Museum pendaratan Presiden RI, Soekarno, dibangun di tepi Danau Limboto, Desa Iluta, Kecamatan
Batudaa, Kabupaten Gorontalo. Jumat, 26/4. (Foto : Burdu/banthayoid)
Gambar pesawat amfibi yang ditumpangi Presiden Soekarno saat mendarat di Danau Limboto tahun 1950.
(Foto: Burdu/banthayoid)
Salah satu foto bung karno, yang dipajang di ruangan dalam museum. (Foto: Burdu/banthayoid)
Persitiwa kedatangan Bung Karno pada tahun 1950 tidak lain untuk
mempersatukan wilayah Indonesia. Hingga berlanjut pada kedatangan kedua tahun 1956
terkait tindak lanjut pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun tak ada
satu pun keterangan yang memastikan waktu pendaratan Bung Karno di Gorontalo.
Semuanya hanya tertulis tahun.
"Rumah ini dipergunakan sebagai tempat singgah saat pendaratan pesawat amfibi,
sehingga untuk mengenang semangat juang Presiden pertama RI, maka perlu dilakukannya
pemeliharaan,” ujar Miman.
Museum Pendaratan Soekarno Belum Ditetapkan sebagai Cagar Budaya
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo belum menetapkan Museum Pendaratan
Soekarno sebagai cagar budaya.
Divisi Tim Ahli Balai Arkeolog BPCB, Buhanis Ramina, mengatakan pihaknya belum
menetapkan museum itu sebagai cagar budaya karena ada beberapa prosedur yang harus
ditempuh.
Foto kedatangan Presiden RI, Soekarno, di Gorontalo menghiasi seluruh dinding museum.
(Foto: Burdu/banthayoid)
"Kalau kita baru melakukan inventarisasi atau pencatatan dan pengumpulan data-data
yang sebelumnya itu tanggung jawab Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo . Terus pada
tahun 2009 masuk di BPCB dan belum ada penetapan secara resmi terkait cagar budaya,”
ujar Buhanis.
Sambungnya, pemerintah setempat perlu adanya tenaga pendaftar yang bertugas untuk
mengisi format yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam
metode pendaftaran pun harus melewati tiga aspek, yakni pendaftar, tim pendaftaran, dan
objek yang didaftarkan.
“Dan itu harus dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Gorontalo,”
jelasnya.
Dermaga pendaratan pesawat amfibi saat ini terus dibenahi pemerintah, untuk menarik
wisatawan. (Foto: Burdu/banthayoid)
Tambahnya, setelah itu akan ada pengkajian oleh tim ahli cagar budaya. “Tim ahli ini yang
nantinya akan memberikan rekomendasi kepada Bupati Kabupaten Gorontalo, yang mana
masuk ketegori cagar budaya dan mana yang bukan. Setelahnya ditetapkan oleh
pemerintah daerah,” kata Buhanis.
Salah satu sudut dermaga pendaratan Bung Karno, yang menjadi lokasi swafoto wisatawan
di akhir pekan.
Museum Pendaratan Pesawat Ampibi Soekarno terletak di Desa Iluta, Kecamatan Batudaa,
Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Lokasi berada tepat di tepi bagian selatan Danau
Limboto, dan sekitar 2 kilometer dari Taman Purbakala Benteng Otanaha. Trayek angkot
yang melintasi lokasi tersebut adalah jurusan Kota Gorontalo ke Kecamatan Batudaa, dan
sebaliknya.
Awalnya, bangunan musem ini merupakan rumah yang dibangun semasa pemerintahan
kolonial Belanda menguasai Gorontalo dengan ukuran 5 x 15 meter, dan diperkirakan
dibangun pada tahun 1936.
Dahulu kala, Soekarno pernah menjejakkan kaki di Bumi Gorontalo pada tahun 1950 dan
tahun 1956. Soekarno datang ke Gorontalo melalui jalur udara yang mendarat di Danau
Limboto. Kedatangan pertamanya, ia menggunakan pesawat Ampibi. Lalu, saat kedatangan
keduanya di tahun 1956 ia memakai pesawat Catalina. Soekarno datang bersama
ajudannya dengan pilot bernama Wiweko Supono. Kala itu, pesawat Ampibi masih bisa
mendarat dan berlabuh di Danau Limboto karena memang ketika itu, debit airnya masih
memungkinkan hal itu dengan pantai pasir putihnya.
Berangkat dari kisah tersebut, bangunan rumah mungil di tepi Danau Limboto ini
ditetapkan sebagai Cagar Budaya/Situs Rumah Pendaratan Soekarno oleh Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo.
Rumah tersebut menjadi saksi kedatangan Soekarno di Gorontalo. Selanjutnya, pada 29
Juni 2002 rumah itu direnovasi dan diresmikan oleh Presiden RI yang kelima, Megawati
Soekarnoputri, sebagai museum.
Di museum ini, Anda akan diajak untuk sejenak kembali ke masa lampau dengan
mengamati berbagai dokumentasi kedatangan Presiden Pertama RI Ir. Soekarno ke
Gorontalo pada masa itu, juga di museum ini disimpan barang-barang kuno dan bersejarah.
Karena museum ini terletak tepat di tepian Danau Limboto yang memiliki keindahan alam
yang sejuk dan tenang, sehingga dapat sekaligus dinikmati pemandangan indah sambil
memancing ikan di pondok-pondok tepi danau yang telah disediakan
pendaratan
Berangkat dari kisah tersebut, bangunan rumah mungil di tepi Danau Limboto ini
ditetapkan sebagai Cagar Budaya/Situs Rumah Pendaratan Soekarno oleh Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo.
Rumah tersebut menjadi saksi kedatangan Soekarno di Gorontalo. Selanjutnya, pada 29
Juni 2002 rumah itu direnovasi dan diresmikan oleh Presiden RI yang kelima, Megawati
Soekarnoputri, sebagai museum.