Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BERSATU DALAM KERAGAMAN


DAN DEMOKRASI

DISUSUN OLEH
KELAS : XII IPS – 1
KELOMPOK : 3 (TIGA)

SELFIDAR
ALFIRA
FAISAL
RIFKY MUBARAQAH
ALIM PERDANA KUSUMA

TAHUN PELAJARAN
KATA PENGANTAR 2023/2024
1
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah
serta inayah-Nya yang telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama Yang Berjudul “ Bersatu Dalam Keragaman
Dan Demokrasi “ Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan Allah Subhanahu Wataala
senantiasa meridhoinya, Aamiin.

Kami menyadari dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan dan

kekeliruan, baik dari segi penulisan, Tata Bahasa, serta penyusunannya. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi bekal pengalaman

kami untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Tonra, Oktober 2023


Penyusun

Kelompok 3

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1

KATA PENGANTAR ..................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................4

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................................5

A. Demokrasi dan syura dalam islam


B. Persamaan Dan Perbedaan Demokrasi Dengan Syura
C. Pandangan Ulama Tentang Demokrasi
D. Keberagaman Dalam Islam Dan Demokrasi

BAB II PENUTUP........................................................................................................11

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................12

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberagaman adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan


dalam berbagai bidang terutama bangsa, ras, agama, ideologi dan budaya.
Indonesia merupakan penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia, jadi tidaklah mengherankan
jika Indonesia mendapat perhatian khusus dunia. Seiring dengan pergerakan globalisasi yang
terus berkembang, apakah Islam yang dituduh sebagai agama teoraksi yang jumud dan rukud
(stagnasi atau statis) dapat membangun persatuan dalam kehidupan masyarakat yang plural?
Akhirnya muncul pertanyaan, bagaimana Islam menyikapi perbedaan dan keberagaman yang
ada? Dan bagaimana pula Islam dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan umat dalam bingkai
Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Dalam
konteks Keberagaman, tentu akan menyinggung pada bagaimana terciptanya suatu keputusan
yang dapat menghormati semua keberagaman. Maka dari itu haruslah ada system Demokrasi.
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana semua warganya memiliki hak yang sama
dalam pengambilan suatu keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi juga
diartikan sebagai Pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat. Demokrasi dalam
islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip prinsip islam kedalam
kebijakan publik dalam kerangka demokrasi.

Di Indonesia rakyat juga berwenang untuk memilih presiden dan wakil presiden secara
langsung. Dalam islam, demokrasi sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Contohnya, pada saat
perang Badar, Rasulullah mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi perang walaupun itu
bukan pilihan yang diajukan Rasulullah. Sistem demokrasi di Barat memiliki tujuan-tujuan yang
sifatnya Dunuawi dan materialistis. Oleh karena itu kita harus mempelajari sistem demokrasi
yang sejalan dengan aturan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap Islam menghadapi Keberagaman?
2. Bagaimana jalannya demokasi dalam islam?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap Demokrasi?

C. Tujuan
1. Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
2. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap demokrasi
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap Islam dalam menghadapi Keberagaman

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Demokrasi dan Syura dalam Islam

Demokrasi diidentikkan dengan dan Syura dalam Islam karena adanya persamaan antara
keduanya.

1. Demokrasi
Kata Demokrasi berasal dari kata “: Demos” yang berarti Rakyat. Dan “ Kratos” yang berarti
Kekuatan.

Menurut Abraham Lincoln, Demokrasi adalah pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk
Rakyat
(Government of the People, by the People, for the People). Dalam QS.Ali-Imran ayat 159 :
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah -lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada- Nya.”
Secara istilah, kata demokrasi dapat ditinjau dari dua segi makna.

Pertama,
demokrasi dipakai sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik pemerintah,
yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap adanya kekuasaan yang terkonsenntrsi pada satu
orang dan menghendak peletakan kekuasaan ditangan orang banyak (Rakyat) baik secara
langsung maupun dalam perwakilan.

Kedua,
demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang meghargai hak-hak dan kemampuan indivdu
dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Syura
Menurut bahasa, dalam kamus mu’jam maqayis al -Lugah, syura memilik dua pengertian, yaitu
menampakan dan memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu.
Seperti dalam surah Asy Syura: 38
Artinya : “Dan (bagi) orang

5
-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya, dan mendirikan salat, sedang nrusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami-berikan kepada mereka.” (QS Asy Syura: 38).

Isi kandungan surah Asy-Syura diatas adalah agar senantiasa bermusyawarah untuk menentukan
sikap di dalam menghadapi hal-hal yang pelik dan penting. Sedangkan menurut istilah, beberapa
ulama terdahulu telah memberikan definisi Syura, diantara mereka adalah :
a. Ar-Raghib al-Asfhani
dalam kitabnya Al-Mufradat fi Gharib al- Qur’an, mendefinis ikan syura sebagai “proses
mengemukakan pendapat dengan saling mengoreksi antara peserta syura”
b. Inu al-Rabi al-Maliki
dalam Akham al- Qur’an medefinisikannya dengan “berkumpul untuk menerima pendapat
(dalam suatu permasalahan) yang peserta syura nya saling mengeluarkan pendapat yang
dimiliki”.
c.Sedangkan definisi syura diberikan oleh pakar fikih kontemporer dalam asy syura fi zilli
nizami al-Hukum al-Islami. Diantaranya adalah.“proses menelusuri pendapat para ahli dalam
suatu permaasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran”.

B. Persamaan dan Perbedaan Demokrasi Dengan Syura


Persamaannya antara demokrasi dengan syura yaitu proses memaparkan berbagai pendapat yang
beraneka ragam dan disertai sisi argumentatif dalam suatu perkara atau permasalahan, diuji oleh
para ahli yang cerdas dan berakal, agar dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk
diamalkan sehingga tujuan yang diharapkan dapat terealisasikan.

Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut :


a. Sistem demokrasi hanya berusaha untuk merealisasikan berbagai tujuan yang bersifat
materil demi mengangkat martabat bangsa dari segiekonomi, politik, dan militer.
Sedangkan sistem Syura tetap memperhatikan faktor-faktor tersebut tanpa
mengenyampingkan aspek ruhiyah diniyah, bahkan aspek inilah yang menjadi dasar dan
tujuan dalam sistem Islam.Dalam sistem Islam, aspek ruhiyah menjadi prioritas tujuan
dan kemaslahatan manusia yang terkait dengan dunia mereka ikut beriringan di
belakangnya
b. Di dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh. Suatu undang-undang
disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat. Sedangkan dalam
sistem Syura seluruh kendali berpatokan pada hukum Allah suhanahu wa ta’ala.
Masyarakat tidaklah diperkenankan menetapkan suatu peraturan apapun kecuali
peraturan tersebut sesuai dengan hukum Islam yang telah diterangkan-Nya dalam al
Quran dan lisan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

6
c. Demokrasi memiliki kaitan erat dengan eksistensi partai-partai politik, padahal hal ini
tidak sejalan dengan ajaran Islam karena akan menumbuhkan ruh perpecahan dan
bergolong-golongan.
d. d.Syura menggariskan batasan syar’i yang bersifat tetap dan tidak boleh dilanggar oleh
majelis syura. Adapun demokrasi tidak mengenal batasan yang tetap. Justru aturan-aturan
yang dibuat dalam sistem demokrasi berevolusi dan menghantarkan tercapainya hokum
yang mengandung kezhaliman menyeluruh yang dibungkus dengan slogan hokum
mayoritas.

C. Pandangan Ulama Tentang Demokrasi

a. Abdul A’la Al -Maududi


Abdul A'la Al-Madudi menolak dengan sangat tegas tentang adanya demokrasi. Menurut
pendapatnya, Islam tidak dikenalkan atau mengenal paham demokrasi yang memberikan
kekuasaan besar bahkan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk menetapkan semua hal hal
yang berkaitan dengan roda pemerintahan yang detail maupun skala besar. Paham
demokrasi ini adalah buatan manusia tepatnya produk dari kalangan orang-orang Barat
atas dasar pertentangan Barat pada agama sehingga paham ini cenderung menjurus ke
arah sekuler. Oleh sebab itu, al-Maududi memberikan anggapan bahwa demokrasi
modern ala Barat merupakan suatu hal yang bersifat syirik. Menurut pendapatnya, Islam
menganut paham yaitu berdasarkan hukum Tuhan yaitu Allah Swt

b. Mohammad Iqbal
Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak
menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan
menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam system
syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang
kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan
hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang
tidak diatur oleh ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai al- Syâri’ (legislator)
sementara manusia berposisi sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan) hokum
Nya.

Mohammad Iqbal pun, menawarkan sebuah solusi yaitu konsep demokrasi spiritual yang
dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Model demokrasi yang disarankan oleh Iqbal adalah
sebagai berikut.
1. Tauhid sebagai landasan asasi.
2. Kepatuhan terhadap hukum.

7
3. Saling toleransi sesama warga.
4. Tidak ada batasan wilayah, ras, dan juga warna kulit.
5. Penafsiran hukum dari Tuhan melalui ijtihad.

c. Yusuf Al-Qardhawi

Al-Qardhawi berpendapat, bahwa substansi demokrasi adalah sejalan dengan ajaran agam Islam.
Hal ini dapat kita lihat dari beberapa hal yaitu, sebagai berikut.
Di dalam teori demokrasi proses pemilihan melibatkan khalayak ramai untuk mengangkat
salah seorang dari kandidat yang berhak untuk memimpin dan mengurusi segala urusan serta
keadaan masyarakat. Dari hal ini, jelas bahwa masyarakat memilih pemimpin yang disukainya
dan tidak akan memilih pemimpin yang tidak disukainya. Hal ini sejalan dengan ajaran islam,
Islam menolak seseorang menjadi imam dalam solat yang tidak disukai oleh ma'mumnya.
- Hal yang sejalan dengan Islam lainnya adalah mendorong rakyat senantiasa melakukan
usaha untuk meluruskan penguasa yang tirani. Karena amar ma'ruf dan nabi mungkar
serta selalu memberikan nasihat kepada pemimpin yang memimpin rakyatnya adalah
bagian dari ajaran Islam.
- Pemilihan umum atau yang dikenal dengan pemilu juga termasuk jenis pemberian saksi.
Oleh karena itu, barangsiapa yang sama sekali tidak menggunakan hak pilihnya sehingga
kandidat calon pemimpin yang seharusnya dipilih dan benar-benar layak dipilih menjadi
kalah dan suara mayoritas condong kepada kandidat yang sebenarnya kurang layak
bahkan tidak layak menjadi pemimpin, berarti dia telah menyalahi aturan dan perintah
Allah Swt untuk senantiasa memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
- Penetapan suatu hukum-hukum yang didasarkan kepada suara mayoritas rakyatnya juga
tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Suara mayoritas yang diambil ini tidak
boleh bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
- Kebebasan mengemukakan pendapat, dan juga kebebasan pers, serta otoritas pengadilan
merupakan sebagian hal di dalam teori demokrasi yang tentu sejalan dengan ajaran Islam

d.Salim Al-Bashnawi
Menurut pendapat dari Salim Ali Al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi-sisi yang
baik dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, tetapi juga di dalamnya terdapat sisi
negative yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sisi baik atau positif dari demokrasi ini
adalah adanya kedaulatan rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama
Islam. Sementara, Sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif yang begitu bebas yang bisa
mengarah kepada sikap untuk menghalalkan yang haram dan juga bisa mengharamkan yang
halal. Atas dasar kedua sisi dari demokrasi tersebut Salim Ali al-Bahasnawi memberikan suatu
Islamisasi demokrasi yang dirumuskan sebagai berikut.
- Menetapkan tanggung jawab setiap dari masing-masing individu di hadapan Allah Swt

8
- Wakil-wakil rakyat harus berlandaskan akhlak Islam dalam melaksanakan tugas dan dal
musyawarah.
- Mayoritas tidak menjadi ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan di
dalam al-qur'an dan hadist/sunnah.
- Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan untuk mendapatkan jabatan
sehingga hanya ang bermoral baik yang dapat duduk di parlemen.

e.Muhammad Imarah
Muhammad Imarah berpendapat bahwa di dalam demokrasi, kekuasaan legislatif untuk
membuat dan menetapkan hukum secara mutlak berada pada tangan rakyat. Hal itu sangat
bertentangan dengan agama islam karena kekuasaan penuh tersebut ada di tangan Allah Swt.
Allah Swt lah pemegang hukum dan segala kekuasaan tertinggi. Manusia hanyalah makhluk
ciptaanNya yang hanya bisa menjabarkan dan merumuskan hukum-hukum sesuai prinsip yang
diturunkan Tuhan serta juga berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur secara rinci oleh
ketentuan Allah Swt. Jadi Muhammad Imarah mengemukakan bahwa Allah Swt lah yang
berjabat atau berposisi sebagai legislator, sementara itu manusia hanyalah sebagai faqih atau
yang memahami dan menjabarkan hukum-hukum yang telah digariskan oleh Allah Swt.
Demokrasi yang dijunjung tinggi oleh kalangan orang-orang Barat berpulang kepada padangan
mereka tentang batas kewenangan Tuhan. Seperti yang telah Aristoteles ungkapkan, bahwa
Tuhan menciptakan alam semesta ini dan lalu dibiarkan-Nya, ungkapan ini termasuk teori di
dalam filsafat Barat, dan disebutkan juga bahwa setelah itu manusia diberikan kewenangan
penuh berupa kewenangan legislatif dan eksekutif. Sementara kita lihat di dalam agama Islam,
Allah Swt lah yang memegang atau pemegang otoritas tersebut. Adapun hal yang lainnya di
dalam demokrasi yang sejalan dengan islam seperti membangun hukum atas persetujuan umat,
pandangan mayoritas, dan juga orientasi pandangan umum, termasuk lain sebagainya.

D. Keberagaman Dalam Islam dan Demokrasi

1. Keberagaman dalam Islam


Islam yang telah kita ketahui selama ini merupakan salah satu agama yang memiliki pengikut
terbanyak di Indonesia, kalau kita kaitkan dengan konteks dan perubahan zaman sekarang,
bagaima Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegri ini, bahkan di dunia.
Sebagaimana yang telah disebutkan berkali- kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam
sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan
sunatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya. Seperti dalam (Qs Al
Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan“Wahai para manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa
bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi,
menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman, artinya keberagaman

9
didunia ini mutlak adanya. Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti mengenggap
kelompok, madzab, ataupun keberagaman yang lain sejenisnya mengenggap kelompoknya lah
yang paling benar.

2. Pandangan Islam terhadap Keberagaman


Melihat keberagaman saat ini, Allah SWT. telah memberikan jalan keluar untuk menyikapi
keberagaman tersebut, yaitu pandanglah keberagaman sebagai rahmat yang harus disyukuri, dan
angaplah keragaman merupakan nikmat dari Allah. Di dalam Al qur’an (Qs Ali Imran:10 3)
telah disebutkan, yang artinya “ kalau kita artikan secara literal ayat diatas, maka yang ada
keberagaman-keberagaman tidak mendapatkan tempat. Dengan demikian, keragaman akan
mengerah kepada menejemen konfik yang disebut dengan “Mutual Enrichment” artinya, saling
mengayakan, memperkaya, dengan kelompok lain, bukan malah saling bertengkar. Karena
masing-masing kelompok menginginkan sesuatu hal yang baru yang belum pernah ia miliki,
atau mereka temui. Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama.
Dalam Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan
masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam).” (QS.Al-Baqarah: 256) Hal yang terpenting dalam menyikapi
perbedaan pendapat terhadap masalah ijtihadiyah adalah bagaimana seseorang bertindak lebih
dewasa untuk dapat menghargai pendapat orang lain, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
para Imam Mazhab. Dan tidak menganggap pendapat nya benar.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep toleransi dalam Islam dengan menghormati dan menghargai agama lain (tapi tetap dalam
takaran Islam) adalah tak lain bertujuan agar tercipta kurukunan antar umat muslim dan non
muslim. Sehingga kita dapat meminimalisir berbagai konflik dan ketegangan yang ada.

Menjadi warga Indonesia berarti kita harus menerima dan mensyukuri semua kelebihan dan
kekurangan yang ada di Indonesia. Mari sama-sama bangkit berpangku tangan dan bersatu padu
untuk menambal sedikit demi sedikit kekurangan yang ada. Kelemahan kita adalah kurangnya
rasa bangga terhadap Negara dan kita lebih suka menjiplak budaya luar negeri (baca: Barat)
ketimbang melestarikan budaya kita sendiri.

B. Saran

Demikian tulisan ini kami buat. Kami sadar akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini.
kami membutuhkan saran yang bersifat membangun agar dapat memotivasi kami untuk lebih
baik lagi. Terima kasih pada semua pihak yang telah membantu.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=252490&val=6803&title=Syura%20dan

%20Demokrasi:%20Persamaan%20dan%20Perbedaannya http://firdyatjeh.blogspot.com/

2011/04/perbedaan-syura-dengan-demokrasi.html http://www.academia.edu/17533951/

makalah_demokrasi_menurut_pandangan_islam http://dianaaldiez.blogspot.com/2013/03/islam-

dalam-menyikapi-perbedaan-dan.html

12

Anda mungkin juga menyukai