PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Bullying
Saat ini, bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia. Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang
atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban
merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Pelaku bullying sering disebut
dengan istilah bully. Seorang bully tidak mengenal gender maupun usia. Bahkan,
bullying sudah sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh para remaja.
Menurut suryani (dalam Jurnal stop bullying, 2016) pengertian Bullying adalah
perilaku yang berulang dari waktu ke waktu yang secara nyata melibatkan ketidak
seimbangan kekuasaan, kelompok yang lebih kuat akan menyerang yang lemah. Istilah
bullying (dalam jurnal mengatasi kekerasan disekolah dan lingkungan sekitar anak, 2018)
diilhami dari kata bull ( bahasa inggris) yang berarti “banteng” yang suka menanduk.
Pihak pelaku bullying biasa disebut bully. Bullying adalah sebuah situasi dimana
terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasan yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok. Pihak yang kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran
fisik, tapi bisa juga kuat secara mental.
Dalam buku panduan Psikologi social Definisi bullying yang diterima secara luas
adalah yang dibuat Olweus, seseorang dianggap menjadi korban bullying “bila ia
dihadapkan pada tindakan negative seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang
dan terjadi dari waktu ke waktu.” Selain itu, bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan
yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negative yang diterimanya.
Berbeda dengan tindakan egresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya
dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying biasanya terjadi secara
berkelanjutan selama jangka waktu cukup lama, sehingga korbannya terus menerus
berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Bullying dapat berbentuk tindakan
langsung maupun tindakan tidak langsung. Bullying langsung mencakup pelecehan fisik
terhadap korbannya, sementara bullying tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang
menyebabkan targetnya terasing dan terkucil secara sosial..
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat
diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan
fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa.
Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh
anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat
dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan
verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar binger yang
terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh
dan tidak simpatik di antara teman sebaya.
Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah pelemahan harga diri
si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian,
atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan
yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun
tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan.
Cyber bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi,
internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan
negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.
D. Dampak Bullying
Dampak yang dialami korban bullying tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga
dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi,
dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian. Menurut Hilda bullying tidak hanya
berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan
iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas.
Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari tindak bullying pada
para korban dan pelakunya. Menurut marsh, 2003 Pelibatan dalam bullying sekolah
secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang berkontribusi pada penolakan
teman sebaya, perilaku menyimpang, kenalakan remaja, kriminalitas, gangguan
psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi bunuh diri. Efekefek ini
telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun korbannya.
Bullying juga berpengaruh pada sekolah dan masyarakat. Sekolah tempat bullying
terjadi seringkali dicirikan dengan:
4. Pembentukan gang formal dan informal sebagai alat untuk menghasut tindakan
bullying atau melindungi kelompok dari tindak bullying
5. Tindakan hukum yang diambil menentang sekolah yang dilakukan oleh siswa dan
orang tua siswa