Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ETNOGRAFI SUKU SUNDA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pejaran Antropologi yang diampu
oleh:
Moralitawati Fatimah, S.Pd.

Oleh: Kelompok 4

Fatikah Salsabila Romanisti 0022570684


Marsa Attaqiya 0037564871
Rani Apriliana 0037698316
Siti Az-Zahra Chairunnisa 0032407092
Sri Wulandari 0033414156
Syarif Nursawaldi Faturahman 0033414101
Tesya Madina Nonci 0033235560

JURUSAN ILMU BAHASA BUDAYA


SMAN 11 BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah etnografi
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang ikut berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kelengkapan makalah ini.

Bandung, 29 Juli 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Anrtopologi
2.2 7 Unsur Budaya
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
3.2 Metode Penelitian
3.3 Sumber Data
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Lokasi, Lingkungan, dan Demografi
4.2 Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa
4.3 Bahasa
4.4 Sistem Teknologi
4.5 Sistem Ekonomi
4.6 Sistem Religi
4.7 Sistem Pengetahuan
4.8 Organisasi Sosial
4.9 Kesenian
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki


keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan
adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya
tidak akan ada kebudayaan tanpa masyarakat. Begitu besar kaitan antara kebudayaan dan
masyarakat.

Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka maka akan
terlihat pula adanaya berbagai suku bangsa di Indonesia.tiap suku bangsa inilah yang
kemudian mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda – beda. Suku Sunda merupakan
salah satu suku bagsa yang ada di pulau Jawa. Suku Sunda memiliki karakteristik yang
berbeda dengan suku bangsa lainnya. Keunikan karakterisitk suku Sunda ini tercermin dari
kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian, dan lain
sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana gambaran lokasi, lingkungan, dan demografi suku Sunda?


1.2.2 Bagaimana gambaran asal mula dan sejarah suku sunda?
1.2.3 Bagaimana gambaran bahasa di suku Sunda?
1.2.4 Bagaimana gambaran sistem teknologi di suku Sunda?
1.2.5 Bagaimana gambaran sistem ekonomi di suku Sunda?
1.2.6 Bagaimana gambaran sistem religi di suku Sunda?
1.2.7 Bagaimana gambaran sistem pengetahuan di suku Sunda?
1.2.8 Bagaimana gambaran organisasi sosial di suku Sunda?
1.2.9 Bagaimana gambaran kesenian di suku Sunda?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui gambaran lokasi, lingkungan, dan demografi suku Sunda.
1.3.2 Untuk mengetahui gambaran asal muasal dan sejarah suku Sunda.
1.3.3 Untuk mengetahui gambaran bahasa di suku Sunda.
1.3.4 Untuk mengerahui gambaran sistem teknologi di suku Sunda.
1.3.5 Untuk mengetahui gambaran sistem ekonomi di suku Sunda.
1.3.6 Untuk mengetahui gambaran sistem religi di suku Sunda.
1.3.7 Untuk mengetahui gambaran sistem pengetahuan di suku Sunda.
1.3.8 Untuk mengetahui gambaran organisasi sosial di suku Sunda,
1.3.9 Untuk mengetahui gambaran kesenian di suku Sunda.

1.4 Manfaat

Makalah ini ditulis dengan tujuan supaya dapat memberikan gambaran umum kepada
masyarakat luas tentang salah satu kebudayaan di Indonesia salah satunya kebudayaan sunda
yang kami bahas dalam makalah ini. Sehingga pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan
tepat sasaran. Selain itu juga diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang pendidikan.
Dan memberi ilmu serta wawasan kepada para pembaca agar dapat menjadi orang yang
berilmu pengetahuan luas. Semoga bermanfaat. Aamiin …
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Antropologi

Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi berasal dari kata Yunani
άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti
"wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti
ilmu yang mempelajari manusia. Dalam melakukan kajian terhadap manusia, antropologi
mengedepankan dua konsep penting yaitu: holistik dan komparatif. Karena itu kajian
antropologi sangat memperhatikan aspek sejarah dan penjelasan menyeluruh untuk
menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial ilmu hayati (alam), dan juga
humaniora.

Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai


entitas biologis homosapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner
dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam
memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak
awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-
cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia
dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup (worldview).

Ada lima metode yang berhasil dihimpun oleh kedua tokoh antropologi Indonesia
Koentjaraningrat dan Sjafri Sairin. Masing-masing memiliki hubungan, cara dan
penerapannya yang khas. Berikut disajikan kelima metode itu.

a. Pendekatan holistic
b. Pendekatan micro
c. Pendekatan semiotic
d. Pendekatan comparative
e. Pendekatan behavioristic
2.2 7 Unsur Budaya

Dalam sistem sosial-budaya menurut Koentjaraningrat ada 7 unsur kebudayaan


sebagai cultural universal. 7 unsur kebudayaan tersebut adalah:

2.2.1 Sistem mata pencaharian hidup (ekonomi)

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-
masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

• berburu dan meramu

• beternak

• bercocok tanam di ladang

• menangkap ikan

2.2.2 Ilmu pengetahuan atau Teknologi

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta


memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau
dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

2.2.3 Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang
lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata
krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk
masyarakat.

2.2.4 Sistem kepercayaan atau Religi

Sistem kepercayaan dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan


kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal dari bahasa Latin religare, yang
berarti "menambatkan"). Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama)
mendefinisikan Agama sebagai berikut:

Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama
untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait
dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Agama

Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen
atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem
pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.

Religi

Menurut Koentjoraningrat istilah religi dibedakan dengan istilah agama, religi


merupakan bagian dari kebudayaan. Menurut Cirero religi tidak berbeda jauh dengan
pengertian agama yaitu suatu pengalaman batin dari kehidupan kejiwaan manusia kemudian
menimbulkan perbuatan-perbuatan atau tingkah laku manusia yang dipersembahkan kepada
suatu zat yang menguasai manusia dan seluruh alam semesta.

Menurut E.B. Tylor, evolusi religi yang berdasarkan kesadaran manusia itu sendiri
yang terbagi menjadi:

1. Animesme, bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan bahwa di alam sekeliling


tempat tinggal manusia tinggal berbagai maca, ruh, spirit, mahluk halus, dan
kekuatan gaib lainnya.
2. Dinamisme, bentuk religi yang berdasarkan pada kepercayaan akan kekuatan alam
yang melebihi kekuatan manusia.
3. Polytheisme, bentuk religi yang berdasarkan kepada kepercayaan akan dewa-dewa,
yang masing-masing mewakili suatu kekuatan atau fenomena alam tertentu.
4. Panteon, bentuk kepercayaan kepada dewa-dewa, dimana dewa-dewa tersebut
tergabung didalam suatu sistem dengan struktur tugas dan jenjang yang berbeda-
beda.
5. Monotheisme, bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan pada suatu kekuatan
tunggal.
Menurut Koentjoroningrat religi merupakan suatu sestem yang terdiri atas empat
komponen:

1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius.


2. Sistem kepercayaan yang mengadung keruhanian dan bayangan-bayangan manusia
tentang sifat tuhan, wujud dan alam gaib.
3. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan dewa-
dewa atau mahluk-mahluk halus yang mendiami alam gaib.
4. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem
kepercayaan tersebut.

Dalam suatu praktek keagamaan atau kepercayaan terdat bermacam-macm fungsi


psikologis dan sosial:

1. Fungsi Penyelamatan, keselamatan dapat dicapai dengan menjalankan


segalaaturanaturan atau norma yang ada.
2. Fungsi Sosial, yaitu mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan.
3. Fungsi Pendidikan, suatu upacara keagamaan dan inisiasi dapat memperlancar atau
membantu melestarikan budaya.

2.2.5. Sistem organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M.
Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untu
k menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki
hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak,
menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
2.2.6 Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang
mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Seni memiliki fungsi kreatif dan ekspresional juga seringkali memiliki fungsi untuk
mempererat ikatan solidaritas, sebagai saran pendidikan, sarana sosialisasi norma-norma, alat
untuk mewariskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.

Kesenian dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu:

1. Seni rupa, yaitu kesenian yang dapat dinikmati dengan mata.


2. Seni suara, yaitu kesenian yang dapat dinikmati dengan telinga.

2.2.7 Sistem Ilmu dan Pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di
dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir
menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

1. Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:


• pengetahuan tentang alam
• pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
• pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah
laku sesama manusia
• pengetahuan tentang ruang dan waktu
BAB III

METODE PENELITIAN

3.2 Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan penyususnan makalah ini, maka penyussun mempunyai rencana


kerja atau pedoman pelaksanaan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, di
mana yang dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep dan
keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah.Penelitian kualitatif
adalah rangkaian kegiatan atau proses penyaringan data atau informasi yang bersifat
sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam
kehidupan objeknya yang menghasilkan penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran
yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.

Digunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif ini berdasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu:

 Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan


kenyataan ganda.
 Metode ini secara langsung menghubungan antara peneliti dengan responden.
 Metode ini lebih pada menyesuaikan diri dengan penajaman bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.

3.2 Metode Penelitian

Penyusunan makalah ini menggunknan metode etnografi. Kata etnografi berasal dari
bahasa yunani “ethos” yang artinya suku bangsa dan “graphos” yang artinya sesuatu yang
ditulis. Menurut Juliansyah Noor etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau
sistem kelompok sosial. Etnografi merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian.
Sebagai proses, etnografi melibatkan pengaatan yang cukup panjang terhadap suatu
kelompok, dimana dalam pengamatan ini peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden
atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut.
Menurut Creswell, Etnography is a qualitative strategy in which the researcher studies
an intact cultural group in a natural setting over a prolonged period of time by collecting
primarily observational and interview data. Jadi, penelitian etnografi adalah salah satu jenis
penelitian kualitatif, dimana peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam
kondisi yang alamiah untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok
tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam
kelompok itu melalui observasi dan wawancara.

Dalam menjalankan penelitiannya seorang etnografer harus membangun hubungan


yang dekat dengan partisipan dari objek komunitas penelitiannya. Penelitian etnografi
meneliti suatu proses dan hasil akhir. Akhir dari penelitian adalah membuat tulisan yang kaya
akan gambaran detail dan mendalam mengenai objek penelitan (thick description). Sebagai
penelitian suatu proses, seorang etnografer melakukan participant observation, di mana
seorang peneliti melakukan eksplorasi terhadap kegiatan hidup sehari-hari dari objek
kelompoknya, melakukan pengamatan dan mewawancarai anggota kelompok dan terlibat di
dalamnya. Participant obeservation juga berarti bahwa peneliti ikut terlibat dan ikut berperan
dalam pengamatan.

Untuk keperluan penelitian ini seorang etnografer memelukan seorang key informant
atau gatekeeper yang bisa membantu menjelaskan dan masuk ke dalam kelompok tersebut.
Selain itu seorang etnografer harus mempunyai sensitivitas tinggi terhadap partisipan yang
sedang ditelitinya, karena bisa jadi peneliti belum familiar terhadap karakteristik mereka.

Hammersley (1990) mengemukakan tiga prinsip Metodologi yang digunakan untuk


menyediakan dasar pemikiran terhadap corak metode etnografi yang spesifik. Prinsip-prinsip
ini dijadikan dasar untuk mengkritik tentang kegagalan penelitian kuantitatif, karena
bersandar pada apa yang dikatakan orang bukan apa yang dilakukan.

Ketiga prinsip tersebut adalah naturalisme, pemahaman dan penemuan dengan uraian
sebagai berikut.

1. Naturalisme

Merupakan pandangan bahwa tujuan penelitian sosial adalah untuk menangkap


karakter perilaku manusia yang muncul secara alami dan ini hanya dapat diperoleh melalui
kontak langsung dengannya, bukan melalui inferensi dari apa yang dilakukan orang dalam
latar buatan seperti eksperimen atau apa yang mereka katakan dalam wawancara tentang apa
yang mereka lakukan.

2. Pemahaman

Yang sentral di sini adalah alasan bahwa tindakan manusia yang berbeda dari perilaku
objek fisik, bahkan dari makhluk lainnya, tindakan tersebut tidak hanya berisi tanggapan
stimulus, tetapi meliputi interprestasi terhadap stimulus dan konstruksi tanggapan.

3. Penemuan

Corak lain dari pemikiran etngrafi adalah konsepsi proses penelitian sebagai induktif
atau berdasarkan temuan, daripada dibatasi pada pengujian hipotesis secara eksplisit.

3.3 Sumber Data

Dalam penyususnan makalah ini penyusun mendapatkan data dari dua sumber.

a. Sumber data primer, penyusun mendapatkan sumber data dari beberapa narasumber
secara langsung melalui. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam
penyusunan ini adalah orang tua dan kerabat penyusun.

b. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh penyusun sebagai
penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam
bentuk dokumen-dokumen. Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam
penyusunan ini adalah jaringan antar koneksi (internet).
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lokasi, Lingkungan, dan Demografi

Suku Sunda adalah suku yang berasal dari bagian barat pulau jawa (Tatar Sunda)
yang mencakup wilayah Jawa Barat, Banten, Jakarta, wilayah Barat Jawa Tengah
(Banyumasan). Selain itu mereka juga tinggal di Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jambi,
Bengkulu, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Papua, dan Sulawesi Tengah dengan Jawa Barat
dan Banten sebagai daerah utamanya.

Lokasi Jawa Barat sendiri memiliki iklim tropis dengan suhu terendah di puncak
gunung Pangrango 9℃ dan tertinggi di Pantai Utara 34℃. Memiliki curah hujan sekitar
2000mm/tahun, bahkan bias mencapai 3000mm atau 5000mm pada beberapa daerah
tertinggi.

Karena iklimnya yang tropis dan curah hujannya yang lumayan tinggi, Tatar Sunda
merupakan suatu daerah yang sangat subur. Sehingga sangat memungkinkan bagi berbagai
macam flora dan fauna untuk tumbuh dan berkembang disini. Bahkan salah satu tanaman
langka di Indonesia, yaitu Rafflesia Arnoldii atau bunga bangkai tersebar di seluruh hutan
pegunungan dan hutan dataran rendah sepanjang Pantai Selatan Jawa Barat.
Penduduk Jawa Barat sendiri berjumlah sebanyak 43.053.732 jiwa yang terdiri dari
65,69% penduduk kota, dan 34,32% penduduk desa. Rasio seks di daerah Jawa Barat hamper
seimbang, yaitu pria:wanita sama dengan 104:100.

Jawa barat memiliki hutan seluas lebih dari 816.603 ha, yang terdiri atas hutan
konservasi 132.180 ha, hutan lindung 291.306 ha, dan hutan produksi 393.117 ha.

Jumlah yang dikelola Perhutani mencapai 684.423 Ha (hutan lindung dan hutan
produksi) atau mencapai 84% sedangkan hanya sekitar 16% hutan konservasi yang berada di
pengelolaan UPT Nasional dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.

Dari luasan ini, Jawa Barat hanya memiliki sekitar 18,2 persen luas kawasan hutan
dari total wilayah Jawa Barat yang mencapai sekitar 4,4 juta ha. Padahal UU No. 26Tahun
2007 tentang Penataan Ruang mengharuskan bahwa kawasan hutan harus memenuhi 30%
dari total wilayahnya. Artinya, Jawa Barat berada berada salam kondisi kritis dan sisi luasan
hutan yg menjadi penyanga kehidupan dan layanan alam.
4.2 Asal Usul dan Sejarah

Suku sunda adalah suku yang mendiami pulau jawa bagian barat. Pada tahun 1998,
suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa (belum ada pemisahan dengan Suku Banten
pada masa itu), kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat dan sekitar 3 juta jiwa hidup di
provinsi lain. Dari antara mereka, penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup
berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda
adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia Barat. Nama orang
Sunda sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia.
Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese (dalam bahasa
Inggris berarti orang Sudan).

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat sunda yang tinggal di wilayah barat pulau
Jawa. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal-bakal berdirinya peradaban di
Nusantara[butuh rujukan], di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni
Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan
Sumedang Larang.

Kata Sunda artinya bagus/baik/putih/bersih/cemerlang, segala sesuatu yang


mengandung unsur kebaikan[butuh rujukan]. Orang Sunda diyakini memiliki
etos/watak/karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak/karakter
Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil),
dan pinter (pandai/cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke
Sumedang Larang Abad ke-17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari
1000 tahun.

Daerah yang juga sering disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Masyarakat sunda
mengartikan kata “sunda” menjadi beberapa pengertian :

Sunda, dari kata “Saunda”, berarti Lumbung bermakna (subur dan makmur)

Sunda, dari kata “Sonda”, berarti bahagia

Sunda, dari kata “Sonda”, berarti sesuai dengan keinginan hati

Sunda, dari kata “Sundara”, berarti lelaki yang tampan


Sunda, dari kata “Sundari”, berarti wanita yang cantik

Sunda, dari kata “Sundara”, nama dewa kamaja (penuh rasa cinta kasih)

Sunda berarti indah.

Sejarah suku Sunda dapat dibedakan menjadi dua masa yakni: Jaman Praehistori dan
Jaman Histori.Demikian pula peninjauan terhadap sejarah Tanah Sunda atau Pasundan yang
kini dikenal dengan Jawa Barat pada Jaman Praehistori dari masa ini tidak terdapat
peninggalan-peninggalan yang terang berupa tulisan baik pada batu,daun lontar atau
kuningan dan lain sebagainya.Jaman histori Sunda dimulai sejarahnya dengan adanya batu
bertulis di sungai Ciaeuruten,Bogor yang menyatakan adanya suatu kerajaan Hindu bernama
Tarumanegara.

Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata
‘sund’ atau kata ‘suddha’ dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar,
terang, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi)
dan bahasa Bali pun terdapat kata sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak
tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186;
Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki
etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang
dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter
(cerdas).Sedangkan menurut bahasa Sunda dapat diartikan: bagus,indah,cantik,unggul,dan
menyenangkan

4.2.1 Sunda mendapat Pengaruh dari Jawa

Menurut Bernard Vlekke, sejarawan terkenal, Jawa Barat merupakan daerah yang
terbelakang di pulau Jawa hingga abad 11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah
dan Jawa Timur namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas,
pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara
orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang
Sunda memiliki raja pada zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020. Tetapi raja-
raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar.
Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah
pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit memerintah hingga tahun 1478 tetapi mereka
tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan
memperdalam pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda

4.2.2 Sunda Jaman Kerajaan Padjajaran

Pada tahun 1333, hadir kerajaan Pajajaran di dekat kota Bogor sekarang. Kerajaan ini
dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal,
Gadjah Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak dinikahkan
dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit. Namun, Gadjah Mada menentang pernikahan ini dan
setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah persyaratan.
Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir
dan tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan
banyak rintangan tersebut hingga semuanya mati. Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa
berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini (dan mungkin masih berlangsung),
tetapi pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang
Sunda.

Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua.
Sungguhpun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579, banyak kegiatan dari
para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran, digulingkan
oleh komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon dan Demak, dalam
persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil
alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah
kemajuan kerajaan Demak dari Jawa Timur ke Jawa Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah
timur menuju ke barat, Islam menembus hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah)
dan mencapai seluruh Sunda.

4.2.3 Sunda dan Kemajuan Islam

Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal tahun 1100 namun sebelum Malaka
yang berada di selat Malaya menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun 1414, pertumbuhan
agama Islam pada masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatra Utara mulai mengembangkan
pengaruh Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana Muslim menahan tanggal kedatangan
Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang
mereka catat mungkin tidak penting.
Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan
Persia masuk ke pulau Jawa pada awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para
mualaf di antara golongan yang berkuasa

4.2.4 Sunda dan Kejatuhan Majapajit

Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa
Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di
India. Surabaya (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab yang
terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa yaitu kerajaan Majapahit
pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja,
Raden Patah masuk Islam. Tidak seperti pemimpin-pemimpin Hindu, para misionaris Islam
mendorong kekuatan militer supaya memperkuat kesempatan-kesempatan mereka. Memang
tidak ada tentara asing yang menyerbu Jawa dan memaksa orang untuk percaya. Namun
dipergunakan kekerasan untuk membuat para penguasa menerima iman Muhammad. Baik di
Jawa Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan
oleh tekanan militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan
ikut. Meskipun demikian, kita harus mengingat apa yang ditunjukkan Vlekke bahwa perang-
perang keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah Jawa.

4.2.5 Pengaruh Demak di Tanah Sunda

Raden Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia
mencapai puncak kekuasaannya menjelang 1540 dan pada waktunya menaklukkan suku-suku
hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan
wilayahnya hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam.
Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa, mengirim putranya Hasanudin
dari Cirebon untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada 1526, baik
Banten maupun Sunda Kelapa (Jakarta) berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang
menjadi sultan Banten pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan
Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad 16, seluruh pantai
utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya
telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira
260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk
jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih
merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai- pantai dan di lembah-lembah sungai
seperti Ciliwung, Citarum dan Cisadane.

4.2.6 Sunda masa Kolonialisme Belanda

Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596, Islam telah menjadi pengaruh
yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara
sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol
perdagangan pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik perang
Salib masuk ke arena Indonesia. Pada 1641, mereka mengamb il alih Malaka dari Portugis
dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap kerajaan Mataram
sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak- hak ekonomi khusus di daerah pegunungan
(Priangan) Jawa Barat. Sebelum 1652, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan
mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir
pada saat Perang Dunia kedua.

Peristiwa-peristiwa pada abad 18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam


bidang sosial, politik dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah
persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal.
Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang
kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi,
Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa,"
sang pemimpin adalah seorang Hindu dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada
pemimpin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda. (Sulit untuk melakukan rekonstruksi
sejarah dari beberapa sumber karena masing- masing golongan memiliki kepentingan sendiri
yang mewarnai cara pencatatan kejadian).

Pada abad ke-20, sejarah Sunda telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme
Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia modern.

4.2 Bahasa

Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda.


Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi
menggunakan bahasa Sunda dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat
keramaian kota Bandung, Bogor, dan Tangerang, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi
menggunakan bahasa Sunda.

Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, para pakar bahasa biasanya membedakan
enam dialek berbeda. Dialek-dialek ini adalah:

 Dialek Barat (Bahasa Sunda Banten)


 Dialek Utara
 Dialek Selatan (Priangan)
 Dialek Tengah Timur
 Dialek Timur Laut (Bahasa Sunda Cirebon)
 Dialek Tenggara

Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten dan Lampung. Dialek Utara mencakup
daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa daerah Pantura. Lalu dialek Selatan
adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek
Tengah Timur adalah dialek di Kabupaten Majalengka dan Indramayu. Dialek Timur Laut
adalah dialek di sekitar Cirebon dan Kuningan, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten
Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis,
juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah.

4.4 Sistem Teknologi

4.4.1 Produksi

Ciri khas daerah Jawa Barat bisa di bilang cukup banyak dan di buat dari berbagai
jenis bahan, di produksi di berbagai daerah di wilayah jawa barat diantara kota kerajinan
ternama di jawa barat yaitu di Tasikmalaya, Cirebon, Garut, Bandung dan masih banyak
daerah penghasil produk kerajinan tangan lainnya.

a. pakaian dan busana.


Jawa Barat juga mengahasilkan kain batik, produk kerajinan batik yang sangat
terkenal di jawa barat yaitu kerajinan batik khas Cirebon dengan motif khasnya mega
mendung.

b. alas kaki sendal dan sepatu.

Produk alas kaki dan sepatu yang sangat populer di jawa barat yaitu produk sepatu
Cibaduyut, ada juga dari daerah Tasikmalaya yaitu sandal Tarumpah atau sering disebut
kelom geulis.

c. Perabot dan peralatan tradisional.

perabotan rumah tangga atau peralatan dapur sehari hari, misalnya Boboko, Hihid,
Tudung saji dari bambu, berbagai tempat makanan, keranjang dan berbagai peralatan
rumah tangga sehari hari lainnya.

4.4.2 Alat transportasi

a. Delman: Kereta pengangkut yang ditarik kuda atau disebut juga Kretek. Awalnya
hanya digunakan oleh kalangan bangsawan. Kini masih menjadi alat transportasi
masyarakat di kawasan Priangan. Asal muasal: Ciparay, Kab. Bandung.

b. Pedati : Alat transportasi darat ini menggunakan sapi atau kerbau sebagai tenaga
penariknya. Pada umumnya digunakan untuk mengakut beban berat, seperti bahan
bangunan, hasil bumi dan sebagainya.

4.4.3 Alat Komunikasi

a. Kentongan : Pada masa kerajaan, kentongan digunakan untuk menyampaikan pesan


dan perintah dari sang raja kepada rakyatnya. Tetapi di zaman sekarang kentongan
sering digunakan sebagai ronda malam.
b. Bedug : Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Biasanya digunakan sebagai
tanda waktunya sembahyang
4.5 Sistem ekonomi

Sistem kemasyarakatan Suku Sunda sangat erat dengan kehidupan ekonominya. Di


sini ada 3 unit sosial yang menjadi pusat kehidupan ekonomi, yaitu : kota, desa dan daerah
perkebunan. Struktur masyarakat kota dan perekonomiannya tidak berbeda dengan kota-kota
lain di pulau Jawa, yaitu masyarakatnya Gesellschaft dengan mata pencaharian utama pada
sektor :

1. 1.perdagangan,
2. industri,
3. jasa,
4. pertukangan dan buruh.

Kota menjadi pusat kegiatan politik, sosial, pendidikan dan seni budaya. Setiap kegiatan
mempunyai sifat interdependensi. Unit sosial ekonomi kedua ialah daerah perkebunan. Sejak
jaman pendudukan Belanda, Jawa Barat termasuk salah satu daerah perkebunan terpenting di
Indonesia, terutama daerah Priangan dan Bogor, jenis perkebunannya : teh, karet, kina, kopi
dan kelapa sawit.

Lapisan masyarakat daerah perkebunan terbagi atas kelompok majikan dengan tingkat
perekonomian yang baik, dan kelompok buruh dengan tingkat perekonomian yang rendah
sampai sedang. Hubungan sosial antara kedua kelompok itu biasanya kurang begitu akrab.

Unit sosial ekonomi ketiga dan yang terbesar adalah daerah pertanian yang berbentuk desa-
desa dengan cara pengerjaan yang masih tradisional. Ada sawah irigasi, sawah tadah hujan
(sawah guludug) dan ada tanah tegalan yang hanya bisa ditanami palawija saja.

Pada sawah irigasi sering ditaburi benih-benih ikan (sistem minapadi). Sebelum memotong
padi, petani mengundang seorang dukun candoli atau wali pukun untuk menentukan hari
yang tepat dalam pemotongan padi dan memimpin upacara selamatan pemotongan padi.

Di desa-desa Jawa Barat juga memiliki tanah, milik komunal yang disebut tanah titisara atau
kanomeran (di Ciamis), kacahcahan (di Majalengka) dan kasikepan (di Cirebon). Kedudukan
tanah ini sama dengan tanah lungguh atau tanah bengkok. Kehidupan ekonomi para petani di
Jawa Barat pada umumnya juga tidak jauh berbeda dengan para petani di Jawa Tengah atau
Jawa Timur.
4.6 Sistem Religi

Suku Sunda bermayoritas agama Islam dengan presentase 99,08%. 0,02% sisanya
adalah Kristen dan Sunda wiwitan. Sunda wiwitan sendiri bukan merupakan agama resmi di
Indonesia. Sunda wiwitan adalah sebuah kepercayaan animisme yang dianut masyarakat
tradisional sunda. Penganut ajaran ini dapat ditemukan di beberapa desa di
provinsi Banten dan Jawa Barat, seperti di Kanekes, Lebak, Banten; Ciptagelar Kasepuhan
Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi; Kampung Naga; Cirebon; dan Cigugur, Kuningan.
Menurut penganutnya, Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang dianut sejak lama
oleh orang Sunda sebelum datangnya ajaran Hindu dan Islam. Ajaran ini terdapan pada kitab
Sanghyang Siksakanda ng Karesian. Biasanya, upacara adat dan ritual ibadhnya berupa
nyanyian dan tarian.

Ada tiga macam alam dalam kepercayaan Sunda Wiwitan seperti disebutkan dalam
pantun mengenai mitologi orang Kanekes:

1. Buana Nyungcung: tempat bersemayam Sang Hyang Kersa, yang letaknya paling
atas
2. Buana Panca Tengah: tempat berdiam manusia dan makhluk lainnya, letaknya di
tengah
3. Buana Larang: neraka, letaknya paling bawah

4.8 Organisasi Sosial

Sistem merupakan kumpulan dari beberapa subsistem yang terakumulasi kedalam


sebuah kesepakatan bersama yang bersifat abstrak. Sistem tersebut mengandung nilai dan
kebutuhan yang kooperatif. Masyarakat adalah kelompok manusia sebagai individu yang
hidup bersama di satu wilayah strategis berdasarkan pada nilai-nilai bersama untuk mencapai
tujuan bersama. Sistem organisasi masyarakat Sunda berarti kesepakatan abstrak yang
dimiliki oleh masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda terdiri atas kelompok-kelompok kecil
(individu). Pengorganisasian masyarakat Sunda ditentukan oleh sistem yang mengatur
masyarakat Sunda itu.
Secara natural, ia lahir sebagai makhluk yang tanpa daya upaya. Oleh karena itu,
sangatlah penting sebuah sistem dalam pergumulan kehidupan sosial umat manusia. Dalam
hal ini, masyarakat Sunda telah membuat sistem organisasi kemasyarakatannya secara
bersama, dan diakui serta dijalankan secara sukarela. Akal, rasa, dan karsa yang merupakan
unsur kekuatan jiwa manusia dapat mnciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat itu
sendiri. Oleh karenanya, manusia hidup dalam kelompok yang menggunakan pola pengaturan
yang sistematis (sistem kemasyarakat).

Orang Sunda mengenal pengelompokan status dalam masyarakat berdasarkan materi.


Ada orang kaya dan orang miskin. Orang miskin biasanya bekerja sebagai petani, buruh,
pedagang asongan, dll. Sekalipun secara vertical terdapat hubungan yang bersifat
supersuboordinasi, tetapi secara horizontal menunjukan hubungan kooperatif-inferior.
Kenyataan bahwa hamper seluruh masyarakat Sunda yang hidup di pedesaan adalah
berprofesi sebagai petani. Mereka menggunakan tanah sebagai pusat penghidupan sehari-
hari. Tanah menjadi sebuah basis sentral dalam menjalankan misi dan visi kehidupan mereka.

Berdasarkan kepemilikan tanah dalam sistem masyarakat Sunda, dibagi menjadi dua,
pemilik tanah dan penggarap tanah. Berdasarkan umur seseorang dalam masyarakat Sunda,
dikenal kelompok orang dewasa dan kelompok orang tua yang berpartisipasi penuh dalam
kehidupan sosialnya. Kelompok tua lebih berperan sebagai pembimbing. Terdapat etika dan
adab yang dijalankan oleh setiap individu pada masyarakat Sunda tanpa pemaksaan. Disini
kita akan melihat betapa luhur dan agungnya budaya Sunda dalam aspek etika pergaulan di
masyarakat. Seorang anak (kelompok dewasa) yang bertingkah mencampuri urusan orang tua
(kelompok tua) disebut kokolot begog. Kurang baik apabila kelompok muda lebih
berpartisipasi aktif melampaui perang kelompok tua, walaupun kapabilitas seorang pemuda
lebih tinggi dari seorang tua, hal ini terkait adat dan kebiasaan masyarakat Sunda.

Penerapan tenggang rasa dapat kita rasakan ketika melihat realitas di atas. Namun,
dalam beberapa kasus, masih ada peran pemuda yang memporsikan lebih dari perang orang
tua. Misalnya, seorang anak menjadi penanggungjawab keutuhan dan kebutuhan hidup
keluarga dengan bekerja lebih dari pekerjaan orang tua. Terlepas dari hal ini, etika dalam
sistem organisasi kemasyarakat Sunda merupapak potret ideal dalam menjalani kehidupan
yang lebih dinamis. Kehidupan bersama dalam balutan gotong royong tampak terasa dalam
kebiasaan nguyang, yaitu memberikan sesuatu (biasanya palawija) kepada orang lain dengan
mengharap balasan yang lebih besar. Hubungan dalam masyarakat Sunda sifatnya subjektif.
Artinya, kepentingan individu adalah kepentingan bersama dan kepentingan kelompok juga
merupakan kepentingan individu (perseorangan).

Menyangkut masalah internal keluarga, dalam masyarakt Sunda, ayah biasa dipanggil
abah dan ibu dipanggil ema. Kakek dipangil aki dan nenek dipanggil nini. Adik ayah dan ibu
yang laki-laki dipanggil amang sedangkan adik ayah dan ibu yang perempuan dipanggil bibi.
Dalam perkawinan, suami biasa panggil salaki dan istri dipanggil pamajikan.

Kampong bukanlah satu-satunya tempat tinggal masyarakat Sunda di desa. Pada


masyarakat Baduy dan beberapa kelompok masyarakat di daerah Banten dan Sukabumi
Selatan yang mayoritas berprofesi sebagai peladang (ngahuma) terdapat paling sedikit dua
macam pola organisasi tempat tinggal, yaitu saung huma (dangau ladang) dan kampung. Di
Jawa Barat sebenarnya hampir tidak ada desa yang perumahannya terkonsentrir di bangunan
dan rumah-rumah yang terkumpul dan berkelompok pada satu tempat saja. Desa tersebar
dalam satu area tertentu dengan memiliki batas desa atau batas secara historis dan
administratif disetujui oleh bersama. Biasanya batas ini ditandai dengan gapura dan patok
vertikal dari beton yang terdapat tulisan nama desa tersebut.

Di daerah datar, jarak antara rumah makin besar, begitu juga pekarangannya. Pola
kampung seperti ini lebih diperlukan untukmenjaga tanaman pekarangan dari gangguan
binatang. Berdasarkan pengelompokan rumah-rumah dan sarana lainnya dihubungkan dengan
jalan raya, sungai dan lembah, pantai sebagai indikator, maka pola desa di Jawa Barat
(Sunda) dapat dibagi menjadi:

 Desa linier; kampung desa yang berkelompok memanjang mengikuti alur jalan desa.
 Desa radial; kampung desa yang berkelompok pada persimpangan jalan.
 Desa di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka; pola ini dianggap imitasi dalam
bentuk kecil dari kota kabupaten atau kota kecamatan.

Dalam pola desa yang menyebar, yang letaknya tersebar, biasanya penyediaan
fasilitas desa terpusat di sekitar bale desa. Hal ini mengakibatkan warga desa memerlukan
waktu yang cukup lama bila akan pergi ke sekolah, pasar, masjid, desa atau puskesmas.
Selain itu, biasanya letak rumah penduduk berjauhan, sehingga hidup bertetangga agak
terbatas pada rumah yang saling berdekatan.
Baik kampong ataupun desa adalah suatu pemukiman yang mencakup sejumlah
rumah dan bangunan-bangunan lainnya sebagai pelengkap dengan fungsi tertentu bagi
kehidupan masyarakat dalam permukiman. Tempat bermukim yang terkecil ialah rumah dan
yang terbesar adalah alam luar. Rumah dalam bahasa Sunda disebut imah, dan nu di imah
berarti istri yang memiliki wewenang sebagai pengelola rumah. Umpi atau rumah tangga
merujuk pada suatu keluarga inti, terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya yang belum
menikah. Anak-anak yang sudah berkeluarga kemudian akan membentuk umpi baru yang
dalam bahasa Sunda disebut bumen-bumen atau imah sorangan, rarabi atau kurenan jika
kemudian pasangan tersebut beranak. Itulah gambaran umum mengenai sistem organisasi
kemasyarakatan pada masyarakat Sunda.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia. 2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda. 11 Juni.
2. https://www.wwf.or.id/program/spesies/rafflesia_arnoldii/
3. Wikipedia. 2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Wiwitan. 21 Juni.
4. https://www.romadecade.org/tari-jaipong/#!
5. https://www.sejarah-negara.com/sistem-kemasyarakatan-dan-perekonomian/
6. 2018. https://www.antontasik.com/2018/03/makalah-alat-dan-teknologi-suku-
sunda.html?m=1. 1 Maret.
7. http://albaihaqifaiz.blogspot.com/2016/12/makalah-kebudayaan-sunda.html
8. http://albaihaqifaiz.blogspot.com/2016/12/makalah-kebudayaan-sunda.html
9. http://blogeulum.blogspot.com/2016/11/metode-etnografi.html
10. http://albaihaqifaiz.blogspot.com/2016/12/makalah-kebudayaan-sunda.html
11. https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Sunda
12. http://sejarahwew.blogspot.com/2012/11/sejarah-suku-sunda-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai