Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

UPAYA PENCEGAHAN BULLYING DARI SUDUT PANDANG


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen pengampu: Dr. Nawangwarsi Wulandari S.Psi., M.Si. Psikolog

Disusun oleh:
Nur Ardiyanti Rahmadhani (23090000151)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belakangan ini sering kali mendengar berita ataupun kasus bullying. Maraknya kasus
bullying ini sangat memprihatinkan, karena dari sinilah kita sadar bahwa di dunia ini masih
banyak yang kurang paham mengenai edukasi kesehatan mental atau edukasi mengenai
dampak dari bullying. Apalagi bullying sering terjadi di lingkungan sekolah, hal ini bisa
terjadi karena kurangnya pengawasan dari sekolah dan minimnya kepedulian teman-teman
terhadap korban bullying. Sebagai konsekuensi dari perkembangan dinamis kehidupan yang
semakin maju, pergeseran arah budaya yang diikuti oleh munculnya perilaku baru perlu
diwaspadai. Perilaku tersebut, yang dapat muncul dalam bentuk positif atau negatif, sudah
terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari anak-anak di lingkungan bermain
mereka hingga orang dewasa di tempat kerja mereka.
Bullying memiliki arti yaitu merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris.
Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, atau orang yang mengganggu
orang yang lemah. Secara psikologis, bullying adalah ekspresi muka yang merendahkan,
kasar atau tidak sopan, mempermalukan dan mengucilkan. Dan di makalah ini penulis akan
membahas beberapa hal mengenai apa itu definisi bullying, faktor-faktor penyebab bullying,
dampak bullying, serta upaya pencegahan nya dalam sudut pandang psikologi pendidikan.

B. Rumusan Masakah
1. Apa itu bullying?
2. Apa saja bentuk bullying?
3. Apa saja faktor penyebab terjadinya bullying?
4. Apa saja dampak bullying?
5. Apa upaya pencegahan terjadinya bullying?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bullying
Definisi bullying telah mengalami banyak perubahan lantaran oleh sebagian ahli
menganggap sebagian definisi tidak mewakili fenomena bullying/perundungan itu secara
menyeluruh. Dari sisi etimologi, kata bullying muncul dan diambil pertama kali dari Bahasa
Jerman pada tahun 1538; mempunyai 3 makna yaitu a fine chap (bocah laki-laki/lelaki yang
tampan), a hired ruffian (bajingan/pelaku criminal bayaran kejam), dan a blustering browbeating
person (pemaksa/ penggertak yang kasar). Dua definisi terakhir inilah yang lebih sering
disematkan dengan kata bullying/perundungan untuk menggambarkan situasi yang kerap kali,
menyelewengi nilai moral, dan menciptakan korbannya.
Bullying dalam perspektif Pendidikan erat kaitannya dengan bentuk agresi yang hanya
ditampakkan dan dilancarkan pada siswa/i yang tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri;
mereka yang cenderung, oleh sebagian besar yang lain, dianggap lemah dan tidak berpotensi
mengancam. Perundungan, biasanya dilakukan untuk menampakkan dominasi oleh si pembully
pada yang lain. Sebagai pertimbangan, satu agresi bullying atau perundungan yang terjadi
berpotensi membuat mental seseorang, khususnya seorang anak, menjadi hancur ataupun
terganggu. (Ibtidaiyah Negeri dkk., t.t.)
B. Bentuk Bullying
Menurut Coloroso, Bullying secara umum bisa dibagi menjadi 4 macam, yaitu verbal
bullying (perkataan), social bullying (intimidasi sosial), physical intimidation (Intimidasi fisik),
dan cyberbullying (perundungan dunia maya).
1. Verbal bullying
Hymel and Swearer, verbal bullying adalah perkataan/mengatakan sesuatu yang bertujuan
untuk mengintimidasi atau melukai perasaan seseorang. Biasanya juga disertai dengan
ancaman-ancaman tertentu. Perundungan verbal (perkataan) adalah salah satu bentuk
intimidasi yang paling sering ditemui di sekolah dan umumnya terdapat pada kalangan
murid-murid perempuan.
2. Social bullying
Intimidasi sosial meliputi jenis dan jumlah yang sangat luas; menebarkan rumor/fitnah,
menjauhkan diri (social distancing) terhadap orang-orang tertentu, sengaja
mempermalukan seseorang didepan umum, dan lain-lain. Dalam intimidasi sosial, tukang
bully biasanya bertujuan untuk merusak reputasi dan hubungan korbannya; menciptakan
tekanan dan ancaman yang membuat si korban kehilagan rasa “diterima” nya atau sense
of belongings.
3. Physical intimidation
Sebagai bentuk bullying yang paling memprihatinkan dan merusak, intimidasi fisik atau
perundungan fisik adalah masalah perundungan yang sangat sering terjadi pada
murid/pelajar laki-laki, mengingat juga merekalah yang lebih dominan dan dengan gengsi
lebih tinggi di banding pelajar perempuan. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling
tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak
sebanyak bullying dalam bentuk lain.
4. Cyberbullying
Cyberbullying adalah perundungan yang direncanakan dan dilancarkan dengan sengaja
melalui media-media sosial atau aplikasi, ataupun sarana -sarana teknologi modern
lainnya yang bertujuan untuk merugikan ataupun menjatuhkan pihak lain. Sama halnya
dengan perundungan yang lain, bullying lewat dunia maya atau internet juga ditujukan
untuk pihak-pihak yang lemah dan tidak bersalah dimana pelaku berkeinginan untuk
meunjukkan dominasinya. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja
yang telah memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap sarana teknologi informasi
dan media eletronik lainnya.
C. Faktor penyebab Bullying
Menurut Ariesto (2009) dalam (Zakiyah, 2017), faktor-faktor penyebab
terjadinya bullying antara lain:
1. Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang kurang harmonis atau
bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau
situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua
mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Konflik internal antar
anggota keluarga yang tak henti menciptakan proyeksi sikap yang cenderung sama
pada anak-anaknya, atau bahkan seluruh keluarganya.
2. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, Anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying di sekolah dipicu oleh
dorongan dan sorak sorai kelompok yang menyukai pertunjukan tersebut;
kemungkinan mereka di kelompok pembully adalah dari kalangan yang sama.
3. Kelompok teman sebaya
Teman sebaya punya pengaruh yang signifikan dalam kehidupan setiap orang, telebih
bagi anak-anak ataupun pelajar yang sedang mencari dan memaksakan eksistensi
dirinya. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa
mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
4. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying.
Mungkin faktor ini lebih tepatnya “paksaan kondisi hidup”, bila dikaitkan dengan
fenomena bahwa manusia terkadang punya kecenderungan untukberbuat apapun demi
bertahan hidup. Kemiskinan, peperangan dan berbagai kondisi kemalangan lainnya
mendorong individu/ kelompok untuk memaksimalkan segala peluang yang ada demi
kelangsungan hidupnya, walau kadang harus mengorbankan moral dan identitasnya.
5. Tayangan televisi atau media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang
mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan
bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka
meniru geraknya (64%) dan kata-katanya(43%). (KONSEP BULLYING, t.t.)
D. Dampak Bullying
Hal yang menjadi fokus penelitian terhadap subyek yang berperilaku bullying adalah
dampak yang ditimbulkan dan dialami pelaku khususnya terhadap hubungannya dengan
teman sebaya termasuk pola interaksinya. (Aliyah & Barru, 2018)
1. Pelaku bullying
Tindakan bullying dapat berpengaruh dalam kehidupan pelaku bullying sendiri,
seperti pelaku dapat dijauhi, dibenci, susah mendapatkan teman, bahkan dalam jangka
panjangnya pelaku bullying dapat mengarah dan terlibat dalam tindakan-tindakan
kriminal serta sulit untuk beradaptasi dengan teman-teman kerja karena sulit untuk
mengontrol dirinya.
2. Korban bullying
Selain berdampak negatif bagi pelaku bullying, para korban tentunya juga
mendapatkan dampak yang negatif dan mungkin lebih parah lagi. Terdapat kasus
tindakan atau percobaan bunuh diri dikalangan remaja akibat bullying. Tentunya
bukan hanya percobaan bunuh diri yang menjadi dampak negatif dari bullying.
Banyak korban bullying yang hidup dengan menahan luka batin dan kemungkinan
besar akan menderita depresi dan kurang percaya diri dalam masa dewasanya nanti.
(Psikologi Pendidikan Untuk Pencegahan Perundungan Siswa Sekolah Dasar dkk., 2023)

E. Upaya pencegahan Bullying dari sudut pandang Psikologi Pendidikan


Salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan bullying di lingkungan pendidikan
adalah melaksanakan pengawasan yang mencakup pemantauan terhadap perilaku siswa,
mengadakan mediasi antara pelaku bullying dan korban, serta memberikan pengawasan
tambahan terhadap pelaku dengan tujuan mengurangi peluang terjadinya tindakan bullying
berulang. Dalam konteks ini, perlu juga ditingkatkan penyuluhan dan sosialisasi khusus
mengenai dampak fisik dan psikologis dari bullying, sehingga perilaku tersebut dapat
diidentifikasi sebagai bentuk penyimpangan di lingkungan pendidikan.
Selain itu, kita juga dapat mencegah bullying dengan cara menerapkan pendidikan anti-
Bullying. Seperti Mengintegrasikan program pendidikan anti-bullying ke dalam kurikulum atau
memberikan informasi dan pemahaman yang lebih dalam mengenai dampak psikologis dari
bullying serta cara-cara untuk mencegahnya. Shared vision and goal salah satu upaya mencegah
bullying dengan manajemen prevensi kekerasan menekankan pada budaya pendidikan yang
aman, peduli, memiliki rasa hormat, dan simpatik dengan mempromosikan nilai-nilai edukasi.
Sekolah aman dan efektif memiliki kebijakan anti kekerasan di sekolah yang dikembangkan
bersama staf sekolah, siswa, dan orangtua. (Psikologi Pendidikan & Bimbingan, 2019)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa bullying menjadi kasus yang sangat serius dan marak di jaman
sekarang ini, hal ini sangat merugikan korbannya. Karena bullying tidak hanya
berdampak pada kesehatan fisik korban tapi juga kesehatan si korban, dan pastinya akan
membuat korban trauma yang dikhawatirkan bahwa dampaknya bisa saja menimpulkan
efek jangka panjang pada korban karena menyebabkan kelainan pada fungsi
Hippocampus. Dari paparan di atas, maka diharapkan kepada Psikologi pendidikan/
Konselor untuk berperan dalam mencegah dan mengentaskan perilaku bullying yang ada
di sekitar terutama sekolah.
B. Saran
C.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai