PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penulisan
makalah ini
adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh bullying terhadap kualitas mental siswa.
1.3.2 Untuk mengetahui alasan yang menyebabkan bullying berpengaruh
terhadap kualitas mental siswa.
1.4 Manfaat
Hasil dalam pembahasan kali ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi peneliti dan pengembangan ilmu kesejahteraan
sosial terutama untuk mengetahui dan mempelajari serta mengembangkan
pengetahuan tentang pengaruh bullying terhadapa kualitas mental siswa.
Tindak bullying merupakan tindakan negatif yang telah menjamur di
Indonesia, dengan demikian diharapkan hasil dari pembahasan ini mampu
memberikan manfaat kepada ilmu psikologi terutama psikologi pendidikan
mengenai efektivitas pelatihan empati untuk mencegah tindak bullying di area
sekolah.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara
menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang
atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang lebih lemah fisik
ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan
membuat korban menderita (Riadi M, 2018).
Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti
banteng. Secara etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang
mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut
"menyakat" yang artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain
(Wiyani, 2012).
Secara garis besar bullying terbagi dalam 2 jenis yaitu, yang pertama
bullying secara fisik terkait dengan tindakan yang dilakukan pelaku terhadap
korbannya dengan cara memukul, menggigit, menendang dan mengintimidasi
korban dalam ruangan tertutup. Kedua, bullying secara non fisik terbagi dalam
2 bentuk verbal dan non-verbal. Bullying verbal dilakukan dengan cara
mengancam, berkata yang tidak sopan terhadap korban, menyebar luaskan
kejelekan korban terhadap pelaku. Bullying non-verbal dilakukan dengan cara
menakuti korban, melakukan gerakan kasar, melakukan hentakan kepada
korban, memberi muka mengancam dan mengasingkan korban dalam
pertemanan. (Astuti P, 2008).
2.2 Penyebab
Bullying merupakan permasalahan penting dan banyak terjadi di linkungan
bermain anak dan linkungan sosial. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
anak menjadi korban bullying, seperti perbedaan ekonomi, agama dan gender
(Alamsyah R). Linkungan sekolah yang kurang baik juga dapat menyebabkan
bullying dikalangan siswa, guru memberi contoh yang kurang baik dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi siswa untuk melakukan tindak kekerasan
(Kembaren L).
3
Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat
dari penampilan fisik. Ketika seorang anak memiliki penampilan
fisik yang dianggap berbeda dengan anak lain pada umumnya, para
bully dapat menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak
tersebut.
Penampilan fisik berbeda dapat meliputi kelebihan atau
kekurangan berat badan, menggunakan kaca mata, menggunakan
behel, menggunakan pakaian yang dianggap tidak keren seperti
anak-anak lainnya.
2. Ras
Perbedaan ras juga sering kali menyebabkan seorang anak
terkena bullying. Hal ini umumnya terjadi ketika seorang anak
dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan dan dianggap sebagai
minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan
bahwa bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering
terjadi.
3. Orientasi seksual
Orientasi seksual seseorang berbeda-beda dan umumnya
seorang anak baru menyadari orientasi seksual yang berbeda
memasuki usia remaja. Bahkan di beberapa negara yang sudah tidak
asing dengan isu LGBT, seseorang yang teridentifikasi sebagai
lesbian, gay, dan transgneder sering kali mendapatkan
perilaku bullying. Hal ini yang membuat seseorang cenderung
menyembunyikan orientasi seksualnya.
4. Terlihat lemah
Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak
dianggap lebih lemah dan terlihat tidak suka melawan. Seperti yang
sudah disebutkan sebelumnya bahwa bullying melibatkan
ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan juga korban. Pelaku
tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat dan dapat
mendominasi korban yang lebih lemah.
5. Terlihat tidak mudah bergaul
Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan
memiliki sedikit teman juga menjadi salah satu penyebab menjadi
korban bullying. Individu yang terlihat tidak mudah bergaul dan
memiliki sedikit teman juga dapat terlihat lebih lemah dan membuat
bully berpikir dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga
berpotensi melakukan bullying pada kelompok yang dianggap lebih
lemah dari kelompok mereka.
4
Meskipun karakteristik di atas dapat menjadi
penyebab bullying, tapi tentu tidak semua anak dengan karakteristik
tersebut menjadi korban bullying. Kondisi tersebut hanyalah
merupakan beberapa gambaran umum penyebab bullying dari sisi
korban (https://doktersehat.com/bullying/).
5
tidak ingin disebut ‘kutu buku’, sehingga ia lebih dulu menyebut
temannya yang pintar sebagai kutu buku.
4. Kurangnya pemahaman
Kurangnya pemahaman dan empati juga dapat menimbulkan
perilaku bullying. Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda
dalam hal seperti ras, agama, dan orientasi seksual, karena
kurangnya pemahaman, maka mereka beranggapan bahwa
perbedaan tersebut adalah hal yang salah. Mereka juga beranggapan
bahwa menjadikan anak yang berbeda tersebut sebagai sasaran
adalah hal yang benar.
5. Mencari perhatian
Terkadang pelaku bullying tidak menyadari bahwa yang
dilakukannya termasuk ke dalam penindasan, karena sebenarnya apa
yang dilakukannya adalah mencari perhatian.
Perilaku bullying jenis ini adalah yang paling mudah untuk
diatasi. Caranya adalah dengan memberikannya perhatian yang
positif sebelum pelaku mencari perhatian dalam dengan cara yang
negatif.
6. Kesulitan mengendalikan emosi
Anak yang kesulitan untuk mengatur emosi dapat berpotensi
menjadi pelaku bullying. Ketika seseorang merasa marah dan
frustasi, perbuatan menyakiti dan mengintimidasi orang lain bisa
saja dilakukan. Jika sulit untuk mengendalikan emosi, maka masalah
kecil saja dapat membuat seseorang terprovokasi dan meluapkan
emosinya secara berlebihan.
7. Berasal dari keluarga yang disfungsional
Tidak semua anak dari keluarga disfungsional akan menjadi
pelaku bullying, naming hal ini kerap terjadi. Sebagian besar
pelaku bullying adalah anak yang merasa kurang kasih sayang dan
keterbukaan dalam keluarganya. Mereka kemungkinan juga sering
melihat orang tuanya bersikap agresif terhadap orang-orang di
sekitarnya.
8. Merasa bahwa bullying menguntungkan
Pelaku bullying akan tanpa sengaja bisa terus melanjutkan
aksinya karena merasa perbuatannya menguntungkan. Hal ini bisa
terjadi pada anak yang mendapatkan uang atau makanan dengan cara
meminta secara paksa pada temannya. Contoh lain adalah ketika
pelaku bullying merasa popularitas dan perhatian dari setiap orang
padanya naik berkat tindakannya tersebut.
6
9. Kurangnya empati
Penyebab bullying selanjutnya adalah karena kurangnya
rasa empati. Ketika melihat korban bullying, mereka tidak merasa
empati pada apa yang dirasakan korban, sebagian mungkin justru
merasa senang ketika melihat orang lain rasa kesakitan. Semakin
mendapatkan reaksi yang diinginkan, semakin
pelaku bullying senang melakukan aksinya.
7
2.3.2 Dampak Positif
Menjadi korban bullying bukanlah keinginan seseorang. Namun, hal
ini tidak bisa dihindari oleh mereka yang lemah dan tidak pandai
bersosialisasi. Namun dibalik dari semua dampak negatif oleh tindak
bullying, masih terdapat dampak positif yang terdapat dalam tindak
bullying.
Seorang anak yang menjadi seorang korban bullying pasti akan
memiliki tingkat kesabaran yang sangat tinggi seehingga bisa menahan
penindasan dari seseorang yang mereka sebut teman. Hal ini menjadikan
korban bullying menjadi lebih dapat mengatur emosi dan kesabaran.
Selain dari hal kesabaran, korban bullying akan lebih dapat berempati
kepada orang lain terutama kepada korban yang mengaalami kasus sama
seperti dirinya. Hal ini dikarenakan mereka memahami bagaimana
rasanya ketika ditindas.
Tidak memiliki teman dan selalu mejadi sasaran bullying akan
membuat seorang korban menjadi lebih mandiri karena harus
mengerjakan apapun sendirian. Korban yang mengalami bullying akan
lebih ulet dan cekatan dalam menghadapi masalahnya sendiri.
8
1. Jangan membawa barang mahal atau uang berlebih.
2. Jangan sendirian, karena pelaku bullying biasanya menyerang
anak yang suka menyendiri.
3. Lebih percaya diri jika terlibat bullying.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penulisan makala di kemudian hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
11