Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENGARUH BAHASA DAERAH DAN BAHASA ASING TERHADAP


PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA
INDONESIA “PRIMORDIALISME”

Oleh:

Abraham Imanuel (141911233105)

Riza Almira R. (141911233106)

Andrea Aurellia (141911233107)

Alfania Alifha (141911233108)

Maya Dea F. (141911233109)

Yunin Tias T. (141911233110)

Maxmiliana Graciela M. (141911233111)

Mukhamad Dimas A. (141911233112)

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERTAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan anugerah dari-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada
waktunya guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bahasa Indonesia
dengan judul “Pengaruh Bahasa Daerah dan Bahasa Asing terhadap Peran Bahasa
Indonesia sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia”.

Ungkapan terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman dan seluruh


pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini hingga selesai
dengan baik. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak Abdullah Syarofi,
S. Hum., M. Hum. selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia
Universitas Airlangga.

Layaknya peribahasa “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, kami selaku
penulis makalah menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Maka dari itu, kami sebagai penulis makalah ini mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, khususnya doses pembimbing
mata kuliah Bahasa Indonesia sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan berguna, serta
dapat menampah pengetahuan bagi kita semua. Aamiin.

Surabaya, 17 Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah primordialisme berasal dari kata bahasa latin, yaitu primus berarti
pertama, serta ordiri berarti tenunan atau ikatan. Ikatan utama di dalam
kehidupan seseorang, yakni hal-hal yang dibawanya sejak lahir seperti suku,
ras, asal-usul kedaerahan dan agama.
Menurut artinya bahasa daearah atau bahasa regional adalah bahasa yang
lazim dipakai di suatu daerah, bahasa suku bangsa, seperti bahasa Batak, bahasa
Jawa, dan bahasa Sunda. Sedangkan menurut glosarium, bahasa daerah adalah
bahasa yang dapat digolongkan ke dalam salah satu bahasa daerah yang terdapat
di wilayah Negara Indonesia.
Menurut artinya bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain yang
dikuasai, biasanya melalui pendidikan formal dan yang secara sosiokultural
tidak dianggapa sebagai bahasa sendiri. Sedangkan menurut glosarium, bahasa
asing adalah bahasa yang tidak termasuk bahasa Indonesia dan bahasa daerah,
seperti bahasa Inggris, bahasa Cina, bahasa Arab, dan bahasa Hindi.
Bahasa Indonesia adalah bahasa melayu yang dijadikan sebagai bahasa
resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, kami membuat makalah tentang “Primordialisme” dengan judul “Pengaruh
Bahasa Daerah dan Bahasa Asing terhadap Peran Bahasa Indonesia sebagai Jati
Diri Bangsa Indonesia,” dengan tujuan untuk mengetahui dampak/pengaruh
dari bahasa daerah dan bahasa asing untuk keberlangsungan bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahasa pemersatu bangsa dan sebagai alat
komunikasi yang formal.

1.2 Rumusan Masalah


Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman yang luarbiasa pada
suku, bahasa, agama, budaya, dan lainnya. Indonesia juga berada di lingkup
negara-negara asing yang ada di sekitarnya, banyak warga asing yang kelaur
masuk wilayah Indonesia yang mengakibatkan adanya percampuran bahasa
asing di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, tak heran
jika di Indonesia terdapat berbagai macam bahasa yang tercipta dan biasa
digunakan dalam komunikasi masyarakatat Indonesia. Namun, bagaimanakah
pengaruh bahasa daerah dan bahasa asing terhadap peran bahasa Indonesia
sebagai jati diri bangsa Indonesia yang mampu menunjukkan persatuan
bangsa?.

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahasa daerah dan
bahasa asing terhadap peran bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa
Indonesia.

1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang primordialisme
1.4.2 Mengetahui pengaruh bahasa lain terhadap bahasa Indonesia
1.4.3 Menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia
1.4.4 Menumbuhkan kebiasaan berkomunikasi dengan penggunaan bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari

1.5 Metode Penelitian


1.5.1 Pendekatan Penelitian
Dalam makalah ini peneliti menggunakan metode penelitian
berdasarkan kasus yang terjadi akhir-akhir ini. Penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui latar belakang penyebab terjadinya primordialisme,
faktor penyebab dan solusi untuk mengatasi primordialisme.
1.5.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah observasi dengan melibatkan
beberapa faktor dalam pelaksanaannya. Contohnya adalah faktor penyebab.
Alasan peneliti menggunakan metode observasi adalah karena tema yang
diangkat yaitu primordialisme ini berhubungan dengan perilaku manusia
sehingga tepat untuk dilakukan observasi. Metode observasi ini dibagi
menjadi dua yaitu partisipasi observasi, dimana peneliti terjun langsung
dalam situasi orang sekitar dan yang lain adalah non partisipasi observasi
yaitu peneliti tidak terjun langsung dalam situasi atau kegiatan yang diteliti.
Dalam makalah ini, peneliti menggunakan tipe non partisipasi observasi
dengan melihat kasus melalui berita dan jurnal
1.5.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif karena
dinilai tepat untuk meneliti objek dan kasus yang berhubungan dengan
primordialisme. Dengan mentode deskriptif kualitatif peneliti dapat
mengembangkan teori yang sudah ada di lapangan ataupun pada suatu
kasus. Selain itu peneliti juga dapat menganalisis penyebab terjadinya
primordialisme dan penyelesaiannya. Tahapan dari metode analisis
deskriptif ini adalah peneliti melakukan observasi, pengumpulan data dan
analisis data.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Primordialisme


Istilah primordialisme berasal dari kata bahasa latin, yaitu primus berarti
pertama, serta ordiri berarti tenunan atau ikatan. Ikatan utama di dalam
kehidupan seseorang, yakni hal-hal yang dibawanya sejak lahir seperti suku,
ras, asal-usul kedaerahan dan agama.
Menurut KBBI, primordialisme merupakan pandangan yang memegang
teguh terhadap hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat-istiadat,
kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertama.
Menurut Kun Maryadi, dkk., primordialisme adalah ikatan-ikatan seseorang
dalam kehidupan sosial yang sangat berpegang teguh terhadap hal-hal yang
dibawa sejak lahir baik berupa suku bangsa, kepercayaan, ras, adat-istiadat,
daerah kelahiran, dan lain sebagainya.
Menurut Charles Horton Cooley, pengertian primordialisme adalah
kelompok utama yang menentukan kepribadian manusia dalam melakukan
kehidupannya. Kelompok utama seringnya dibawa oleh seseorang sejak lahir,
sehingga timbul adanya perasaan bersama untuk membentuk kesatuan.
Menurut William G. Sumner, definisi primodialisme merupakan persamaan
persaudaraan yang ditunjukkan dengan kerja sama, saling membantu dan saling
menghormati, serta memiliki persamaan solidaritas dan loyalitas terhadap
kelompoknya termasuk berkorban demi kelompok.
Menurut Ilyas Smt, istilah primordialisme bermakna sebagai ide bersama
dari anggota masyarakat yang memiliki kesamaan untuk berkelompok
berasaskan suku bangsa, idiologi, agama, dukungan politik, dan kepercayaan,
dan lain-lainnya.
Menurut Fadli Iblaze, definisi primordialisme, yakni suatu paham yang
pertama dikenal seseorang ketika mengalami pertumbuhan, sehingga hal
tersebut mendorong pola perilaku khas dalam membentuk ikatan kelompok
yang sama.
Menurut Ramlan Surbakti, primordialisme ialah keterkaitan seseorang
untuk berkelompok yang berdasarkan kekerabatan, suku bangsa, dan adat-
istiadat, sehingga kehidupan tersebut melahirkan pola perilaku serta sita-cita
yang sama.
Robuskha dan Shepsle, primordialisme sebagai loyalitas yang dilakukan
seseorang secara berlebihan, dengan kata lain loyalitas tanpa batas terhadap
budayanya, seperti suku bangsa, agama, ras, kedaerahan, dan keluarga.
Menurut pandangan Stephen K. Sanderson, ia mengartikan primordialisme
sebagai pandangan atau paham bahwa identitas etnis adalah hal yang melekat
pada individu, sehingga sulit dihapuskan atau dihilangkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa primordialisme adalah suatu
pandangan atau paham yang dibawa oleh seseorang tentang budaya, etnis, suku,
agama, ras, dan agama, dengan kata lain loyalitas tanpa batas terhadap
budayanya yang dapat memengaruhi kehidupannya, sehingga sulit untuk
dihapuskan atau dihilangkan.

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Primordialisme


Primordialisme muncul akibat adanya perbedaan ikatan-ikatan dan keyakinan
dari suku bangsa, agama, ras dan kebudayaan yang berbeda.

1). Suku Bangsa

Sebelum kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia, di negara Indonesia


sudah terdapat suku bangsa yang hidup di kepulauan Indonesia yaitu suku
bangsa Negrito dan Weddoid. Menurut Koentjaraningrat dalam Herimanto dan
Winarno , “Suku bangsa merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup
manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa
identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem
kepemimpinan sendiri”.
Setiap anggota dari suatu suku bangsa akan tetap menggunakan identitas
suku bangsanya dan akan tetap menjunjung tinggi kebudayaan yang dimilikinya
walaupun mereka berada di tempat yang jauh dari asal usulnya serta menjadi
kelompok minoritas. Namun, keadaan inilah yang terkadang memicu terjadinya
konflik antar suku karena pada dasarnya setiap suku beranggapan bahwa
keyakinannya yang paling baik.

2). Agama

Menurut Sedyawati, “Agama merupakan suatu sistem yang berintikan pada


kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak, disertai segala perangkat
yang terintegrasi didalamnya meliputi tata peribadatan, tata peran para perilaku
dan tata benda yang diperlukan untuk mewujudkan agama yang bersangkutan”.
Agama akan selalu berhubungan dengan kehidupan masyarakat, karena
agama dijadikan sebagai pedoman bagi setiap individu berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya semua agama mengajarkan kepada
pemeluknya tentang hal-hal yang dianggap baik dan melarang melakukan
perbuatan yang tercela.

3). Ras

Ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali
diperkenalkan oleh Franqois Bernier, antropolog Prancis untuk mengemukakan
gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik
warna kulit dan bentuk wajah. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai
macam ras baik penduduk asli maupun penduduk pendatang yang tersebar
diseluruh nusantara. Kelompok ras di Indonesia ada 4 macam, yaitu :
a. Ras Malayan Mongoloid
Ras Malayan Mongoloid memiliki ciri-ciri warna kulit sawo
matang, mata hitam, rambut lurus dan berombak, hidung dan bibir
sedang, dan tinggi badan rata-rata 150-165 cm. Persebarannya meliputi
wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan dan
Sulawesi.
b. Ras Melanesoid
Ras Melanesoid memiliki ciri-ciri warna kulit hitam, rambut hitam
dan keriting, bibir agak tebal, badan tegap, hidung lebar dan cenderung
pesek, dan tinggi badan rata-rata 160-170 cm. Persebaran ras ini
meliputi wilayah Papua, Maluku dan Nusa Tenggara timur.
c. Ras Asiatic-Mongoloid
Ras Asiatic-Mongoloid memiliki ciri-ciri warna kulit kuning, mata
sipit, bibir tipis, rambut hitam dan cenderung lurus dan tinggi badan
rata-rata 155-165 cm. Kebanyakan dari ras ini merupakan penduduk
pendatang dan biasanya mereka berdiam di kota-kota besar. Contoh dari
masyarakat yang memiliki ras seperti ini adalah orang Cina, Jepang dan
Korea.
d. Ras Kaukasoid
Ras Kaukasoid memiliki ciri-ciri warna kulit untuk orang india agak
kuning, sedangkan orang Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika
adalah putih. rambut hitam atau pirang, hidung mancung, bibir tipis, dan
tinggi badan rata-rata 165-180 cm. Ras ini kebanyakan adalah kaum
pendatang yang berdiam dikota-kota besar.

4). Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat dalam Warsito, “Budaya adalah keseluruhan dari


kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus
didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat”. Sebagai hasil budi daya manusia, kebudayaan mempunyai unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Unsur Cipta
b. Unsur Rasa
c. Unsur Karsa

wujud kebudayaan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :


a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan


berpola dari manusia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia.

3.3 Dampak Primordialisme

Sikap primordialisme merupakan sikap yang sangat sulit untuk dihilangkan


dari diri seseorang karena biasanya terbentuk sejak seorang individu masih sangat
kecil dalam lingkungan keluarga.

Dampak Positif :

1. Dapat meneguhkan perasaan cinta tanah air.

2. Dapat mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa.

3. Dapat mempertinggi semangat patriotisme.

4. Dapat menjaga keutuhan dan kestabilan budaya.

Dampak negatif :

1. Dianggap menghambat hubungan antara suku-suku bangsa.

2. Dianggap dapat menghambat proses asimilasi dan integrasi.

3. Dapat mengurangi bahkan menghilangkan obyektivitas ilmu pengetahuan.

4. Dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi (perbedaan secara sengaja terhadap


golongan tertentu yang didasarkan atas ras, agama, mayoritas, dan minoritas
masyarakat).

5. Merupakan kekuatan terpendam (potensial) terjadinya konflik antara kebudayaan


suku- suku bangsa. (Prayitno, 2017)

3.4 Pengertian Bahasa


Menurut Badudu bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara
anggota masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang menyatakan
pikiran, perasaan, dan keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem lambang
bunyi yang bersifat arbitier (manasuka) digunakan masyarakat dalam rangka
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri.
Berbahasa berarti menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan individu
tentang adat dan sopan santun. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang yang digunakan sebagai alat
komunikasi oleh anggota masyarakat yang bersifat arbitier dan manusiawi.
Bromley mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk
mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri atas simbol-simbol
visual maupun verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan
dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar.
(Dhieni, dkk., 2014)

a. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa negara, seperti disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Selain itu, bahasa Indonesia juga bahasa nasional dan
bahasa persatuan. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia ini harus digunakan
dalam segala kegiatan yang bersifat kenegaraan, atau yang bekenaan dengan
urusan pemerintah, serta sebagai bahasa pengantar Pendidikan.
b. Bahasa Asing
Bahasa asing adalah semua bahasa kecuali bahasa Indonesia, bahasa-bahasa
daerah, termasuk bahasa Melayu. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa
asing, bahasa-bahasa seperti Inggris, Perancis dan Jerman berfungsi sebagai :
1) Alat perhubungan antarbangsa,
2) Alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa
modern,
3) Alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan
nasional.

Menurut artinya bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain yang
dikuasai, biasanya melalui pendidikan formal dan yang secara sosiokultural
tidak dianggapa sebagai bahasa sendiri. Sedangkan menurut glosarium,
bahasa asing adalah bahasa yang tidak termasuk bahasa Indonesia dan
bahasa daerah, seperti bahasa Inggris, bahasa Cina, bahasa Arab, dan bahasa
Hindi. (Agustin, 2015)

c. Bahasa Daerah
Bahasa daerah memiliki hubungan yang erat dengan bahasa
nasional, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa daerah memiliki kedudukan yang
tercantum dalam UUD 1945 pasal 36 bab XV, dengan bunyi sebagai
berikut:
“Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional”
Sehingga kita dapat simpulkan bahwasannya bahasa daerah
merupakan kekayaan negara yang dilindungi.
Bahasa daerah disebut juga bahasa regional yaitu bahasa yang
dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara berdaulat, yaitu di suatu
daerah kecil, negara bagian federal, provinsi, atau teritori yang lebih luas.
Bahasa daerah atau bahasa tradisional adalah suatu bahasa yang digunakan
atau dijadikan sebagai alat komunikasi hanya di daerah tertentu. Sebutan
untuk bahasa daerah sendiri, biasanya diperuntukan untuk bahasa yang
digunakan sekelompok orang di daerah dalam suatu negara.

Fungsi bahasa daerah :

1) Bahasa daerah sebagai bahasa pengantar


2) Bahasa daerah sebagai sumber kebahasaan
3) Pelengkap bahasa nasional
4) Pendukung bahasa nasional

3.5 Bahasa Indonesia sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia


Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia sebenarnya sudah
berlangsung sejak lama. Paling tidak dapat dicatat, sejak diikrarkan Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Para tokoh pemuda di kala itu berkeyakinan bahwa
alat yang paling memungkinkan menjadi perekat pelbagai suku bangsa waktu
itu adalah bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Menariknya, ketika itu negara
Indonesia belum ada, tetapi para pemuda sudah memberikan nama bahasa
Indonesia. Perkembangan lebih lanjut adalah dilaksanakan Kongres Bahasa I
tahun 1938 dan puncaknya tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945.
Dalam UUD 1945 pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa
Indonesia.
Tahapan perkembangan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu :
1) Perkembangan fungsi bahasa Indonesia terjadi pada masa
prakemerdekaan bangsa Indonesia.
2) Perkembangan fungsi bahasa Indonesia terjadi pada masa awal
kemerdekaan.
3) Perkembangan fungsi bahasa Indonesia terjadi ketika kekuatan negara
Republik Indonesia semakin mantap.
Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia secara jelas dan tegas
dirumuskan dalam hasil Seminar Politik Bahasa Nasional, bahasa Indonesia di
negara Indonesia memiliki dua macam kedudukan, yaitu bahasa Indonesia
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara.
Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia secara tegas dirumuskan
dalam produk hokum, yaitu :
1) Pasal 36 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara adalah bahasa
Indonesia.
2) Putusan dari Seminar Politik Bahasa Nasional yang melahirkan konsep
tentang kedudukan bahasa Indonesia seabagai bahasa nasional dan
bahasa Indonesia sebagai bahasa daerah.
3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 dan UndangUndang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan
penggunaan bahasa Indonesia yang diwajibkan dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional di Indonesia.
4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Bendera Negara, Bahasa
Negara, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan. (Arifin, 2015)
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Indeks penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari :

Nama Asal Daerah Bahasa Daerah Bahasa Asing


Aurellia Bekasi Ya Ya
Firman Surabaya Ya Tidak
Fiyan Pasuruan Ya Tidak
Prima Ponorogo Ya Ya

3.2 Pembahasan
Dari empat mahasiswa yang diwawancarai ternyata penggunaan bahasa
daerah dan bahasa asing masih tetap menjadi kebiasaan sehari-hari dalam
kehidupan. Penggunaan bahasa daerah dan bahasa asing yang menjadi
kebiasaan oleh setiap orang dapat menjadi sebuah masalah bagi bahasa
Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia. Hal ini karena penggunaan bahasa
daerah khususnya bahasa asing dapat melunturkan adanya bahasa Indonesia.
Bahasa asing dan bahasa daerah mulai menggantikan posisi bahasa Indonesia.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia saat ini memasuki masa krisis di masyarakat,


terutama di kalangan mahasiswa. Karena bahasa Indonesia dirasa terlalu
formal dan monoton sehingga mungkin memberikan efek membosankan di
Indonesia. Tak hanya itu, bahasa indonesia dianggap kurang kekinian
seiring dengan berkembangnya IPTEK. Dalam penggunaan bahasa daerah
dalam kehidupan sehari-hari juga masih sering digunakan dalam
berkomunikasi perbedaan antardaerah. Hal ini menunjukan bahwa
kurangnya pemaikaian bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.

4.2 Saran

Mahasiswa diharapkan harus lebih mencintai Bahasa Indonesia


sebagai bahasa nasional. Walaupun mempelajari bahasa asing dan berasal
dari berbagai daerah, namun dalam berkounikasi seharusnya menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahasa Indonesia harus lebih di
utamakan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus
menjadi bahasa pemersatu bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Y. 2015. Kedudukan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Pengantar dalam


Dunia Pendidikan. Deiksis. 3(04): 354-364.

Arifin, M. 2015. Mempertahankan Bahasa Indonesia sebagai Jati Diri Bangsa.


Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa. Universitas Bengkulu.

Dhieni, N., Lara, F., Azizah, M., dan Gusti, Y. 2014. Metode Pengembangan
Bahasa. Hal. 1-28.
Prayitno. 2017. Pengaruh Sikap Primordialisme terhadap Upaya Pembentukan
Proses Harmonisasi Masyarakat Multikultur di Desa Restu Baru Kecamatan
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.

Rahardjo, Mudjia. 2011. Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Malang:


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai