Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“SEKOLAH TANPA PERUNDUNGAN”

Di Susun Oleh :
Kelas VIII-C
Kelompok III (Tiga)
SMP NEGERI 1 TONRA

HERI
JABARUDDIN
MUH. RASLAN
NUR FADILAH
NUR ALIFAH ILIYANA

TAHUN AJARAN 223/2024


1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah ini kami beri judul
“Sekolah Tanpa Perundungan”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran PROJEK. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis
dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan bimbingan kelompok sebagai
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka
dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Tonra, 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ...........................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ......................................................................................................2

DAFTAR ISI .....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................5

A. Pengertian Perundugan
B. Dampak Dari Perundungan
C. Cara mengatasi atau menolong anak sebagai korban perundungan/ bullying
D. Faktor – Faktor Perundungan
E. Penyebab Terjadinya Bullying

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................9

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perundungan (bullying) merupakan perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang yang kuat, baik secura fisik maupun mental, kepada orang lain yang lebih
lemah. Agresivitas ini dilakukan secara repetitif dan disengaja dengan tujuan untuk menyakiti
atau melemahkan orang lain. Bullying sebenarnya telah ada sejak peradaban manusia dan
bersifat universal. Namun, istilah tersebut baru mencuat seiring dengan intensilas Penelitian
terhadap masalah tersebut pada 1970-an oleh Dan Olweus’, psikolog asal swedia yang
dinobatkan sebagai pionir sekaligus founding father penelitian tentang bullying.

Perundungan bisa terjadi kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja, dan terhadap siapa saja
termasuk oleh dan terhadap siswa sekolah menengah. Bentuknya pun bisa bermacam-macam;
bisa secara fisik (seperti mencubit dan memukul), verbal (semisal meledek dan mergolok), sosial
(seperti mendiamkan dan mengucilkan), maupun mental (semisal memelototi dan memandang
sinis). Perundungan bisa pula mewujud dalam bentuk terbaru sesuai perkembangan teknologi
saat ini. Yaitu perundungan di dunia maya (cyber bullying).

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan penulis terapkan yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan perundungan ?


2. Apa dampak Perundungan ?
3. Bagaimana cara mencegah Perundungan ?

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan informasi kepada para pembaca
mengenai,

1. Arti dari sebuah perundungan.


2. Dampak apa saja yang dialami dari perundungan.
3. Cara mencegah perundungan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERUNDUNGAN

Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau


sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan,
trauma, dan tak berdaya. Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang
berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara
etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah.
Pelaku bullying yang biasa disebut bully bisa seseorang, bisa juga sekelompok orang, dan
ia atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja
terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak
berdaya dan selalu merasa terancam oleh bully.

Tindakan perundungan (bullying) telah menjadi tradisi dalam dunia pendidikan di


Indonesia khususnya pada saat penerimaan siswa atau mahasiswa baru baik di tingkat sekolah
maupun perguruan tinggi. Proses orientasi sekolah atau kampus kepada pelajar baru selalu
“dibumbui” dengan tindakan kekerasan (premanisme) dengan dalih untuk menegakkan
kedisiplinan, membentuk karakter dan mendekatkan hubungan antara pelajar senior dengan
pelajar junior. Namun, hal yang terbentuk justru sebaliknya, hubungan antara pelajar senior dan
junior sangat berjarak dan tidak harmonis. Kekerasan, permusuhan, kebencian dan dendam
menjadi tradisi dan warisan pada setiap generasi berikutnya.1

B. DAMPAK DARI PERUNDUNGAN

1. Dampak bagi korban perundungan


Dampak fisik, yaitu menurunnya kondisi kesehatan, psikosomatis, gangguan tidur dan makan
gangguan pola pikir seperti Sulit konsentrasi, menyalahkan diri sendiri, menilai diri negatif
dampak emosional seperti menghayati beragam emosi negatif yang meruntuhkan perubahan
perilaku dengan Menyendiri, menutup diri, bahkan perilaku menyakiti diri sendiri dampak
interaksi sosial seperti kehilangan minat bergaul, menghindari aktivitas sosial dampak
pendidikan seperti Menurunnya prestasi belajar, tidak mau sekolah dampak psikologis yang
serius.

2. Dampak bagi pelaku perundungan

Dampak emosi, yaitu hidup dengan dibayangi perasaan bersalah, rasa empati mulai terkikis
munculnya stigma dari masyarakat terhadap pelaku dimana pelaku berpotensi disebut sebagai

5
‘anak nakal’, ‘anak bermasalah’, atau ‘panjat sosial (pansos)’. Dampak interaksi sosial, yaitu
Dijauhi rekan sebaya dan makin terjebak dalam relasi negatif dirundung oleh masyarakat karena
perbuatan yang ia lakukan terhadap korban dampak pada pendidikan, dimana pelaku bisa diberi
sanksi disiplin dari sekolah, kehilangan beasiswa, atau dari kegiatan ekstrakurikuler dampak
hukum yang serius, bila korban maupun pihak keluarga korban melaporkan tindakan
perundungan siber tersebut ke pihak yang berwajib.

C. CARA MENGATASI ATAU MENOLONG ANAK SEBAGAI KORBAN


PERUNDUNGAN / BULLYING
Bullying adalah masalah yang serius dan bisa dialami oleh siapa saja. Tak hanya dialami oleh
siswa siswi yang duduk di bangku sekolah saja, perundungan juga bisa terjadi di lingkungan
kuliah, kerja, maupun tetangga. Agar tidak menjadi korban bullying, ada beberapa cara
mencegah bullying yang bisa kamu lakukan.

1. Mengajak Anak Komunikasi dengan Baik

Jika Sahabat Fimela memiliki anak yang selalu murung dan tidak mau sekolah, tandanya anak
tersebut mengalami bullying di sekolahnya. Sebagai seorang ibu lebih baik memberikan
perhatian kepada anak, dengan mendekatkan diri ke anak secara pelan-pelan, dan membujuknya
untuk bercerita kepada ibunya tanpa harus memaksanya. Berikan anak waktu sampai anak
tenang dan komunikasikan masalah anak dengan baik.

2. Mengajak Anak untuk Beraktivitas

Melihat anak yang menjadi korban bullying di sekolah, tentu saja akan membuat seorang ibu
menjadi sedih, dan ingin menolong anaknya agar lebih bersemangat lagi. Untuk itu, luangkan
waktu dan hiburlah anak agar tidak terpuruk, dengan mengajak anak untuk melakukan hal-hal
yang positif.

3. Jangan Menghakimi

Saat anak menjadi korban bullying, lebih baik Mom jangan menghakimi atau menyalahkan anak.
Karena anak sedang mengalami fase yang sangat tertekan, ingin menangis dan sering marah-
marah. Lebih baik hubungi orang tua pelaku bullying, kemudian komunikasikan dengan baik-
baik, tanpa menyalahkan satu dengan yang lainnya. Lalu, ajak anak untuk saling memaafkan dan
berdamai dengan temannya.

D. FAKTOR – FAKTOR PERUNDUNGAN


6
Perundungan pada pelajar merupakan masalah yang marak terjadi di Jakarta. Perundungan
ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pola asuh, sekolah, harga diri dan norma kelompok.
Untuk mencegah perilaku perundungan yang terjadi, pelajar perlu diberikan interevensi dari
berbagai pihak berdasarkan pada faktor yang mempengaruhi perilaku perundungan. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan mempengaruhi pelajar usia remaja
dalam melakukan perilaku perundungan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik


yang digunakan dalam pengambilan data adalah wawancara dan observasi. Teknik analisa data
yang digunakan meliputi koding, organisasi data, analisis tematik, tahapan interpretasi dan
mengetahui keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi sumber untuk pengujian
terhadap dugaan. Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor pola asuh, sekolah, harga diri dan
norma kelompok pada WA, J dan NC.

Perilaku perundungan yang dilakukan AE disebabkan oleh faktor pola asuh, sekolah dan
norma kelompok. Sedangkan perilaku perundungan yang dilakukan AJ disebabkan oleh faktor
pola asuh dan norma kelompok. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa faktor pola asuh,
sekolah, harga diri dan norma kelompok dapat menyebabkan pelajar melakukan perilaku
perundungan. Kemudian, terdapat kaitan antara faktor pola asuh, sekolah dan norma kelompok.

E. PENYEBAB TERJADINYA BULLYING

1. Pernah Jadi Korban Kekerasan di Rumah

Terjadinya bullying bisa disebabkan karena pelaku pernah menjadi korban kekerasan di rumah.
Jika seorang anak menyaksikan perkelahian orang tuanya, dan mendapatkan perilaku kekerasan
oleh orang tuanya, maka anak akan berisiko melakukan bullying kepada temannya di sekolah.

2. Tidak Percaya Diri

Seorang anak bisa melakukan bullying jika ia tidak percaya dengan dirinya sendiri. Hal ini
dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada di dalam dirinya, sehingga bullying akan terjadi
untuk menindas teman di sekolah yang memiliki kelebihan, namun kelebihan tersebut tidak
dimiliki pelaku bullying.

3. Terlalu Dibebaskan Orang Tua

Ada sebagian orang yang terlalu bebas mendidik anaknya, dan selalu mengizinkan anaknya
melakukan segala hal yang membuatnya senang. Perilaku orang tua ini disebut dengan pola asuh
permisif. Anak akan merasa bebas melakukan apapun tanpa merasa bersalah.

7
4. Ingin Menjadi Populer

Sering kali di sekolah terjadi kesenjangan sosial, yang menyebabkan seorang anak ingin terlihat
lebih populer daripada siswa lainnya. Dengan melakukan bullying, anak tersebut akan dikenal
semua siswa di sekolah tersebut, sehingga keinginannya untuk menjadi populer dan berkuasa
akan terpenuhi.

5. Tidak Memiliki Rasa Empati

Sejak usia dini, seorang anak harus dibekali rasa empati terhadap sesamanya, untuk menghindari
perilaku bullying dan membuat anak belajar menghargai perasaan orang lain. Tidak memiliki
rasa empati bisa menyebabkan terjadinya bullying. Karena dengan melakukan bullying, pelaku
akan merasa perbuatannya ini hanya bercandaan, padahal korbannya merasa kesakitan.

6. Kurang Perhatian di Rumah

Memiliki orang tua yang sangat sibuk, membuat seorang anak merasa kesepian dan kurang
perhatian. Untuk mendapatkan perhatian lebih, anak tersebut akan melakukan perilaku bullying.
Semakin dimarahin oleh guru, pelaku akan merasa senang karena merasa mendapatkan
perhatian.

7. Senang Mengejek Orang Lain

Penyebab terjadinya bullying yang terakhir, yaitu karena senang mengejek orang lain. Perilaku
yang awalnya dianggap bercanda, ternyata mengejek orang lain bisa menyakiti hati
korban bullying dan menyebabkan trauma. Ejekan tersebut biasanya menyangkut ekonomi, ras,
fisik, kemampuan dan gaya hidup teman di sekolahnya yang berbeda dengan pelaku bullying.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

8
Perundungan merupakan perilaku agresif yang dilakukan seseorang ataupun
sekelompok orang yang kuat, baik secara fisik maupun mental, kepada orang yang lebih
lemah. Pada dasarnya setiap anak memiliki karakter sifat yang berbeda-beda. Salah satunya
yaiu sifat percaya diri. Anak yang memiliki rasa percaya diri tngggi maka tidak sulit bagi
mereka untuk bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan baru. Tetapi sebaliknya anak
yang memiliki rasa percaya diri yang rendah atau kurang ia akan susah untuk beradaptasi
dengan lingkungan barunya, bahkan ia merasa minder, malu, takut, dan menjadi pendiam.

B. SARAN

Menurut pendapat kami, bullying sebagai bentuk kurangnya pendidikan agama dalam
diri seseorang, karena jika seseorang paham akan agamanya, mengetahui akan Tuhannya,
maka ia akan berperilaku sesuai dengan yang diperintahkan tuhan Dan meninggal apa yang
dilarang Tuhannya, pengajaran agama sangat Penting sejak dini Dan dilakukan dalam
keluarga, Saran untuk bullying adalah pelajari agama dengan benar, ingat akan diri bahwa
hidup hanya sementara Dan Kita akan kembali kepada tuhan sang pencipta, Dan semua
perbuatan akan dipertanggungjawabkan kelak.

DAFTAR PUSTAKA

9
Pengertian Perundungan: https://www.rexona.com/id/gerak-tak-terbatas/7-hal-yang-bisa kamu-
lakukan-sebagai-cara-mencegah-bullying.html
Dampak perundungan: http://ditsmp.kemdikbud.go.id/mengenal-dampak-perundungan-siber/
Cara pencegahan perundungan: https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/viewFile/14352/6931
https://www.bola.com/ragam/read/5415229/contoh-contoh-bullying-di-sekolah-berdasarkan-
jenisnya?page=4
https://www.fimela.com/lifestyle/read/4863513/7-penyebab-terjadinya-bullying-yang-sering-
dialami-anak-di-sekolah?page=4

10

Anda mungkin juga menyukai