt, dankekurangan
pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bemanfaat bagi
kitasemuanya.

Medan, 21 Oktober 2023

Zonatan Marbun
DAFTAR ISI

1. PENGERTIAN BULLYING
Bullying berasal dari kata bully, yang dalam bahasa inggris yang berarti
penggertak, orang yang mengganggu orang lemah, menggertak, mengganggu
(Echols dan Hassan, 1992:87).Menurut Bambang Sudibyo yang dikutip dalam
Kompas (Senin, 01 Mei 2006) menyebutkan bahwa bullying bermakna
penyiksaan atau pelecehan yang dilakukan.

Tanpa motif tetapi dengan sengaja atau dilakukan berulang-ulang terhadap


orang yang lebih lemah. Sedangkan menurut SEJIWA (2006), bullying diartikan
sebagai tindakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
seseorang atau sekelompok orang sehingga korban merasa tertekan, trauma dan
tak berdaya. Sarwono (Astuti, 2008) menyebutkan bahwa bullying adalah
penekanan dari sekelompok orang yang lebih kuat, lebih senior, lebih besar,
lebih banyak, terhadap seseorang atau beberapa orang yang lebih lemah, lebih
junior, lebih kecil.Kata bullying sulit dicari padanan kata yang sesuai dalam
bahasa Indonesia.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, bullying dapat


diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyakti orang lain yang dilakukan
oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah secara berulang-ulang sehingga
korban merasa tertekan.
Berikut ini adalah para ‘peran’ dalam kegiatan bullying :
Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif
terlibat dalam perilaku bullying.
Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung
begantung atau mengikuti perintah bully.Rinfocer adalah mereka yang ada ketika
kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, mentertawakan korban,
memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya.

Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban,


sering kali akhirnya mereka menjadi korban juga.Outsider adalah orang-orang
yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak
peduliDefinisi lain menyebutkan bahwa “Bullying is when a person is picked on
over and over again by an individual or group with more power, either in terms of
physical strength or social standing” [ bullying adalah ketika seseorang disiksa
secara berulang-ulang oleh individu atau kelompok dengan kekuatan yang lebih
besar, baik secara fisik ataupun sosial].Maka dari semua definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa bullying adalah kegiatan penyiksaan pada suatu individu yang
dilakukan secara berulang-ulang secara disengaja oleh individu atau kelompok
lain yang merasa lebih berkuasa agar korban merasa tertekan

2. FAKTOR PENYEBAB BULLYING


Astuti (2008) mencirikan sekolah yang pada umumnya mudah terdapat kasus
bullying yaitu :
 Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku deskriminatif baik dikalangan guru
maupun siswa;Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan
petugas sekolah
 Terdapat kesenjangan yang besar antara siswa yang kaya dan miskin;
 Adanya pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun terlalu lemah;
 Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain (Ariesto, 2009):
A. Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah orang tua
yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang
penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying
ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan
kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang
tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa
“mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan
perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari
sini anak mengembangkan perilaku bullying.
B.Pihak Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan
pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada
siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota
sekolah.
C.Faktor Kelompok Sebaya.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar
rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak
melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk
dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan
perilaku tersebut.
D.Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan
tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan
berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran
jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.
E.Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi
tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006)
memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya,
umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).Menurut Seto
Mulyadi, seorang psikolog, bullying disebabkan karena :
a) Saat ini remaja Indonesia penuh tekanan, terutama yang datang dari sekolah
akibat kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga
sulit bagi remaja untuk menyalurkan bakat non-akademisnya. Penyalurannya
lewat kejahilan-kejahilan dan menyiksa.
b) Budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga dapat menjadi
salahsatu penyebab bullying , wujudnya adalah timbul budaya senioritas, yang
bawah harus nurut sama yang atas.

3. KARAKTERISATIK PERILAKU BULLYING


Adanya perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korban
Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan rasa
tertekan korban Perilaku itu dilakukan secara berulang-ulang dan terus-
menerus.Riset membuktikan bahwa pelaku bullying memiliki citra diri yang
relatif positif, sebagian besar populer. Mereka sering berada dalam kelompok dua
atau tiga orang yang memberi dukungan dan sering bergabung ketika terjadi
bullying.Ketika seorang peneliti menanyakan 176 anak sekolah menengah atas
usia 15 hingga 16 tahun mengenai pengalaman mereka yang berhubungan dengan
bullying, baik sebagai penonton atau korban atau pelaku, 69% menyatakan bahwa
pelaku adalah penyebab dari bullying. Para murid menyatakan bahwa para pelaku
melakukannya karena merasa tidak percaya diri dan melakukan bullying untuk
meningkatkan kekuasaan, kepercayaan diri , status dan popularitas.
Ciri-ciri pelaku bullying antara lain :Sering bersikap agresif terhadap
orang dewasa bahkan terhadap ortu dan guru; menguasai teman-temannya,
menekan lainnya dan menunjukkan dirinya dengan kekuatan dan ancaman; cepat
marah, impulsif, sulit diatur, kasar, dan hanya menunjukkan simpati yang sangat
kecil kepada korban bully; pandai beralasan untuk mencari jalan keluar dari
situasi yang sulit; ketika dipergoki, mereka mengatakan hanya iseng atau
bercanda.Seseorang bisa menjadi pelaku bullying karena beragam sebab:
kemampuan adaptasi yang buruk, pemenuhan eksistensi diri yang kurang
(biasanya pelaku bullying nilainya kurang baik), adanya pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpuaskan di aspek lain dalam kehidupannya, hubungan keluarga yang
kurang harmonis, bahkan bisa jadi si pelaku ini juga merupakan korban bullying
sebelumnya atau di tempat lain.Secara umum, tingkah laku bullying ini berawal
dari masalah yang dialami oleh pelaku. Kemampuan pemecahan masalah yang
kurang bisa membuat anak mencari jalan keluar yang salah, termasuk dalam
bentuk bullying ini. Contoh, anak yang sering “ditindas” kakaknya di rumah,
kemudian mencari pelampiasan dengan “menindas” anak lain di sekolahnya
Melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Sejiwa (2007), terangkum
beberapa pendapat orang tua tentang alasan anak-anak menjadi pelaku bullying, di
antaranya:
Karena mereka pernah menjadi korban bullying
Ingin menunjukkan eksistensi diri
Ingin diakui
Pengaruh tayangan TV yang negative
Seniorita
dendam Menutupi kekurangan diri
Mencari perhatian
Iseng Sering mendapat perlakuan kasar dari pihak lain Ingin terkenal Ikut-ikutan.
Maka bisa disimpulkan, mereka yang menjadi pelaku bullying adalah mereka
yang :
 Bersikap agresif atau bahkan tampak mudah bergaul Manipulatif
 Mendominasi dan memiliki perasaan narsis
 Bisa perempuan atau laki-laki
 Memiliki kemampuan bersosialisasi yang cukup buruk
 Tidak memiliki empati pada orang lain
 Populer dan dikagumi orang lain, sehingga beranggapan akan bisa ‘lolos
dari hukuman
 Tampak percaya diri namun sebenarnya tidak
 Merupakan korban bully orang lain sehingga melakukannya lagi pada yang
lain
 Memiliki masalah keluarga dan masalah psikologis yang tak terselesaikan
 Para pelaku bullying ini sebaiknya ditindaklanjuti karena berdasarkan
penelitian maka mereka cenderung akan :
Banyak para pelaku bullying sulit untuk melanjutkan pendidikan sehingga
cenderung drop-out Cenderung berlanjut ke arah kegiat criminal Bergauldengan
para bully yang lain sehingga tingkat kehidupannya tidak membaik Saat dewasa
cenderung menjadi anti sosial dan dominan pada kekerasan Cenderung
menciptakan generasi bully yang selanjutnya Cenderung terlibat dalam
penyalahgunaan obat terlarang dan minuman keras
Dampak yang Timbul dari Tindakan Bullying antar Pelajar di Sekolah adalah
Gangguan Kesehatan Fisik Beberapa dampak fisik yang biasanya
ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir
pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti
insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja.
Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying
akan mengejek kawannyasehingga kawannya tersebut jengkel. Atau lebih
parah lagi, korban bullying akanmengalami depresi dan hingga timbul rasa
takut untuk bergaul. Bullying harusdihindari karena bullying mengakibatkan
korbannya takut untuk bergaul sehinggamengakibatkan koraban mengalami
isolasi sosial. Selain itu, bullying juga dapatmenjadikan seorang anak turun
prestasinya karena merasa tertekan sering di bullyoleh pelakuBullying
merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang disengajadilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang dan dariwaktu
ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan
dirinyadengan mudah (Soetjipto, 2012). Perilaku bullying adalah tindakan
seseorang atau kelompok yang
dilakukan secara berulang kali dengan tujuan sengaja melukai seseorang
meliputi indikator sebagai berikut:
1) mengintimidasi adalah tindakan menakut-nakuti dan menggertakan yang
menyebabkan seseorang merasa takut seperti mengucilkan, mengabaikan,
mengancam, dan mendiamkan;
2) Penghinaan perasaan tidak berharga adalah tindakan merendahkan
seseorang dengan menyerang kehormatan seperti memandang sinis,
mempermalukan di depan umum, menghina, merasa tidak pantas dihormati.
3) mengganggu adalah ucapan verbal yang mengandung perilaku seperti
mengusik terus-menerus, memanggil nama dengan nama khusus yang
menyakitkan, menuduh dengaan menjelaskan pada orang lain hal yang tidak
benar, menyebarkan fitnah dengan menceritakan tidak sesuai
fakta.Penghinaan muncul dengan memungkinkan seseorang menyakiti
orang lain tanpa merasa empati, iba, atau malu. Contoh penghinaan perasaan
tidak berharga seperti siswa berperilaku sinis terhadap teman yang merasa
lemah. Adanya dominasi kekuasaan cenderung ada di lingkungan sekolah,
antara kakak kelas dengan adik kelas. Adik kelas
harus memenuhi keinginan kakak kelasnya, bila tidak dipenuhi akan
diancam. Kakak kelas membuat merasa rendah adik kelas yang dapat
diperintahkan semaunya saja.
Kasus bullying makin marak terjadi di dunia pendidikan yang membuat
berbagai pihak semakin prihatin termasuk komisi perlindungan
anak. Berbagai cara dilakukanuntuk meminimalisir kejadian bullying di
sekolah termasuk salah satunynya
komnas perlindungan anak mendesak ke pihak sekolah untuk lebih melindu
ngi danmemperhatikan murid-muridnya.Menurut Komisi Perlindungan
Anak (KPAI), Indonesia merupakan negaradengan kasus bullying di sekolah
yang paling banyak pelaporan masyarakat ke komisi perlindungan
anak. KPAI mencatat 369 pelaporan terkait masalah tersebut.25
% dari jumlah tersebut merupakan pelaporan di bidang pendidikan yaitu seb
anyak 1.480kasus. Kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil dari kasus
yang terjadi, tidaksedikit tindak kekerasan terhadap anak yang tidak
dilaporkan (Setyawan, 2015)
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana bentuk komunikasi antar siswa yang dibully ?
2.Apa Saja bentuk bully yang terjadi di dunia Pendidikan ?
3.Faktor apa saja yang membuat siswa melakukan tindakan bullying ?
4.Bagaimana tindakan para guru yang melakukan tindakan bullying ?

1.3.Tujuan Penulisan
1.Mengetahui bentuk tindakan bullying yang terjadi di dunia pemdidikan
2.Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan tindakan
Bullying.
3. Mengetahui peran guru terhadap siswa yang melakukan tindakan
bullying.
4. Mengetahui peran orangtua terhadap sikap dan perilaku siswa

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Bullying
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying
berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang
lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat
untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan,
perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi (Susanti, 2006).Barbara Coloroso
(2003:44) : “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan
disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan
menimbulkan terror. Termasuk juga tindakan yang direncanakan maupun yang spontan
bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di belakang seseorang,
mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seorang
anak atau kelompok anak.Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai
bullying. Seperti pendapat Olweus (1993) dalam pikiran rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying
can consist of any action that is used to hurt another child repeatedly and without cause”.
Bullying merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai siswa lain secara terus-
menerus dan tanpa sebab. Sedangkan menurut Rigby (2005; dalam Anesty, 2009)
merumuskan bahwa “bullying” merupakan sebuah hasrat untuk Menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini Dilakukan
secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak
Bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang
(Retno Astuti, 2008: 3).Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan
school bullying sebagai Perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan
berulang-ulang oleh Seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap
siswa lain yang lebih lemah dengan Tujuan menyakiti orang tersebut.Beberapa
ahli meragukan pengertian-pengertian di atas bahwa bullying hanya sekedar
Keinginan untuk menyakiti orang lain, mereka memandang bahwa “keinginan
untuk menyakiti Seseorang” dan “benar-be nar menyakiti seseorang” merupakan
dua hal yang
Oleh Karena itu beberapa ahli psikologi menambahkan bahwa bullying
merupakan sesuatu yang Dilakukan bukan sekedar dipikirkan oleh pelakunya,
keinginan untuk menyakiti orang lain dalam Bullying selalu diikuti oleh tindakan
negatif. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying
merupakan serangan Berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal,
yang dilakukan dalam posisi kekuatan Yang secara situasional didefinisikan untuk
keuntungan atau kepuasan mereka Sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari
perilaku agresif yaitu tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui
kata-kata, ataupun kombinasi dari ketiganya. Hal itu bisa Dilakukan oleh
kelompok atau individu. Pelaku mengambil keuntungan dari orang lain yang
Dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa dengan mengejek nama, korban
diganggu atau Diasingkan dan dapat merugikan korban.
B.Jenis-Jenis Bullying
Berikut jenis Bullying yang sering terjadi Pada Dunia pendidikan:
1. Bullying secara verbal; perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritikan kejam,penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan
seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-
tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya.
Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis
yang paling mudah dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal dari
perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada
kekerasan yang lebih lanjut.
2. Bullying secara fisik; yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli,
menendang, menampar,mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak
serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying
jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun
kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja
yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan
remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-
tindakan kriminal yang lebih lanjut
3. Bullying secara relasional; adalah pelemahan harga diri korban secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan
mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek.
Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi
dari luar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya diawal masa
remaja, karena saat itu tejadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual
remaja. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan
menyesuaikan dengan teman sebaya mereka.
4. Bullying elektronik; merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
pelakunya melalui Sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet,
website, chatting room, e-mail, SMS Dan sebagainya.Biasanya ditujukan untuk
meneror korban dengan menggunakan tulisan Animasi, gambar dan rekaman
video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau Menyudutkan.
C.Dampak Bullying
1. Dampak Emosional dan Mental.
Bullying dapat menyebabkan gangguan emosional dan mental pada korban.
Mereka mungkin mengalami kecemasan, depresi, stres, dan kehilangan
kepercayaan diri. Bullying juga dapat menyebabkan isolasi sosial, perasaan
kesepian, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
2. Masalah Kesehatan Mental
Korban bullying memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan masalah kesehatan mental seperti gangguan
kecemasan, gangguan suasana hati, dan gangguan makan
seperti anoreksia atau bulimia. Beberapa korban bahkan dapat
mengalami pemikiran atau perilaku bunuh diri.
3. Gangguan Fisik
Bullying dapat menyebabkan cedera fisik pada korban, baik
secara langsung melalui pelecehan fisik atau secara tidak
langsung melalui stres kronis. Cedera fisik dapat berkisar dari
lebam, memar, hingga luka yang lebih serius. Selain itu, stres
yang berkepanjangan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh
dan meningkatkan risiko penyakit fisik.
4. Performa Akademik yang Menurun
Korban bullying seringkali mengalami kesulitan dalam
fokus, belajar, dan berpartisipasi dalam lingkungan akademik.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan performa akademik,
absensi yang tinggi, dan penurunan minat terhadap pendidikan.
5. Gangguan Hubungan dan Sosial
Bullying dapat merusak hubungan sosial korban. Mereka
mungkin kesulitan mempercayai orang lain, mengembangkan
persahabatan, atau berinteraksi secara sosial. Hal ini dapat
berdampak jangka panjang terhadap kualitas hubungan dan
interaksi sosial mereka di masa depan.
D.Cara Mencegah Bullying
Praktik bullying atau perundungan antar murid di sekolah marak terjadi.
Ada beberapa cara mencegah terjadinya bullying, salah satunya dengan
melibatkan orang tua murid. "Saat siswa berada di lingkungan sekolah, tentunya
secara penuh mereka berada dalam pengawasan dan tanggung jawab guru,
sehingga guru memiliki frekuensi yang tinggi dalam berinteraksi dengan siswa
baik di kelas maupun di luar kelas, bullying bisa menyebabkan hilangnya nyawa
korban akibat kekerasan langsung atau korban yang memutuskan mengakhiri
hidup akibat tidak tahan terus di-bully. Kemudian ada berbagai cara untuk
mencegah terjadinya bullying di sekolah yaitu:
 Waspada
guru di sekolah lebih waspada terhadap tanda-tanda praktik bullying.
Guru mengawasi banyak siswa dalam satu waktu tentu merupakan tantangan
tersendiri tetapi bukan mustahil untuk dilakukan.Perilaku kecil yang dianggap
sebagai candaan terkadang menjadi indikator terjadinya bullying jika tidak
ditangani sejak dini. Seperti tatapan mata tajam yang ditujukan hanya pada satu
siswa tertentu atau memanggil nama teman dengan ejekan.
 Peduli Dengan Murid
Saat ada indikasi siswa melakukan intimidasi pada siswa lainnya, guru
harus merespons. Begitu pula jika terdapat siswa selaku korban bullying yang
menceritakan pengalamannya, guru sebaiknya menunjukkan kepedulian.
 Jeli Dan Peka
Guru perlu menyadari fakta yang terlihat di depan mata. Banyak kejadian
tersirat yang membutuhkan kejelian dari para guru, khususnya dalam
mengidentifikasi tanda perilaku bullying.Perlu disadari bahwa bullying dapat
dilakukan dan terjadi kepada siapapun, bahkan oleh siswa yang dalam
kesehariannya menunjukkan perilaku yang baik juga berprestasi, atau juga oleh
siswa yang nampak dalam kesehariannya sebagai siswa yang pendiam
 Menciptakan Ruang Kelas yang Aman
Ruang kelas yang aman tidak hanya aman digunakan saat belajar. Akan
tetapi juga adanya rasa saling menghormati, saling mendukung, rasa aman
untuk berinteraksi, bebas berekspresi, termasuk siswa mau bersuara saat
menyaksikan perilaku bullying.Jika dibutuhkan guru juga bisa menyediakan
dokumen anti-bullying yang ditandatangani oleh seluruh siswa untuk menunjang
terciptanya lingkungan kelas yang aman, tentunya dalam dokumen penting untuk
menyertakan konsekuensi yang membangun bagi siswa yang melanggar dan
prosedur penyelesaian masalah,".
 Aktif Melibatkan Orang Tua
guru bisa melibatkan orang tua dalam penanganan bullying. Saat ada
kejadian yang mengarah pada perilaku bullying, guru bisa menginformasikan hal
tersebut pada orang tua pelaku maupun orang tua korban.Hal ini agar orang tua
juga memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya terkait cara
bersikap. Sebaliknya, orang tua korban dapat mengajari mereka keterampilan
sehingga mereka tahu cara melakukan intervensi ketika bullying terjadi.

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bullying adalah suatu tindakan
negatif yang dilakukan Secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut
sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai Dan memnuat seseorang
merasa tidak nyaman. Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang
menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana
seseorang Berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau
buruk. Pemahaman moral bukan Tentang apa yang baik atau buruk, tetapi
tentang bagaimana seseorang berpikir sampai pada Keputusan bahwa
sesuatu adalah baik atau buruk. Peserta didik dengan pemahaman moral
yang Tinggi akan memikirkan dahulu perbuatan yang akan dilakukan
sehingga tidak akan melakukan Menyakiti atau melakukan bullying kepada
temannya. Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan
kepribadian yang wajar dan Pembentukan kematangan diri membuat mereka
mampu menghadapi berbagai tantangan dan Dalam kehidupannya saat ini
dan juga di masa mendatang. Untuk itu mereka sehingga Mendapatkan
asuhan dan pendidikan yang menunjang untuk perkembangannya.Dari
Kesimpulan diatas dapat disarankan
1) hendaknya pihak sekolah proaktif dengan Membuat program pengajaran
keterampilan sosial, problemsolving, manajemen konflik, dan Pendidikan
karakter.
2) Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di
Dalam maupun di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara
guru BK, guru-guru mata Pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3) Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan Pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya Tindakan
bullying antar pelajar di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohamad dan Asrori Mohamad, (2006). Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.
Assegaf, Abd. Rahman.( 2004). Pendidikan Tanpa Kekerasan : Tipologi
Kondisi, Kasus dan Konsep. Yogya: Penerbit Tiara Wacana. Astuti, P.R.
(2008). Meredam Bullying: 3 cara efektif mengatasi kekerasan pada anak.
Jakarta: PT. Grasindo.
Evertson M Carolyn.(2001).Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar.
Jakarta:Pranada media Group.Sulfemi, W. B. (2009). Modul Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bogor: STKIP
Muhammadiyah Bogor, 1, 1-49.
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2016). Modul Pembelajaran Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Bogor : STKIP Muhammadiyah Bogor.
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2017). Korelasi Penilaian Guru Terhadap Gaya
Kepemimpinan Asertif Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di SMPN
01 Jasinga Kabupaten Bogor. Lingua : Jurnal ilmiah Kajian Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. 3 (1) 201 7. 90-100 Sulfemi, W. B. (2018).
Pengaruh Disiplin Ibadah Sholat, Lingkungan Sekolah, dan Intelegensi
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam. EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan,
16 (2).Sulfemi, Wahyu Bagja dan Hilga Minati. (2018). Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas 3 SD Menggunakan Model Picture And
Picture dan Media Gambar Seri. JPSD. 4 (2), 228- 242.
Sulfemi, W. B., & Yuliana, D. (2019). Penerapan Model Pembelajaran
Discover Learning Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 5(1), 17-30.
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2019). Bergaul Tanpa Harus Menyakiti. Bogor :
Visa Nusantara Maju.Sulfemi, Wahyu Bagja. (2019). Menanggulangi
Prilaku Bullying Di Sekolah. Bogor : Visi Nusantara Maju.
Sulfemi, Wahyu Bagja dan Yuliani, Nunung. (2019). Model Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantu Media Miniatur
Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. Edunomic : Jurnal
Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. 7
( 2) . 73-84
Sulfemi, W. B. (2019). Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping
Berbantu Audio Visual Dalam Meningkatkan Minat, Motivasi dan Hasil
Belajar IPS. Jurnal PIPSI (Jurnal Pendidikan IPS Indonesia), 4(1), 13-19.
Sulfemi, W. B. (2019). Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya.
Bogor :STKIP

Anda mungkin juga menyukai