METODOLOGI
Artikel ini disusun dengan menggunakan studi literature (Supangat 2016),
yaitu teknik pengumpulan data dengan menelaah berbagai sumber seperti
buku, jurnal ilmiah, catatan literatur, artikel ilmiah dan lain sebagainya.
Namun sumber dalam artikel ini kebanyakan berasal dari jurnal ilmiah dan
artikel ilmih yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Hasil
dari pembahasan ini ialah berupa artikel ilmiah yang membahas tentang
etika komunikasi dalam media sosial instagram.
PEMBAHASAN
Jejaring sosial merupakan sebuah situs, dimana semua orang tanpa
terkecuali bebas membuat web page milik pribadi, yang kemudian akan
tehubung dengan teman, kerabat dan lainnya untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi. Jejaring terbesar yang ada diantaranya Facebook, Twitter,
plurk, dan Instagram (uinsby.ac.id, 2013). Jika media tradisional
menggunakan media berupa media cetak dan media broadcast, maka media
sosial menggunakan jejaring internet. Dengan media sosial, orang-orang
dapat mengajak siapa saja yang tertarik untuk ikut berpasrtisipasi dengan
memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta
membagi informasi dalam waktu yang cukup cepat dan tak terbatas.
Media sosial menjadi media instan yang hadir dengan memiliki
berbagai fungsi dalam perannya.Tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk
berkomunikasi, media sosial juga bisa digunakan untuk menggali berbagai
informasi yang dipelukan oleh sang pengguna. Definisi media sosial tidak
serta merta merupakan gagasan yang tidak berdasar yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut. media sosial memiliki peran dan dampak bagi kehidupan
masyarakatyang harus didesain sedemikian rupa agar media sosial tetap
pada fungsi dan tujuan media sosial itu sendiri dan memiliki manfaat dalam
kehidupan setiap individu (eprints.umm.ac.id).
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media
sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses instagram
misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan
menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa
mengakes media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhdap
arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia.
Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan
peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.
Instagram adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk membagi –
bagikan foto dan video. Instagram sendiri masih merupakan bagian dari
facebook yang memungkinkan teman facebook kita mem-follow – akun
Instagram kita. Makin populernya Instagram sebagai aplikasi yang
digunakan untuk membagi foto membuat banyak pengguna yang terun ke
bisnis online turut mempromosikan produk – produknya lewat Instagram
(Nisrina, 2015).
Pada perannya saat ini, media sosial telah membangun sebuah
kekuatan besar dalam membentuk pola perilaku dan berbagai bidang dalam
kehidupan masyarakat, terutam dalam hal beretika ketika mereka sedang
menggunakan media sosial.
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos (kata tunggal) yang berarti:
tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara
berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam
hal ini, kata etika sama pengertianya dengan moral. Moral berasal dari kata
latin: Mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Abbud in
Natta, 2012).
Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai
refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma- norma moral
yang baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun
seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan moral
atau moralitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan,
pantas dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran
moral (Bertenz, 2007).
Perkembangan pengertian etika tidak lepas dari substansinya bahwa
etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat. Istilah lain dari
etika, yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak. Dalam arti ini, etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,
baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan hidup yang
baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibekukan dalam bentuk kaidah,
aturan atau norma yang di sebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan
secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma atau aturan ini pada dasarnya,
menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Atau, etika dipahami sebagai
ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku
manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus
dihindari (Keraf. A. Sonny, 2002).
Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun,
meskipun sama-sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika
dan moral memiliki perbedaan pengertian. Moralitas lebih condong pada
pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri,
sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi
bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan
buruk. Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral.
Secara terminologi etika bisa disebut sebagai ilmu tentang baik dan
buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai. Dalam Islam teori nilai
mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik, netral, buruk
dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhan adalah maha
suci yang bebas dari noda apa pun jenisnya (Sarwoko, 2016).
Etika disebut juga ilmu normatif, karena didalamnya mengandung
norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sebagian
orang menyebut etika dengan moral atau budi pekerti. ilmu etika adalah
ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia dengan dasar
yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat
keyakinan ‘benar dan tidak sesuatu’. Perasaan yang muncul bahwa ia akan
salah melakukan sesuatu yang diayakininya tidak benar berangkat dari
norma-norma moral dan self-respect (menghargai diri) bila ia
meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia
pertangungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya
terhadap orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya
mendapatkan pujian (Faisal, 2006). Etika diartikan sebagai seperangkat
prinsip moral yang memebedakan apa yang benar dan apa yang salah. Etika
merupakan bidang normatif, karena menentukan dan menyarankan apa
yang seharusnya orang lakukan atau hindarkan.
Setiap manusia melakukan tindakan. Menurut pendapat ini,
pertimbangan etika atau morallah yang menentukan tindakan atau perilaku
seseorang. Setiap orang akan mempertimbangkan akibat dari tindakannya
apakah baik atau buruk, benar atau salah, berakibat lebih baik atau lebih
buruk, pantas atau tidak pantas. Ini dilakukan pada suatu momen dan situasi.
Jadi, ada pendapat bahwa etika dan moral itu situasional. Tindakan itu
adalah pilihan, dan pilihan itu memerlukan proses pengambilan keputusan
yang dipandu oleh subjective judgment atau pertimbangan pribadi. Jadi, ada
proses evaluasi moral.
Yang menjadi dasar utama dalam memutuskan pilihan dan tindakan
apa yang akan dilakukan seseorang merujuk kepada komitmen, prinsip,
nilai, dan aturan yang berlaku pada saat dan situasi itu. Memang, tidak ada
tindakan yang dilandasi moral yang hanya ditentukan oleh situasi tanpa
diwarnai komitmen pada suatu prinsip. Prinsip di sini diartikan sebagai
tujuan dalam arti luas yang membantu menentukan keputusan nyata dan
kriteria normatif yang membawa pada situasi nyata (Sofyan, h-15)
Etika atau moral adalah aturan mengenai sikap perilaku dan tindakan
manusia yang hidup bermasyarakat. Etika ini juga bisa sebagai seperangkat
prinsip moral yang membedakan antara yang baik dari yang buruk. Dalam
masyarakat kita tidak hidup sendiri sehingga harus ada aturan yang
dilaksanakan setiap orang agar kehidupan bermasyarakat berjalan dengan
aman, nikmat, dan harmonis. Tanpa aturan ini, kehidupan bisa seperti
neraka, atau seperti di Rimba yang kuat akan menang dan yang lemah akan
tertindas. Maka harus meningkatkan aspek etikanya dan penegakan kode
etik profesi dalam kurikulum dan dalam menjalankan profesinya (Sofyan,
h.15).
Di Indonesia, Instagram lebih populer dibandingkan Twitter. Pengguna
Instagram di Indonesia menggunakan layanan ini untuk mencari informasi
online shop dan menggugah foto liburan dan wisata. Selain itu, dapat
mengetahui berita terbaru dari artis kesukaan. Hal ini tak ada yang bisa
menampik Instagram sebagai latform media sosial yang bakal semakin
berpengaruh di masa mendatang. Instagram adalah sebuh desain yang
memiliki fungsi komunikasi praktis dan menjadi sebuah media komunikasi
praktis dan menjadi sebuah media komunikasi melalu ini signifikasi foto.
Instagram merupakan situs yang digunakan untuk menampilan berupa teks
dan foto, yang seiring zaman digunakan ssebagai penyampai pesan oleh
para pembaca.
Media sosial seakan menjadi tempat menumpahkan cerita segala
aktivitas, luapan emosi dalam bentuk tulisan atau foto yang tidak jarang
mengesampingkan etika yang ada. Media sosial tidak lagi menjadi media
berbagi informasi tapi hanya berbagi sensasi. Jika kemajuan teknologi tidak
dibarengi dengan kemajuan dalam berpikir, yang ada kemajuan teknologi
tersebut berbanding terbalik dalam hal pola berfikir.
Perkembangan teknologi telah membuat pergeseran pemikiran. Etika
yang dulu dianggap penting oleh bangsa Indonesia, seakan menjadi tidak
penting lagi karena adanya tuntutan zaman. Kemudahan dalam mengakses
dan menggunakan media sosial tanpa disadari telah menjebak kita dalam
penurunan etika (Mutiah dan Albar dkk, 2019).
Etika komunikasi sering terpinggirkan, karena etika Berkomunikasi
belum membudaya sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Adapun Etika komunikasi yang baik dalam media sosial adalah
jangan menggunakan kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA; jangan
memposting artikel atau status yang bohong; jangan mencopy paste artikel
atau gambar yang mempunyai hak cipta, serta memberikan komentar yang
relevan.
Gambar yang di upload pada lama instagram (gambar. 1) dari akun
@lambe_turah memberikan pandangan negaif, bahwasannya sekarag
banyak orang kurang beretika. Banyak orang berdiri didalam kereta, namun
kursi kosong malah diisi dengan tas yang dibawa penumpang. Selain
kurangnya etika, hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat kurang
memiliki rasa simpati terhadap orang lain.
Gambar 1. Dari akun instagram
@lambe_turah
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, adapun kesimpulan yang ada
bahwasanya etika komunikasi dalam menggunakan media sosial, khususnya
Instagram sangatlah diperlukan. Hal ini dapat meminimalkan sesuatu
negatif dari tanggapan dan cara pandang seseorang pembaca atau
masyaratat. Selain itu, setiap gambar atau foto yang diupload haruslah
dipilih yang dapat dipublikasikan dan yang menjadi koleksi pribadi. Etika
komunikasi dalam media sosial memang sangat diperlukan, baik tuk
mengupload gambar, menuliskan status ataupun memberikan komentar. Hal
yang anda lakukan di ranah publik itu bersifat sosial. Semua khalayak
masyarakat terbuka dan berhak memberi komentar ataupun hal positif atau
negatif lain tanpa ada batasnya. Jadi sebelum anda mengupload, menulis
atau memberi komentar, baiknya memeriksa kembali.
Peran orang tua untuk mengawasi anaknya bermain media sosial juga
sangat penting. Terkadang orangtua tidak mengetahui bagaimana perilaku
anaknya di media sosial. Karena itu perlu kesadaran diri sendiri, pengaruh
lingkungan sekitar dan orangtua untuk memperbaiki perilaku di media
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja
Grafindo, 2012), h.75
Afriani, F., Azmi, A. (2020). Penerapan Etika Komunikasi di Media Sosial:
Analisis Pada Grup WhatsApps Mahasiswa PPKn Tahun Masuk 2016
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Journal of Civic
Education (ISSN: 2622-237X) Volume 3 No. 3 2020
Fahrimal, Y. (2018). Netiquette: Etika Jejaring Sosial Generasi Milenial
dalam Media Sosial. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi
Pembangunan, 22(1), 69-78.
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana Perdana
Media Group, 2006), eet. Ke -1, h.5
K. Bertenz, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 22
Keraf. A. Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002),
h.2
M. Nisrina, Bisnis Online, Manfaat Media Sosial Dalam Meraup Uang,
(Yogyakarta: Kobis, 2015) hal. 137
Mutiah, T., Albar, I., Fitriyanto, A. R., & Rafiq, A. (2019). Etika
Komunikasi dalam menggunakan Media Sosial.
Prasanti, D., & Indriani, S. S. (2017). Etika Komunikasi dalam Media
Sosial Bagi Ibu-Ibu PKK di Desa Mekarmukti Kab. bandung Barat (Studi
Deskriptif Kualitatif Tentang Etika Komunikasi dalam Media Sosial Bagi
Ibu-ibu Pkk di Desa Mekarmukti Kab. bandung Barat). Profetik: Jurnal
Komunikasi, 10(1), 21-34.
Rifauddin, M. (2016). Fenomena cyberbullying pada remaja. Khizanah
al-Hikmah: Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, 4(1),
35-44.
Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta: Salemba), h. 80
(2016)
SN Febriyanti, RP Tutiasri - Jurnal Ilmu Komunikasi, 2018. Etika
komunikasi netizen di media sosial
Supangat, 2016. Penggunaan Webqual Untuk Penentuan Tingkat
Kebergunaan Pada Website (Studi Kasus pada Tekik Sipil UNTAG
SURABAYA). Vol 12 No 2 (2016)
Wahyudin, U., & El Karimah, K. (2017). Etika Komunikasi di Media Sosial.
PROSIDING KOMUNIKASI, 1(2).