PSIKOLOGI SOSIAL TERAPAN

Dosen Pengampu
Muh. Nur Hidayat Nurdin, S. Psi., M. Si.
Irdianti, S. Psi., M. Si.

Zahra Shahifah Safar

220701501091

Kelas M

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
 PSIKOLOGI DI DUNIA MAYA

Berdasarkan video yang diunggah oleh channel The School of Life dengan judul
The Dangers of the Internet, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan teknologi selalu
membawa manusia pada kecemasan. Socrates dalam karya Phaedrus Plato mengatakan
bahwa “Book will promote forgetfulness” dan “People would have become hearers of many
things and will have learned nothing”. Hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi
yang memang membawa masalah serius seiring berjalannya waktu. Internet memanjakan
kita dengan segala sosial media di dalamnya, sehingga mengurangi kemampuan kita dalam
berkomunikasi serta menjalin hubungan emosional di kehidupan nyata. Berbagai macam
aspek kehidupan manusia, seperti komunikasi maupun interaksi, juga mengalami perubahan
yang sebelumnya tidak pernah diduga.
Dunia seolah-olah tidak memiliki Batasan. Tidak ada kerahasiaan yang bisa ditutupi.
Kita bisa mengetahui aktivitas orang lain melalui media sosial, sementara kita tidak kenal dan tidak
pernah bertemu tatap muka dengan orang tersebut. Salah satu penikmat dunia maya yang
dihawatirkan terkena dampak negatif adalah remaja, karena pada usia remaja merupakan
periode transisi penuh badai dalam kehidupan batiniah anak-anak yang dapat membuat
sangat labil kejiwaannya dan mudah dipengaruhi oleh rangsangan eksternal. Sehingga usia
remaja ini rentan akan kekerasan baik dalam dunia nyata maupun dunia maya. Salah satu
bentuk kekerasan yang sering dialami remaja dalam prespektif psikologi dunia maya adalah
Cyberbulliying.
Cyberbullying merupakan perilaku seseorang atau kelompok yang secara sengaja dan
berulang kali melakukan tindakan yang menyakiti orang lain melalui media sosial. Cyberbullying
merupakan istilah yang merujuk kepada penggunaan media sosial yang menggertak orang dengan
mengirim atau posting teks yang bersifat mengintimidasi atau mengancam. Secara sederhana,
cyberbullying diartikan sebagai bentuk intimidasi yang pelaku lakukan untuk melecehkan
korbannya melalui perangkat teknologi. Pelaku ingin melihat seseorang terluka, dengan cara sang
pelaku mengirim pesan kejam yang mengintimidasi dan gambar yang mengganggu lalu disebarkan
untuk mempermalukan orang lain.
Tingginya angka cyberbullying di Indonesia sangat dipengaruhi oleh penggunaan internet
yang meningkat setiap tahunnya terutama dikalangan remaja. Sebagai masyarakat yang setiap
harinya berkutat dengan dunia teknologi dan media sosial harus bersifat bijak dalam menghadapi
dilema perkembangan teknologi informasi tersebut. Beberapa kasus cyberbullying yang telah
terjadi bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat khususnya remaja untuk lebih bijak dan berhati-hati
dalam menggunakan media sosial.
Dalam kasus lain, adanya dunia maya dapat mempengaruhi individu dalam
kebutuhannya untuk mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah
kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan diri yang mencakup pemenuhan akan moralitas,
kreativitas, dan penerimaan kenyataan yang terjadi. Dengan mengunggah foto ataupun
video, seorang individu ingin menunjukkan siapa dirinya, apa kemampuannya, potensi dari
dirinya, sehingga kebutuhannya akan penghargaan atas apa yang diraihnya atau menambah
pertemanan dirinya dapat terpenuhi. Menurut Abraham Maslow kebutuhan akan
aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi.
Namun, kebutuhan akan aktualisasi diri ini sering menyimpang dari apa yang
didefinisikan. Pengguna sosial media cenderung memiliki keinginan lebih untuk ‘diakui’
sehingga membuatnya membagikan aktivitas sehari-harinya di sosial media. Dalam
penelitian yang dilakukan okeh Rizqi Amelia Putri (2015) disebutkan bahwa beberapa
alasan para remaja menggunakan media sosial adalah agar mereka mendapat perhatian dari
orang lain, dan ingin terlihat eksis dengan berada di tempat yang baru, dan kesenangan
yang ia dapatkan ketika membagikan seluruh aktivitasnya.
hal ini tentu menyimpang dari makna ‘aktualisasi” sendiri yang dimaksudkan oleh
Abraham Maslow. Serta membuat kita secara tidak sadar telah menggantungkan
kebahagiaan kita pada orang lain. Ketika tidak ada yang membalas cerita kita maka kita
akan sedih, jika jumlah like postingan kita kurang dari yang kita inginkan maka kita merasa
jelek. Hal ini menggambarkan ketergantungan kebahagiaan kita kepada orang lain,
sehingga bisa saja kita mengikuti keinginan orang-orang tanpa pertimbangan yang matang
mengenai apakah hal itu memang baik untuk diri kita?
Sebagai generasi muda yang fasilitasi oleh internet, kita harus mengambil tindakan
agar tidak menjadi generasi ketergantungan, biarkanlah pola pikir kritis kita tetap hidup.
Berhenti berpikir bahwa jawaban selalu ada ‘di luar sana’, melainkan mulailah berpikir
bagaimana diri kita menciptakan sebuah jawaban. Tetap menjalin hubungan secara
emosional dengan orang-orang di kehidupan nyata. Dan membuat pemikiran baru saat kita
bosan dan membiarkan pikiran kosong. Kita perlu mengambil tindakan untuk mendidik
anak-anak selanjutnya tentang bahayanya perkembangan teknologi ini. Kita perlu
terhubung kembali dengan dunia alami, berbicara satu sama lain secara langsung, dan mulai
memaknai eksistensi kita sebagai individu.
 DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, F. P. (2020). Aktualisasi Diri Mahasiswa di Dalam Media Sosial Instagram.

Mulawarman, M., & Nurfitri, A. D. (2017). Perilaku pengguna media sosial beserta implikasinya
ditinjau dari perspektif psikologi sosial terapan. Buletin Psikologi, 25(1), 36-44.
Putri, R. A., Erlyani, N., & Mayangsari, M. D. (2016). Hubungan antara aktualisasi diri dengan
intensitas penggunaan media sosial path pada remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Banjarbaru. Jurnal Ecopsy, 3(1).
Rifauddin, M. (2016). Fenomena cyberbullying pada remaja. Khizanah al-Hikmah: Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, 4(1), 35-44.
The School of Life (2014) The Dangers of the Internet. Diakses pada tanggal 16 Maret 2023 melalui
link https://youtu.be/uquRzrcwA18