Written by Nandy
Cultural Lag – Banyak dari kita sebagai bagian dari masyarakat modern pasti ingin mengetahui berbagai
informasi dunia yang paling terbaru untuk sekedar mencari tahu informasi, menambah wawasan, ataupun
mencari hiburan semata. Namun, di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini ada beberapa orang
yang justru memilih untuk menutup dirinya dari lingkungan sekitar atau bahkan dunia luar karena mereka
memilih untuk tidak mau menjadi pusat perhatian dengan mengikuti tren yang tengah terjadi masyarakat.
Dampak sederhana yang pasti terjadi dari sikap tersebut adalah mereka menjadi kurang mendapat
informasi terbaru mengenai kehidupan yang terjadi di dunia atau hanya di lingkungan sekitar mereka atau
menjadi ketinggalan budaya. Contoh sederhananya, ketika seseorang memilih untuk tidak menggunakan
smartphone maka pengetahuan informasi mereka mengenai berita atau kabar dunia lebih sedikit dibanding
seseorang yang menggunakan smartphone.
Contoh lain, jika kalian pernah menonton film Captain Fantastic (2016) film tersebut bisa dikategorikan
sebagai akibat dari ketertinggalan budaya karena dalam film tersebut menceritakan sebuah keluarga yang
menetap di hutan dan tidak mau berurusan dengan dunia luar (perkotaan) walaupun mereka tetap memiliki
wawasan yang luas dengan belajar ilmu pengetahuan lewat buku ataupun musik yang diajarkan ayah
mereka di hutan namun tetap saja akibatnya menjadikan mereka tidak mampu beradaptasi dengan budaya
dari dunia saat ini kecuali yang terjadi di dalam hutan tempat tinggal mereka berada.
Fenomena sosial tersebut dapat dikatakan bisa terjadi karena mereka menolak adanya budaya baru muncul
walaupun di tengah era globalisasi entah demi alasan mempertahankan budaya tradisional atau memang
hanya mereka menutup diri dari kehidupan sosial. Fenomena seperti inilah yang sekarang disebut dengan
istilah Cultural Lag atau ketertinggalan budaya.
Namun dengan istilah baru tersebut apakah kita sudah mengetahuinya dengan baik? atau bahkan kita
sendiri sedang mengalaminya karena perkembangan dunia yang terlalu cepat menjadikan kita tidak mau
terlalu tahu banyak mengenai perkembangan dunia yang semakin cepat ini?
Nah sebab itu, mari kali ini kami akan mencoba membahas mengenai apa itu Cultural Lag? Definisi,
contoh, serta dampaknya dalam kehidupan kita. Selanjutnya mari kita simak pembahasan tersebut dibawah
ini.
Daftar Isi
Definisi Cultural Lag
Faktor Pemicu Terjadinya Cultural Lag
o 1. Kurangnya Pengetahuan dan Pemikiran Masyarakat
o 2. Kurangnya kontak dengan budaya lain
o 3. Heterogenitas masyarakat yang tinggi
Dampak yang Ditimbulkan dari Cultural Lag
Contoh dari Cultural Lag
o 1. Pelanggar lalu lintas Orang yang kurang disiplin
o 2. Penggunaan Internet
o 3. Menggunakan teknologi
o 4. Penemuan vaksin HPV
o 5. Rekayasa Genetika
o 6. Penggunaan Smartphone
Bagaimana cara mengatasi ketertinggalan budaya ?
o Kesimpulan
Ketertinggalan budaya ini terjadi karena tidak aktifnya salah satu faktor budaya. Cultural lag juga dikenal
sebagai ketidakseimbangan satu faktor budaya untuk mengakomodasi faktor budaya lain yang telah
berubah. Sementara itu, William F. Ogburn menjelaskan teori pergeseran budaya dari perspektif
sosiologis. Teori tersebut menjelaskan bahwa budidaya dan pertumbuhan pasti akan selalu berbeda. Secara
keseluruhan teori, ketertinggalan budaya menjelaskan perbedaan tingkat kemajuan budaya yang berbeda.
Dimana budaya tumbuh cepat, sedang budaya yang lain berjalan lambat.
Perbedaan tingkat kemajuan adalah bagian dari mobilitas budaya. Konsep ketertinggalan memiliki
beberapa arti tersendiri, seperti periode waktu munculnya penemuan baru dan penerimaan penemuan
tersebut.
Ketertinggalan budaya tersebut merupakan bagian dari fenomena sosial yang sering terjadi di masyarakat.
Perubahan budaya menggambarkan apa yang terjadi dalam suatu sistem sosial ketika mengalami
perubahan dan pengaruhnya tidak seimbang. Seringkali, cultural lag merupakan akibat dari gesekan antara
penemuan baru dengan adat istiadat masyarakat sekitar yang ada.
Menurut kamus sosiologi, cultural lag adalah periode antara masuknya perkembangan teknologi baru
(budaya material) ke dalam suatu budaya atau suatu masyarakat. Cultural lag dapat didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan suatu budaya untuk mengejar inovasi teknologi. Ketertinggalan budaya juga bisa
disebut ketidaksesuaian budaya.
Ogburn menemukan bahwa budaya material cenderung berkembang dan maju lebih cepat daripada budaya
non-material. Kebudayaan mengacu pada gagasan, kebiasaan, pemikiran, perilaku dan segala sesuatu yang
menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya memiliki dua sisi, dengan material dan tanpa
material.
Aspek material mengacu pada elemen budaya yang lebih nyata, seperti teknologi, pakaian, mobil, telepon,
dan apa pun yang dapat dilihat dan disentuh daripada diamati. Aspek tidak berwujud mengacu pada bagian
budaya yang tidak berwujud, seperti bahasa, ideologi, norma, nilai, gerak tubuh, budaya modern dll.
Ogburn percaya bahwa budaya material cenderung berkembang pesat, sedangkan norma-norma sosial
cenderung menolak perubahan dan berkembang jauh lebih lambat.
Kurangnya minat pada bidang yang perlu disesuaikan dengan pembangunan sosial
Ada hambatan untuk pembangunan secara umum
Kurangnya minat kontak dengan budaya material masyarakat lain
Kesatuan masyarakat tertentu dalam suatu wilayah
Budaya masyarakat dapat berubah dari waktu ke waktu, baik material maupun immaterial. Seringkali
budaya material cenderung berubah lebih cepat daripada aspek yang tidak berwujud. Hal ini membuat
teknologi rentan terhadap perkembangan sebelum masyarakat beradaptasi dengannya.
Menurut kelompok sosiologis, ketertinggalan budaya terjadi ketika budaya non-material tidak dapat
mengimbangi budaya material. Perubahan budaya diperkirakan terjadi karena nilai, ideologi, dan cara
berpikir cenderung berkembang lebih lambat daripada teknologi.
Memang, segala sesuatu pasti memiliki hubungan sebab-akibat. Penyebab ketertinggalan budaya adalah
budaya material seperti ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat, namun sebagian
masyarakat cenderung menolak atau menutup diri dari perkembangan tersebut. Dengan kata lain, mereka
sulit beradaptasi. Beberapa faktor pemicu mengenai fenomena Cultural Lag adalah:
Mari kembali ke contoh pada orang tua. Ketika ada orang tua yang dibelikan model ponsel smartphone
terbaru dari anaknya dan orang tua itu mencoba mengoperasikan smartphone tersebut dengan mencoba
menghubungkan ke Internet setiap hari. Namun, orang tua itu masih belum mengetahui bagaimana cara
internet bekerja dan keaslian informasi yang berasal dari internet. Hal itu menjadikan ketertinggalan
budaya yang terjadi pada orang tua itu karena ia tidak mampu beradaptasi dengan budaya menggunakan
smartphone seperti yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat modern pada saat ini.
Play
Unmute
Loaded: 0.19%
Fullscreen
Jadi ketika ada budaya baru, mereka cenderung kurang update dalam memahaminya. Oleh karena itu,
sangat penting bagi kita untuk mempelajari budaya lain untuk menambah wawasan kita dan membuka
pikiran kita untuk berkembang.
Bayangkan, contoh yang terjadi di Indonesia yang memiliki banyak suku, bahasa dan budaya. Dalam
keragaman ini tentunya masyarakat daerah lokal dan daerah kota memiliki perbedaan. Termasuk
perbedaan pola pikir. Heterogenitas ini menyebabkan terjadinya perubahan budaya, ada yang cepat
menerima dan ada yang lambat beradaptasi dengan perubahan budaya.
Hal ini dapat menyebabkan berbagai jenis konflik, terutama yang bertentangan dengan nilai-nilai
tradisional. Misalnya, masyarakat dengan cara pandang yang lebih konservatif yang menginginkan budaya
lamanya cenderung tetap sama dengan leluhurnya. Sementara itu, kelompok lain dengan visi yang lebih
progresif menginginkan budaya mereka berubah seiring waktu.
Ketertinggalan budaya menciptakan masalah bagi masyarakat dengan cara yang berbeda. Perbedaan yang
diciptakan oleh budaya lag menimbulkan masalah sosial dan konflik. Efek pergeseran budaya biasanya
terjadi ketika ada ilmu atau teknologi baru.
Sebagai contoh, munculnya penelitian sel induk telah memunculkan banyak teknologi medis baru yang
bermanfaat. Tetapi teknologi baru ini juga menimbulkan pertanyaan etis yang serius tentang penggunaan
sel punca dalam pengobatan.
Pergeseran budaya dalam hal ini adalah ketakutan masyarakat untuk mengadopsi metode medis baru yang
mungkin bermanfaat untuk alasan etis. Hal ini menunjukkan bahwa memang ada keterputusan antara
budaya material (penelitian sel induk) dan budaya immaterial (masalah etika).
Ketertinggalan budaya dianggap sebagai masalah etika yang penting karena kegagalan untuk
mengembangkan konsensus sosial yang luas tentang penggunaan teknologi modern yang tepat dapat
menyebabkan runtuhnya solidaritas sosial, dan konflik sosial muncul.
2. Penggunaan Internet
Internet sangat berguna untuk menghubungkan seseorang dalam jaringan global. Banyak sekali informasi
yang didapat melalui internet. Disisi lain, Internet memiliki dampak negatif pada masyarakat. Adanya
berita bohong dan kesimpangsiuran menimbulkan provokasi. Internet menyebabkan kelompok atau
individu saling berebut informasi yang belum tentu benar.
3. Menggunakan teknologi
Beberapa daerah mengalami kesulitan mengakses peralatan listrik dan elektronik. Namun, dalam beberapa
kasus orang masih belum bisa menguasai teknologi. Mereka akan meniru dan menggunakan bila perlu.
Seperti yang kita ketahui, perkembangan teknologi setiap hari berkembang pesat. Selalu ada update dari
teknologi yang ada. Namun sayangnya, perkembangan ini hanya bisa dirasakan oleh masyarakat yang
tinggal di perkotaan.
Sementara itu, di daerah yang agak terpencil, pengembangan inovasi dan teknologi baru akan cenderung
memakan waktu lebih lama. Oleh karena itu, akan sulit bagi mereka yang tinggal di sana untuk mengakses
kemajuan yang ada. Mereka akan berjuang untuk memahami dan mengikuti perjalanan teknologi secara
maksimal. Teknologi berkembang untuk memudahkan aktivitas manusia. Namun pada kenyataannya
masih ada masyarakat yang kurang bijak dalam menggunakan teknologi.
Misalnya yang sering kita jumpai adalah penyebaran informasi yang menyesatkan yang membingungkan
masyarakat, kasus cyberbullying, masuk ke internet untuk mencari hal-hal yang berbau porno, dan lain
sebagainya.
Perubahan budaya telah menyebabkan asumsi bahwa vaksin HPV mendorong anak-anak untuk terlibat
dalam aktivitas seksual sejak usia dini. Pertanyaan tersebut muncul karena fakta bahwa kanker serviks
disebabkan oleh virus HPV yang ditularkan melalui aktivitas seksual dini. Jadi seorang wanita lebih
mungkin terkena kanker jika dia aktif secara seksual.
5. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika melibatkan modifikasi DNA atau materi genetik organisme seluler untuk memodifikasi
atau menambahkan sifat baru. Misalnya, calon orang tua dapat menggunakan rekayasa genetika untuk
memilih warna mata atau jenis kelamin anak mereka yang belum lahir. Namun, banyak orang menganggap
jenis rekayasa genetika ini tidak etis dan percaya bahwa hal itu dapat menyebabkan konsekuensi sosial
yang tidak diinginkan. Ini adalah contoh ketidaksesuaian budaya.
6. Penggunaan Smartphone
Pasti sering kita jumpai pengemudi yang tidak mengetahui penggunaan ponselnya. Meski tahu itu sangat
berbahaya, mereka tetap saja nekat menggunakan ponsel di jalan. Baik mengendarai motor ataupun mobil.
Ini adalah bukti nyata dari pelanggaran lalu lintas yang tidak pantas secara budaya. Hal ini terjadi karena
masyarakat cenderung kurang kesadaran, kedewasaan dan kesadaran diri untuk menggunakan ponsel
dengan bijak. Ponsel memang memiliki fungsi untuk membantu aktivitas manusia, sangat berpotensi
menjadi alat yang dapat membahayakan keselamatan penggunanya.
Namun, pihak lain mempertimbangkan resikonya. Jika Anda mengendarai sepeda motor, perjalanan
mungkin lebih cepat, tetapi resikonya lebih besar, Anda dapat melukai diri sendiri secara serius, daripada
berjalan kaki atau bersepeda.
Cara mengatasi ketertinggalan budaya tentu saja melalui kebijaksanaan. Kecerdasan manusialah yang akan
mencoba menemukan cara untuk membuat segalanya lebih cepat dan lebih mudah.
Orang lain benar-benar dapat membantu orang-orang yang mengalami keterbelakangan budaya. Misalnya
dengan memberdayakan, mensosialisasikan perubahan, memfasilitasi akses pendidikan dan mencapai
pembangunan.
Pada hakikatnya, untuk mengatasi fenomena ini, perlu dilakukan keseimbangan antara budaya material dan
budaya immaterial. Jika hardware lebih cepat dari non-hardware, hasilnya akan menjadi culture lag.
Kesimpulan
Demikian informasi mengenai pengertian pergeseran budaya, penyebabnya, serta beberapa contoh yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita selalu menjadi orang yang siap menghadapi
perubahan zaman dan selalu bijak dalam menghadapi hal-hal baru yang muncul. Karena suka tidak suka,
inovasi teknologi akan selalu ada dan kita sebagai masyarakat harus bisa beradaptasi dengan budaya yang
sudah ada sejak lama.
Sekian pembahasan singkat mengenai definisi dari istilah culture lag. Pembahasan kali ini tidak hanya
membahas definisi dari istilah culture lag saja tapi juga membahas mengenai teori awal yang mencetuskan
culture lag, faktor pemicu terjadinya culture lag, contoh culture lag dalam masyarakat, dan dampak serta
cara mengatasinya. Memahami pengertian dari istilah culture lag membuat kita jadi lebih mengetahui
tentang berbagai hal pada saat ini yang telah terjadi pada masa sekarang ini mengenai perkembangan
budaya dan zaman yang terus menerus berubah dan kita harus dengan bijak menyikapinya.
Demikian ulasan mengenai pengertian istilah culture lag Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal
tentang pengertian istilah culture lag dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan perubahan sosial
lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait.