Menurut William F. Ogburn, cultural lag (budaya yang tertinggal) diartikan sebagai situasi di
mana masyarakat berada dalam kondisi statis yang menyebabkan mereka tertinggal sehingga
menimbulkan kesenjangan pada unsur–unsur yang berubah cepat maupun lambat. Ogburn
menyimpulkan bahwa cultural lag dapat terjadi karena perkembangan teknologi yang terus
mendorong budaya untuk mengalami perubahan.
Cultural lag menyebabkan terjadinya kesenjangan atau ketidaksesuaian budaya (culture) antara
unsur–unsur kebudayaan yang telah ada dengan pembaruan teknologi yang ada. Biasanya hal ini
disebabkan karena adanya pergeseran nilai–nilai dan budaya serta adanya perbedaan jumlah taraf
dan kemajuan antarwilayah dalam suatu kebudayaan.
Memiliki kemampuan daya pikir yang baik adalah salah satu faktor penting untuk mencegah
timbulnya cultural lag. Sebagai masyarakat yang hidup di zaman yang serba cepat berkembang,
kita diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial yang ada. Hal ini
dimaksudkan agar tidak ada kesenjangan antara unsur kebudayaan satu dengan unsur
kebudayaan lainnya.
Seperti yang kita tahu, ada berbagai jenis manusia yang menempati suatu negara. Dalam hal ini,
masyarakat yang beragam ini diharap mampu dan siap menerima perubahan dari masyarakat atau
kebudayaan luar. Biasanya memang terdapat dua pihak yang sudah siap menerima perubahan
dan masih ada pihak yang belum siap menerima perubahan yang terjadi. Jika diteruskan maka
dua sisi yang saling bertentangan inilah yang menimbulkan adanya keterlambatan suatu
masyarakat dalam menerima perubahan.
3. Adanya Hambatan
Hambatan yang dimaksud di sini adalah beberapa masyarakat yang cenderung melakukan
penolakan terhadap kemajuan teknologi sebagai budaya yang material. Hal ini menyebabkan
munculnya kesenjangan sedangkan budaya material terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Faktor lain yang bisa menyebabkan cultural lag adalah keberadaan masyarakat yang cenderung
tertutup dan tidak ingin bergaul dengan budaya lain. Selain menutup diri, ada pula masyarakat
yang justru kesulitan mendapatkan akses untuk saling terhubung dan terkait dengan budaya
masyarakat di luar mereka. Adanya kesulitan dan kurangnya kontak yang tidak efektif ini pada
akhirnya menciptakan jarak dan hambatan bagi masyarakat untuk menyesuaikan antarsatu
dengan yang lainnya.
Contoh Kesenjangan Budaya
1. Masyarakat desa masih sangat memegang teguh nilai keluhuran keagamaan dan
budaya/tradisi, kebersamaan dan kegotongroyongan, cenderung sulit berubah atau
menerima hal-hal baru.
2. Masyarakat kota sangat individualisme, hedonis mementingkan kehidupan duniawi,
sangat terbuka terhadap perubahan