Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/356831463

PENTINGNYA ETIKA KOMUNIKASI DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL


PADA GENERASI Z Oleh

Article · December 2021

CITATIONS READS

0 3,535

3 authors, including:

Erlisa Rifani
Brawijaya University
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Erlisa Rifani on 07 December 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENTINGNYA ETIKA KOMUNIKASI DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL
PADA GENERASI Z

Oleh:

Ahmad Suryanegara

Erlisa Nurul Rifani

erlisanr@student.ub.ac.id

Universitas Brawijaya

Abstrak: Komunikasi digital cukup memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia.
Meskipun begitu masih ada dampak negatif yang muncul, misalnya adalah maraknya cyberbullying
ataupun penipuan berbasis online. Tanpa adanya etika komunikasi yang baik hal tersebut tidak
dapat dihindari. Menurut data dari internet sebanyak 49% masyarakat Indonesia pernah mengalami
cyberbullying di media sosial. Presentase ini akan terus meningkat. Kejahatan cyber ini juga terlihat
oleh patroli cyber, setidaknya ada 3269 pengaduan yang termuat di statistik data patroli cyber
terkait kejahatan dunia maya. Menurut teori yang disampaikan Thomas Nilsen untuk mencapai
komunikasi yang baik antarpersonal, salah satunya adalah harus menghormati ide, perasaan,
maksud dan integritas lawan bicara. Namun melihat pernyataan Thomas Nilsen, rasanya teori ini
tidak sesuai dengan realita kehidupan media sosial masyarakat Indonesia. Akibat kurang adanya
toleransi mengenai poin-poin tersebut, seringkali masyarakat dengan mudah mengeluarkan berbagai
perkataan ataupun melakukan tindakan yang kurang sopan dalam menggunakan media sosial. Etika
komunikasi hadir sebagai suatu pendidikan dan pedoman berperilaku di dunia maya, etika
komunikasi menarik untuk dikaji lebih lanjut karena dengan adanya pemahaman terkait hal ini
dapat menjadi kontrol tersendiri bagi generasi Z dalam berkomunikasi di media sosial.
Kata Kunci: etika komunikasi, media sosial, generasi Z

Komunikasi digital cukup memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Meskipun
begitu, masih ada dampak negatif yang muncul karenanya. Misalnya saja adalah maraknya
cyberbullying, ataupun penipuan berbasis online. Tanpa adanya etika komunikasi yang baik, hal-hal
di atas tidak dapat dielakkan.
Menurut data dari internet, sebanyak 49% masyarakat Indonesia pernah mengalami
cyberbullying di media sosial. Jika hal di atas tidak diatasi dengan benar, presentase ini akan terus
meningkat. Kejahatan siber ini juga terlihat juga pada laman Patroli Siber. Setidaknya ada 3269
pengaduan yang termuat di statistik data Patroli Siber terkait kasus kejahatan dunia maya.
Fakta lain juga mengungkap bahwa selama pandemi ini, kejahatan di sosial media terus
meroket. Secara tidak langsung, kejahatan maya ini dapat berdampak buruk pada psikologis korban.
Pada keadaan yang sangat rawan, cyberbullying berakhir pada kasus bunuh diri. Fakta ini diambil
melalui berita harian Antara News.
Menurut teori yang disampaikan Thomas Nilsen, untuk mencapai komunikasi yang baik
antarpersonal, salah satunya adalah harus menghormati ide, perasaan, maksud, dan integritas lawan
bicara. Namun, melihat pernyataan pada paragraf pertama, rasanya teori ini tidak sesuai dengan
realita kehidupan sosial media masyarakat Indonesia. Akibat kurang adanya toleransi mengenai
poin-poin tersebut, acap kali masyarakat dengan mudah mengeluarkan berbagai perkataan ataupun
melakukan tindakan yang tidak pantas di dalam bersosial media.
Menimbang berbagai kasus dan data yang tersaji, penulis dapat menyimpulkan bahwa
kesadaran etika komunikasi dalam bersosial media belum berkembang baik di benak masyarakat
Indonesia. Angka kejahatan siber yang juga meningkat ikut menguatkan argumen penulis terhadap
kehidupan digital warga Indonesia.
Baru-baru ini cyberbullying juga terjadi pada pemain bola Persija, Patrich Wanggai. Ia mendapat
diskriminasi dari netizen Indonesia melalui akun instagram pribadinya.
Etika komunikasi hadir sebagai suatu pendidikan dan pedoman berperilaku di dunia digital.
Etika komunikasi sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut karena dengan adanya pemahaman
terkait hal ini, dapat menjadi kontrol tersendiri bagi generasi Z dalam berkomunikasi di media
sosial.
Berdasarkan pemaparan di atas, artikel ini akan difokuskan pada pentingnya etika komunikasi
dalam menggunakan media sosial pada generasi Z. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah
untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai pentingnya etika komunikasi dalam
menggunakan media sosial pada generasi Z.

Etika Komunikasi
Menurut Webster Dictionary, secara etimologis, etika adalah suatu disiplin ilmu yang
menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau kewajiban moral, atau bisa juga
mengenai kumpulan prinsip atau nilai moral. Seringkali dalam kehidupan sehari-hari penggunaan
kata etika dan moral dicampuradukkan. Padahal kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda
satu sama lain. Istilah moral digunakan untuk menjelaskan baik dan buruknya manusia sebagai
manusia secara keseluruhan, sedangkan istilah etika digunakan untuk menjelaskan pemikiran
sistematis mengenai moralitas (Magnis Suseno, 2003).
Komunikasi adalah upaya untuk membuat pendapat/ide, menyatakan perasaan, agar diketahui
atau dipahami oleh orang lain dan kemampuan untuk menyampaikan informasi/pesan dari
komunikator ke komunikan melalui saluran/media dengan harapan mendapatkan umpan balik.
Unsur-unsur yang ada dalam komunikasi adalah komunikator, pesan,, komunikan dan
respon/feedback. (Mulyana, 2015). Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu
sama lain untuk menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Pada umumnya bentuk komunikasi yang
dilakukan oleh manusia adalah bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran.
Dalam menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikasi tersebut diperlukan adanya
aturan atau etika. Hal ini dikarenakan saat ini manusia hidup dalam masyarakat yang terus
berkembang. Di mana perkembangan tersebut menyebabkan masyarakat semakin majemuk.
Dengan etika komunikasi yang baik akan terjalin hubungan yang baik dan harmonis antar manusia.
Sebaliknya apabila tidak ada etika komunikasi yang baik maka akan menimbulkan kesalahpahaman
dan kemudian menyebabkan perselisihan dan pertikaian antar manusia.
Media baru yang muncul memungkinkan orang-orang dapat berkomunikasi dari jarak jauh
dengan basis internet menggunakan perangkat mobile ataupun komputer (Vera, 2016). Seiring
dengan kebutuhan manusia dan perkembangan teknologi saat ini. Perangkat-perangkat tersebut juga
memberikan fitur yang mempermudah manusia untuk berkomunikasi yakni melalui media sosial.
Selain mempermudah manusia dalam berkomunikasi, media sosial juga dapat memberikan dampak
buruk apabila penggunanya tidak menerapkan etika dalam menggunakannya. Adapun pelanggaran
etika berkomunikasi yang sering dijumpai di media sosial adalah penyebaran berita hoax, cyber
bullying, pelanggaran hak cipta, dan penyebaran konten ilegal.

Penerapan Etika Komunikasi dalam Menggunakan Media Sosial Saat Ini


Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa pengguna
internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Berdasarkan jumlah tersebut, 95 persennya
menggunakan internet untuk mengakses media sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional
Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring, mengatakan bahwa platform
media sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati
peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah Amerika Serikat, Brazil, dan India. Kehadiran
media sosial ini menjadi salah satu penyebab tingginya penggunaan internet di kalangan generasi Z.
Menurut Nasrullah (2015) media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan
pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi
dengan pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual. Dari beberapa manfaat dari
munculnya media sosial ini, muncul juga permasalahan komunikasi yang dialami. Permasalahan
tersebut muncul akibat penggunanya mengabaikan etika dalam berkomunikasi. Tidak jarang media
sosial tersebut digunakan untuk menceritakan segala aktivitas yang dikerjakan dan menjadi tempat
untuk meluapkan emosi dengan mengesampingkan etika.
Implementasi dari etika komunikasi di media sosial salah satunya dapat diketahui dari cara
komunikasi yang santun. Sebab etika komunikasi akan berbicara mengenai penyampaian bahasa,
dan implementasi tersebut dapat dilihat dari kesantunan dalam berkomunikasi. Kesantunan dalam
berkomunikasi dapat dilihat dari penggunaan pilihan kata atau kalimat yang diunggah ke sosial
media. Dalam melakukan komunikasi di media sosial seringkali ditemukan kata-kata kasar yang
muncul dalam percakapan. Sebaiknya gunakan bahasa dan pilihan kata yang kayak dan sopan, tidak
menggunakan kata-kata kasar atau semacamnya baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Selain itu masih terdapat beberapa etika komunikasi dalam menggunakan media sosial yang
sebaiknya diterapkan. Pertama, tidak menyebarkan informasi-informasi terkait dengan SARA
(Suku, Agama, dan Ras) dan pornografi. Kedua, tidak menelan mentah-mentah informasi yang
didapat dari media sosial sebab tidak jarang sekarang ini beredar berita hoax. Ketiga, tidak
menyebarkan hasil karya orang lain atau informasi tanpa mencantumkan sumber.
Pada dasarnya, penerapan etika dalam berkomunikasi di ruang publik secara tidak langsung
bergantung pada masing-masing individu. Setiap pengguna memiliki kendali penuh atas
pengendalian dirinya dan bersikap dewasa dalam melakukan sesuatu serta dapat bertanggung jawab
atas apapun yang diunggah di media sosial. Sebagai pengguna aktif, generasi Z perlu mengetahui
bahwa sistematika berkomunikasi melalui media sosial tidak jauh beda dari berkomunikasi
langsung di dunia nyata. Oleh karena itu, kebebasan komunikasi di media dibatasi oleh nilai,
norma, dan aturan lainnya.
View publication stats

PENUTUP
Etika komunikasi adalah hal penting yang harus dipahami bersama oleh generasi Z. Era digital
memang sedikit nampak seperti sebuah inovasi dan wajah baru. Meskipun begitu, ada banyak sekali
dampak buruk yang bisa ditimbulkan apabila kita tidak menerapkan etika komunikasi. Pentingnya
etika komunikasi juga diperlukan sebagai benteng filtrasi terhadap budaya asing yang tidak sesuai
dengan kebudayaan nasional. Di era seperti saat ini, banyak sekali ideologi yang masuk dengan
mudah di berbagai aplikasi maupun website, kemampuan manajerial dan filtrasi dalam
berkomunikasi sangatlah penting untuk mewaspadai hal tersebut.
Perubahan akan terus terjadi. Sebagai generasi muda kita tidak bisa menolak adanya perubahan
dan kemudian menutup diri. Pendapat ahli harus kita kaji lagi hingga sesuai dengan perkembangan
zaman, dan manajemen baru. Selain itu, kita juga bisa paradigma akan terus bermunculan, hal
terpenting adalah bagaimana kita bisa menyerap dan memaknai etika komunikasi sebagai suatu
dasar penting dalam berinteraksi di era digital.

DAFTAR RUJUKAN

Ihsanullah, MHD. (2016, 5 10). Analysis of social capital in the community college. Use of the
internet:
https://media.neliti.com/media/publications/115827-ID-analisis-modal-sosial-pada-himpunan-pela.p
df

Willard, N. (2005, 5 11). An educator’s guide to cyberbullying and cyberthreats: Responding to the
challenge of online social aggression, threats, and distress. Diambil kembali dari Center for Safe
and Responsible Use of the Internet.:
https://education.ohio.gov/getattachment/Topics/Other-Resources/School-Safety/Safeand-Supportiv
e-Learning/Anti-Harassment-Intimidation-and-Bullying-Resource/Educator-s-Guide-Cyber-Safety.p
df.aspx

Anda mungkin juga menyukai