Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL

DUNIA KOMUNIKASI INSTAGRAM DALAM ETIKA


BERMEDIA SOSIAL
Oleh: Luh Putu Anggreny (2112061001)
Ilmu Komunikasi 2A
ABSTRAK
Dewasa ini, zaman yang serba dengan teknologi, sosial media menjadi
kebutuhan penting bagi masyarakat. Penggunaan media sosial sebagai
sarana komunikasi harus memperhatikan unsur etika agar tidak terjadi
kerugian bagi pihak-pihak tertentu dan berujung pada tindakan pelanggaran
hukum, seperti yang diatur pada UU ITE, UU Nomer 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Mengontrol perilaku dimedia
sosial sudah semestinya dilakukan.namun masih saja banyak orang yang
abai akan hal tersebut. Tak hanya terjadai penyerangan dalam kolom
komentar akun. Sosial media juga menampilkan kejahatan seperti kasus
rasisme, kata-kata sarkas, Cibberbulliying dan kasus fanatisme yang
begitu tinggi. Peran orang tua untuk mengawasi anaknya bermain media
sosial juga sangat penting. Terkadang orangtua tidak mengetahui
bagaimana perilaku anaknya di media sosial. Karena itu perlu kesadaran
diri sendiri, pengaruh lingkungan sekitar dan orangtua untuk memperbaiki
perilaku di media sosial.
Kata Kunci : Sosial Media, Etika, Kasus Etika Bersosialmedia
ABSTRACK
Today, in an age full of technology, social media has become an important
need for society. The use of social media as a means of communication
must pay attention to ethical elements so that there are no losses for certain
parties and lead to legal violations, as regulated in the ITE Law, Law
Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions.
Controlling behavior on social media should be done, but there are still
many people who ignore it. There were not only attacks in the account
comments column. Social media also displays crimes such as cases of
racism, sarcasm, Cibberbulliying and cases of fanaticism that are so high.
The role of parents to supervise their children playing social media is also
very important. Sometimes parents don't know how their children behave
on social media. Because it needs self-awareness, the influence of the
surrounding environment and parents to improve behavior on social media.
Keywords : Social Media, Ethics, Cases of Ethics in Social Media
PENDAHULUAN
Dewasa ini, zaman yang serba dengan teknologi, sosial media menjadi
kebutuhan penting bagi masyarakat. Tak jarang banyak orang ingin
terhubung dengan dunia luar melalui sosial media. Hubungan beragam yang
terbangun karena jaringan luar sosial media, dari orang terdekat, kerabat,
relasi hinga orang tak dikenal sekalipun. Mutiah dan Albar dkk (2019)
menyatakan bahwa kemajuan teknologi yang pesat dibidang komunikasi
telah melahirkan banyak inovasi dan gagasan baru, ide yang bertujuan
untuk memudahkkan proses komunikasi, manusia menjadi lebih efektif.
Komunikasi melalui sosial media mempermudah proses komunikasi.
Penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi harus
memperhatikan unsur etika agar tidak terjadi kerugian bagi pihak-pihak
tertentu dan berujung pada tindakan pelanggaran hukum (Afriani dan Azmi,
2020). Etika berkomunikasi di internet yang dikenal dengan istilah dengan
Netiquette Fahrimal (2018) Netiquette merupakan aturan dan tata cara
penggunaan internet sebagai alat komunikasi atau pertukaran data
antar-sekelompok orang dalam sistem yang termediasi.
Sama seperti aturan etika di dunia nyata, netiquette juga mendorong
para pengguna untuk taat pada aturan etis dan moral –yang meskipun tidak
tertulis untuk menciptakan ruang bersama yang nyaman, tentram, dan
damai. Berkomunikasi di media sosial dan dunia nyata tidak ada bedanya,
tentu harus memperhatikan norma dan aturannya. Namun, tidak semua
penggunanya menerapkan etika tersebut dalam menggunakan media sosial.
Media sosial dijadikan tempat mengungkapan amarah, kebencian, caci-
maki, penghinaan, cyber bullying.

METODOLOGI
Artikel ini disusun dengan menggunakan studi literature (Supangat 2016),
yaitu teknik pengumpulan data dengan menelaah berbagai sumber seperti
buku, jurnal ilmiah, catatan literatur, artikel ilmiah dan lain sebagainya.
Namun sumber dalam artikel ini kebanyakan berasal dari jurnal ilmiah dan
artikel ilmih yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Hasil
dari pembahasan ini ialah berupa artikel ilmiah yang membahas tentang
etika komunikasi dalam media sosial instagram.
PEMBAHASAN
Jejaring sosial merupakan sebuah situs, dimana semua orang tanpa
terkecuali bebas membuat web page milik pribadi, yang kemudian akan
tehubung dengan teman, kerabat dan lainnya untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi. Jejaring terbesar yang ada diantaranya Facebook, Twitter,
plurk, dan Instagram (uinsby.ac.id, 2013). Jika media tradisional
menggunakan media berupa media cetak dan media broadcast, maka media
sosial menggunakan jejaring internet. Dengan media sosial, orang-orang
dapat mengajak siapa saja yang tertarik untuk ikut berpasrtisipasi dengan
memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta
membagi informasi dalam waktu yang cukup cepat dan tak terbatas.
Media sosial menjadi media instan yang hadir dengan memiliki
berbagai fungsi dalam perannya.Tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk
berkomunikasi, media sosial juga bisa digunakan untuk menggali berbagai
informasi yang dipelukan oleh sang pengguna. Definisi media sosial tidak
serta merta merupakan gagasan yang tidak berdasar yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut. media sosial memiliki peran dan dampak bagi kehidupan
masyarakatyang harus didesain sedemikian rupa agar media sosial tetap
pada fungsi dan tujuan media sosial itu sendiri dan memiliki manfaat dalam
kehidupan setiap individu (eprints.umm.ac.id).
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media
sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses instagram
misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan
menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa
mengakes media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhdap
arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia.
Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan
peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.
Instagram adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk membagi –
bagikan foto dan video. Instagram sendiri masih merupakan bagian dari
facebook yang memungkinkan teman facebook kita mem-follow – akun
Instagram kita. Makin populernya Instagram sebagai aplikasi yang
digunakan untuk membagi foto membuat banyak pengguna yang terun ke
bisnis online turut mempromosikan produk – produknya lewat Instagram
(Nisrina, 2015).
Pada perannya saat ini, media sosial telah membangun sebuah
kekuatan besar dalam membentuk pola perilaku dan berbagai bidang dalam
kehidupan masyarakat, terutam dalam hal beretika ketika mereka sedang
menggunakan media sosial.
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos (kata tunggal) yang berarti:
tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara
berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam
hal ini, kata etika sama pengertianya dengan moral. Moral berasal dari kata
latin: Mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Abbud in
Natta, 2012).
Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai
refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma- norma moral
yang baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun
seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan moral
atau moralitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan,
pantas dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran
moral (Bertenz, 2007).
Perkembangan pengertian etika tidak lepas dari substansinya bahwa
etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat. Istilah lain dari
etika, yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak. Dalam arti ini, etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,
baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan hidup yang
baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibekukan dalam bentuk kaidah,
aturan atau norma yang di sebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan
secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma atau aturan ini pada dasarnya,
menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Atau, etika dipahami sebagai
ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku
manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus
dihindari (Keraf. A. Sonny, 2002).
Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun,
meskipun sama-sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika
dan moral memiliki perbedaan pengertian. Moralitas lebih condong pada
pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri,
sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi
bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan
buruk. Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral.
Secara terminologi etika bisa disebut sebagai ilmu tentang baik dan
buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai. Dalam Islam teori nilai
mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik, netral, buruk
dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhan adalah maha
suci yang bebas dari noda apa pun jenisnya (Sarwoko, 2016).
Etika disebut juga ilmu normatif, karena didalamnya mengandung
norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sebagian
orang menyebut etika dengan moral atau budi pekerti. ilmu etika adalah
ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia dengan dasar
yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat
keyakinan ‘benar dan tidak sesuatu’. Perasaan yang muncul bahwa ia akan
salah melakukan sesuatu yang diayakininya tidak benar berangkat dari
norma-norma moral dan self-respect (menghargai diri) bila ia
meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia
pertangungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya
terhadap orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya
mendapatkan pujian (Faisal, 2006). Etika diartikan sebagai seperangkat
prinsip moral yang memebedakan apa yang benar dan apa yang salah. Etika
merupakan bidang normatif, karena menentukan dan menyarankan apa
yang seharusnya orang lakukan atau hindarkan.
Setiap manusia melakukan tindakan. Menurut pendapat ini,
pertimbangan etika atau morallah yang menentukan tindakan atau perilaku
seseorang. Setiap orang akan mempertimbangkan akibat dari tindakannya
apakah baik atau buruk, benar atau salah, berakibat lebih baik atau lebih
buruk, pantas atau tidak pantas. Ini dilakukan pada suatu momen dan situasi.
Jadi, ada pendapat bahwa etika dan moral itu situasional. Tindakan itu
adalah pilihan, dan pilihan itu memerlukan proses pengambilan keputusan
yang dipandu oleh subjective judgment atau pertimbangan pribadi. Jadi, ada
proses evaluasi moral.
Yang menjadi dasar utama dalam memutuskan pilihan dan tindakan
apa yang akan dilakukan seseorang merujuk kepada komitmen, prinsip,
nilai, dan aturan yang berlaku pada saat dan situasi itu. Memang, tidak ada
tindakan yang dilandasi moral yang hanya ditentukan oleh situasi tanpa
diwarnai komitmen pada suatu prinsip. Prinsip di sini diartikan sebagai
tujuan dalam arti luas yang membantu menentukan keputusan nyata dan
kriteria normatif yang membawa pada situasi nyata (Sofyan, h-15)
Etika atau moral adalah aturan mengenai sikap perilaku dan tindakan
manusia yang hidup bermasyarakat. Etika ini juga bisa sebagai seperangkat
prinsip moral yang membedakan antara yang baik dari yang buruk. Dalam
masyarakat kita tidak hidup sendiri sehingga harus ada aturan yang
dilaksanakan setiap orang agar kehidupan bermasyarakat berjalan dengan
aman, nikmat, dan harmonis. Tanpa aturan ini, kehidupan bisa seperti
neraka, atau seperti di Rimba yang kuat akan menang dan yang lemah akan
tertindas. Maka harus meningkatkan aspek etikanya dan penegakan kode
etik profesi dalam kurikulum dan dalam menjalankan profesinya (Sofyan,
h.15).
Di Indonesia, Instagram lebih populer dibandingkan Twitter. Pengguna
Instagram di Indonesia menggunakan layanan ini untuk mencari informasi
online shop dan menggugah foto liburan dan wisata. Selain itu, dapat
mengetahui berita terbaru dari artis kesukaan. Hal ini tak ada yang bisa
menampik Instagram sebagai latform media sosial yang bakal semakin
berpengaruh di masa mendatang. Instagram adalah sebuh desain yang
memiliki fungsi komunikasi praktis dan menjadi sebuah media komunikasi
praktis dan menjadi sebuah media komunikasi melalu ini signifikasi foto.
Instagram merupakan situs yang digunakan untuk menampilan berupa teks
dan foto, yang seiring zaman digunakan ssebagai penyampai pesan oleh
para pembaca.
Media sosial seakan menjadi tempat menumpahkan cerita segala
aktivitas, luapan emosi dalam bentuk tulisan atau foto yang tidak jarang
mengesampingkan etika yang ada. Media sosial tidak lagi menjadi media
berbagi informasi tapi hanya berbagi sensasi. Jika kemajuan teknologi tidak
dibarengi dengan kemajuan dalam berpikir, yang ada kemajuan teknologi
tersebut berbanding terbalik dalam hal pola berfikir.
Perkembangan teknologi telah membuat pergeseran pemikiran. Etika
yang dulu dianggap penting oleh bangsa Indonesia, seakan menjadi tidak
penting lagi karena adanya tuntutan zaman. Kemudahan dalam mengakses
dan menggunakan media sosial tanpa disadari telah menjebak kita dalam
penurunan etika (Mutiah dan Albar dkk, 2019).
Etika komunikasi sering terpinggirkan, karena etika Berkomunikasi
belum membudaya sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Adapun Etika komunikasi yang baik dalam media sosial adalah
jangan menggunakan kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA; jangan
memposting artikel atau status yang bohong; jangan mencopy paste artikel
atau gambar yang mempunyai hak cipta, serta memberikan komentar yang
relevan.
Gambar yang di upload pada lama instagram (gambar. 1) dari akun
@lambe_turah memberikan pandangan negaif, bahwasannya sekarag
banyak orang kurang beretika. Banyak orang berdiri didalam kereta, namun
kursi kosong malah diisi dengan tas yang dibawa penumpang. Selain
kurangnya etika, hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat kurang
memiliki rasa simpati terhadap orang lain.
Gambar 1. Dari akun instagram
@lambe_turah

Selain itu, adapun etika


komunikasi dalam Instagram
adalah jangan membanjiri
Photo Feed, Jangan sering
narsis, dan Make conversation
(Memberi komentar dan
membalas komentar dengan
baik).

Gambar 2. dari akun


@lambe_turah
Salah satu bentuk kebijakan
memberikan informasi adalah dengan
cara memberikan informasi dari
sumber yang dapat dipercayaca.
Menurut Rifauddin (2016) kebijakan
bermedia seperti tidak memposting
status yang berbau SARA baik dalam
bentuk tulisan, gambar, maupin video.
Selanjutnya Wahyudin dan Karimah
(2016) etika berkomunikasi di media
sosial.
Sebaiknya memposting konten
yang bermanfaat atau berfaedah untuk
kepentingan bersama dan sebelum
memposting sebaiknya memeriksa dan
mempertimbangkan kembali hal-hal
yang akan diposting, Dan hal yang
perlu diperhatikan adalah menghindari
konten yang akan menimbulkan konflik seperti kekerasan, hoax,
pornogrrafi dan isu SARA. Menurut Prasanti dan Indriani (2017)
Tersedianya menu kolom untuk men share di media sosial bukan tidak
berarti semua harus ditulis dan dibagikan.
Media sosial memberikan kebebasan bagi setiap penggunanya namun
kebebasan itu tentu ada batasan, hak orang lain agar terciptanya
keharmonisan dalam berkomunikasi.Menurut Machsun Rifauddin (2016)
dalam menggunakan media sosial d iharapkan mampu membedakan
obrolan yang bersifat pribadi dan publik, hal ini dilakukan untuk
menghindari kejahatan yang tidak diinginkan.
Menurut Wahyudin dan Karimah (2016) gambar yang mempunyai hak
cipta tidak boleh ditiru. Selanjutnya Menurut Fahrimal (2018), jika terjadi
perdebatan dalam menggunakan media sosial maka sebaiknya dilakukan
diskusikan bukan menyerang langsung di media sosial, jangan sampai kita
membuat keterangan dan batasi diri sendiri untuk memilih postingan
dimana yang harus diposting dan tidak harus diposting karena
sesungguhnya tidak ada kebebasan yang mutlak dan kebebasan berpendapat
mutlak di media sosial.
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat
gambaran dalam penerapan etika komunikasi di media sosial instagram.
Penerapan etika, dengan menghargai privasi orang lain, masih kurang baik
penerapanya dalam berkomunikasi di sosial media. Hal ini dibuktikan
dengan adanya saling menuduh satu sama lain, dan juga saling
menyerang secara pribadi dalam grup ataupun komentar pada akun sosial
media instagram. Selain itu, menyebarkan informasi yang sivatnya lebih
privasi dan adanya bullying dalam akun sosial media instagram masih
sangat perlu untuk diperhatikan.
Mengontrol perilaku dimedia sosial sudah semestinya dilakukan.namun
masih saja banyak orang yang abai akan hal tersebut. Tak hanya terjadai
penyerangan dalam kolom komentar akun. Sosial media juga menampilkan
kejahatan seperti kasus rasisme, kata-kata sarkas, Cibberbulliying dan
kasus fanatisme yang begitu tinggi.
Salah satu kasus yang paling sering ditemukan adalah cyber bully,
dimana seseorang yang melalukan kesalahan atau terlihat memiliki
kesalahan, maka akan diserang oleh orang-orang dengan kata-kata makian,
hinaan, kata-kata kotor hingga merendahkan korban ﴾tianynrbel and Tutiasri.
2019﴿.
Seperti yang terlihat pada komentar di
akun instagram @putridelinaa, seorang
selebritis tanah air.

Terlihat jelas bahwa etika berkomunikasi


di sosial media terkhusus instagram masih
sangat kurang. Terbukti pada gambar, akun
instagram dari @putridelinaa ramai
dibanjiri hujatan oleh para netizen. Dalam
komentar yang begitu menohok, para
netizen beramai-ramai memberikan
hujatan dan menyerang akun dari putri
delina tersebut dengan kata-kata kurang
enak dibaca. Tak hanya itu, banyak netizen
yang juga mengomentari cara berpacaran
dari putri yang menimbulkan pandangan
bahwa ia melakukan “kumpul
kebo”bersama kekasihnya.
Gambar 3. komentar pada akun
Instagram @putridelinaa

Karena hal inilah, akun instagram @putridelinaa dimatikan kolom


komentarnya, agar tidak lagi mendapatkan komentar negatif netizen yang
semakin hari semakin ramai.
Tak hanya berhenti sampai
disana, putri delina pun di cap
sebagai anak duhaka dan tidak
tahu diri oleh para netizen. Hal ini
terlihat pada gambar 4. banyak
netizen berkata bahwa putri tidak
bersyukur memiliki ibu sambung
yang begitu baik.

Gambar 4. komentar pada akun instagram @putridelinaa


Dalam hal ini, netizen terlalu mencampuri urusan dan masalah yang
privasi dari sosok putri.Terlihat pula pada komentar, netizen memberikan
doa yang kurang baik kepada putri. Hal ini terlihat dari komentar oleh akun
instagram @jey_permata_sari. Akun tersebut bekomentar, semoga putri
segera memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Kurangnya etika
berkomunikasi di sosial media, menyebabkan masyarakat abai akan suat hal
yang menjadi privasi dari setiap orang.
Sosial media Instagram juga menjadi tempat penyebaran dari budaya
Korean Wave di Indonesia. Banyak akun Instagram yang terbuat dari akun
fake dan fans-club dari K-Pop. Dalam hal ini, kurangnya etika
berko-munikai terlihat dari adanya sikap fanatisme yang dimiiliki oleh fans
idol dari negara korea.
Fanatisme sendiri memiliki arti sebagai suatu sikap atau perilaku
yangdilakukan oleh seseorang untuk menunjukan ketertarikan terhada
sesuatu secara berlebihan. Dalam dunia K-Pop, sebutan “Fans Korea”
menjadi salah satu sebutan terhadap orang - orang yang memiliki min-at
pada segala bentuk budaya yang dibawa oleh Korea Selatan.
Instagram menjadi salah satu platform yang lumrah tentang suatu
perilaku fanatisme. Hal tersebut biasanya terjadi dipicu karena adanya
rasacinta yang berlebih ditujukan kepada idolanya. Terdapat beberapa
oknum atau kelompok yang memiliki sikap fanatik atau mengagung -
agungkan idolanya contohnya seperti beberapa penggemar BTS. Sikap
fanatik yang bisa ditimbulkan seperti keributan, saling melontarkan ujaran
kebencian melalui hate comment yang pada akhirnya bisa menyebabkan
fanwar antara fans K-Pop. Salah satu K-Pop yang paling hits di tanah air
adalah BTS. BTS merupakan singkatan dari Bangtan Boys, yang
merupakan idol laki-laki dengan berjuta penggemar.

Gambar 5. Komentar oleh @infobts.ina2


Gambar 6. Caption oleh @bangtan.fact_indo

Salah satu contoh fanatisme yang diutarakan mereka terhadap BTS


melalui Instagram terdapat pada komentar dan caption yang diutarakan oleh
(@infobts.ina2) dan (@bangtan.fact_indo). Terlihat jelas juga pada
komentar – komentar yang dilontarkan oleh penggemar yang sangat
antusias kepada BTS. Para penggemar juga memiliki sikap empati yang
ditunjukkan terlihat dari contohnya yang tetap mendukung BTS di setiap
komentar yang diberikan di Instagram milik akun BTS. Empati tersebut
merupakan bentuk fanatisme yang terjadi antara hubungan penggemar dan
idola. Kemudian bentuk lainnya adalah kesetiaan dan kecintaan penggemar
yang diberikan melalui dukungan yang diberikan lewat media sosial BTS.
Fanatisme bisa dilihat melalui media sosial yang digunakan sebagai
salah satu alat untuk melihat bagaimana bentuk – bentuk fanatisme fans.
Media sosial yang dapat menunjukkan bentuk – bentuk kefanatikan fans
adalah Instagram. Hal tersebut dapat dilihat melalui postingan – postingan
penggemar yang menunjukkan sikap empati terhadap perasaan yang
dialami oleh idolanya. Sehingga dapat diketahui bahwa penggemar tersebut
merupakan penggemar yang sangat mencintai idolanya.
Para penggemar yang sangat menggemari BTS ini akan melakukan
konformitas agar tidak diejek atau terhindar dari bully terhadap sesama
penggemar grup musik BTS. Hal tersebut juga menjadi sebuah penolakan,
pelecehan, atau ejekan serta perilaku informasional yang memiliki arti
sebagai perilaku orang lain yang selalu memberikan informasi bermanfaat
kepada diri kita, sehingga menyebabkan terpengaruh serta percaya
sepenuhnya terhadap informasi yang disampaikan tersebut.
Hal ini juga termasuk di dalam kurangnya etika ketika berkomunikasi
melalui sosial media, yang mana akan meninggalkan jejak digital yang
nantinya dapat merugikan diri kita sendiri.
Sebesar itu pengaruh dari pengguna sosial media yang tidak bisa
menjaga etikanya. Namun sayangnya walau sudah banyak kasus seperti itu
masih banyak pengguna media sosial yang tidak bisa mengontrol
perilakunya di media sosial. Hal seperti ini dapat terjadi karena tidak
adanya batasan dalam menyampainkan pendapat di media sosial. Memang
sudah peraturan yang dituliskan dalam UU Nomer 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik ﴾UU ITE﴿ yang mengatur tentang
informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum.
Harus ada kesadaran dari diri sendiri agar kasus seperti itu tidak terjadi
lagi. Tidak hanya dalam menuliskan komentar tapi juga harus bijak dalam
membuat postingan atau konten. Banyak konten di Instagram, Youtube,
maupun Tiktok yang tidak baik. Begitu pun dengan banyaknya komentar
nyinyiran yang tidak baik. Dan hal itu kebanyakan dilakukan oleh anak
remaja jaman sekarang ini. Peran orang tua untuk mengawasi anaknya
bermain media sosial juga sangat penting. Terkadang orangtua tidak
mengetahui bagaimana perilaku anaknya di media sosial. Karena itu perlu
kesadaran diri sendiri, pengaruh lingkungan sekitar dan orangtua untuk
memperbaiki perilaku di media sosial.

PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, adapun kesimpulan yang ada
bahwasanya etika komunikasi dalam menggunakan media sosial, khususnya
Instagram sangatlah diperlukan. Hal ini dapat meminimalkan sesuatu
negatif dari tanggapan dan cara pandang seseorang pembaca atau
masyaratat. Selain itu, setiap gambar atau foto yang diupload haruslah
dipilih yang dapat dipublikasikan dan yang menjadi koleksi pribadi. Etika
komunikasi dalam media sosial memang sangat diperlukan, baik tuk
mengupload gambar, menuliskan status ataupun memberikan komentar. Hal
yang anda lakukan di ranah publik itu bersifat sosial. Semua khalayak
masyarakat terbuka dan berhak memberi komentar ataupun hal positif atau
negatif lain tanpa ada batasnya. Jadi sebelum anda mengupload, menulis
atau memberi komentar, baiknya memeriksa kembali.
Peran orang tua untuk mengawasi anaknya bermain media sosial juga
sangat penting. Terkadang orangtua tidak mengetahui bagaimana perilaku
anaknya di media sosial. Karena itu perlu kesadaran diri sendiri, pengaruh
lingkungan sekitar dan orangtua untuk memperbaiki perilaku di media
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja
Grafindo, 2012), h.75
Afriani, F., Azmi, A. (2020). Penerapan Etika Komunikasi di Media Sosial:
Analisis Pada Grup WhatsApps Mahasiswa PPKn Tahun Masuk 2016
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Journal of Civic
Education (ISSN: 2622-237X) Volume 3 No. 3 2020
Fahrimal, Y. (2018). Netiquette: Etika Jejaring Sosial Generasi Milenial
dalam Media Sosial. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi
Pembangunan, 22(1), 69-78.
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana Perdana
Media Group, 2006), eet. Ke -1, h.5
K. Bertenz, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 22
Keraf. A. Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002),
h.2
M. Nisrina, Bisnis Online, Manfaat Media Sosial Dalam Meraup Uang,
(Yogyakarta: Kobis, 2015) hal. 137
Mutiah, T., Albar, I., Fitriyanto, A. R., & Rafiq, A. (2019). Etika
Komunikasi dalam menggunakan Media Sosial.
Prasanti, D., & Indriani, S. S. (2017). Etika Komunikasi dalam Media
Sosial Bagi Ibu-Ibu PKK di Desa Mekarmukti Kab. bandung Barat (Studi
Deskriptif Kualitatif Tentang Etika Komunikasi dalam Media Sosial Bagi
Ibu-ibu Pkk di Desa Mekarmukti Kab. bandung Barat). Profetik: Jurnal
Komunikasi, 10(1), 21-34.
Rifauddin, M. (2016). Fenomena cyberbullying pada remaja. Khizanah
al-Hikmah: Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, 4(1),
35-44.
Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta: Salemba), h. 80
(2016)
SN Febriyanti, RP Tutiasri - Jurnal Ilmu Komunikasi, 2018. Etika
komunikasi netizen di media sosial
Supangat, 2016. Penggunaan Webqual Untuk Penentuan Tingkat
Kebergunaan Pada Website (Studi Kasus pada Tekik Sipil UNTAG
SURABAYA). Vol 12 No 2 (2016)
Wahyudin, U., & El Karimah, K. (2017). Etika Komunikasi di Media Sosial.
PROSIDING KOMUNIKASI, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai