Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PEMBUATAN DAN PEMBAKUAN LARUTAN BAKU

DISUSUN OLEH

NAMA : JUNELAN NINGSIH A.S PANDJU

NPM : 85AK19013

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

STIKES BINA MANDIRI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.


Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT, sehingga saya
bisa menyelesaiankan laporan ini yang berjudul “Pembuatan dan pembakuan larutan baku”
selesai tepat pada waktu yang ditentukan.

Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata kuliah Adnan Malaha, S. Pd,
yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan pada pembuatan laporan ini. Ucapan
terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman yang sudah membantu dan
memberikan sumbangsih buah pikiran demi selesainya laporan praktikum ini.

Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, saya menyadari
bahwa hanya Allah lah yang memiliki segala kesempurnaan, dan segala pengetahuan.
Semoga laporan praktikum kimia analitik ini yang saya susun bisa di terima dan dapat
memberikan manfaat berupa pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca laporan ini. Billahi
Taufik wal Hidayah

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Gorontalo, September 2019

(Penulis)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen
yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa
dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut
campuran.
Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer. Disamping
itu, pembakuan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan yang sudah
dibakukan (baku sekunder). Larutan baku primer adalah larutan hang konsentrasinya dapat
diketahui dengan cara penimbangan zat dengan seksama. Contoh: NaCO3 anhdrat, Asam
benzoate, Natrium chloride. Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
dapat diketahui dengan cara dibakukan terlebih dahulu. Contoh: NaOH, NaNO2, H2SO4,
Na2EDTA, I2. Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting
dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan
suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung
secara kuantitatif.
Dalam larutan analit (A) kita menambahkan zat indikator yang berfungsi untuk
menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi sempurna dari analit dengan pereaksi dengan
adanya perubahan warna dari indikator.
Indikator adalah suatu senyawa organik kompleks merupakan pasangan asam basa
konyugasi dalam konsentrasi yang kecil indikator tidak akan mempengaruhi pH larutan.
Indikator memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk asam dan dalam bentuk
basanya. Perubahan warna ini yang sangat bermanfaat, sehingga dapat dipergunakan
sebagai indicator pH dalam titrasi (Hamdi, 2012:2).
1.2 Tujuan Pratikum
a) Mahasiswa dapat mengetahui dan cara membuat larutan baku
b) Mahasiswa dapat melakukan proses pembakuan larutan baku
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Larutan


Larutan adalah campuran homogen. Disebut campuran karena susunanya dapat di
ubah,dan disebut homogen kerena komponen penyusunya tela kehilangan sifat-sifat fisiknya
dan susunanya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian penyusunnya
dengan mikroskop sekalipun,di dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul,atom-atom
atau ion-ion dari dua zat atau lebih.
Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang konsentrasinya yang sudah
diketahui larutan baku biasanya berfungsi sebagai titrasi seingga ditempatkan dalam buret
yang sekaligus berfungsi sebagi alat ukur volume larutan baku adapun larutan baku dibagi
menjadi:
1. Larutan baku primer adalah larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasinya diketahui secara cepat melalui metode gravimentri (perhitungan
massa).dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui.nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana,setelah dilakukan
dalam volume tertentu.
2. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.konsentrasi larutan ini
ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer,biasanya melalui
metode titrimetri (Panduan Praktikum, 2019 : 9)

2.2 Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH


Kadar suatu asam dapat ditentukan dengan cara titrasi menggunakan penitrasi basa.
Demikian pula sebaliknya, kadar suatu basa dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan
penitrasi asam. Titrasi asam-basa pada prinsipnya melibatkan reaksi penetralan ion H+ dari
asam oleh ion OH- dari basa, atau sebaliknya. Asam atau basa dalam air, apakah itu
asam/basa kuat/lemah dapat terionisasi dalam air. Pada reaksi penetralan, reaksi yang
sebenarnya terjadi hanyalah antara H+ dan OH-
H + (aq) + OH- H2O (l)(aq)
Kadar asam atau basa dalam suatu contoh dapat ditentukan dengan cara titrasi
penetralan. Misalnya kadar/ kemurnian asam cuka yang beredar di pasaran dapat ditentukan
melalui titrasi dengan penitrasi basa seperti NaOH. Boraks (rumus kimia : Na2B4O7) adalah
zat aditif yang termasuk garam basa yang disinyalir telah digunakan dalam jumlah berlebih
dalam pembuatan makanan seperti bakso. Kadar boraks dalam bakso dapat ditentukan
dengan cara yang sederhana, yaitu titrasi penetralan menggunakan penitrasi asam seperti
HCl. (Permanasari, 2019 : 1)
BAB III

METODE PRATIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum pembuatan dan pembakuan larutan baku dilaksanakan pada pukul 13.00-
Selesai, pada hari kamis, 26 September 2019. Bertempat di Laboratorium Kimia STIKES
Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan dan pembakuan larutan baku
adalah statif dan klem, buret, Erlenmeyer, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk,
kaca arloji, spatula, baker gelas, corong dan gelas ukur.

b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bubuk metal jingga, bubuk
natrium karbonat, asam oksalat, indicator PP, aquades, NaOH 0,1 N, H2SO4, Na O5

3.3 Prosedur Kerja


a) Asam sulfat (H2SO4) 1 N
Isi labu ukur dengan menggunakan 2,8 ml asam sulfat pekat,kemudian
encerkan dengan aquades 100 ml secara perlahan-lahan,dan homogenkan.
b) Pembuatan metil jingga
Timbang bubuk metil jingga sebanyak 1 gr kemudian masukan kedalam beker
gelas ukuran 100 ml,kemudian larutkan bersama aquades dengan ukuran 100
ml.gunakan batang pengadk kemudian homogenkan.lalu,tuangkan larutan
yang tercampur ke dalam labu ukur.
c) Pembuatan natrium karbonat
Timbang bubuk natrium karbonat sebanyak 100 mg kemudian masukkan
natrium karbonat yang telah di timbang kedalam labu ukur.lalu larutkan
dengan aquades sebanyak 50 ml,kemudian homogenkan.
d) Pembakuan larutan
Masukkan H2 SO4 1 N kedalam buret sempai tanda batas 0 ml kemudian
masukkan 25 ml natrium karbonat ke dalam erlenmeyer,tambah 3 tetes metil
jingga hingga menjadi kuning kemudia titrasi menjadi warna merah.
e) Larutan baku NaOH
Larutan baku NAOH ditimbang dengan neraca analitik, kemudian NaOH di
timbang ke kaca arloji menggunakan spatula dengan NaOH 4,50 gram
kemudian masukkan aquades ke dalam gelas ukur sampai 100 ml, NaOH yang
telah di timbang dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, lalu aduk sampai
rata dengan pengaduk, lalu homogenkan, masukkan larutan yang tercampur di
dalam labu ukur.
f) Larutan asam oksalat
Asam oksalat di ukur sebanyak 0,31 gram,kemudian ukur aquades dengan
gelas ukur sebanyak 500 ml,campur aquades dengan asam oksalat, tuangkan
aquades ke dalam labu ukur di cukupkan hingga 500 ml.
g) Larutan indikator PP
Timbak serbuk PP menggunakan timbangan digital sebanyak 0,5 gram,lain
larutan dengan alkohol 96% menggunakan gelas kimia sebanyak 50 ml,aduk
menggunakan batang pengaduk,kemudian isi ke dalam labu ukur dan
homogenkan,lalu tutup labu takar.
h) Pembakuan asam oksalat (titrasi)
1. Pertama-tama masukkan larutan primer (NAOH 0,1 N)ke dalam buret
dengan ukuran 50 ml
2. Masukkan larutan sekunder (asam oksalat) ke dalam erlenmeyer ukuran 250
ml sebanyak 25ml, ke dalam 2 gelas erlenmeyer (duplo)
3. Setelah itu, tambahkan4 tetes indikator pp ke masing-masing
erlenmeyer,lalu homogenkan ke dua cairan tersebut.
4. Titrasikan larutan primer dari buret ke dalam larutan sekunder yang telah di
homogenkan kedua indikator PP,sambil dihomogenkan,sehingga berubah
warna menjadi merah ke ungu-unguan.
5. Maka proses titrasi telah selesai.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap pembuatan dan pembakuan larutan baku, hasil
yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pembuatan Larutan Baku
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1.  Masukan 2,5 ml natrim karbonat ke  25 ml larutan NaCO3
dalam erlenmeyer
 Tambahkan 3 tetes indikator metil jingga.  Terjadi perubahan warna
dari bening ke kuning
 Dilakukan titras dengan menggunakan  Telah terjadi perubahan
larutan asam sulfat 1 N warna dari kuning ke
merah
Jadi di dapatkan
sampel I = 9 ml
Sampe II= 8,4 ML
Rata-rata = 8,7
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
2  Menimbang NaOH 4,5 gram dilarutkan  NaOH anhidrat
dengan aquades 100 ml (Larutkan NaOH 0,1 N
dalam 100 ml)

 Dimasukan 25 ml asam oksalat  Tidak terjadi


ditambahkan 4 tetes indikator PP. perubahan warna (tetap
bening)

 Akan tetapi setelah di lakukan titrasi  Terjadi perubahan


NaOH 0,1 A warna, dari bening
berubah menjadi unggu

Jadi, didapatkan sampel =


Sampel I = 0,9 ml 0,9 + 0,5 = 0,7
Sampe II = 0,5 ML 2

Perhitungan (Tabel 4.1)

No Perhitungan normalitas Perhitungan H2SO4


NaOH H2C2O4  Perhitungan H2SO4
N1. Vol 1. Val 1 = N2. Vol 2. Val 2 H2 SO4 Na CO3
0,1. 0,7. 1 = N2. 25. 2 =
N1 x V1 x val1 N2 x V2 x val2
N x V x val
N2 = 1Val 1x val 1
2 1
0,1.0,7.1 1 . 8,7. 2 = N2. 25
N2 = N1 x V1 x val1
25 x 2 N2 = N x V x val
0,07 2 2 2
NH2 C2 O4 = = 0,0014 N 1 𝑥 8,7 𝑥 2
50 N2 = 25 x 1
= 0,696 N
 Rumus pengenceran H2SO4
V1.N1 = V2.N2
100 𝑥 1
V1= 36
= 2,8 ml
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil data dari pembuatan dan pembekuan larutan baku diatas,
Terdiri dari dua komponen yaitu pelarut (solvent) yang memiliki proporsi lebih besar dan
zat terlarut (solute) yang proporsi lebih kecil. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya
dari larutan yang dihasilkan perlu dilakukan standarisasi. Larutan standar selanjutnya
digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa.
Saat titrasi biasanya ditambahkan indikator. Indikator adalah zat yang memiliki
warna berbeda di dalam suasana asam atau basa. Indikator ini sesungguhnya merupakan
asam lemah atau basa lemah yang konjugasinya menjadi asam-basa menyebabkan
perubahan warna. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai
satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan satu
warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Dengan menggunakan keanekaragaman
indikator dan mencatat warna-warna dalam larutan-larutan, misalnya orang dapat
memperkirakan keasaman atau kebasaan tanah, air, cairan tubuh dan tipe lain larutan-
larutan itu. Pemilihan suatu indikator untuk titrasi asam basa tertentu tergantung pada
kuat relatif asam dan basa yang digunakan didalam titrasi.
Percobaan kali ini kita melakukan analisa kuantitatif untuk menentukan
standarisasi larutan. Kita melakukan dua percobaan standarisasi, yakni yang pertama
standarisasi pembuatan larutan baku HCl 0,1 N dan pembakuan larutan Na2CO3, kedua
adalah standarisasi larutan NaOH 0,1 N dan standarilisasi larutan NaOH dengan asam
oksalat.
Proses standarisasi larutan HCl 0,1 N, pertama-tama kita menuangkan HCl pekat
sebanyak 8,3 mL yang dilarutkan dengan 50 mL aquades, lalu larutan tersebut
dihomogenkan sehingga menghasilkan larutan warna bening atau tidak terjadi perubahan
warna, pada percobaan kedua yakni pembakuan Na2CO30,1 gram dilarutkan dengan
aquades yang menghasilkan warna larutan bening, kemudian ditambahkan dengan
indicator metil jingga hingga kuning menjadi berubah larutannya dengan warna merah
muda.
Melakukan standarisasi larutan NaOH. Karena NaOH merupakan larutan standar
sekunder, maka sebelum digunakan terlebih dahulu pertama kita harus membuat larutan
NaOH dengan cara melarutkan 4,5 gr NaOH dengan aquadest, kemudian ditambahkan
dengan larutan jenuh BaCl2 sampai tidak terbentuk endapan putih, ketika mengendap
larutan tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a) Pembuatan larutan baku dilakukan dengan menimbang larutan NaOH kemudian
dimasukan ke dalam Erlenmeyer diaduk hingga rata kemudian homogenkan.
b) Dalam pelaksanaannya larutan standar (larutan NaOH) biasanya kita teteskan dari
suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan
kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi
perubahan warna dari indikator yang ditambahkan. Titik di mana terjadinya
perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi
seharusnya sama

5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum :
 Praktikan lebih berhati-hati dan lebih teliti lagi sehingga kesalahan-kesalahan yang
sering terjadi dapat diminimalisir.
 Kesalahan saat melakukan titrasi pada larutan
 Kesalahan membuat larutan Baku NaOH.
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, Ana. 2018. Titrasi Volumetri. ( Online) http://repository.ut.ac.id/4654/


1/PEKI4311-M1.pdf [ Sabtu, 28 September 2019]

Hamdi. 2012. Laporan Praktikum Kimia Analisis (Pembuatan Larutan Baku) . Universitas
Tribhuwana Tunggadewi; Malang

Anonim. 2019. Modul Praktikum Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku. STIKES Bina
Mandiri Gorontalo; Lab Kimia

Anda mungkin juga menyukai