Di Susun Oleh :
Kelompok 5
Kristianus Sondorogo S.H 201802025
Muthi’in Farida 2018020
Nerilina Indah P. 2018020
Oktaviana Riska S. 2018020
Salsabila Sonya R 201802038
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas “MAKALAH KEPERAWATAN
KOMUNITAS 1ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA DENGAN KASUS
BULLYING.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada ;
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku ketua Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bullying adalah perilaku yang agresif menyangkut ketidakseimbangan kekuatan
antara korban dengan pelaku bullying (UNICEF, 2014). Menurut Colorose (2007) yang
mendefinisikan bullying bukan hanya tentang konflik atau kemarahan, tetapi bullying
adalah tentang ketidaksukaan terhadap seseorang yang dianggap rendah , tidak layak
untuk dihormati atau tidak berharga. Menurut yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA)
2008.
Indonesia dirilis awal Maret 2015,ditemukan fakta mengejutkan terkait kekerasan
pada anak di sekolah yaitu anak yang mengalami kekerasan di sekolah termasuk perilaku
bullying sebanyak 84%, angka tersebut lebih tinggi dari tren di kawasan Asia yakni 70%.
Data bidang pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus anak pelaku
kekerasan dan bullying yang paling banyak terjadi di bidang pendidikan. “Jumlah kasus
per tanggal 30 Mei 2018 yaitu 161 kasus.
Pada pertumbuhan dan perkembangan selama masa remaja awal (usia 11-14
tahun) terjadi pengukuran daya tarik berdasarkan penerimaan dan penolakan teman 3
sebaya, pada hubungan dengan teman sebaya tidak jarang terjadi perebutan kekuasaan
didalam kelompok teman sebaya, sehingga tidak jarang perilaku bullying terjadi
dikalangan remaja. Tercatat teman sebaya merupakan pelaku utama dari kekerasan atau
tindakan bullying terhadap anak dan remaja. Sebuah studi mencatat bahwa rata-rata 67 %
siswa (73 % laki-laki dan 62% perempuan) dari kelas 5 SD hingga kelas 8 SMP
melaporkan pernah melakukan kekerasan atau tindakan bullying di sekolah dalam 6
bulan terakhir (ICRW, 2015).
Dari fenomena-fenomena di atas maka penyusun tertarik untuk melakukan
penggalian dan memberkan pemahaman terhadap masyarakat dan komunitas tentang
mengapa kita harus perhatian dengan kejadian Buklying dan seberapa penting
hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan usia remaja.
B. RUMUSAN MASALAH
1 Apakah definisi dari bulying?
2 Apakah etiologi dari bulying?
3 Bagaimana patofisiologi bulying?
4 Bagaimana gambaran pathway terjadinya bulying?
5 Bagaimana tanda dan gejala bulying?
6 Bagaimana cara penularan bulying?
7 Bagaimana cara mengatasi terjadinya bulying?
8 Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada kasus bulying?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mngetahui dan memahami definisi dari bulying
4
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari bulying
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi bulying
4. Untuk mengetahui dan memahami pathway terjadinya bulying
5. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala bulying
6. Untuk mengetahui dan memahami cara penularan bulying
7. Untuk mengetahui dan memahami cara mengatasi terjadinya bulying
8. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada kasus bulying
BAB II
5
PEMBAHASAN
1 DEFINISI BULYING
Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu
orang yang lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai
masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan,
penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi (Susanti, 2006).
Barbara Coloroso (2003:44) : “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan
secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui
ancaman agresi dan menimbulkan terror. Termasuk juga tindakan yang direncanakan
maupun yang spontan bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau
di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan
serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal, yang dilakukan dalam
posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan
mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu tingkah laku
yang kasar
Jenis jenis bulying
Barbara Coloroso (2006:47-50) membagi jenis-jenis bullying kedalam empat
jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Bullying secara verbal ; perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat yang
mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan
keliru, gosip dan sebagainya. bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu
jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi
awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama
menuju pada kekerasan yang lebih lanjut
2) Bullying secara fisik; yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli,
menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan
merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas.
3) Bullying secara relasional ; adalah pelemahan harga diri korban secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang
agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh
yang mengejek. Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku bullying yang
paling sulit dideteksi dari luar. Bullying secara relasional mencapai puncak
kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu tejadi perubahan fisik,
mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika remaja mencoba
untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya
6
4) Bullying elektronik ; merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet,
website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan
untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, gambar dan rekaman
video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.
Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah
memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan
media elektronik lainnya
2 ETIOLOGI BULYING
Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:
a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian
menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari
lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa mereka
yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan
pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada
siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah;
c. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar
rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak
melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk
dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan
perilaku tersebut.
d. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku
bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan
bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa
saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di
lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya
e. Tayangan televisi dan media cetak
7
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan
yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006)
memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang
ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%)
4 PATHWAY BULYING
8
5 TANDA GEJALA BULYING
Tanda gejala pelaku bullying :
a Memiliki keinginan untuk mengendalikan orang lain.
b Memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula,
cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal
orang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap
frustas
c Fokus pada diri sendiri
d Memiliki keterampilan sosial yang buruk
e sulit untuk bergaul
f Kurang empati
g Sering merasa tidak aman dan membuat dirinya nyaman dengan cara menggretak
atau mengganggu orang lain
h Kesulitan untuk memahami emosi seperti rasa bersalah, empati, belas kasih, dan
penyesalan
i Merasa ingin unggul dengan teman sebayanya
j Merasa puas dengan perilaku merugikan orang lain
k Mudah tersinggung dengan perkataan orang lain
korban bulying :
9
a. Penampilan fisik Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat
dari penampilan fisik. Ketika seorang anak memiliki penampilan fisik yang
dianggap berbeda dengan anak lain pada umumnya, para bully dapat
menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak tersebut. Penampilan fisik
berbeda dapat meliputi kelebihan atau kekurangan berat badan, menggunakan
kaca mata, menggunakan behel, menggunakan pakaian yang dianggap tidak
keren seperti anak-anak lainnya.
b. Ras Perbedaan ras. Hal ini umumnya terjadi ketika seorang anak dengan ras
berbeda memasuki satu lingkungan dan dianggap sebagai minoritas.
c. Orientasi seksual Orientasi seksual seseorang berbeda-beda dan umumnya
seorang anak baru menyadari orientasi seksual yang berbeda memasuki usia
remaja. transgneder sering kali mendapatkan perilaku bully. Hal ini yang
membuat seseorang cenderung menyembunyikan orientasi seksualnya.
d. Terlihat lemah. ketika seorang anak dianggap lebih lemah dan terlihat tidak
suka melawan. bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara
pelaku dan juga korban. Pelaku tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat
dan dapat mendominasi korban yang lebih lemah.
e. Terlihat tidak mudah bergaul Selain karena lemah, terlihat tidak mudah
bergaul dan memiliki sedikit teman juga menjadi salah satu penyebab menjadi
korban bullying.
6. DAMPAK BULYING
Bullying memiliki berbagai dampak negatif yang dapat dirasakan oleh semua
pihak yang terlibat di dalamnya, baik pelaku, korban, ataupun orang-orang yang
menyaksikan tindakan bullying. Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence
Prevention Resource Center Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa
bullying mengakibatkan:
1) Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian. Konsep diri sosial
korban bullying menjadi lebih negatif karena korbam merasa tidak diterima oleh
teman-temannya, selain itu dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-
menerus dalam membina pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya
2) Dapat mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk
menghindari sekolah, Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat
mempengaruhi self-esteem remaja
3) meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja
rentan terhadap stress dan depresi, serta rasa tidak aman
4) mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh
diri (commited suicide) jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang.
5) Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan
marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-
orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau
menolongnya. Hal tersebut kemudian mulai mempengaruhi prestasi akademiknya.
10
Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk
mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.
6) Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (bystanders). Jika bullying
dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat
berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi
ini, beberapa remaja mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi
sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa
melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu
menghentikannya
7. CARA MENGATASI BULYING
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan oleh kita sebagai perawat dengan remaja yang
berperan sebagai konselor bagi remaja pelaku bullying (Lee, 2010)\
a. Membantu anak-anak mengetahui dan memahami bullying. Dengan menambah
pengetahuan anak-anak mengenai bullying, mereka dapat lebih mudah mengenali saat
bullying menimpa mereka atau orang-orang di dekat mereka. Selain itu anak-anak
juga perlu dibekali dengan pengetahuan untuk menghadapi bullying dan bagaimana
mencari pertolongan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
anak mengenai bullying, diantaranya:
1) Memberitahu pada anak bahwa bullying tidak baik dan tidak dapat dibenarkan
dengan alasan maupun tujuan apapun. Setiap orang layak diperlakukan dengan
hormat, apapun perbedaan yang mereka miliki.
2) Memberitahu pada anak mengenai dampakdampak bullying bagi pihak-pihak
yang terlibat
b. Memberi saran mengenai cara-cara menghadapi bullying. Setelah diberikan
pemahaman mengenai bullying, anak-anak juga perlu dibekali pengetahuan dan
keterampilan ketika mereka menjadi sasaran dari bullying agar dapat menghadapinya
dengan aman tanpa menggunakan cara-cara yang agresif atau kekerasan, yang dapat
semakin memperburuk keadaan. Cara-cara yang dapat digunakan, misalnya dengan
mengabaikan pelaku, menjauhi pelaku, atau menyampaikan keberatan mereka
terhadap pelaku dengan terbuka dan percaya diri. Mereka juga dapat menghindari
bullying dengan berada di sekitar orang-orang dewasa
c. Ketiga. Membangun hubungan dan komunikasi dua arah dengan anak. Biasanya
pelaku bullying akan mengancam atau mempermalukan korban bila mereka mengadu
kepada orang lain, dan hal inilah yang biasanya membuat seorang korban bullying
tidak mau mengadukan kejadian yang menimpa mereka kepada orang lain. Oleh
karena itu, sangat penting untuk senantiasa membangun hubungan dan menjalin
komunikasi dua arah dengan anak, agar mereka dapat merasa aman dengan
menceritakan masalah yang mereka alami dengan orangorang terdekat mereka, dan
tidak terpengaruh oleh ancaman-ancaman yang mereka terima dari para pelaku
bullying
11
d. mendorong mereka untuk tidak menjadi “saksi bisu” dalam kasus bullying. Anak-
anak yang menyaksikan kasus bullying juga dapat membantu dengan cara:
1) Menemani atau menjadi teman bagi korban bullying, misalnya dengan mengajak
bermain atau berkegiatan bersama.
2) Menjauhkan korban dari situasi-situasi yang memungkinkan ia mengalami
bullying.
3) Mengajak korban bicara mengenai perlakuan yang ia terima, mendengarkan ia
bercerita dan mengungkapkan perasaannya.
e. Membantu anak menemukan minat dan potensi mereka. Dengan mengetahui minat
dan potensi mereka, anak-anak akan terdorong untuk mengembangkan diri dan
bertemu serta berteman dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Hal ini
akan meningkatkan rasa percaya diri dan mendukung kehidupan sosial mereka
sehingga membantu melindungi mereka dari bullying
8. ASUHAN KEPERAWATAN BULYING
KASUS
Salah satu siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pekanbaru, Riau berinisial
FA (17) mengalami patah tulang hidung. Menurut pengakuan FA, ia di-bully oleh
teman-temannya di sekolah. Paman korban, Muchtar mengatakan, tak hanya di-bully, FA
juga diancam dan diperas. “Dia (korban) sudah sekitar lima bulan sekolah di situ. Selama
dia di situ, uang jajannya dirampas dan diancam supaya tidak ngadu ke orangtuanya,”
kata Muchtar. FA merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Kakak FA usia 25 tahun
sudah bekerja. FA tidak pernah bercerita jika dia dibully disekolah.keluarga mengatakan
Pribadi FA berubah, FA sering mengurung diri, takut bertemu dengan orang hingga tak
mau lagi bersekolah, dan banyak luka memar ditubuhnya.
Selain dibully hingga mengalami patah tulang hidung, korban juga dipaksa mengaku
bahwa dirinya terjatuh. FA dibully lantaran keluarga nya hanya pekerja sebagai penjual
kerupuk keliling sehingga Pelaku sering mencemooh FA sampai memukul korban
dengan kayu bingkai foto. Kemudian pelaku menarik kepala korban dan dibenturkan ke
lutut hingga korban mengalami patah tulang. Kapolresta Pekanbaru AKBP Nandang
Mu’min Wijaya mengemukakan, kasus bullying tersebut berawal dari bercanda.
Peristiwa terjadi pada Selasa (5/11/2020) sekitar pukul 11.00 WIB.
Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004), pengkajian keluarga tediri dari sebagai berikut ini:
a. Data Umum. Data ini mencangkup kepala keluarga (KK), alamat dan telepon,
pekerjaan KK, pendidikan KK, dan komposisi keluarga. Selanjutnya komposisi
keluarga dibuat pemorgramnya.
12
Kel. ur didik
o ma s ak et
KK Dg. an
Kepala Hepatiti
BC Polio DPT
1 Tn. A keluar 40 SMA s
G
ga 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ny.
2 IRT 39 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
A
Tn. Ana
3 25 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B k1
Ana
4 FA 17 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
k2
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga sesuai dengan usianya
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum tepenuhi adalah kesusahan untuk
mengawasi anak FA karena sering sibuk membuat kerupuk setiap pagi tidak
sempat mempersiapkan keperluan anak sekolah
c. Riwayat kesehatan keluarga inti : keluarga tidak ada yang mengidap penyakit
menular lainnya
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya mengalami batuk dan flu disertai
pusing
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah : lantai terbuat dari mistar, bangunan batako, ada
ventilasi setiap ruangan, tidak ada ruang keluarga, ruang tamu menyatu dengan
ruang istirahat
2) Karakteristik tertangga dan komunitasnya dikampung cukup baik. Keluarga
sering mengikuti kegiatan di desanya seperti kenduren, kerja bakti, tahlil
3) Mobilitas geografis keluarga: rumah keluarga FA dekat dengan jalan raya,
dekat dengan pusat perbelanjaan dan sekolah, banyak gedung gedung besar
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : FA sering
mengikuti kegiatan keluarga dengan membantu berjualan kerupuk keliling
5) Sistem pendukung keluarga : FA didukung oleh kedua orang tuanya dan
kakak laki lakinya
d. Struktur Keluarga
1) Struktur peran : peran keluarga ayah dan ibu baik. Selalu mendukung usaha
apa yang dilakukan anak anaknya
2) Nilai atau norma keluarga: keluarga FA dipandang baik dalam berinteraksi,
rendah hati, suka menolong orang lain, dan berkecukupan, makan seadanya
13
3) Pola komunikasi keluarga : pola interaksi 2 arah, FA sering tidak
mengatakanmasalahnya kepada orang tuanya
4) Struktur kekuatan keluarga: keluarga FA sering merasa harga diri rendah,
malu karena belum mempunyai sesuau yang mapan untuk keluarga
e. Fungsi Keluaraga
1) Fungsi ekonomi : kelaurga menghasilkan uang dari bekerja sebagai penjual
kerpuk keliling
2) Fungsi mendapatkan status social: dapat bertahan hidup dan berinteraksi
dengan orang lain, satus sosial FA kurang dihargai oleh masyarakat karena
berkecukupan
3) Fungsi sosialisasi:keluarga FA memberikan dukungan dn informasi secara
langsung tentang kenyataan hidup bahwa kharus bekerja keras agar
menghasilkan yang manfaat
4) Pemenuhan kesehatan :keluarga FA tidak mengidap peyakit penyakit yang
serius
Mengakaji tentang:
1) Kemampuan keluarga untuk menganal masalah kesehatan kurang
2) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehtan yang tepat cukup rendah karena tidak ada biaya untuk berobat
3) Kemampuan keluarga merawta anggota keluarga yang sakit cukup baik
walaupun dengan cara tradisional
4) Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat cukup baik. Rumah terdapat wc dan pembuangan limbah terpisah, ada
ventilasi
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat cukup rendah
6) Fungsi religious keluarga FA cukup bagus. Rajin beribadah dan mengikuti
tahlilan didesanya
7) Fungsi rekreasi FA saat hari libur sekolah membantu orang tua berjualan
keliling. Jika ada uang lebih keluarga makan makanan yang bergizi tinggi
seperti ayam
8) Fungsi reproduksi: keluarga FA tidak ada gangguan reproduksi seperti
transgender atau lesby.
9) Fungsi afektif: keluarga FA memiliki kasih sayang yang erat antar anggota.
f. Stres dan Koping Keluarga
1) Stres jangka pendek
keluarga FA merespon tekanan dari luar cemooh
2) Stres jangka panjang
14
Keluarga FA merespon setres yang memerlukan waktu penyelesian lebih adri 6
bulan
3) Koping keluarga
strtegi koping terhadap stressor yang ada dengan cara diam dan berusaha untuk
acuh, meminta bantuan kepada tokoh masyarakat dan teman teman
g. Pemerikasaan Fisik
Terdapat luka memar di area tubuh FA bekas pukulan, perdarahan pada hidung,
mata tampak bengap, pucat, lemas
h. Harapan Keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang merawat anak FA berharap
agar segera pulih dan dapat bersekolah seperti anak lainnya
Pengkajian Fokus
Pengkajian data focus keluarga dengan anak usia remaja (Suprajitno, 2004)
meliputi:
a. karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah : sebagian besar
memiliki perilaku yang menyimpang, suka menyombongkan apa yang mereka
miliki, FA sring dicela karena pekerjaan ayah dan ibunya
b. kebiasaan anak menggunakan waktu luang dengan membantu orang tua
jualan kerupuk keliling, bermain dengan teman sebayanya
c. perilaku anak selama di rumah baik, sopan, menuruti perintah orang tua
d. hubungan antara anak remaja dengan kakaknya, dengan teman sekolah atau
bemain kurang baik karena FA dipandang beda ras atau beda status sosial
e. berada dirumah selama anak remaja di rumah kakak laki lakinya dan biasanya
ibu
f. prestasi anak disekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh anak tidak
ada
g. kegiatan diluar rumah selain disekolah adalah berjualan setiap ada waktu
luang
h. kebiasaan anak di rumah menonton TV, membaca buku, membantu orang
tua
i. fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri adalah sepeda
j. lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak kurang lebih 6 jam
k. yang menjadi figure untuk anak adalah ayah dan ibu
l. peran ayah dan ibu adalah sangat berjasa pada perkembangan FA dan kasih
sayang yang tak terbatas
m. pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga cukup karena masih belum maksimal
dalam mengawasi dan mengetahui masalah anaknya
1) Analisis Data dan Penentuan Masalah
Analisis Data
15
Data Etiologi Diagnosa
- Data Subjektif Penilaian internal individu Harga diri
FA mengungkapkan tentang: maupun penilaian ekstenal rendah
a. Hal negative dari diri sendiri yang negative
atau orang lain dengan merasa
malu dengan pekerjaan orang
tuanya Mekanisme koping
b. Perasaan tidak mampu maladaptive
c. Padangan hidup yang pesimis
d. Penolakan terhadap kemampuan
diri Harga diri rendah
-Data Objektif
a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan
bicara
c. Lebih banyak menundukkan
kepala saat berinteraksi
d. Bicara lambat dengan nada
suara lemas dan lirih
Data Subjektif Ketidak efektifan koping Isolasi
FA mengungkapkan tentang individu sosial
a. Ingin sendiri
b. Menarik diri
c. Adanya permusuhan dengan Gangguan harga diri: harga
teman diri rendah
d. Merasa tidak aman di tempat
umum
e. Perasaan berbeda dari orang
lain Isolasi sosial
Data Objektif
a. Riwayat ditolak
b. Tidak ada kontak mata
c. Terlihat sedih Gangguan persepsi sensori
16
dengan anak FA karena tidak
berbicara masalahnya dengan
orang tua
17
1. -Sifat masalah
Skala: Ancaman kesehatan 4
Tidak/kurang sehat 3
Krisis 3
2. -Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Dengan mudah 1
Hanya sebagian 2
Tidak dapat 1
3. -Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. -Menonjolnya masalah
Skala: Maslah berat harus ditangani 4
Maslah tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 1
Skor : 1 : sangat rendah
2: rendah
3: cukup
4: tinggi
5: sangat tinggi
3. Diagnosa Keperawatan
1) Harga diri rendah berhubungan dengan riwayat penolakan
2) Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental
3) Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perubahan peran keluarga
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
keperawata Tujuan dan Kriteria
Intervensi
n Hasil
Harga diri Setelah dilakukan1.
rendah situasional tindakan keperawatan
berhubungan selama …. jam harga
dengan riwayat diri pasien meningkat,
penolakan dengan kriteria hasil:
1.
18
keluarga
6. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Harga Diri Rendah S : Klien Mengatakan tidak percaya diri dengan hasil
karyanya
O : tidak dapat mau memberikan tauakan hasil karya nya
kepada orang lain (anggota keluarganya)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
a KESIMPULAN
b SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
& Causes – http://www.childrenshospital.org/conditions-and-
treatments/conditions/b/bullying/symptoms-and-causes CAUSES OF
BULLYING – https://americanspcc.org/wp-content/uploads/2013/04/Bullying-
Causes-of-Courtesy-of-nobullying.pdf Bully –
https://en.oxforddictionaries.com/definition/bully Dealing With Bullying –
https://kidshealth.org/en/teens/bullies.html Types of bullying –
https://www.ncab.org.au/bullying-advice/bullying-for-parents/types-of-bullying
21