SKRIPSI
Oleh :
MEILISA PUTRI FIJAI
198110004
FAKULTAS PSIKOLOGI
PEKANBARU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
perasaan terasing, putus asa dan rasa terkucilkan. Masa ini disebut sebagai
nilai, sebab adanya keinginan untuk diterima oleh kelompok sosial (Putri,
2018).
awal tidak hanya berinteraksi secara langsung saja, akan tetapi sudah
(Rahmadhani, 2022). Hal ini sejalan dengan data We Are Social (2023)
bahwa sekitar 167 juta orang atau 60,4% dari total penduduk Indonesia aktif
internet dan media sosial tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
1
2
15 detik hingga 10 menit ini sudah mencapai jutaan pengguna dari seluruh
tahun dengan persentase 25% dan laki-laki 17,9%. Sedangkan yang berusia
25-34 tahun sekitar 17,65 pengguna wanita dan 13,6% pria menggunakan
platform ini.
sosial budaya yang membagi masyarakat dimana adanya konsep “kami” dan
dari sisi agama, budaya, dan nilai-nilai yang tidak dapat diterima oleh satu
sama lain. Sehingga keberadaan media sosial TikTok yang sudah menjadi
mampu menghilangkan segala perbedaan yang ada dan diterima secara luas
oleh semua kalangan. Kita dapat melihat berbagai negara dan tanpa
(Fauziah, 2021).
informasi pribadi juga dapat dilihat atau digunakan oleh orang lain yang
tidak dikenal. Data pribadi ditransfer ke media sosial dalam bentuk teks,
atau pikiran terkait isu yang sedang ramai, hingga membagikan kegiatan
media sosial yaitu sekiranya tempat untuk mencurahkan isi hati, mencari
sulit untuk terbuka tentang perasaan ke orang sekitar hal ini disebabkan
mana tentu diluar sana masih banyak individu yang merasakan hal sama
yang paling sering individu bagikan yaitu berupa kreativitas, hobi, dan kata-
Nurfitri (2017) sepertinya tidak ada batasan atau kerahasiaan yang bisa
aktivitas orang-orang yang tidak kita kenal, belum pernah bertatap muka,
mengenai masa lalu dan reaksi seseorang terhadap sesuatu yang mereka
hadapi untuk memahami kondisi mereka saat ini (Rachdian & Azis, 2021).
banyak teman, merasa frustasi dan kurang puas dengan sebuah hubungan,
Brehm (dalam Haliza & Kurniawan, 2021). Menurut Cosan (dalam Marisa
& Afriyeni, 2019) bahwa cepat merasa bosan, merasa tidak diinginkan, sulit
menjalin komunikasi dengan orang lain, menarik diri, dan tidak mampu
dari kesepian.
berhadapan dengan harapan dari tahap sebelumnya yaitu masa remaja untuk
menjadi dewasa seperti tuntutan pekerjaan atau karir dan terkait masalah
finansial (Amru & Ambarini, 2021). Hal ini serupa dengan penelitian yang
6
langsung. Cara ini digunakan untuk mencegah perasaan terasing karena jika
Pekanbaru”.
Self Disclosure pada Dewasa Awal Pengguna Media Sosial TikTok di Kota
Pekanbaru.
1. Secara teoritis
dan self disclosure. Kemudian agar dapat menjadi masukan bagi peneliti
2. Secara praktis
wawasan, pemahaman diri, dan acuan bagi peneliti. Bagi pengguna media
kesepian dan self disclosure yang dialami, serta dampak positif dan negatif
KAJIAN TEORI
2.1 Self-Disclosure
kepada orang lain beberapa fakta pribadi dirinya yang belum diketahui oleh
dari tuntutan yang menyebabkan mereka rendah diri, dan dengan melakukan
lain atau sekelompok orang. Menurut Lumsden (dalam Septiani et al., 2019)
self disclosure atau pengungkapan diri dapat berguna bagi individu dalam
8
9
2023) yaitu :
informasi diberikan.
sama.
berbagai cara terkait sesuatu hal berupa pesan yang akan dibahas di
informasi yang lebih baik kepada orang lain, sedangkan orang yang
dimiliki.
skala kecil daripada anggota skala besar. Anggota yang terdiri dari
dua orang yaitu satu orang pendengar dan satu orang lainnya sebagai
sehari-hari, dan hobi, selain topik yang cukup sensitif seperti seks
2.2 Kesepian
berasal dari sistem psikofisik (suatu sistem yang saling terkait) yang
kualitas emosional hubungan individu dengan orang lain. jika orang dewasa
al (dalam Hafas, 2022) tingkat individu merasa sendirian, tidak dicintai oleh
bahagia atau tertekan, yaitu bentuk dari individu yang sedang mengalami
kesepian.
orang lain, tersingkir dari kelompok sosial, merasa dilupakan oleh orang-
kurang baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya, merasa
pesimis, yang mana mereka memiliki self esteem yang rendah, kurangnya
secara emosional, dan tidak memiliki orang yang dapat dipercaya untuk
di lingkungan).
fase dewasa awal merupakan transisi dari fase remaja menuju fase
diri. fase dewasa awal merupakan masa menemukan, pemantapan, dan masa
kreativitas dan beradaptasi dengan cara hidup baru (dalam Putri, 2018).
Menurut Santrock (dalam Siregar et al., 2022) masa dewasa awal adalah
konstan dan fase dewasa awal ini dimulai pada usia 18 tahun sampai 25
tahun.
disebut masa post-operasi formal. Sehingga pada usia dewasa muda dapat
rumah tangga, dan menerima tanggung jawab sebagai warga negara serta
anggota masyarakat adalah semua tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh
orang lain.
internet yang dibangun diatas dasar ideologis dan teknologi Web 2.0, yang
Safitri et al., 2021). Menurut Andlika (2019) media sosial adalah platform
dunia maya.
2.4.2 TikTok
bahasa China disebut Douyin yaitu aplikasi berbasis video musik yang pada
awalnya digunakan oleh pengguna untuk hiburan lipsyinc lagu, aplikasi asal
teman atau ke seluruh dunia. Daya tarik lain dari TikTok adalah kreativitas
dikenal sebagai platform media sosial yang menyertakan efek khusus unik
informasi yang tidak diketahui sebelumnya dan bisa menjadi media hiburan
bagi pengguna lain dengan menampilkan video lucu dan unik sehingga
masyarakat.
dengan itu saja, pengguna TikTok kerap memanfaatkan media sosial ini
sebagai tempat untuk melampiaskan perasaan, emosi, isi hati, atau masalah
19
memiliki dua faktor penting di dalamnya yaitu faktor internal dan eksternal:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang memang ada dalam diri setiap
ini.
kamaluddin, 2022).
menggunakannya.
media sosial TikTok diantaranya yaitu Self disclosure, yang dapat diartikan
orang lain terkait beberapa informasi pribadi atau fakta yang tidak diketahui
media sosial selama lebih dari 2 jam setiap harinya memiliki probabilitas
fase dewasa awal individu telah memiliki tanggung jawab dan kesibukannya
dialaminya.
hubungan sosial yang rendah dan adanya perasaan tidak puas. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Haliza & Kurniawan (2021) orang yang merasa
keintiman, namun keinginan itu tidak dapat terpenuhi karena beragam faktor
misalnya rasa malu, kurangnya kepercayaan diri, atau kurangnya orang yang
perasaannya.
2.6 Hipotesis
telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik hipotesis yang diajukan dalam
Pekanbaru. Jika kesepian pada individu dewasa awal tinggi, maka semakin
TikTok.
BAB III
METODE PENELITIAN
desain penelitian korelasional. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
informasi terkait diri sendiri berupa pengalaman, pikiran, hobi, perasaan dan
fakta yang telah disimpan sebagai konsumsi pribadi kepada individu lainnya
dan dapat bersifat deskriptif maupun evaluatif, hal ini juga membantu
3.2.2 Kesepian
yang berisi data terkait variabel yang akan diteliti (Azwar, 2012). Subjek
pada penelitian ini merupakan pengguna aktif media sosial TikTok usia
Sampel disebut sebagai bagian dari total dan ciri-ciri yang dimiliki
dewasa awal yaitu peralihan dari remaja ke dewasa yang ditandai dengan
ini adalah dewasa awal usia 18 tahun sampai 25 tahun yang menggunakan
kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap layak menjadi sumber data
maka subjek akan dijadikan sebagai sampel (Janna & Herianto, 2021).
1, 96². 0,5(1−0,5)
n=
0 ,1²
3,8416 .0,5 (0,5)
n=
0 ,1²
0,9604
n=
0 ,1²
n = 96,04 = 97 responden
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan, diperoleh besar sampel
yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan. Data yang diperoleh
melalui penggunaan kuesioner merupakan data yang tergolong sebagai data
faktual.
2012) yaitu skala kesepian dan skala self disclosure dimana akan disajikan
adalah untuk menyingkirkan kelemahan yang ada pada skala lima tingkat
tersebut mempunyai jawaban yang ganda, ragu-ragu, anatar setuju dan tidak
kategori netral maka dapat melihat pendapat responden itu lebih kearah
(sangat tidak setuju). Setiap jawaban mempunyai skor dengan nilai yang
favorable sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju
(1). Sedangkan pernyataan unfavorable adalah sangat tidak setuju (4), setuju
(setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Penilaian bergerak dari
unfavorable.
Tabel 3.1
Blue Print Skala Self Disclosure sebelum Try Out
No. Aspek Indikator No. Aitem Total
Favorable Unfavorable
1. Valence a. Informasi positif terkait diri 1, 7, 23, 12 6
sendiri dan hal-hal yang disenangi 24, 32
b. Informasi negatif terkait diri
sendiri dan hal-hal yang tidak
disenangi
2. Informativeness a. Breath : seberapa banyak 2, 13, 14, 22, 25, 8
informasi terkait dirinya 15, 27 30
dilakukan.
b. Depth : seberapa dalam informasi
mengenai dirinya diberikan.
c. Duration : membutuhkan waktu
yang berapa lama dalam
pengungkapan diri.
3. Appropriateness a. Memberikan informasi diri 3, 8, 31 33, 34 5
mengenai status sosial yang yang
rendah kepada individu lain.
b. Memberikan informasi diri
mengenai status sosial yang setara
kepada individu lain.
4. Flexibility Kontrol individu atas informasi 4, 16, 17, 9, 21 7
yang diungkapkan 26, 29
5. Accessibility Mampu memberikan informasi diri 5, 11, 18, 35 19 5
dengan mudah
6. Honestly Memberikan informasi diri atau 10, 20, 28 6 4
pengungkapan diri dengan jujur
Jumlah 35
2. Skala Kesepian
modifikasi dari skala yang disusun oleh Elvira Ningsih (2017) berpedoman
skor 4 untuk jawaban sangat setuju dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kesepian sebelum Try Out
No. Aspek Indikator Nomor Aitem Total
Favorable Unfavorable
1. Trait / Kepribadian atau sifat 1, 7, 11, 16, 6, 17 10
Personality individu yang sering 18, 19, 20,
menyebabkan terjadinya 23
kesepian.
2. Social Keinginan individu 8, 15, 22 2, 12, 13, 21, 8
Desirability terhadap kehidupan 22
sosialnya yang ideal.
3. Depression Adanya tekanan yang 3, 4, 9, 10, 14 7
Loneliness dirasakan individu 24, 25
sehingga menyebabkan
depresi.
Jumlah 25
3.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
yang ingin diukur (Siregar, 2017). Menurut (Janna & Herianto, 2021) uji
validitas bertujuan untuk menentukan validitas alat ukur. Dalam hal ini,
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner. Tujuan uji validitas ini
(konsep) aitem yang harus diukur. Sehingga suatu alat ukur dapat
mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Siregar,
2017). Dalam penelitian ini skala self disclosure dan kesepian dinilai dengan
reliabel, berupa angket self disclosure dan kesepian. Suatu variabel dapat
memiliki nilai (rᵢₓ) < 0,25 akan dieleminasi. Hal ini bertujuan untuk menguji
setelah semua aitem memiliki nilai (rᵢₓ) ≥ 0,25. Adapun formula yang
out skala pada alat ukur yang akan diaplikasikan. Jika kelayakan skala
bertujuan untuk menemukan alat ukur yang reliabel dan valid yaitu skala
kesepian dan self disclosure. Skala kesepian dan self disclosure diuji coba
guna mencari daya beda aitem serta reabilitas. Reabilitas skala menguji
konsisten tidaknya hasil yang didapatkan. Pada skala yang terdiri dari
banyak aitem lebih dapat diandalkan daripada yang terdiri dari lebih sedikit
untuk penelitian apakah skala tersebut reliabel dan valid untuk diterapkan
dengan karakteristik yang telah ditentukan. Try out skala ini dilakukan
Pekanbaru.
Uji coba pada skala ini yang memiliki total 35 aitem, terdapat 8
aitem gugur yaitu nomor 6, 9, 17, 21, 22, 26, 29, 33. Sehingga didapatkan
valid.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Self Disclosure setelah Try Out
No. Aspek Indikator No. Aitem Total
Favorable Unfavorable
1. Valence c. Informasi positif terkait diri 1, 6, 18, 19, 10 6
sendiri dan hal-hal yang 25
disenangi
d. Informasi negatif terkait diri
sendiri dan hal-hal yang tidak
disenangi
2. Informativeness d. Breath : seberapa banyak 2, 11, 12, 13, 20, 23 7
informasi terkait dirinya 21
dilakukan.
e. Depth : seberapa dalam
informasi mengenai dirinya
diberikan.
f. Duration : membutuhkan
waktu yang berapa lama
dalam pengungkapan diri.
3. Appropriateness c. Memberikan informasi diri 3, 7, 24 26 4
mengenai status sosial yang
yang rendah kepada individu
lain.
d. Memberikan informasi diri
mengenai status sosial yang
setara kepada individu lain.
4. Flexibility Kontrol individu atas informasi 4, 14 2
yang diungkapkan
5. Accessibility Mampu memberikan informasi 5, 9, 15, 16, 5
diri dengan mudah 27
6. Honestly Memberikan informasi diri atau 8, 17, 22 3
pengungkapan diri dengan jujur
Jumlah 27
2. Skala Kesepian
Uji coba pada skala dengan total 25 aitem terdapat 2 aitem gugur
dari analisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas,
normal atau tidaknya suatu populasi data. Jika data berdistribusi normal
dengan (sig > 0,05), maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik.
yang linier antara variabel dependen dengan variabel independen. Jika nilai
variabel dependen adalah linier. Namun, jika signifikansi > 0,05, maka
(Siregar, 2017).
variabel self disclosure, dan data berupa interval rasio. Jika nilai signifikansi
p < 0,05 maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, apabila nilai signifikansi p > 0,05 maka tidak ada hubungan
4. 1 Persiapan Penelitian
diaplikasikan berupa skala likert. Try out ini dilakukan bertujuan untuk
mengonfirmasi valid dan reliabel suatu alat ukur yang akan peneliti gunakan
pada penelitian ini. Memastikan bahwa aitem yang digunakan sesuai dengan
aspek-aspek yang diteliti. Try out dilakukan pada tanggal 8 Mei 2023
Pekanbaru.
offline yaitu dengan menemui subjek, dimana skala yang digunakan telah
peneliti modifikasi terlebih dahulu dan diisi langsung oleh individu yang
peneliti temui secara langsung. Selama proses pelaksanaan try out peneliti
penelitian. Kemudian peneliti melakukan try out kedua yang bertujuan agar
hasil uji try out dapat memuaskan dan item pada skala tidak banyak yang
terbuang. Data yang terkumpul pada try out kedua yaitu sebanyak 60 sampel
alat ukur try out yang terdiri dari skala self disclosure dan kesepian.
4. 2 Pelaksanaan Penelitian
35
36
4. 3 Hasil Penelitian
menjadi subjek dalam penelitian ini. Bersumber pada data demografi yang
terkumpul yaitu jenis kelamin, usia, dan durasi dalam penggunaan media
sosial TikTok. Deskriptif subjek penelitian bisa diamati pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.1
Klasifikasi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki – laki 63 31,5 %
Perempuan 137 68.5 %
Jumlah 200 100 %
sebesar 68,5%.
37
Tabel 4.2
Klasifikasi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
18 tahun 23 11,5 %
19 tahun 26 13,0 %
20 tahun 30 15,0 %
21 tahun 32 16,0 %
22 tahun 40 20,0 %
23 tahun 22 11,0 %
24 tahun 14 7,0 %
25 tahun 13 6,5 %
Jumlah 200 100 %
mengisi skala penelitian berdasarkan usia adalah pada rentang usia 18-23
Tabel 4.3
Klasifikasi Subjek Penelitian Berdasarkan Durasi Penggunaan TikTok
Durasi Frekuensi Persentase
< 1 jam 30 15,0 %
1 – 3 jam 84 42,0 %
> 3 – 6 jam 53 26,5 %
> 6 jam 33 16,5 %
Jumlah 200 100%
Pekanbaru dengan total sampel 200 orang berusia dewasa awal ditinjau
38
bentuk analisis deskriptif yaitu self disclosure dan kesepian pada dewasa
lapangan yang dilihat dari kedua data sesudah dilakukan skoring beserta
analisis, data yang dihasilkan berupa deskriptif dari skor minimum (min),
skor maksimum (max), skor rata-rata (mean), dan skor standar deviasi (sd)
Tabel 4.4
Deskriptif Data Empirik dan Data Hipotetik
Variabel Skor Perolehan Skor Perolehan
Penelitian (Empirik) (Hipotetik)
Min Maks Mean Sd Min Maks Mean Sd
Kesepian 24 84 53,36 13,2 23 92 57,5 11,5
Self Disclosure 37 95 67,63 12,3 27 108 67,5 13,5
kesepian mempunyai skor mean pada data hipotetik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan skor mean data empirik yaitu 57,5 dengan standar
39
deviasi 11,5. Pada variabel self disclosure skor mean data empirik lebih
Tabel 4.5
Rumus Kategorisasi
Kategori Rumus
Sangat Tinggi X ≥ M + 1,5 SD
Tinggi M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD
Sedang M – 0,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD
Rendah M – 1,5 SD ≤ X < M – 0,5 SD
Sangat Rendah X < M – 1,5 SD
empirik pada penelitian ini yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
Tabel 4.6
Kategorisasi Skor Kesepian
Kategorisasi Rentang Skor Frekuensi Persentase
Sangat Tinggi X ≥ 74,75 0 0,0 %
Tinggi 63,25 ≤ X < 74,75 13 6,5 %
Sedang 51,75 ≤ X < 63,25 51 25,5 %
Rendah 40,25 ≤ X < 51,75 74 37 %
Sangat Rendah X < 40,25 62 31 %
maka kesimpulan yang diperoleh yaitu bahwa subjek pada penelitian ini
(31%). Adapun kategorisasi variabel self disclosure dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.7
Kategorisasi Skor Self Disclosure
Kategorisasi Rentang Skor Frekuensi Persentase
Sangat Tinggi X ≥ 87,75 10 5,0 %
Tinggi 74,25 ≤ X < 87,75 50 25,0 %
Sedang 60,75 ≤ X < 74,25 84 42,0 %
Rendah 47,25 ≤ X < 60,75 45 22,5 %
Sangat Rendah X < 47,25 11 5,5 %
dengan jumlah 200 orang yang berusia dewasa awal pengguna TikTok di
untuk menentukan apakah data penelitian yang telah diperoleh normal atau
tidak. Suatu data dapat dikatakan normal, jika memiliki nilai signifikansi >
0,05. Bergitupun sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka data
41
dikatakan tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada penelitian ini
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas
Variabel Signifikansi Keterangan
Kesepian 0,031 Tidak Normal
Self Disclosure 0,029 Tidak Normal
kesepian memiliki nilai signifikansi 0,031 < 0,05 sehingga variabel kesepian
signifikansi sebesar 0,029 > 0,05 sehingga variabel self disclosure juga
Ketentuan suatu data dapat dinyatakan linier, jika besarnya nilai sig
deviation from linierity > 0,05 berbeda jika nilai sig deviation from linierity
< 0,05 maka data tersebut dinyatakan tidak linier. Begitupun sebaliknya,
linier atau tidak sebuah data dapat dilihat dari nilai sig linierity, jika nilai sig
linierity < 0,05 maka data dinyatakan linier, sedangkan jika nilai sig linierity
> 0,05 maka data dinyatakan tidak linier. Hasil uji linieritas penelitian ini
Tabel 4.9
Hasil Uji Linieritas
Variabel F Signifikansi Keterangan
Kesepian 99,596 0,000 Linier
Self Disclosure
42
from linierity nilai signifikannya sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat
linier.
Uji hipotesis dilaksanakan setelah uji asumsi yaitu uji normalitas dan
uji linieritas. Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini
ada hubungan antara kesepian dengan self disclosure, dan apakah hipotesis
penelitian yang diajukan dapat diterima atau ditolak, sehingga analisis data
hipotesis ditolak apabila nilai signifikan > 0,05, dan begitu pula sebaliknya
Tabel 4.10
Hasil Uji Korelasi
4. 5 Pembahasan
kesepian dengan self disclosure pada dewasa awal pengguna media sosial
korelasi yang searah, yang berarti bahwa semakin tinggi kesepian, semakin
banyak self disclosure yang dilakukan pada dewasa awal pengguna TikTok
Spearman rho sebesar r = 0,533 dan p = 0,000 (p < 0,05) yang mana antara
banyak kesepian yang dirasakan maka semakin banyak pula self disclosure
bahwa tingkat kesepian pada dewasa awal pengguna media sosial TikTok di
Kota Pekanbaru yang berkaitan dengan self disclosure secara umum berada
Kota Pekanbaru secara umum berada dikategori sedang yaitu sebesar 42%.
yang dibutuhkan, hal ini tentu akan menimbulkan rasa kesepian pada diri
individu. Media sosial menjadi salah satunya cara individu untuk lari dari
(dalam Prawesti & Dewi, 2016) menjelaskan bahwa keterbukaan diri lebih
mengenai diri sendiri dan bahkan tanpa berpikir panjang berbagi mengenai
maya, bahkan ada yang secara terbuka memposting masalah pribadi terus
& Harahap, 2020) faktor munculnya rasa kesepian yaitu tidak terpenuhinya
kebutuhan akan hubungan akrab dan kurangnya kontak sosial. Individu akan
(2022) penggunaan media sosial yang berlebihan pada orang yang kesepian
online lebih dapat diterima daripada berinteraksi secara tatap muka dan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
diperoleh ada hubungan yang positif antara kesepian dengan self disclosure.
semakin tinggi kesepian semakin tinggi tingkat self disclosure pada dewasa
rendah kesepian maka semakin rendah tingkat self disclosure pada dewasa
5.2 Saran
awal diharapkan dapat lebih bersikap bijak dan dapat membatasi diri dalam
media sosial TikTok agar terhindar dan tidak terjerumus pada hal-hal
kalangan.
46
47
menciptakan komunikasi yang lebih baik lagi kepada anaknya yang berusia
dewasa awal, agar hubungan antara dewasa awal dengan orang tua dapat
48
hl=id&gbpv=1&dq=perkembangan+dewasa+awal&printsec=frontcove
r
Febriani, S., Candra, I., & Nastasia, K. (2021). Hubungan antara Intimate
Friendship dengan Self Disclosure pada Siswa Kelas XI SMA N 4
Kota Padang Pengguna Media Sosial Instagram. Psyche 165 Journal,
14(2), 130–138. https://doi.org/10.35134/jpsy165.v14i2.27
Fikrie, F., Hermina, C., & Ariani, L. (2021). Apakah Anda Merasa
Kesepian ? Eksplorasi Kepribadian dan Kualitas Pertemanan pada
Remaja. Jurnal Studia Insania, 9(1), 82.
https://doi.org/10.18592/jsi.v9i1.4166
Fitri Yana, M. (2023). Hubungan antara Self Esteem dan Kesepian dengan
Self Disclosure pada Mahasiswa Uin Suska Riau Pengguna Media
Sosial Instagram. In UIN SUSKA RIAU (Vol. 4, Issue 1).
49
dengan Kesepian Pada Dewasa Awal Pengguna Aplikasi Dating
Online. Nursing Analysis: Journal Of Nursing Research Vol., 1(1), 51–
61.
Janna, N. M., & Herianto. (2021). Artikel Statistik yang Benar. Jurnal
Darul Dakwah Wal-Irsyad (DDI), 18210047, 1–12.
50
Media dengan Kesepian pada Mahasiswa. Acta Psychologia, 2(2),
153–160. https://doi.org/10.21831/ap.v2i2.34544
Prawesti, F. S., & Dewi, D. K. (2016). Self Esteem dan Self Disclosure Pada
Mahasiswa Psikologi Pengguna Blackberry Messenger. Jurnal
PsikologiTeoriDanTerapan,7(1),1.https://doi.org/10.26740/jptt.v7n1.p
1-8
51
147.
52
Pengguna Tiktok Di Universitas Muhammadiyah Cirebon. Jurnal
Komunikasi Pemberdayaan, 1(1), 42–53.
https://doi.org/10.47431/jkp.v1i1.171
Zahrabella, S., & Herdajani, F. (2023). Hubungan Harga Diri dan Kesepian
dengan Keterbukaan Diri pada Content Creator TikTok di Jakarta
Barat. Jurnal Psikologi Kreatif Inovatif, 3(1), 144–152.
https://journals.upiyai.ac.id/index.php/PsikologiKreatifInovatif/issue/
archive
53