Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bullying merupakan perilaku yang sekarang menjadi marak di era ini.
Tindakan bullying terutama di lingkungan institusi pendidikan menyebabkan
keprihatinan dari berbagai kalangan. Sejak diadakan penelitian mengenai
bullying pertama di eropa pada tahun 1970, hingga kini kasus pembullyan
menjadi perhatian dunia pendidikan maupun masyarakat luas. Jumlah kasus
pembullyan mengalami kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79 kasus di
2015. Pelaku tawuran juga mengalami kenaikan dari 46 kasus di 2014 menjadi
103 kasus di 2015 (Hazliansya&Qomarria, 2015).
Bullying juga dapat diartikan sebagai penekanan atau penindasan berulang-
ulang, secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan
atau kekuasaan yang kurang oleh orang atau kelompok orang yang lebih kuat
(Rigby, 2002).
Sejak tahun 2010-2014 peningkatan insidens kekerasan pada anak
dilingkungan sekolah, yaitu 2.413 kejadian pada tahun 2010 hingga 3.339
jumlah kejadian ditahun 2014 hanya pada bulan Mei. Dari total jumlah
kekerasan pada anak, 17% tercatat di sekolah. Dari seluruh jumlah
kejadian kekerasan pada anak di lingkungan sekolah pada tahun 2014,
hingga tahun 2014 tercatat 1.480 kasus yang merupakan tindak bullying
(Setyawan D, 2015).
Terpaku dengan hal tersebut penulis ingin menjelaskan secara mendetail
tentang pengaruh tindak bullying terhadap kualitas mental siswa. Dengan begitu
kami selaku penulis ingin mengangkat sebuah makalah yang berjudul
“Pengaruh Bullying Terhadap Kualitas Mental Siswa”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan yang tertuang di atas, kami selaku penulis
menyusun rumusan masalah, antara lain :
1.2.1 Bagaimana pengaruh bullying terhadap kualitas mental siswa ?
1.2.2 Mengapa bullying menjadi faktor pengaruh kualitas mental siswa ?

1
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penulisan
makalah ini
adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh bullying terhadap kualitas mental siswa.
1.3.2 Untuk mengetahui alasan yang menyebabkan bullying berpengaruh
terhadap kualitas mental siswa.
1.4 Manfaat
Hasil dalam pembahasan kali ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi peneliti dan pengembangan ilmu kesejahteraan
sosial terutama untuk mengetahui dan mempelajari serta mengembangkan
pengetahuan tentang pengaruh bullying terhadapa kualitas mental siswa.
Tindak bullying merupakan tindakan negatif yang telah menjamur di
Indonesia, dengan demikian diharapkan hasil dari pembahasan ini mampu
memberikan manfaat kepada ilmu psikologi terutama psikologi pendidikan
mengenai efektivitas pelatihan empati untuk mencegah tindak bullying di area
sekolah.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara
menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang
atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang lebih lemah fisik
ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan
membuat korban menderita (Riadi M, 2018).
Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti
banteng. Secara etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang
mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut
"menyakat" yang artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain
(Wiyani, 2012).
Secara garis besar bullying terbagi dalam 2 jenis yaitu, yang pertama
bullying secara fisik terkait dengan tindakan yang dilakukan pelaku terhadap
korbannya dengan cara memukul, menggigit, menendang dan mengintimidasi
korban dalam ruangan tertutup. Kedua, bullying secara non fisik terbagi dalam
2 bentuk verbal dan non-verbal. Bullying verbal dilakukan dengan cara
mengancam, berkata yang tidak sopan terhadap korban, menyebar luaskan
kejelekan korban terhadap pelaku. Bullying non-verbal dilakukan dengan cara
menakuti korban, melakukan gerakan kasar, melakukan hentakan kepada
korban, memberi muka mengancam dan mengasingkan korban dalam
pertemanan. (Astuti P, 2008).

2.2 Penyebab
Bullying merupakan permasalahan penting dan banyak terjadi di linkungan
bermain anak dan linkungan sosial. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
anak menjadi korban bullying, seperti perbedaan ekonomi, agama dan gender
(Alamsyah R). Linkungan sekolah yang kurang baik juga dapat menyebabkan
bullying dikalangan siswa, guru memberi contoh yang kurang baik dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi siswa untuk melakukan tindak kekerasan
(Kembaren L).

2.2.1 Penyebab Bullying dari sisi korban


Penyebab bullying juga dapat datang dari faktor korban maupun
pelaku. Jika melihat dari sisi korban, berikut adalah beberapa faktor yang
mungkin menyebabkan anak menjadi korban bullying :
1. Penampilan fisik

3
Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat
dari penampilan fisik. Ketika seorang anak memiliki penampilan
fisik yang dianggap berbeda dengan anak lain pada umumnya, para
bully dapat menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak
tersebut.
Penampilan fisik berbeda dapat meliputi kelebihan atau
kekurangan berat badan, menggunakan kaca mata, menggunakan
behel, menggunakan pakaian yang dianggap tidak keren seperti
anak-anak lainnya.
2. Ras
Perbedaan ras juga sering kali menyebabkan seorang anak
terkena bullying. Hal ini umumnya terjadi ketika seorang anak
dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan dan dianggap sebagai
minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan
bahwa bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering
terjadi.
3. Orientasi seksual
Orientasi seksual seseorang berbeda-beda dan umumnya
seorang anak baru menyadari orientasi seksual yang berbeda
memasuki usia remaja. Bahkan di beberapa negara yang sudah tidak
asing dengan isu LGBT, seseorang yang teridentifikasi sebagai
lesbian, gay, dan transgneder sering kali mendapatkan
perilaku bullying. Hal ini yang membuat seseorang cenderung
menyembunyikan orientasi seksualnya.
4. Terlihat lemah
Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak
dianggap lebih lemah dan terlihat tidak suka melawan. Seperti yang
sudah disebutkan sebelumnya bahwa bullying melibatkan
ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan juga korban. Pelaku
tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat dan dapat
mendominasi korban yang lebih lemah.
5. Terlihat tidak mudah bergaul
Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan
memiliki sedikit teman juga menjadi salah satu penyebab menjadi
korban bullying. Individu yang terlihat tidak mudah bergaul dan
memiliki sedikit teman juga dapat terlihat lebih lemah dan membuat
bully berpikir dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga
berpotensi melakukan bullying pada kelompok yang dianggap lebih
lemah dari kelompok mereka.

4
Meskipun karakteristik di atas dapat menjadi
penyebab bullying, tapi tentu tidak semua anak dengan karakteristik
tersebut menjadi korban bullying. Kondisi tersebut hanyalah
merupakan beberapa gambaran umum penyebab bullying dari sisi
korban (https://doktersehat.com/bullying/).

2.2.2 Penyebab Bullying dari Sisi Pelaku


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa anak yang
memiliki salah satu kriteria yang dapat memicu bullying tidak selalu
menjadi korban bullying. Hal ini disebabkan juga karena terdapat faktor
penyebab bullying juga dapat berasal dari sisi pelaku.
Berikut adalah beberapa penyebab bullying dari sisi pelaku:
1. Memiliki masalah pribadi
Salah satu pemicu seseorang menjadi bully adalah karena
memiliki masalah pribadi yang membuatnya tidak berdaya di
hidupnya sendiri.cPada anak-anak, penyebab seperti perkelahian
berlebihan di rumah, perceraian orang tua, atau adanya anggota
keluarga yang menjadi pecandu narkoba dan alkohol dapat memicu
hal ini. Sedangkan pada orang dewasa, masalah dengan pasangan
juga bisa menjadi salah satu pemicu munculnya perasaan tidak
berdaya. Bullying baik verbal ataupun fisik yang dilakukan bertujuan
untuk menunjukkan individu tersebut memiliki kekuatan. Sehingga
rasa tidak berdaya tersebut dapat ditutupi.
2. Pernah menjadi korban bullying
Beberapa kasus menunjukkan bahwa
pelaku bullying sebenarnya juga merupakan korban bullying.
Contohnya seperti anak yang merasa di-bully oleh
saudaranya di rumah, kemudian anak tersebut membalas dengan
cara mem-bully temannya di sekolah yang ia anggap lebih lemah
dari dirinya.
3. Rasa iri pada korban
Penyebab bullying selanjutnya adalah karena rasa iri pelaku
pada korban. Rasa iri ini bisa muncul akibat korban memiliki hal
yang sebenarnya sama istimewanya dengan sang pelaku.
Pelaku bullying mengintimidasi korban agar korban tidak akan lebih
menonjol dari dirinya sendiri. Selain tidak ingin orang lain
menonjol, seseorang juga mungkin melakukan bullying untuk
menutupi jati dirinya sendiri. Contohnya seperti anak pintar yang

5
tidak ingin disebut ‘kutu buku’, sehingga ia lebih dulu menyebut
temannya yang pintar sebagai kutu buku.
4. Kurangnya pemahaman
Kurangnya pemahaman dan empati juga dapat menimbulkan
perilaku bullying. Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda
dalam hal seperti ras, agama, dan orientasi seksual, karena
kurangnya pemahaman, maka mereka beranggapan bahwa
perbedaan tersebut adalah hal yang salah. Mereka juga beranggapan
bahwa menjadikan anak yang berbeda tersebut sebagai sasaran
adalah hal yang benar.
5. Mencari perhatian
Terkadang pelaku bullying tidak menyadari bahwa yang
dilakukannya termasuk ke dalam penindasan, karena sebenarnya apa
yang dilakukannya adalah mencari perhatian.
Perilaku bullying jenis ini adalah yang paling mudah untuk
diatasi. Caranya adalah dengan memberikannya perhatian yang
positif sebelum pelaku mencari perhatian dalam dengan cara yang
negatif.
6. Kesulitan mengendalikan emosi
Anak yang kesulitan untuk mengatur emosi dapat berpotensi
menjadi pelaku bullying. Ketika seseorang merasa marah dan
frustasi, perbuatan menyakiti dan mengintimidasi orang lain bisa
saja dilakukan. Jika sulit untuk mengendalikan emosi, maka masalah
kecil saja dapat membuat seseorang terprovokasi dan meluapkan
emosinya secara berlebihan.
7. Berasal dari keluarga yang disfungsional
Tidak semua anak dari keluarga disfungsional akan menjadi
pelaku bullying, naming hal ini kerap terjadi. Sebagian besar
pelaku bullying adalah anak yang merasa kurang kasih sayang dan
keterbukaan dalam keluarganya. Mereka kemungkinan juga sering
melihat orang tuanya bersikap agresif terhadap orang-orang di
sekitarnya.
8. Merasa bahwa bullying menguntungkan
Pelaku bullying akan tanpa sengaja bisa terus melanjutkan
aksinya karena merasa perbuatannya menguntungkan. Hal ini bisa
terjadi pada anak yang mendapatkan uang atau makanan dengan cara
meminta secara paksa pada temannya. Contoh lain adalah ketika
pelaku bullying merasa popularitas dan perhatian dari setiap orang
padanya naik berkat tindakannya tersebut.

6
9. Kurangnya empati
Penyebab bullying selanjutnya adalah karena kurangnya
rasa empati. Ketika melihat korban bullying, mereka tidak merasa
empati pada apa yang dirasakan korban, sebagian mungkin justru
merasa senang ketika melihat orang lain rasa kesakitan. Semakin
mendapatkan reaksi yang diinginkan, semakin
pelaku bullying senang melakukan aksinya.

2.3 Dampak Bullying


Menurut psikolog Andrew Mellor dalam berjudul kasus bullying dan
Pendidikan Karakter mengenai bullying di web resmi KPAI (Komisi
Perlindungan Anak Indonesia), bullying yang terjadi pada anak juga menjadi
faktor resiko bunuh diri pada anak. Anak korban bullying memiliki posisi yang
tidak berdaya saat dianiaya. Mereka cenderung memiliki stres yang besar,
ketakutan, tertutup dan tidak ada keberanian korban untuk melawan.
2.3.1 Dampak Negatif
Menurut Chaplin, perasaan merupakan keadaan atau state individu
sebagai akibat dari persepsi, sebagai akibat stimulus baik internal
maupun eksternal. Anak-anak yang menjadi korban bullying serta
mereka yang jadi pelakunya akan mengalami risiko tertinggi untuk
menjadi korban yang ditimbulkan dari dampak psikologis berupa
depresi, kegelisahan dan gangguan rasa panik dalam waktu bertahun-
tahun sejak masa bullying mereka berlalu.
Seorang anak yang sering melihat tindakan bullying akan menjadi
penakut dan rapuh, karena tindakan tersebut dapat membuat orang
tersebut ketakutan, selain itu anak akan sering mengalami kecemasan,
biasanya seorang individu akan mengalami ketakutan atau kecemasan
saat melihat orang lain di bully, mereka cenderung takut untuk menjadi
korban bully, ketiga rasa keamanan diri yang rendah.
Dampak psikologis jangka pendek terhadap korban bullying yaitu
kehilangan nafsu makan, prestasi belajar menurun, tidak bersemangat
untuk melakukan kegiatan yang disukai; depresi, gangguan pengendalian
diri dan bunuh diri karena secara mental telah terganggu parah akibat
sering di-bully ( Alamsyah R).
Selain hal yang disebutkan di atas dampak lain yang ditimbulkan
oleh tindak bullying adalah dampak psikologi sosial anak. Anak yang
sering mengalami tindak bullying akan lebih sering menutup diri dari
lingkungan sosialnya, tidak percaya diri serta lebih memilih menyendiri,
dan tidak mau bergabung dengan teman yang lainnya.

7
2.3.2 Dampak Positif
Menjadi korban bullying bukanlah keinginan seseorang. Namun, hal
ini tidak bisa dihindari oleh mereka yang lemah dan tidak pandai
bersosialisasi. Namun dibalik dari semua dampak negatif oleh tindak
bullying, masih terdapat dampak positif yang terdapat dalam tindak
bullying.
Seorang anak yang menjadi seorang korban bullying pasti akan
memiliki tingkat kesabaran yang sangat tinggi seehingga bisa menahan
penindasan dari seseorang yang mereka sebut teman. Hal ini menjadikan
korban bullying menjadi lebih dapat mengatur emosi dan kesabaran.
Selain dari hal kesabaran, korban bullying akan lebih dapat berempati
kepada orang lain terutama kepada korban yang mengaalami kasus sama
seperti dirinya. Hal ini dikarenakan mereka memahami bagaimana
rasanya ketika ditindas.
Tidak memiliki teman dan selalu mejadi sasaran bullying akan
membuat seorang korban menjadi lebih mandiri karena harus
mengerjakan apapun sendirian. Korban yang mengalami bullying akan
lebih ulet dan cekatan dalam menghadapi masalahnya sendiri.

2.4 Cara Penanggulangan


Bullying merupakan masalah serius yang perlu diatasi karena dapat
memberikan dampak jangka panjang baik bagi korban ataupun pelaku. Usaha
yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying dibagi menjadi 2.
a. Pencegahan
Usaha tersebut bisa berupa pencegahan tetapi juga bisa membuat
para pelaku bullying tidak akan melakukan tindak bullying lagi. Dalam hal
ini peran orang tua sangat penting, karena anak yang biasanya terlibat dalam
hal ini kurang mendapat perhatian dari orang tua mereka. Usaha
pencegahan yang bisa kita lakukan adalah menanamkan sejak dini kepada
anak bahwa kita semua bersaudara dan harus saling mencintai. Orang tua
juga harus selalu mengawasi pergaulan anak, agar anak tidak salah bergaul
dan berteman, karena pengaruh teman sebaya sangat besar untuk
perkembagan anak. Selain itu perlu orang tua juga harus selalu mengawasi
apa yang ditonton oleh anak, karena saat ini banyak acara televisi yang
mengandung unsur kekerasan yang tidak patut ditiru oleh anak.
b. Kuratif
Sedangkan jika sudah terjadi tindak bullying untuk mengatasi hal
tersebut kita bisa memberi treatmen kepada anak yang bersangkutan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah:

8
1. Jangan membawa barang mahal atau uang berlebih.
2. Jangan sendirian, karena pelaku bullying biasanya menyerang
anak yang suka menyendiri.
3. Lebih percaya diri jika terlibat bullying.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Bullying adalah penekanan atau penindasan berulang-ulang, secara


psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau
kekuasaan yang kurang oleh orang atau kelompok orang yang lebih kuat
(Rigby, 2002). Bullying dalam bahasa Indonesia disebut "menyakat" yang
artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain (Wiyani, 2012).
Secara garis besar bullying terbagi dalam 2 jenis yaitu, yang pertama bullying
secara fisik dan bullying non-fisik. Dampak psikologis terhadap korban
bullying juga sangat besar baik untuk korban ataupun pelaku yang berupa
depresi, kegelisahan dan gangguan rasa panik dalam waktu bertahun-tahun
sejak masa bullying mereka berlalu.

4.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan
sumber-sumber yang leebih banyak dan terpercaya.

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penulisan makala di kemudian hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bagaimana Cara Tepat Mengatasi Pelaku Bullying di Sekolah?


http://pelatihanparenting.com/cara-mengatasi-pelaku-bullying/
diunduh pada tanggal 09 Agustus 2019 pukul 14.30 WIB
Anonim. Apa Itu Bullying? Ketahui Penyebab, Jenis, Dampak, dan Cara
Mengatasinya
https://doktersehat.com/bullying/
diunduh pada tanggal 09 Agustus 2019, pukul 13.30 WIB
Anonim. Bullying itu Kejam! Ketahui Dampaknya Sekarang.
http://infopsikologi.com/bullying-itu-kejam-ketahui-
diunduh pada tanggal 09 Agustus 2019, pukul 13.00 WIB
Anonim. Wah, Dampak Positif ini Dapat Dirasakan Oleh Korban Bullying!
https://m.bernas.id/58474-wah-dampak-positif-ini-dapat-dirasakan-oleh-
korban-bullying
diundh pada tanggal 19 Agustus 2019, pukul 06.40 WIB
Astuti, R, 3 Cara Meredam Bullying, Jakarta : PT Gramedia, 2008
Novalia, R. 2016. Dampak Bullying Terhadap Kondisi Psikososial Anak di
Perkampungan Sosial Pingit, Skripsi pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Setiawan, D. Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter
diunduh pada tanggal 09 Agustus 2019, pukul 14.30
Riadi M, 2018. Pengertian, Unsur, Jenis, Ciri-ciri dan Skenario Bullying
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-
dan-skenario-bullying.html
diunduh pada tanggal 09 Agustus 2019, pukul 14.00 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai