Anda di halaman 1dari 11

MENUMBUHKAN RASA CINTA BUDAYA DI KALANGAN

REMAJA
Roudlotul Rahma Aulia & Vebrin Citra Wulandari

Universitas Qomaruddin Gresik

Roudlotulrahmaaulia02@gmail.com&vebriinwlndrii22@gmail.com

Abstrak:

Pembahasan dalam artikel ini adalah mendeskripsikan tentang menumbuhkan rasa cinta di
kalangan remaja. Penerapan rasa cinta budaya di zaman sekarang sangat penting dilakukan, karena dunia
sudah mengalami era globalisasi.Kita bisa berhubungan satu dengan yang lain dengan mudah dan sangat
menguntungkan, tetapi dengan adanya globalisasi ini mengakibatkan banyaknya budaya yang masuk dan
menyebabkan berbagai masalah di negeri ini.Misalnya, menurunnya rasa cinta budaya dan nasionalisme
generasi muda. Budaya Indonesia bisa hilang termakan zaman karena orang-orang Indonesia lebih suka
meniru kebudayaan luar, anak muda sebagai penerus bangsa harus bisa mempertahankan kelestarian
budaya daerahnya masing-masing untuk memperkuat identitas kita sebagai orang Indonesia. Namun, kita
merasa hilang harapan jika para remaja akhir-akhir ini merasa lebih bangga dengan budaya luar. Padahal
kunci konservasi budaya terletak pada niat dan semangat anak-anak muda untuk tetap melestarikan dan
generasi sebelumnya mengajarkan hal-hal yang mereka ketahui tentang budaya, sejarah, dan tradisi
negara kepada generasi muda. Sejak dini, orang Indonesia harus rajin mempelajari bahasa daerah, tarian
daerah, menonton pertunjukan tradisional atau upacara adat, supaya rasa cinta terhadap budaya tumbuh
dan berkembang. Di era global mempelajari budaya luar khususnya penguasaan bahasa asing (Bahasa
Korea, Inggris, dan cina) memang menjadi suatu syarat untuk memperoleh pekerjaan yang bagus, namun
bukan berarti harus meninggalkan budaya bangsa kita sendiri. Berbanggalah dengan karya-karya negara
kita (batik, kain tenun, tari piring, dan candi) karena itulah identitas bangsa Indonesia. Perjuangan kita
sekarang adalah mengembalikan rasa cinta budaya itu kepada generasi muda Indonesia.

PENDAHULUAN

Budaya adalah cara hidup berkembang yang di miliki oleh sekelompok orang dan
diwariskan kepada generasi berikutnya, pada generasi berikutnya pasti akan ada perbedaan
karena adanya kemajuan perkembangan. Tetapi meskipun ada perbedaan tidak mengubah tugas
generasi penerus budaya yaitu untuk selalu melestarikan.Dalam bahasa Inggris, budaya dikenal
dengan istilah culture, yang berasal dari kata latin colere artinya mengolah atau mengerjakan,
tanah (bertani). Sedangkan dari bahasa sansekerta merupakan bentuk jamak dari kata buddhi
yang mempunyai arti budi atau akal (Hidayat, 2021).
Dalam budaya terdapat unsur budi dan akal manusia yang merupakan unsur rohani.
Maksud dari budi yaitu perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala sesuatu atau juga bisa
disebut panduan akal dan sebagai batin manusia. Sedangkan akal memiliki makna
kemampuanberfikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia.

Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai


makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan adalah milik
bersama anggotamasyarakat atau suatu golongan sosial, yang disebarkan kepada anggota-
anggotanya dan diwariskan kepada generasi berikutnya melalui proses belajar, dan dengan
menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak
(termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia).

Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagaisesuatu yang turun-temurun dari


satu generasi ke generasi, yang disebut dengan super organik. Menurut Koentjaraningrat dalam
bukunya yang berjudul Pengantar Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri dengan
cara belajar. Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan
mengenai kebudayaannya tersebut yang tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan
oleh pengalaman, proses belajar yang berbeda, dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka
hadapi tidak selamanya sama. Munculnya budaya juga dipengaruhi karena adanya sebuah
interaksi. Adapun syarat-syarat terjadinya interaksi adalah karenaadanya kontak sosial dan
komunikasi (Haeril, 2016).

Oleh karena itu, Setiap budaya memiliki keunikan masing-masing, baik sejarah,
perayaan, adat istiadat, nilai-nilai, dan bahasa. Mencintai keanekaragaman seni dan budaya yang
dimiliki oleh bangsa kita sendiri merupakan tanggung jawab kita semua. Keanekaragaman ini
merupakan suatu kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak dicuri atau ditiru
oleh bangsa lain.

AWAL INVASI BUDAYA ASING KE INDONESIA

Masuknya budaya barat ke Indonesia melalui teknologi, budaya,dansosial (dari


kebiasaan-kebiasaan), perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses
akulturasi budaya terutama pengaruh budaya barat. Kebiasaan dan pola hidup orang barat
seakan-akanmenjadi cermin modern, kehadiran budaya Barat seakan-akan mendominasi dan
selalu menjadi trend-centre masyarakat. Keadaan ini terus mengikis budaya dan kearifan lokal
yang merupakan warisan nusantara. Dari sinilah juga nilai tradisional secara perlahan mengalami
kepunahan karena tidak mampu bersaing dengan budaya modern dalam bentuk pergaulan
masyarakat.
Pengaruh media sosial di kalangan remaja ini juga menjadi penyebab utama dampak
positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja, sudah sampai tahap
memprihatinkan karena ada kecenderungan para remaja sudah melupakan kebudayaan
bangsanya sendiri. Budaya ikut-ikutan atau latah terhadap cara berpenampilan, mengikuti trend
tik-tok, gaya bahasa dalam berbicara, dan mengonsumsi makanan cepat saji, berbelanja online,
selau bermain game yang akan memengaruhi volume sel otak sehingga tingkat kecerdasannya
akan menurun dan kasus hecker, gaya hidup semua itu karena melihat dari media sosial.

Para remaja tidak ingin dikatakan kuno kalau tidak mengikuti cara berpakaian ala barat
karena dinilai modern, tren, dan mengikuti perkembangan zaman. Umumnya kalangan remaja
Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan nilai-nilai agama yang di anut dan
adat kebiasaan yang mereka miliki, dan itu biasanya berasal dari media sosial yang mereka lihat.

Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh dari
modernisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan zaman
meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan budayanya. Sehingga pada akhirnya,
para remaja lebih menyukai kebudayaan barat dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri
(Linda, 2022).

Budaya asing masuk ke Indonesia secara bebas tanpa ada filterisasi. Arus globalisasi
itulah yang menciptakan ruang waktu sangat luas, bagi bertemunya aneka budaya yang pada
akhirnya memunculkan berbagai permasalahan baru yang kompleks di semua lapisan masyarakat
dunia, tidak terkecuali Indonesia. Ironisnya negara Indonesia yang semula sangat kental dengan
berbagai norma-norma yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, kini harus kewalahan
menghadapi aneka ragam budaya asing yang masuk ke Indonesia dengan leluasa. Ibarat virus
yang bersifat radikal bebas, budaya asing merasuk ke seluruh penjuru masyarakat Indonesia
tidak terkecuali remaja, didukung dengan teknologi komunikasi canggih yang berada pada usia
kritis, dimana mereka cenderung menerima dan meniru segala bentuk hal-hal yang baru nyaris
tanpa adanya filterisasi.

Sebagaimana yang dikemukakan Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan
penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang di harapkan oleh kelompok dan
kemudian membentuk perilaku agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi,
didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Dimana remaja harus
mandiri dalam berperilaku dan dapat menentukan pilihannya secara selektif dengan sebaik-
baiknya tanpa harus dibimbing dan diberi ancaman dengan hukuman (Peneliti, 2015).

BUDAYA ASING: POSITIF DAN NEGATIF

Dengan berjalannya waktu budaya asing berhasil tercampur dan memasuki budaya
Indonesia. Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis
globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut
berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang
sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat.

Masuknya budaya barat ke Indonesia melalui teknologi, budaya, dan sosial (dari
kebiasaan-kebiasaan), perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses
akulturasi budaya terutama pengaruh budaya barat, kehadiran budaya barat seakan mendominasi
dan selalu menjadi trend-centre masyarakat. Dampak masuknya budaya asingantara lain terjadi
perubahan kebudayaan, pembauran kebudayaan, modernisasi, keguncangan budaya,
melemahnya nilai-nilai budaya bangsa. Dampak tersebut membawa pengaruh besar bagi
Indonesia, baik dari segi postif, maupun negatif.

Dampak positif masuknya budaya asing terhadap masyarakat Indonesia meliputi


perubahan pola pikir masyarakat yang membentuk kelompok masyarakat yang modern,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga masyarakat dapat menggunakan atau
mengetahui informasi yang ada dengan cepat, dan peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.

Pertukaran budaya bisa membuat budaya lokal menjadi icon baru bagi warga asing dan
membuka kesempatan budaya lokal dipelajari dan dikenal sebagai budaya internasional yang
layak diacungi jempol. Kiat dan cara menyikapi budaya asing baik yang positif dan negatif bagi
anak remaja. Budaya asing yang masuk ke Indonesia berdampak baik bagi remaja, salah satunya
mampu meningkatkan kreativitas dan juga inovasi dalam berbagai bidang. Apalagi remaja
mendapat kesempatan untuk berlatih dan diberikan wadah sebagai media untuk menyalurkan ide
kreatif yang inovatif, selain bermanfaat juga bisa membuka kesempatan bekerja pada saat
mereka berusia cukup.

Dampak positif dan negatif budaya asing bagi remaja lain yang bermanfaat mampu
memberikan pemikiran dan juga sikap yang maju juga berkembang bagi remaja. Remaja menjadi
lebih bijaksana dan juga bertanggung jawab, sehingga tidak mudah tertipu oleh kemunduran,
kebodohan, dan juga kejahatan. Kemajuan budaya juga berpengaruh pada kemajuan teknologi
yang membawa remaja menjadi lebih inovatif. Tidak hanya memiliki sikap kreatif dan inovatif,
remaja juga mampu berpikir kritis akibat dampak budaya asing yang masuk. Setiap hal yang
tidak mereka ketahui atau tidak sesuai dengan budaya asal, akan mencari tahu mengenai
mengapa, apa, dimana, dan lain sebagainya. Remaja jadi banyak tahu dan memiliki pengalaman
baru tentang hal yang sebelumnya mereka tidak tahu.

Dampak negatif masuknya budaya asing di Indonesia, antara lain masyarakat berubah
menjadi individualis, dan cenderung konsumtif.Gaya hidup ketimuran yang kita anut menjadi
kebarat-baratan, produk dalam negeri tersingkir oleh keberadaan produk luar negeri, hilanganya
nilai budaya lokal dalam jiwa remaja seperti contoh menghormati orang tua, kebiasaan memberi
salam kepada orang tua, dan sebagainya. Oleh karena itu, jika tidak dibentengi dengan sikap
komitmen yang tinggi budaya asing yang buruk akan mempengaruhi jiwa remaja dengan cepat
dan bisa merusak.

Menurunkan Rasa Nasionalisme, kebiasaan menggunakan budaya negara lain yang buruk
bisa mengikis rasa kebanggaan terhadap produk bangsa sendiri. Contohnya remaja yang suka
dengan produk buatan negara lain dibandingkan dengan produk negara sendiri, membeli
makanan merek asing dan tidak mau mencoba makanan asli Indonesia, dan masih banyak lagi.
Berikut dampak dan penyebab gangguan kesehatan mental dari faktor sosial budaya yang harus
diwaspadai. Timbul Kesenjangan Sosial Di Kalangan Remaja yang memacu persaingan baik
dalam bidang pendidikan, teknologi, gaya hidup, dan sebagainya. Contoh pemakaian handphone
di kalangan remaja, persaingan berbahasa asing, berlomba dalam hal berpakaian, dan lain
sebagainya (Wulandari, 2022).

KEBUDAYAAN REMAJA ZAMAN DAHULU DAN SEKARANG

Pada masa orang tua kita dulu, mereka diajari bagaimana bersikap dan bertutur kata.
Seperti kebiasaan mencium tangan kepada orang yang lebih tua. Hal seperti ini sering diajarkan
oleh orang tua kepada anaknya. Sampai sekarang pun masih banyak orang tua yang mengajarkan
sopan santun, adat istiadat, serta tata cara bersikap yang baik. Hal-hal seperti ini akan berdampak
positif bagi para remaja dengan tumbuhnya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua dan
kepada sesama remaja yang lainnya, menjadikan remaja lebih maju dalam berfikir dan dari
kebiasaan menghormati orang lain maka para remaja bisa bersikap lebih dewasa.

Zaman sekarang arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja
kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya barat. Padahal cara berpakaian
tersebut merupakanjelas-jelas yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya
rambut mereka dicat beraneka warna, tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya
bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan
dapat diakses oleh siapa saja, apa lagi bagi anak muda. Internet sudah menjadi santapan mereka
sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna.
Tetapi sekarang ini banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan internet tidak
dengansemestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena
penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu smartphone, apalagi
sekarang ini mulai muncul smartphone yang berteknologi tinggi,mereka justru berlomba-lomba
untuk memilikinya.tetapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka
mengetahuinya. Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan smartphone
tersebut.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak punya sopan santun dan
cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan
keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh di atas dibiarkan, mau
apa jadinya generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan
anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak
ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal
generasi muda adalah penerus masa depan bangsa, lalu apa akibatnya jika penerus bangsa tidak
memiliki jati diri?

Seperti contohnya pada kecanduanTik-Tok semakin hari semakin terasa, meskipun para
Tik-Tokers banyak yang tidak menyadari akan pengaruh negatif Tik-Tok ini. Mungkin sudah
kecanduan dengan yang namanya Tik-Tok. Tapi justru inilah halberbahaya yang tidak disadari
dari dampak negatif Tik-Tokini. Namun kini tidakhanyaterjadi pada pengguna Tik-Tok
saja,tetapi terjadi juga di pengguna Media Sosial lainnya sehingga menyebabkan timbulnya
dampak tidak peduli dengan sekitarnya. Orang yang sudah kecanduan sampai terlalu asik dengan
dunianya sendiri (dunia yang diciptakannya) sehingga tidak peduli dengan orang lain dan
lingkungan disekitarnya. Seseorang yang telah kecanduan akan sering mengalami hal ini.

Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan. Ini dampak dari terlalu sering dan terlalu lama
bermainMedia Sosial. Ini cukup mengkawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial mereka
yang seharusnya belajar sosialisasi dengan lingkungan, justru lebih banyak menghabiskan waktu
di dunia autis disini bukan dalam arti yang sebenarnya. Menghamburkan uang, akses internet
untuk membuka suatu aplikasi jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan (terlebih kalau akses
dari warnet) dan biaya internet di Indonesia yang cenderung masih mahal bila dibanding negara-
negara lain (mereka sudah banyak gratis). Ini sudah bisa dikategorikan sebagai pemborosan,
karena tidak produktif. Lain lagijika mereka menggunakannya untuk kepentingan bisnis.

Mengganggu kesehatan. Terlalu banyak nongkrong di depan monitor tanpa melakukan


kegiaatan apa pun,seperti tidak pernah olah raga sangat beresiko bagi kesehatan, penyakit akan
mudah datang. Telat makan dan tidur tidak teratur,Obesitas (kegemukan), penyakit lambung
(pencernaan), dan penyakit mata adalah gangguan kesehatan yang paling seringterjadi, dan
berkurangnya waktu belajar. Ini sudah jelas, teralu lama bermain smartphone akan mengurangi
jatah waktu belajar si anak sebagai pelajar.

Kurangnya perhatian untuk keluarga, Keluarga di rumah adalah nomor satu. Tersebarnya
data pribadi. Beberapa media sosial memberikan data mengenai dirinya dengan sangat detail.
Biasanya ini untuk orang yang baru kenal internet hanya sebatas obrolan saja. Mereka tidak tahu
resiko menyebarkan data pribadi di internet. Ingat, data di internet mudah sekali bocor. Dampak
negatif yang ke delapan yaitu mudah menemukan sesuatu yang berbau pornografi dan sex.
Mudah sekali bagi para pengguna internet menemukan sesuatu yang berbau porno dan sex.
Karena kedua hal itu yang paling banyak dicari di internet dan juga paling mudah ditemukan.
Nah, inilah fakta tidak dewasanya pengguna internet di Indonesia, karenahanya menggunakan
internet untuk mencari konten pornogarafi.

Rawan terjadinya perselisihan. Tidak adanya kontrol dari pengelola facebook terhadap
para anggotanya dan ketidak dewasaan pengguna facebook itu sendiri membuat pergesekan antar
facebookers sering sekali terjadi. Contoh paling fenomenal adalah kasusnya “Evan brimob”
beberapa waktu lalu. Kalau kamu tidak tahu Evan Brimob berarti ketinggalan berita. Evan
Brimob adalah seorang anggota kepolisian yang baru kenal facebook dengan statemennya yang
kontroversi “ Polisi tidak butuh masyarakat”.

Adapun pengaruh pada tata berbahasa remaja saat ini, Bahasa Indonesia yang tadinya
harus dijunjung tinggi, sekarang seolah sudah tidak penting bagi para remaja sekarang, karena
selain mereka selalu mengikuti tata cara berbahasa pada suatu tempat yang mereka tinggali,
mereka juga terlalu jauh untuk mengikuti era modernisasi yang sekarang terjadi begitu cepat dan
tercampurnya oleh budaya barat yang seharusnya tidak mereka contoh dan mereka terapkan
dalam kehidupan sehari-hari, karena dari itu semua maka terlihat jelas bahwa para remaja
sekarang begitu mudah untuk terhasut dan terpengaruh oleh arus modernisasi yang begitu cepat
berkembang didalam pergaulan remaja sekarang. Sebagai seorang remaja yang tahu dan
mengerti akan cepatnya arus modernisasi yang berkembang, seharusnya lebih bisa mengerti dan
bisa mengontrol diri agar mereka tidak terjerumus terlalu jauh dalam modernisasi yang terjadi
sekarang.

Kata-kata yang berasal dari negara asing seperti kata bahasa Inggris yang lebih sering
digunakan dalam berinteraksi mereka sehari-hari memang diperlukan dan patut untuk dipelajari,
namun tidak untuk dikaji dan digunakan dalam berinteraksi sehari-hari, bila seperti itu maka
untuk apa bangsa Indonesia mempunai bahasa persatuan dan kesatuan yang harus dijunjung
tinggi oleh semua warga negara Indonesia pada umumnya dan khususnya para kaum remaja jika
para remaja sekarang lebih memilih bahasa yang mengikuti trend dalam modernisasi.

Dari masalah ini semua yang mendasarinya adalah arus globalisasi yang tak bisa
dibendung. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat, pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, dari cara
berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke
budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian
tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai
dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna.Tidak
banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya
tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.
Contohnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh diatas dibiarkan, mau jadiapagenerasi muda tersebut? Moral


generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubunganya
dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa
sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan
bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme.

Berdasarkan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh
positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi
terhadap nilai nasionalisme. Langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi
terhadap nilai-nilai nasionalisme, antara lain (1) Menumbuhkan semangat nasionalisme yang
tangguh, (2) Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebaik-baiknya, (3)
Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya, (4) Mewujudkan
supremasi hukum, menerapkan, dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-
adilnya, (5) selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, dan
sosial budaya bangsa. Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu
menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa (Agustin, 2011).

MENUMBUHKAN CINTA BUDAYA DI KALANGAN REMAJA

Untuk mengatasi pengaruh kebudayaan Asing terhadap kebudayaan Indonesia,


khususnya untuk membentengi kalangan remaja dari pengaruh negatif diperlukan pelibatan
semua pihak terutama pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat.Seperti, para ulama budayawan
serta keterlibatan orang tua di rumah. Peranan Pemerintah hendaknya dapat mengambil
kebijakan strategis melalui penataan ulang sistem pendidikan terutama mengenai pengaturan
kurikulum. Umumnya di setiap sekolah menerapkan sistem pengajaranmengenai ilmu
keagamaan kepada para remaja sekolah dengan waktu yang berjalan selama dua jam dalam
seminggu saja. Tentu saja ini kurang memadai karenauntuk mengharapkan sebuah perubahan
perilakupada siswa memerlukan penambahan jam pelajaran atau kreativitas guru bidang studi
tersebut dalam bentuk kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah.Seperti kegiatan pengajian
atau kajian-kajian tematik menurut pandangan agama. Sebaiknya setiap guru mata pelajaran
umum juga dapat memasukkan nilai-nilai agama ketika mengajar di hadapan siswanya.

Peran orang tua merupakan figure utama dalam keluarga yang paling bertanggung jawab
terhadap masa depan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, lingkungan
keluarga sangat berkontribusi terhadap kualitas perilaku atau akhlak anggota keluarga terutama
anak-anaknya. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial harus tetap beriklim positif, dalam
artian orang-orang yang ada dI sekitar kita harus orang-orang yang membawa kesesatan. Orang
tua harus bisa mengambil porsi lebih banyak diantara porsi yang lainnya. Para budayawan juga
harus mengajarkan kepada generasi muda dibawahnya tentang budaya kita, yaitu dengan
menyiapkan generasi muda yang sesuai agar dapat memperluas budaya kita. Dan menerapkan
pendidikan kepada generasi muda yaitu menumbuhkan karakter dan nilai-nilai yang berguna
untuk membentuk pribadi yang baik dan berakhlak (Olin, 2022).

Cara menyikapi budaya asing yang masuk ke Indonesia yaitu dengan menyaringnya
terlebih dahulu, mana budaya yang baik dan mana budaya yang buruk,dan tetap menjaga
sertamempertahankan budaya sendiri. Kita dapat menyikapi dengan sikap teliti dan kritis,
memperluas ilmu pengetahuan, menyesuaikan dengan norma indonesia, menanamkan kecintaan
negeri, meningkatkan keimanan dan takwa, bersikap moderat, mempersiapkan diri dengan baik,
menanamkan dan mengamalkan nilai pancasila, bersikap selektif, menjaga nasionalisme,
memberi prioritas pada pemulihan ekonomi, meningkatkan potensi nasional, meningkatkan
perkembangan mikro dan kemajuan teknologi, memanfaatkan forum kerja sama internasional,
melakukan deregulasi dan debirokrasi.

Menghadapi budaya asing selanjutnya bisa dilakukan dengan cara deregulasi dan juga
debirokrasi yang bertujuan agar bisa tercipta regulasi baru sebagai cara menjadi pribadi yang
dewasa untuk menjunjung tinggi supremasi hukum, pengakuan pada hak hak asasi manusia, hak
mengenai kepemilikan, kebebasan dalam berusaha, dan juga hak masyarakat sipil.Cara
menyikapi budaya asing harus disikapi dengancarabijaksana, sebab akan sangat berpengaruh
dengan perilaku dan juga budaya masyarakat Indonesia karena bisa memberikan banyak manfaat
untuk kemajuan. Namun, sebagai bangsa Indonesia kita juga tidak boleh lengah dengan era
keterbukaan dan juga kebebasan tersebut sebab nantinya bisa menimbulkan dampak negatif yang
merusak budaya sendiri. Menolak budaya asing juga bukan langkah tepat untuk dilakukan
namun tetap dibutuhkan kepintaran dalam menyaringnya, sebab jati diri sebagai masyarakat
Indonesia tetap harus tertanam dengan kuat dan harus bisa terus meningkatkan nilai dari
keagamaan.

PENUTUP

Masuknya budaya barat ke Indonesia melalui teknologi, budaya,dan sosial (dari


kebiasaan-kebiasaan), perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses
akulturasi budaya terutama pengaruh budaya barat. Kebiasaan dan pola hidup orang barat
seakan-akan menjadi cermin modern dan selalu menjadi trend-centre masyarakat. Keadaan ini
terus mengikis budaya dan kearifan lokal yang merupakan warisan nusantara.

Dengan berjalannya waktu budaya asing semakin bercampur dan memasuki budaya
Indonesia. Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis
globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat serta menyangkut
berbagai bidang kehidupan dan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan
masyarakat.

Pada masa orang tua kita dulu, mereka diajari bagaimana bersikap dan bertutur kata.
Seperti kebiasaan mencium tangan kepada orang yang lebih tua. Hal-hal seperti ini akan
berdampak positif bagi para remaja dengan tumbuhnya rasa hormat terhadap orang yang lebih
tua dan kepada sesama remaja yang lainnya, menjadikan remaja lebih maju dalam berfikir dan
dapat bersikap lebih dewasa. Zaman sekarang arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam
masyarakat, terutama di kalangan muda. Teknologi internet merupakan teknologi yang
memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja, apa lagi bagi anak muda.

Untuk mengatasi pengaruh kebudayaan Asing terhadap kebudayaan Indonesia,


khususnya untuk membentengi kalangan remaja dari pengaruh negatif diperlukan pelibatan
semua pihak terutama pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat.Seperti, para ulama budayawan
serta keterlibatan orang tua di rumah, peranan Pemerintah hendaknya dapat mengambil
kebijakan strategis melalui penataan ulang sistem pendidikan terutama mengenai pengaturan
kurikulum. Umumnya di setiap sekolah harus menerapkan sistem pengajaran mengenai ilmu
keagamaan kepada para remaja di sekolah dan melaksanakan kegiatan keagamaan seperti
kegiatan pengajian atau kajian-kajian tematik menurut pandangan agama.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. S. Y. (2011). Penurunan Rasa Cinta Budaya dan Nasionalisme Generasi Muda
Akibat Globalisasi. Jurnal Sosial Humaniora. Vol 4. (2).

Haeril, S. M. (2016). Asal Usul Budaya dan Perkembangan Antropologi. Kompasiana. Retrieved
from https://www.kompasiana.com/mujahaeril/56fe75c30ab0bd9e0a9e0af0/asal-usul-
budaya-dan-perkembangan-antropologi

Hidayat, R. (2021). Contoh- Contoh Budaya Lokal di Indonesia Lengkap. Kita Punya.net.
Retrieved from https://www.kitapunya.net/contoh-contoh-budaya-lokal-di-indonesia/

Nurfadilah, A. M., Alamsah, A., Aulia, A. I., Alriziq, B., Rosweliawati, K. N., Lestari, K. S., &
Yulinda, L. (2022). Pengaruh Kebudayaan Asing Di Kalangan Remaja. Upmk News.
Retrieved from
http://news.upmk.ac.id/home/post/pengaruh.kebudayaan.barat.di.indonesia.html#:~:text=
Masuknya%20budaya%20barat%20ke%20Indonesia,selalu%20menjadi%20trend
%2Dcentre%20masyarakat

Olin, C. Y. (2020). Alasan Generasi Muda Lebih Menyukai Budaya Asing Dari Pada Budayanya
Sendiri. Kompasiana.com. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/amp/charlesolin/5eec8c45097f3617452a8232/alasan-
generasi-muda-lebih-menyukai-budaya-asing-dari-pada-budaya-nya-sendiri

Pengaruh Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Sikap Selektif


Terhadap Pengaruh Budaya Asing Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Binjai Kabupaten
Langkat.(2013/2014). Retrieved from https://digilib.uinsgd.ac.id/2541/4/4_bab1.pdf

Wulandari, R. (2022).Dampak Budaya Asing Terhadap Masyarakat Indonesia. Jurnal Post.com.


Retrieved from https://jurnalpost.com/dampak-budaya-asing-terhadap-masyarakat-
indonesia/34740/#:~:text=Dampak%20masuknya%20budaya%20asing%20antara,dari
%20segi%20postif%2C%20maupun%20negatif

Anda mungkin juga menyukai