Anda di halaman 1dari 18

TUGAS UTS

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

Oleh :

AL QOMAR HIDAYAT
S1 ADMINISTRASI NEGARA

Dosen Pengampu :
ISRA’I MAROS, S.Sos., M.Si

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI NEGARA


INSTITUT ADMINISTRASI DAN KESEHATAN SETIH SETIO
MUARA BUNGO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja.
Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan
mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga kawannya tersebut jengkel.
Atau lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga
timbul rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying
mengakibatkan korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena
di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat
menjadikan seorang anak turun prestasinya karena merasa tertekan sering di
bully oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-
abad, bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun
1970-an (Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang
memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya
pada literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa
beberapa anak melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya menjadi
korban bullying. Bukan itu saja, Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di
sekolah dapat direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian
yang sangat penting.
Bullying merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang
disengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-
ulang dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat
mempertahankan dirinya dengan mudah.
Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial di dunia.
Sebelum abad ke -20 berakhir, ratusan studi serupa telah dilakukan di banyak
negara. Buku, artikel, website, video dan CD mulai bermunculan dengan
maksud untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mereduksi
bahkan menghentikan bullying di sekolah.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapatlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan bullying?
2. Apa saja jenis-jenis bullying?
3. Apa sajakah faktor penyebab maraknya bullying?
4. Apa sajakah dampak dari tindakan bullying?
5. Bagaimana upaya pencegahan bullying?
6. Apa saja 10 pencegahan anti terorisme?

C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas, maka dapatlah tujuan makalah ini
adalah:
1. Untuk memberikan informasi serta menambah wawasan bagi pembaca
tentang bullying dan pencegahana anti terorisme
2. Untuk mendiskrisikan yang dimaksud dengan bullying?
3. Untuk menjelaskan apa saja jenis-jenis bullying?
4. Untuk mengetahui apa saja dampak dari tindakan bullying?
5. Untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan bullying?
6. Untuk mengetahui apa saja 10 pencegahan anti terorisme?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bullying
Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau
sekelompok orang secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan
kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau
secara fisik. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary, bullying adalah “a
blustering rowbeating person; especially one who is habitually cruel to
others who are weaker.” Melakukan bullying berarti to “treat someone
abusively or to affect them by means of force or coercion.”. Center for
Children and Families in the Justice System mendefinisikan bullying sebagai ,
“repeated and systematic harassment and attacks on others.” Bullying bisa
terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda. Di
antara format dan bentuk tersebut adalah; nama panggilan yang tidak disukai,
terasing, penyebaran isu yang tidak benar, pengucilan, kekerasan fisik,
dan penyerangan (mendorong, memukul, dan menendang), intimidasi,
pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama, gender, dan
lain-lain.
Mengutip Widya Ayu dalam buku Cegah dan Stop Bullying Sejak
Dini, bullying berasal dari bahasa Inggris yaitu bull yang berarti banteng.
Secara etimologi bullying berarti penggertak, orang yang mengganggu yang
lemah.
Dalam bahasa Indonesia, bullying disebut menyakat yang artinya
mengusik (supaya menjadi takut, menangis, dan sebagainya), merisak secara
verbal. Sementara itu, mengutip hasil ratas bullying Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), bullying juga
dikenal sebagai penindasan/risak.
Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang
dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih
kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan
dilakukan secara terus menerus.
Menurut Unicef, bullying bisa diidentifikasi lewat tiga karakteristik
yaitu disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada
perbedaan kekuasaan. Bullying bisa terjadi secara langsung atau online.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku
kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi
pengertian bullying sebagai “kekerasan fisik dan psikologis berjangka
panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang
tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk
melukai atau menakuti orang atau membuat orang
tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya. ”Bullying biasanya dilakukan
berulang sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang atau kelompok
terhadap seseorang atau kelompok lain. Bila dilakukan terus menerus akan
menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan depresi. Kejadian tersebut
sangat mungkin berlangsung pada pihak yang setara, namun, sering
terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara kekuatan maupun kekuasaan.
Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu mempertahankan diri atau tidak
berdaya. Korban bullying biasanya memang telah diposisikan sebagai
target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial yang bersifat
subordinat antara senior dan junior.

B. Jenis-jenis Bullying
Bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-kali.
Biasanya, pelaku bullying berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan
yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau
dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya. Berikut jenis-
jenis bullying menurut Kemenppa RI:
1. Bullying dengan Kontak Fisik Langsung
Pertama, ada bullying yang dilakukan dengan kontak fisik
langsung. Bullying fisik merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan
sebagai usaha mengontrol korban dengan kekuatan yang dimiliki pelaku.
Bullying jenis ini meliputi tindakan memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit,
mencakar, memeras, dan merusak barang yang dimiliki orang lain.
2. Bullying dengan Kontak Verbal Langsung
Sementara, bullying verbal merupakan jenis perundungan dengan
menggunakan kata-kata, pernyataan, dan sebutan atau panggilan yang
menghina. Pelaku bullying verbal biasanya bakal terus melakukan
penghinaan, merendahkan, dan melukai korban. Tindakan mengancam,
mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama
(name-calling),sarkasme, merendahkan (put- downs), mencela/mengejek,
mengintimidasi, memaki, hingga menyebarkan gosip masuk dalam jenis
bullying verbal.
3. Bullying Non-Verbal Langsung
Seperti namanya, bullying non-verbal langsung dilakukan tanpa
kata-kata. Namun, pelaku bakal melakukan gerakan menghina korban
secara langsung. Bahkan, pelaku biasanya mengancam dan disertai
dengan bullying fisik dan verbal.
Beberapa contoh tindakan bullying non-verbal langsung, seperti
melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka
yang merendahkan, hingga mengejek.
4. Bullying Non-Verbal Tidak Langsung
Bullying non-verbal tidak langsung atau bisa disebut juga dengan
agresi relasional. Ini adalah jenis bullying yang dilakukan secara
emosional. Namun, bullying jenis ini kerap luput dari perhatian orang tua
dan guru di sekolah. Padahal, bullying non-verbal tidak langsung punya
dampak yang tidak kalah berbahaya. Tindakan mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan
atau mengabaikan, hingga mengirimkan surat kaleng juga masuk dalam
jenis tindakan bullying ini.
5. Cyber Bullying
Tak hanya bullying secara langsung, para pelaku juga kini
menyasar korban di dunia maya dan tindakan ini disebut dengan cyber
bullying. Pelaku bakal menargetkan korban di media online dengan cara
menyakiti orang lain melalui rekaman video intimidasi, pencemaran
nama baik, mempermalukan, hingga melecehkan. Biasanya, orang tua
dan guru tidak menyadari jenis bullying ini.
6. Sexual Bullying atau Pelecehan Seksual
Sexual bullying atau pelecehan seksual biasanya menimpa anak
perempuan. Namun, korbannya bisa jadi adalah laki-laki atau anak
perempuan lainnya. Sexual bullying adalah tindakan berulang dan
berbahaya yang menargetkan seseorang secara seksual. Contoh sexual
bullying adalah komentar kasar, gerakan vulgar, sentuhan tanpa
persetujuan kedua belah pihak, hingga memanggil seseorang dengan
nama yang tak pantas. Dalam kasus yang lebih parah, sexual bullying
bisa membuka pintu untuk melakukan kekerasan seksual.

C. Dampak Tindakan Bullying


1. Dampak Negatif
Menurut Suyatno (2003) yang dikutip dalam buku Model
Intervensi Psikologi Islam Konseling Kelompol Tazkiyatun Nafsi: Salah
Satu Bentuk Upaya dalam Menangani Siswa Korban Bullying,
menyebutkan beberapa dampak negatif yang dialami anak-anak korban
bullying yaitu:
a. Dampak bullying terhadap kehidupan individu
1) Kurangnya motivasi atau harga diri,
2) Problem kesehatan mental, misalnya kecemasan berlebihan,
problem dalam hal makan, susah tidur.
3) Sakit yang serius dan luka parah sampai cacat permanen: patah
tulang, radang karena infeksi, dan mata lebam, termasuk juga
sakit kepala, perut, otot, dan lain-lain yang bertahun-tahun
meski bila ia tak lagi dianiaya.
4) Problem-problem kesehatan seksual, misalnya: mengalami
kerusakan organ reproduksinya, kehamilan yang tak diinginkan,
ketularan penyakit menular seksual.
5) Mengembangkan perilaku agresif (suka menyerang) atau jadi
pemarah atau bahkan sebaliknya menjadi pendiam dan suka
menarik diri dari pergaulan.
6) Mimpi buruk dan serba ketakutan, selain itu kehilangan nafsu
makan, tumbuh, dan belajar lebih lamban, sakit perut, asma, dan
sakit kepala.
7) Kematian.
b. Dampak bullying terhadap kehidupan social
1) Pewarisan lingkaran kekerasan secara turun-temurun atau dari
generasi ke generasi.
2) Tetap bertahan kepercayaan yang keliru bahwa orang tua
mempunyai hak untuk melakukan apa saja terhadap anaknya,
termasuk hak melakukan kekerasan.
3) Kualitas hidup semua anggota masyarakat merosot, sebab anak
yang dianiaya tak mengambil peran yang selayaknya dalam
kehidupan kemasyarakatan.
c. Dampak bullying terhadap kehidupan akademik
Bullying berhubungan dengan meningkatnya tingkat depresi,
agresi, penurunan nilai akademik, dan tindakan bunuh diri. Bullying
juga menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis
siswa.
2. Dampak Positif
Dari dampak negatif di atas, ternyata bullying dapat
mengakibatkan dampak positif yaitu:
a. Bullying bisa menjadi stresor positif bagi remaja yang kuat fisik dan
mental dalam menjalani hidupnya.
b. Remaja yang terkena bullying akan termotivasi untuk berani
membela dirinya di hadapan orang lain, dapat membela temannya
(berjiwa ksatria).
c. Lebih proaktif dan tanggap akan permasalahan yang dihadapi.
d. Timbul keinginan untuk belajar lebih giat (karena mendapat ejekan
masalah akademik).
e. Timbul rasa setia kawan yang tinggi karena ada rasa peduli akan
derita teman.

D. Upaya Pencegahan Bullying


Cara mengatasi bullying bisa dimulai dengan langkah pencegahan dari
anak, keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Jika bullying sudah terjadi, Anda
bisa mengatasinya dengan melakukan rehabilitasi. Berikut penjelasan lengkap
cara mengatasi atau pencegahan bullying:
Langkah pertama adalah dengan melakukan pencegahan. Pencegahan
bullying perlu dilakukan secara menyeluruh, melalui sang anak, keluarga,
sekolah, hingga lingkungan masyarakat.
1. Pencegahan Melalui Anak
Pencegahan melalui anak bisa dilakukan dengan cara memberi
pengetahuan tentang apa itu bullying dan pastikan anak mampu melawan
tindakan bullying jika terjadi kepadanya. Selain itu, edukasi anak agar
bisa memberikan bantuan ketika melihat tindakan bullying terjadi.
Misalnya dengan melerai/mendamaikan, mendukung korban agar
kembali percaya diri, hingga melaporkan tindakan bullying kepada pihak
sekolah, orang tua, dan tokoh masyarakat.
2. Pencegahan Melalui Keluarga
Orang tua perlu meningkatkan ketahanan keluarga, menerapkan
hidup harmonis, dan memperkuat pola pengasuhan anak. Lakukan
dengan cara tanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak, memupuk rasa
percaya diri hingga keberanian anak, mengajarkan etika, hingga
mendampingi konsumsi internet dan bahan bacaan anak.
3. Pencegahan Melalui Sekolah
Pihak sekolah juga wajib untuk membangun lingkungan sekolah
yang aman, nyaman, dan anti bullying. Ini bisa dimulai dengan
menerapkan komunikasi efektif antara guru dan murid, melakukan
pertemuan berkala dengan orang tua murid, hingga menyediakan bantuan
kepada murid yang menjadi korban bullying. Sekolah juga perlu
memberikan sanksi tegas kepada anak yang melakukan bullying sehingga
remaja merasa jera dan tidak melakukan bullying lagi kepada temannya.
Guru dan orang tua perlu mengajarkan kepada anak/remaja untuk
menyelesaikan masalah bukan dengan cara kekerasan dan main hakim
sendiri melainkan dengan pendekatan musyawarah bersama untuk
mencari solusi yang terbaik, guru perlu menanamkan nilai-nilai agama
dan moral yang baik sehingga anak bisa saling menghargai dan
menghormati, guru dan orang tua perlu bekerja sama untuk menangani
bullying dengan musyawarah yang baik sehingga dapat mencari solusi
yang terbaik.
4. Pencegahan Melalui Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga berperan penting terhadap kondisi
seseorang. Jadi, sebisa mungkin memilih dan membangun lingkungan
masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak serta melawan keras
tindakan bullying.
5. Rehabilitasi
Selanjutnya, ada tindakan rehabilitasi. Ini merupakan pendekatan
pemulihan yang dilakukan kepada korban dan pelaku bullying. Langkah
ini dilakukan dengan tujuan agar korban dan pelaku bisa kembali
bertindak seperti yang seharusnya, sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Langkah ini juga merupakan proses intervensi yang memberikan
gambaran jelas kepada pembully bahwa tingkah laku bullying adalah
tindakan yang tidak bisa dibiarkan berlaku di sekolah dan di lingkungan
masyarakat manapun.

E. 10 Pencegahan Anti Terorisme


Berbagai cara mencegah terorisme agar tidak semakin menjamur,
terutama di bangsa Indonesia ini, antara lain:
1. Meminimalisir Penyebab Utama Terorisme. Dalam rangka
memberantas kasus terorisme di Indonesia pemerintah Indonesia
melakukan berbagai upaya seperti halnya dengan langkah meminimalisir
penyebab dari aksi terorisme. Dalam hal ini langkah yang di ambil adalah
dengan melalui pendekatan Soft Approach, yaitu dengan program
deradikalisasi. Deradikalisasi sendiri adalah sebuah strategi atau tindakan
yang bertujuan untuk menetralisir paham radikal bagi mereka yang
terlibat teroris dan para simpatisannya serta anggota masyarakat yang
telah terekspos paham-paham radikal, melalui redukasi dan resosialisasi
serta menanamkan multikulturalisme
2. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar. Hal
pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham terorisme ialah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan
tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada
siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan
pemikiran para generasi muda yang masih mengembara karena rasa
keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah
pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruhglobalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas
ilmu umum saja, tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi
penting terkait perilaku, sikap, dan juga keyakinannya kepada Tuhan.
Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian
haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian
sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.
3. Counter Attack. Kejadian-kejadian teror yang selama ini terjadi di
Indonesia merupakan sinyal bahwa Indonesia merupakan salah satu target
operasi organisasi terorisme baik internasional maupun nasional. Melihat
terorisme yang semakin tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia yang
di sebabkan karena berbagai faktor maka pemerintah Indonesia tidak
segan-segan dalam melakukan peningkatan dalam berbagai bidang, salah
satunya bidang militer. Langkah tersebut ialah dengan membentuk
pasukan militer yang bertujuan khusus pencegahan terhadap aksi
terorisme. Dalam melakukan Counter Attack, pemerintah Indonesia
melakukan berbagai upaya dalam hal bidang militer yang bertujuan untuk
mencegah da meminialisir aksi teror. Dalam pelaksanaannya seringkali
para aparat dan pelaku terlibat baku tembak, namun aparat tidak takut dan
gentar sehingga dapat melumpuhkan serangan pelaku teror.
4. Revisi UU No. 15 Tahun 2003. Dalam hal mengantisipasi masalah
terorisme yang sangat mengancam wilayah Indonesia pemerintah
Indonesia menggunakan Counter Terrorism. Yaitu dengan Sebagai
pencegahan terhadap merevisi UU yang telah ada, yakni UU No. 15 Tahun
2003. Dalam hal ini pemerintah Indonesia mendapat dukungan positif dari
berbagai pihak karena tidak hanya dari pemerintah yang mendesak untuk
segera merevisi UU, dari pihak masyarakat luas pun meminta agar
secepatnya di revisi, agar aksi bom tidak semakin marak terjadi. Hingga
setelah terjadinya peristiwa ledakan di kawasan Sarinah pada 14 Januari
2016, wacana untuk merevisi UU No.15 tahun 2003 kembali memanas.
Pemerintah Indonesia mewacakan untuk merevisi beberapa pasal yanga
ada di dalam UU No. 15 Tahun 2003. Dalam revisi UU Anti-terorisme,
upaya yang ingin ditingkatkan pemerintah adalah pencegahan. Setidaknya,
ada beberapa pasal yang direvisi serta ada beberapa penambahan pasal
baru yang masuk dalam Draft RUU, yaitu pasal 1, 6, 14, 15, 25, 28, 31,
dan 33 serta penambahan pasal 10, 12, 13, 16, 32 dan 43.
5. Kerjasama Internasional Dalam Menangani Aksi Terorisme di
Indonesia. Dalam hal mengantisipasi masalah terorisme di Indonesia
pemerintah Indonesia menggunakan upaya penegakan hukum secara
domestik dengan melalui kerjasama internasional, baik secara bilateral
maupun multilateral. Pentingnya pembentukan kerjasama dan sekutu
menjadi hal yang sangat vital, mengingat terorisme juga merupakan
kejahatan transnasional.
a. CTF (Counter - Terrorism Financing) CTF (Counter-Terrorism
Financing) atau Penanggulangan Pembiayaan Aksi Teror adalah suatu
pertemuan internasional dalam upaya mengatasi masalah terorisme.
Ini merupakan pertemuan kedua Counter-Terrorism Financing
Summit yang diadakan oleh Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi
Keuangan (PPATK) RI dan PPATK Australia (AUSTRAC) yang
digelar pada 8 - 11 Agustus 2016 di Bali. CTF kedua ini fokus pada
solusi pencegahan terorisme baik melalui darat, udara, dan laut.
b. IMCT ( International Meeting on Counter-Terrorism ) Sejak peristiwa
Bom Bali Indonesia telah menjalin hubungan kerjasama dalam
memberantas terorisme. Hal tersebut lah yang kemudian akhirnya
menjembatani serangkaian berbagai hubungan kerjasama antara
Indonesia- Australia dalam bidang keamanan khususnya dalam
pemberantasan terrorisme di kawasan. Berlanjut pada kerjasama
pemerintah Indonesia dan beberapa negara yang bergabung secara
sukarela karena mempunyai misi yang sama yakni perang melawan
terorisme. Yakni pemerintah Indonesia menggelar pertemuan
Internasional dalam upaya mengatasi masalah terorisme, yakni IMCT
( International Meeting on Counter-Terrorism ).
f. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan. Menjaga persatuan dan kesatuan
juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah pemahaman tindakan
terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana
kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat keberagaman
atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan
gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan
dan kesatuan dengan adanya kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan
untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa
dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang
tertera di sana ialahBhinneka Tunggal Ika.
g. Mendukung Aksi Perdamaian. Aksi perdamaian mungkin secara khusus
dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar tidak terjadi. Kalau
pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan
tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita
tinjau lebih dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal
dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan
cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan
konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut
(pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah
dengan cara memberikan dukungan terhadap aksi perdamaian yang
dilakukan, baik oleh Negara (pemerintah), organisasi/ormas maupun
perseorangan.
h. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme
Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan
kepada pihak-pihak yang memiliki kewenangan apabila muncul
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme, entah itu kecil maupun
besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru tentang keagamaan di
masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa
dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak berkembang hingga
menyebabkan tindakan terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah
melaporkan atau berkonsultasi kepada tokoh agama dan tokok masyarakat
yang ada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh
dalam mengambil tindakan pencegahan awal, seperti melakukan diskusi
tentang pemahaman baru yang muncul di masyarakat tersebut dengan
pihak yang bersangkutan.
i. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan. Meningkatkan
pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk
mencegah munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
Meningkatkan pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami
tentang artinya hidup bersama-sama dalam bermasyarakat bahkan
bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri.
Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping
menaati semua ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat
dan Negara. Dengan demikian, pasti tidak akan ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan hidup secara
bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan di
tengah-tengah masyarakat dan Negara.
j. Menyaring Informasi Yang Didapatkan. Menyaring informasi yang
didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini
dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus
diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di
mana informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga penyaringan
terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan
informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa
menyaring informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan
membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti
informasi tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang
dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih
kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan
dilakukan secara terus menerus. Jenis bullying dapat dibedakan menjadi 6,
Bullying dengan kontak fisik langsung, Bullying dengan kontak verbal
langsung, Bullying non-verbal langsung, Bullying Non-Verbal Tidak
Langsung, Cyber Bullying, Sexual Bullying atau Pelecehan Seksual.
Dampak dari bullying ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Pencegahan untuk mengatasi bullying bisa dilakukan dari lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Upaya pemerintah Indonesia mengatasai kasus terorisme pada masa
pemerintahan Joko Widodo adalah dengan meminimalisir penyebab penyebab
utama dari kejahatan terorisme, Counter Attack, revisi UU No.15 Tahun
2003, serta melakukan kerja sama Internasional meliputi kerjasama dalam
CTF (Counter - Terrorism Financing ) dan IMCT (International Meeting on
Counter-Terrorism).
DAFTAR PUSTAKA

Adityawiryatama. 2014. Makalah maraknya perilaku bullying. [Online] dalam


http://adityawiryatama.blogspot.com/2014/12/makalah-maraknya-
perilaku-bullying-di.html, diakses tanggal 20 Desember 2022
Detik. Tt. Pengertian bullying adalah jenis penyebab dan cara mengatasinya.
[Online] dalam https://www.detik.com/jabar/berita/d-6284761/pengertian-
bullying-adalah-jenis-penyebab-dan-cara-mengatasinya, diakses tanggal
20 Desember 2022
Ema Nur Hajaryah, Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Menangani Kasus
Terorisme di Indonesia Pada Tahun 2002 – 2006, Skripsi/Thesis
Univ.Mulawarman, Samarinda, 2014.
Kampuspendidikan. 2014. Pengertian Bullying dan bentuk-bentuk bullying.html.
Dalam http://kampuspendidikan.co.id/2014/06/pengertian-dan-bentuk-
bentuk-bullying.html, diakses pada tanggal 20 Desember 2022
Keyra decequeen. Tt. Makalah Bullying. [Online] dalam
https://doc.lalacomputer.com/makalah-bullying/, diakses pada tanggal 20
Desember 2022.
Lifestyle. Tt. Memahami apa itu ullying penyebab dan cara mengatasinya.
[Online] dalam
https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20220722152857-33-357801/me
mahami-apa-itu-bullying-penyebab-dan-cara-mengatasinya, diakses
tanggal 20 Desember 2022
Rahmanto walid. 2012. Bullying dan solusinya. [Online] dalam
http://walidrahmanto.co.id/2012/bullying-dan-solusinya.html, diakses pada
tanggal 20 Desember 2022
SStopbullyng. 2014. Dampak positif apa jasa. [Online] dalam
http://stopbullying19.co.id/2014/02/dampak-positif-bullying-apa-
saja.html, diakses pada tanggal 20 Desember 2022
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi
Undang-Undang

Anda mungkin juga menyukai