Anda di halaman 1dari 9

Etiket Digital dalam Menavigasi Internet

Santri perlu mengetahui tentang etika dan etiket digital dalam menavigasi di internet. Etika dan etiket tidaklah sama.
Etika akan membimbing santri dalam membuat keputusan yang etis, sementara etiket akan membantu santri
bertindak sesuai norma-norma sosial online (Microsoft, 2013: 4). Etiket digital mengarahkan santri untuk memiliki
kepekaan terhadap orang lain. Maksudnya, santri bisa menempatkan posisi dirinya sebagai orang lain.Pada
kesempatan lain, Ramli (2012) menyebutkan bahwa etika dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sangatlah diperlukan. Etika TIK yang dimaksud adalah sekumpulan nilai yang berkenaan dengan akhlak atau
sopan santun mengenai benar atau salah. Untuk menerapkan etika TIK tersebut perlu adanya prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah; 1) Tujuan teknologi dan informasi. TIK memberikan
bantuan kepada manusia untuk menyelesaikan masalah, menghasilkan kreativitas, dan membuat manusia lebih
produktif. 2) Prinsip high-tech-high-touch, artinyatidak memiliki ketergantungan dengan teknologi tercanggih tetapi
meningkatkan aspek “high touch” yakni manusia itu sendiri. 3) TIK menyesuaikan kebutuhan manusia. TIK menjadi
sarana untuk mendukunga
96ktivitas manusia bukan justru manusia yang menyesuaikan teknologi (Ramli, 2012: 136

James Zanden, seorang sosiolog, mendefinisikan sosialisasi sebagai "suatu proses interaksi sosial dengan mana
orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam
masyarakat."

Berdasarkan definisi tersebut, sosialisasi dapat diringkaskan dalam dua kata, yakni "proses" dan "tujuan". Artinya,
sosialisasi merupakan proses berinteraksi dengan berbagai hal, yang tujuannya adalah terjun di dalam masyarakat.
Dalam proses sosialisasi yang dimaksud, media sosial ditetapkan sebagai salah satu "agen sosialisasi".

Sebagai agen sosialisasi, media sosial memiliki peranan penting dalam proses membentuk cara pandang, berpikir,
bertindak, dan bersikap yang tujuan akhirnya adalah tercapainya tujuan sosialisasi, yakni manusia dapat ikut
berpartisipasi dalam masyarakat. Oleh karena itu, media sosial bukanlah tujuan dari sosialisasi, melainkan sebagai
salah satu agen yang membantu tercapainya tujuan sosialisasi.

Jika media sosial dipahami sebagai agen sosialisasi, maka tidak tepat jika media sosial disebut sebagai media yang
antisosial. Sebagai agen, media sosial bertugas untuk membantu manusia dalam proses bersosialisasi. Kehadirannya
pun bukan hanya untuk menjembatani jarak dan waktu, tetapi juga membuka pintu interaksi dan komunikasi, baik
secara personal maupun komunal.

Meskipun demikian, media sosial memang berpotensi untuk membuat penggunanya menjadi antisosial. Akan tetapi,
media sosial pada dirinya sendiri diciptakan sebagai alat yang pro terhadap sosial. Oleh sebab itu, sebagai alat, maka
yang bertanggung jawab penuh atasnya adalah "penggunanya".

Prinsip Bermedia Sosial

Dalam hal ini, menurut saya, ada tiga prinsip esensial yang harus diketahui oleh pengguna media sosial sebelum
telanjur menjadi antisosial. Prinsip pertama adalah prinsip media sosial sebagai media dan bukan tujuan. Prinsip ini
adalah prinsip yang hakiki, tetapi sering terabaikan, sehingga berdampak pada munculnya sikap antisosial.

Banyak di antara pengguna media sosial secara tidak sadar menjadikan media sosial sebagai tujuan dari sosialisasi,
padahal media sosial hanya berperan sebagai media, yang membantu manusia mencapai tujuan dari sosialisasi,
yakni terjun secara nyata di dalam masyarakat.

Prinsip kedua adalah prinsip dua arah dari media sosial. Prinsip ini ingin mengatakan bahwa media sosial tidak
diciptakan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan agar terciptanya interaksi dan komunikasi dua arah, baik secara
personal maupun komunal. Namun, prinsip ini sering dilupakan karena banyak pemakai media sosial yang hanya
berpusat pada dirinya sendiri.

Seorang ahli psikologi, dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa di dunia maya, budaya membicarakan tentang
diri sendiri mendapat ruang yang lebih besar, sehingga penggunanya cenderung mengabaikan orang lain. Dampak
dari sikap egosentris ini adalah hilangnya prinsip dua arah dari media sosial. Terlalu banyak membicarakan mengenai
diri sendiri berpotensi menghilangkan kesempatan untuk mendengar dan memerhatikan cerita orang lain. Akibatnya,
yang tercipta adalah jurang komunikasi antara satu pengguna dengan pengguna media sosial yang lain. Jurang
tersebutlah yang pada akhirnya menjadi benih yang menumbuhkan sikap antisosial.

Prinsip ketiga adalah tentang adanya kepuasan sosialisasi di dunia nyata yang tidak didapatkan di dunia maya.
Banyak pengguna media sosial yang tidak sadar bahwa ada kepuasan tersendiri ketika menjalani proses sosialisasi di
dunia nyata dan kepuasan itu tidak dapat ditemukan di dunia maya. Prinsip ini juga ditegaskan oleh Brian A. Primack
dalam penelitiannya mengenai teknologi dan kesehatan. Ia mengatakan bahwa "mereka yang banyak menggunakan
media sosial tak punya banyak waktu untuk menjalani pengalaman sosial langsung yang lebih memuaskan." Artinya,
kepuasan dalam proses sosialisasi di dunia nyata sama sekali tidak dapat ditukar oleh media sosial.
Proses sosialisasi di dunia nyata menyimpan banyak keindahan. Sentuhan fisik, gerak tubuh, dan tatapan mata
merupakan beberapa bentuk keindahan yang hanya dapat diperoleh dalam proses sosialisasi di dunia nyata.
Seandainya pengguna media sosial dapat memahami prinsip ini, maka tidak ada lagi alasan baginya untuk melanyak
proses sosialisasi di dunia nyata.

Bermedia Sosial dengan Waras

Media sosial hanyalah alat yang membantu manusia supaya lebih mudah dalam proses bersosialisasi di dunia nyata.
Namun karena pemahaman yang tumpul akan fungsi dan peran tersebut, banyak pengguna media sosial yang
akhirnya terperangkap dalam sikap antisosial. Oleh karena itu, untuk menghindari dampak tersebut, maka perlu ada
edukasi khusus untuk para pengguna media sosial.

Edukasi tersebut bisa dilakukan secara nyata di rumah, di sekolah, dan di tempat ibadah. Edukasi itu pun dapat
dilakukan di dunia maya, dengan cara mendiskusikan topik-topik seperti ini, baik di dalam grup diskusi ataupun
secara perseorangan. Selain itu, menulis di media sosial juga menjadi cara terbaik untuk mendidik penggunanya.
Tulisan yang dibaca oleh pengguna media sosial akan berpengaruh dalam cara ia menggunakan media sosial.

Jika tulisan yang dibaca bersifat konstruktif dan dapat membangun kesadaran akan pentingnya keseimbangan
sosialisasi di dunia maya dan di dunia nyata, maka pengguna akan semakin bijak dalam memanfaatkan media sosial.
Sebaliknya, jika tulisan yang sering dibaca oleh pengguna media sosial bersifat destruktif dan tidak membangun
kesadaran dalam penggunaan media sosial, maka sudah pasti efek buruk dari media sosial lebih mungkin untuk
terjadi. Oleh karena itu, di era media sosial ini, setiap kita ditantang agar bisa menjadi waras dalam bermedia sosial.

Netiket atau Nettiquette adalah etika dalam berkomunikasi lewat internet. Netiket memiliki fungsi yang sama dengan
Netiquette yang ada di dalam lingkungan sosial manusia, yaitu merupakan tata krama atau sopan santun yang harus
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. Kebanyakan netiket yag sering digunakan mengacu pada
standar netiket yag ditetapkan oleh IETF ( The Internet Engineering Tasking Force), yaitu suatu komunitas
masyarakat internasional yang terdiri dari para perancang jaringan, operator, penjual dan peneliti yang terkait dengan
evolusi arsitektur dan pengoperasian internet.

Pentingnya Etika di dunia maya

Beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam dunia maya adalah sebagai berikut:

1. Bahwa pengguna internet berasal dari berbagai Negara yang mungkin memiliki budaya, bahasa dan adat
istiadat yang berbeda-beda.
2. Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anonymouse, yang tidak mengharuskan
pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
3. Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis
seperti misalnya ada juga penghuni yang suka iseng dengan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya
dilakukan.
4. Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah setiap saat dan memungkinkan
masuknya “penghuni” baru diduniamaya tersebut.

ATURAN UMUM

1. Kita semua manusia, bahkan saat berada di Internet sekalipun.


2. Ikuti aturan seperti di kehidupan nyata Anda saat online.
3. Ingatlah tempat di mana Anda berada ketika Anda sedang online.
4. Hormatilah orang lain ketika Anda sedang online.Sama seperti di dunia nyata di mana orang berinteraksi
dengan bertatap muka atau berkomunikasi melalui telepon, etika dan peraturan yang disepakati bersama
harus diikuti. Internet adalah salah satu bentuk komunikasi lainnya di samping cara di atas, dan itulah
mengapa "Netiquette" ini dibuat.

Pada dasarnya netiquette merupakan panduan untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan kaidah normatif di
lingkungan Internet. Dengan mematuhi peraturan ini, maka akan sangat bermanfaat dan membantu Anda dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain tanpa harus mengalami masalah atau tanpa harus mengalami
salah pengertian dengan orang lain.

ATURAN INTI NETIQUETTE


Aturan-aturan berikut ini merupakan hal yang dasar untuk dipatuhi:

ATURAN NOMOR 1

Kita semua manusia, bahkan saat berada di Internet sekalipun. Jangan pernah lupa bahwa orang yang sedang
membaca e-mail atau posting Anda adalah manusia dengan perasaan yang bisa saja terluka. Berikut ini beberapa
kata kunci yang dapat diingat bersama:

Adalah tidak baik untuk melukai perasaan orang lain. Cobalah untuk tidak mengirim komentar yang bernada
menyerang tapi bersikaplah saling membangun.
Jangan pernah mengetik isi pesan Anda dengan menggunakan huruf besar semua, meskipun itu hanya pesan
singkat, balasan ke suatu posting di forum, atau di dalam sebuah e-mail. Dengan menulis pesan menggunakan huruf
besar semua, sama artinya Anda sedang berteriak (kecuali ternyata bukan itu yang Anda maksudkan). Jika Anda
tidak bermaksud seperti itu, yakinkan dengan tegas dan katakan ke orang bahwa Anda sedang tidak berteriak.
Ingatlah, bahwa orang tidak dapat mengetahui apa isi hati Anda tanpa menjelaskan apa yang sedang Anda lakukan.
Jangan pernah mengirim e-mail atau mengirim posting apapun yang tidak layak Anda katakan ke orang lain.
Internet bukanlah tempat untuk mencari pertengkaran. Banyak orang di luar sana yang sama-sama membutuhkan
informasi berguna, jadi jangan coba-coba untuk mencari gara-gara.
Ingatkan orang lain jika melakukan flaming. Flaming adalah ketika seseorang atau sekelompok orang
mengekspresikan hal-hal negatif mengenai situasi tertentu. Alasan untuk mengingatkan orang yang melakukan hal ini
adalah karena beberapa orang mungkin tidak tahu jika orang tersebut sedang melakukan flaming. Maksudnya di sini
adalah, lingkungan Internet tidak seperti Anda sedang duduk dengan orang lain dan saling berhadap-hadapan, lalu
mengatakan orang lain itu gila atau Anda jengkel terhadap sesuatu. Jadi tolong beritahu orang lain jika dia sedang
melakukan flaming. Kita berusaha untuk sama-sama mengurangi kemungkinan adanya konfrontasi di Internet.

ATURAN NOMOR 2

Ikuti aturan seperti di kehidupan nyata Anda saat online. Bersikap dan bertindaklah dengan selalu memperhatikan
etika, dan jangan buru-buru menyimpulkan sesuatu. Orang yang sedang berada di Internet datang dari berbagai
penjuru dunia dan memiliki perbedaan pandangan terhadap sesuatu. Bersikaplah terbuka untuk mendengarkan orang
lain dan apa yang mereka katakan. Ini adalah Internet, jadi cobalah untuk mempelajari hal-hal yang baru. Melanggar
hukum berarti telah melakukan Netiquette yang buruk. Itu yang pelu diingat!

ATURAN NOMOR 3

Ingatlah dimana Anda berada ketika Anda sedang online. Netiquette bervariasi dari satu tempat ke tempat yang
lain. Tidak semua orang mengikuti aturan yang sama. Jadi, selalulah bersikap terbuka dan jika dibutuhkan,
bersikaplah kritis tapi tetap konstruktif (membangun), dan bukan bersikap sebaliknya (negatif). Jika Anda berada di
suatu wilayah topik pembicaraan pada forum atau chating, jangan buru-buru langsung mengirim komentar. Cobalah
untuk menangkap ide dari apa yang sedang terjadi atau sedang dibahas. Setelah Anda merasa yakin dan berpikir
bahwa Anda siap untuk menambahkan informasi/komentar yang berguna, baru kirim posting. Posting yang terlalu dini
dapat berpotensi menyebabkan flaming (karena Anda sedang berusaha untuk memahami sesuatu secara nyata,
padahal Anda tidak tahu apa yang sedang terjadi di forum).

ATURAN NOMOR 4

Hormatilah orang lain ketika Anda sedang online. Tidak masalah bahwa apa yang sedang Anda pikirkan merupakan
hal yang paling penting dari segalanya, tapi jangan berharap orang lain setuju dengan Anda. Kirimkanlah posting
Anda ke group yang sesuai. Jika Anda tidak dapat menemukan group yang sesuai dengan itu dan Anda merasa
bahwa posting itu harus Anda kirim, yakinkan bahwa Subject dari posting Anda sesuai dengan isi posting Anda,
sehingga orang lain tahu bahwa posting Anda tidak mengganggu topik diskusi saat itu.Cobalah untuk tidak bertanya
hal-hal yang bodoh di suatu kelompok diskusi. Jika hal itu merupakan pertanyaan yang sederhana yang jawabannya
dapat dicari dari Google, jangan kirim posting Anda. Di sisi lain, jika posting Anda merupakan sebuah tipe pertanyaan
yang memerlukan jawaban dalam bentuk opini atau pendapat, hal itu berbeda. Yakinkan orang lain bahwa Anda ingin
memperoleh pendapat atau opini dari orang lain atas pertanyaan Anda, dan saya yakin orang akan senang
membantu permasalahan Anda.
Bacalah FAQ (Frequently Asked Questions) atau Pertanyaan yang Sering Diajukan. Sekitar 90%, semua
pertanyaan yang diajukan dapat dijawab melalui bagian FAQ. Bahkan jika Anda tidak menduga bahwa Anda akan
mendapatkan jawabannya di sana, periksa dulu di FAQ. Berdasarkan pengalaman orang pada umumnya, pertanyaan
mereka dapat terjawab jika membaca FAQ.
Revisi UU ITE dan Pentingnya Cerdas di Dunia Maya

Revisi Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang telah disahkan di Rapat Paripurna DPR
Oktober silam, resmi diberlakukan sejak Senin (28/11/2016). Banyak kalangan menilai pemberlakukan UU ini
berdampak positif dalam mengatur pergaulan, interaksi, dan pemanfaatan masyarakat terhadap teknologi digital,
internet. Harapannya, revisi UU ini tidak hanya menyadarkan masyarakat tentang adanya aturan, tetapi menanamkan
landasan etis dan moral pada masyarakat terkait pergaulan sehat dan cerdas di dunia maya.

Mungkin ada saja yang mencoba mengkritisi pemberlakuan UU ini, tetapi saya melihat konteks waktu pemberlakuan
ini hadir di saat yang sangat tepat. Pemberlakuan UU ini seakan menjadi “rem” penahan dan pengingat masyarakat
yang seakan telah melampaui batas kewajaran, melabrak etika, menghilangkan norma kesantunan, dan melupakan
aturan bermain di dunia maya, khususnya media sosial. Beberapa bulan yang lalu betapa masyarakat di dunia maya
sudah terbiasa dengan liarnya informasi hoax, fitnah, hasutan bahkan cacian yang sejatinya tidak mencerminkan cara
masyarakat Indonesia bergaul di dunia nyata.

Saya ingin mencoba memotret sedikitnya tiga kasus penting kenapa revisi UU ini layak disyukuri kehadirannya di
waktu yang tepat. Mungkin nama Buni Yani tidak asing di tengah masyarakat setelah aktifitas bermedia sosialnya
membuat heboh bahkan gaduh masyarakat. Efek Buni Yani tidak hanya di dunia maya, tetapi nyata berimbas di dunia
nyata. Mungkin ia tidak menyangka efek unggahannya yang memotong dan menyajikan informasi tidak tepat akan
mempunyai dampak berskala nasional. Tetapi itulah kekuatan dahsyat dunia maya dalam kehidupan nyata.

Kasus lainnya, misalnya, seorang Karyawan PT Adhi Karya, Pandu Wijaya, yang menuliskan kata-kata kasar
terhadap tokoh nasional sekaligus pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin, KH Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus
di media sosial. Beruntung Pandu segera mendatangi rumah Gus Mus untuk meminta maaf. Dan beruntungnya lagi,
Indonesia masih memiliki Gus Mus yang memberikan teladan cukup baik dalam mengajari anak muda yang sedang
“hanyut” sesat di dunia maya.

Contoh ketiga, adalah seorang guru berinisial AR alias AU merupakan Guru SMK di wilayah Penjaringan, Jakarta
Utara yang menyebarkan isu “rush money”. Seorang guru yang semestinya memberikan teladan yang baik terhadap
peserta didiknya melakukan tindakan yang cenderung memanasi keadaan dengan mengajak “rush money”. Diketahui
bahwa sejumlah uang yang terdapat dalam unggahan fotonya adalah hasil uang SPP siswa di sekolahnya.

Belajar dari ketiga kasus tersebut, saya ingin menekankan bahwa tidak ada latarbelakang yang memiliki imunitas bagi
seseorang untuk tidak jatuh dalam perbuatan yang negatif di dunia maya. Entah itu dosen lulusan luar negeri, guru,
karyawan, pegawai, apalagi masyarakat dengan tingkat melek media yang masih rendah semuanya berpotensi
melakukan hal yang sama. Ya, mereka berpotensi untuk menyebarkan berita bohong, fitnah, hasutan, ancaman,
bahkan ajakan kekerasan.

Pertanyaannya, apakah mereka yang sudah terbiasa melakukan penyebaran konten negatif di dunia maya tidak
mengetahui aturan yang ada? Apakah mereka juga tidak memahami bahwa dampak penyebaran informasi yang
menyesatkan akan sangat berbahaya dan memiliki dampak nyata di tengah masyarakat?

Jawabannya, bisa jadi memang masih banyak masyarakat belum memahami adanya aturan. Anggapan belum
adanya aturan, karena belum adanya ketegasan tindakan hukum terhadap mereka yang “hobby” menyesatkan
informasi dan menyebarkan konten negatif di dunia maya. Ketidaktegasan hukum meninggalkan ruang nyaman yang
seolah dunia maya tanpa aturan. Namun, bagi mereka yang sudah memahami adanya aturan, persoalannya adalah
lebih pada kesadaran etis dan moral individu. Artinya, berbagai aturan yang ada hanya berdampak pada kesadaran
adiministratif, tetapi belum mampu menanamkan sikap etis-moral kepada masyarakat.

Sebenarnya UU ITE yang lama bukan berarti tidak memberikan batasan yang jelas tentang cara kita berinteraksi di
dunia maya. Namun, hadirnya revisi UU ini setidaknya mempertegas dua hal di saat yang sangat tepat. Pertama,
memperkuat peran pemerintah untuk mencegah penyebarluasan konten negatif di internet. Pemerintah diberikan
kewenangan lebih kuat untuk mengatur lalu lintas aktifitas informasi di dunia maya yang saat ini cenderung tanpa
batas. Apakah kuatnya wewenang pemerintah akan memangkas kreatifitas dan kebebasan? Saya kira ini pertanyaan
sesulit menjawab pertanyaan; apakah lemahnya pengawasan pemerintah akan menjamin masyarakat cerdas di dunia
maya? Selebihnya anda yang bisa menjawab dengan cara mulailah beraktifitas di dunia maya dengan cerdas.

Kedua, revisi UU ITE menuntut masyarakat untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang belum jelas
validitasnya, apalagi konten negatif. Misalnya, Pasal 27 menyebutkan memang ada pengurangan ancaman kurangan
pidana, namun sasaran pelakunya diperluas yang tidak hanya mereka yang membuat, menampilkan ataupun
mengunggahnya ke internet, tetapi mereka yang mendistribusikan ulang pun akan kena pidana. Selama ini kita sudah
sangat cemas bagaimana pola masyarakat dengan mudah menyebarkan informasi tanpa mendahulukan verifikasi
validitas konten.
Akhirnya, saya menganggap perubahan UU ini sebagai tindakan struktural pemerintah yang hadir di waktu yang tepat
dalam mengatur cara interaksi masyarakat di dunia maya dengan mengedepankan sikap cerdas. Hal yang lebih
penting dari aturan tersebut adalah imbas kultural dengan tumbuhnya kesadaran etis-moral masyarakat untuk bisa
cerdas dalam bermain di media sosial. Etika dan moral itu akan mendorong pentingnya menahan diri,
mengedepankan kesantuan, tata nilai norma dan etika dalam berinteraksi di dunia maya. Hari ini kita telah menjadi
saksi bagaimana imbas kekuatan ruang maya itu tidak sekedar menghasilkan kekerasan virtual tetapi berdampak
juga terhadap kehidupan sosial.

Maaf... Dunia Maya Bikin Anda Lupa Etika?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Maaf... Dunia Maya Bikin Anda Lupa Etika?",
https://edukasi.kompas.com/read/2016/05/27/18110021/Maaf.Dunia.Maya.Bikin.Anda.Lupa.Etika.?page=all.

Netiket, etiket, etika Dalam buku Etiket dan Netiket karya Marulina Pane, dijelaskan makna netiket dan etiket sebagai
bentuk sopan santun dalam pergaulan dan pekerjaan. Memang, zaman kini, netiket dan etiket sebaiknya dipelajari
kembali, walaupun semua orang sudah tahu dan mengerti makna keduanya. Hanya, sejauh mana hal tersebut telah
dipraktikkan dalam pergaulan yang semakin luas ini? Ada baiknya kita, terutama yang "aktif" di dunia maya,
mempelajari kembali garis-garis netiket dan etiket yang diharapkan dapat membentuk kembali sikap saling
menghargai sesama pengguna dunia maya lainnya. Tidak mudah menyakiti, tidak menyinggung perasaan, tidak
meremehkan, tidak merendahkan, tidak membangkitkan kemarahan orang lain, serta tidak mengungkit kekurangan
orang lain dengan sengaja. Kehadiran internet di era globalisasi ini pada akhirnya melahirkan netiket (netiquette).
Netiket adalah bentuk etika saat berkomunikasi melalui internet. Netiket pada dasarnya membentuk tata krama atau
sopan santun yang sebaiknya dilakukan ketika berkomunikasi dengan orang lain agar hubungan tetap terjaga dengan
baik. Dalam hal ini, hadirnya netiket memberikan batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar agar tidak terjadi
miskomunikasi. Perlu diingat, dunia maya menembus berbagai negara dengan mudah. Artinya, tiap negara dan
bangsa memiliki budaya dan istiadat berbeda. Perbedaan itulah yang harus diwaspadai. Ya, bisa saja di satu negara
hal tertentu dianggap tidak sopan, tetapi di negara lain dianggap sopan. Dengan dasar-dasar itulah, maka netiket
perlu dipelajari. Sementara itu, etiket (etiquette) adalah bentuk sopan santun dalam pergaulan. Hal ini menyangkut
segala hal yang sebaiknya dilakukan dan yang tidak. Etiket seperti ini berlaku pada dunia pergaulan sehari-hari dan
dalam dunia pekerjaan tempat siapa saja mencari nafkah. Wilayah etiket di antaranya cara memperkenalkan
seseorang kepada orang lain, termasuk cara memperkenalkan diri sendiri kepada orang lain. Kemudian, cara
menjaga sikap sopan santun antara pria dan wanita, baik sikap maupun arah pembicaraan. Perlu diketahui, etiket pun
mengajarkan kita cara berpakaian yang pantas baik untuk pria maupun wanita, menjaga sikap tubuh, tekanan bahasa
saat menyapa atau berkenalan, sopan di tempat kerja, sopan ketika berhadapan dengan pria dan wanita, cara
bersantap, menerima telepon dengan sopan, hingga menghadiri jamuan bergaya fine dining atau banquet, mulai
urusan menata meja dengan banyak pisau, sendok, garpu, hingga gelas. Sikap dan perbuatan dari netiket dan etiket
yang dilakukan oleh komunikan, baik buruk atau bagus akan disoroti oleh yang namanya "etika". Etika menyoroti
norma dari perbuatan itu sendiri. Etika melihat perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak, mutlak. Jadi, etika menukik ke
dalam lahiriah dan batiniah. Tentu saja, tidak ada salahnya kita belajar kembali mengenai netiket dan etiket. Hal ini
penting untuk menunjukkan kita sebagai makhluk normatif, yang masih menjaga batas-batas kesopanan dalam
bicara, bersikap, dan bergaul. Sebab, batas-batas kesopanan itulah yang akan menilai siapa diri kita sendiri. Apakah
etiket terasa mengikat? Tentu tidak, sebab etiket merupakan suatu tata cara yang baik (good manners) yang
menciptakan kenyamanan antara kita, sesama manusia, dan lingkungan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Maaf... Dunia Maya Bikin Anda Lupa Etika?",
https://edukasi.kompas.com/read/2016/05/27/18110021/Maaf.Dunia.Maya.Bikin.Anda.Lupa.Etika.?page=all.

8 Etika Komunikasi di Media Sosial Wajib Tahu

Memperhatikan etika komunikasi di media sosial adalah salah satu hal yang memang penting untuk dilakukan.
Bagaimana tidak, media sosial saat ini menjadi bagian dari cara berkomunikasi yang paling digemari orang.
Kemudahan dalam komunikasi memang bisa ditemui dengan adanya media sosial ini. Bentuknya pun beragam,
dimana pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan biasanya bersifat jaringan luas dan saling terhubung satu
sama lain. Oleh karenanya, apabila dalam berkomunikasi di media sosial tidak memperhatikan etika, maka bisa saja
seseorang tersebut menjadi bermasalah hingga menimbulkan konflik dengan orang lain.

Media sosial adalah salah satu bentuk komunikasi digital saat ini. Memang ada ciri-ciri media sosial yang khas yang
bisa kita ketahui. Melalui media sosial, banyak orang bisa terhubung dengan mudah. Penyebaran informasi pun relatif
lebih cepat dengan adanya media sosial. Ini adalah termasuk jenis metode komunikasi daring. Berikut ini adalah
beberapa macam etika yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi di media sosial:

1. Selalu perhatikan penggunaan kalimat


Penggunaan kalimat merupakan bagian yang penting saat berkomunikasi menggunakan media sosial. Kalimat-
kalimat dengan susunan yang tepat, disertai tanda baca yang tepat juga merupakan salah satu bagian yang penting
supaya etika komunikasi bisa dijaga dengan baik. Hindari menggunakan kalimat-kalimat yang tidak utuh. Kalimat
yang tidak utuh bisa memicu timbulnya ambiguitas sehingga bisa menjadi sumber dari kesalahpahaman.

2. Berhati-hati saat menggunakan huruf

Menggunakan huruf dengan benar juga menjadi bagian dari etika komunikasi di media sosial. Mudahnya, selalu
gunakan huruf yang wajar. Menulis sesuatu di media sosial dengan menggunakan huruf kapital semua bisa
memberikan kesan marah, kecewa dan menantang.

Sebaliknya, menggunakan huruf yang cenderung kecil semua akan menandakan seseorang terlalu abai dan tidak
serius mengenai informasi yang sedang akan ia bagikan. Oleh karenanya, penggunaan huruf yang sesuai dan wajar
bisa menunjang etika yang baik saat berkomunikasi.

3. Perhatikan pemilihan warna huruf

Warna huruf juga penting untuk diperhatikan. Beberapa media sosial biasanya memberikan fitur ini untuk menambah
keragaman dari jenis tulisan yang akan diberikan seseorang. Menggunakan warna huruf merah dengan tulisan yang
tebal bisa memiliki kesan menantang dan marah. Persepsi orang yang berbeda-beda ini menjadi alasan mengapa
penulisan huruf dengan warna yang standar menjadi penting.

4. Pemilihan simbol dan ikon yang tepat

Dalam media sosial, banyak sekali simbol dan ikon yang seringkali disertakan dalam sebuah informasi atau tulisan.
Ada dikenal simbol emoji atau sticker dan lain sebagainya. Manakala akan menggunakan simbol tersebut, pastikan
simbol yang digunakan juga tepat.

Menggunakan simbol wajah cemberut pada tulisan juga akan membangun persepsi orang dengan kuat. Oleh karena
itu, berhati-hati dalam menggunakan simbol dan ikon adalah penting. Bila perlu, justru hindari menggunakan simbol
atau ikon sehingga tulisan dan informasi yang kita buat lebih bersifat netral.

5. Menggunakan bahasa yang sesuai

Bahasa yang sesuai di sini adalah menunjukkan bagaimana tata krama kita saat berkomunikasi dengan orang lain.
Perhatikan dengan siapa kita berbicara. Jangan sampai keluar bahasa-bahasa yang kurang sopan pada orang
tertentu sehingga etika dalam komunikasi ini menjadi hilang. Pastikan ini juga menjadi salah satu hal yang
diperhatikan saat menggunakan media sosial. Ada efek media sosial yang bisa saja tergantung dari hal ini.

6. Memberikan respon dengan segera

Saat dihubungi melalui media sosial, pastikan kita juga memberikan respon dengan segera. Menunda-nunda untuk
memberikan respon atau bahkan mengabaikannya akan memberikan kesan yang jelek. Apalagi sekarang ini banyak
sekali media sosial yang juga sudah melengkapi fitur pemberitahuan bahwa pesan yang disampaikan sudah dibaca
oleh penerima pesan.

7. Memberikan informasi yang memiliki referensi jelas

Ini adalah poin paling penting dari hampir semua poin yang membahas mengenai etika dalam menggunakan
komunikasi media sosial. Informasi yang disebarkan tanpa referensi yang jelas akan menimbulkan efek berantai
terhadap setiap orang.

Hal ini bisa mengundang kesimpang-siuran berita yang tentu saja sangat tidak diharapkan. Istilah yang mungkin kita
kenal saat ini adalah berita hoax. Bahkan, hal ini bisa diperkarakan pula di hukum bila penyebaran informasi palsu
tersebut memang disengaja. Ada pengaruh media sosial yang bisa berfungsi secara cepat dalam hal penyebaran info.

8. Tidak memancing pertentangan

Terakhir, hindari melakukan komunikasi yang memancing pertentangan melalui media sosial. Mengingat persepsi
orang yang berbeda terhadap paparan informasi, maka kita juga harus memperhatikan hal ini supaya terhindar
dampak negatif dari media sosial.
Itulah beberapa macam etika yang perlu kita perhatikan. Jangan sampai media sosial yang fungsinya membantu
setiap orang untuk saling terhubung justru memicu permasalahan akibat etika yang tidak diperhatikan. Dengan
menggunakan komunikasi yang tepat, maka kita bisa memanfaatkan media sosial dengan lebih baik. Masih ada
banyak lagi sebenarnya etika yang perlu diperhatikan, namun setidaknya beberapa poin tadi bisa menjadi etika
komunikasi di media sosial yang paling dasar yang bisa mulai kita terapkan.

7 Tips Menggunakan Media Sosial dengan Bijak

Kamu eksis banget di sosial media? Tetap perhatikan 7 tips ini ya!

Media sosial sudah lekat dengan kehidupan kaum milenial. Segala hal dibagikan di media sosial mulai dari kegiatan
rutin, pengalaman yang dilalui sampai hal yang bersifat personal.

Kebanyakan orang ingin terlihat eksis dan bahagia di media sosial. Oleh karena itu, kebanyakan postingan yang akan
kita lihat merupakan postingan bersifat happy dari kehidupan orang lain. Mereka biasanya jarang mengunggah
sesuatu yang bersifat sedih.

Tapi tak jarang juga sosial media menjadi ajang curhat si pemiliknya sehingga seluruh dunia bahkan orang yang tidak
dikenal akan tahu perasaan atau masalah yang tengah dilaluinya saat itu.

Padahal dalam menggunakan media sosial, kita harus bijak dan bisa memilah apa yang boleh dan tidak boleh
dibagikan kepada orang lain. Agar aman dan nyaman bersosial media, yuk lakukan 7 tips menggunakan media sosial
dengan bijak dari Popmama.com berikut ini:

1. Tidak share info pribadi

Pexels/Kaboompics.com

Berhati-hatilah dalam membagikan info pribadi. Sebaiknya kamu menahan diri untuk share informasi tersebut seperti
alamat rumah, nomer ponsel, kegiatan rutin kamu dan lain sebagainya yang sangat pribadi.

Jangan sampai informasi penting tersebut disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab melalu media
sosial.

2. Jaga inner circle

Pexels/rawpixel.com

Periksa lagi siapa follower atau temanmu di media sosial. Sebaiknya jangan menerima permintaan pertemanan dari
orang yang tidak begitu kamu kenal. Lebih baik jaga inner circle-mu dengan teman-teman dan kerabat yang kamu
kenal dengan baik.

3. Jaga etika

Pexels/rawpixel.com

Dalam bersosialisasi tentunya kita harus selalu memperhatikan etika, termasuk bersosialisasi melalui media sosial.

Citra diri akan dikaitkan dengan apa yang kamu bagikan dan apa yang kamu tulis. Jadi tetap jaga etikamu sebaik
mungkin.

4. No SARA No HOAX

Pexels/Pixabay

Pastikan konten yang kamu bagikan di media sosial tidak mengandung unsur SARA dan HOAX. SARA adalah
pandangan dan atau tindakan yang di lakukan berdasarkan sentimen atas identitas spesifik yang meliputi suku,
agama, ras dan antar golongan.
Sementara HOAX adalah pemberitaan palsu yang tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar.

5. Cantumkan sumber konten

Pexels/Pixabay

Jangan lupa untuk selalu mencantumkan sumber atas konten yang kamu bagikan apabila itu merupakan hasil karya
orang lain. Kamu bisa dituduh plagiat atau mencuri konten orang lain jika posting gambar atau quote tanpa
menyebutkan sumber aslinya.

6. Sarana pengembangan diri

Pexels/Moose Photos

Jadikan media sosial sebagai sarana bagi kamu untuk mengembangkan diri. Kamu dapat membagikan hasil karyamu,
ilmu maupun pandanganmu terhadap suatu hal. Kamu juga bisa menimba ilmu melalui sosial media dengan
mengikuti kelas online maupun follow akun yang membawa dampak positif bagi pengembangan dirimu.

7. Bangun jaringan

Pexels/rawpixel.com

Manfaatkan sosial media untuk membangun jaringan. Baik itu dalam hal pekerjaan, bisnis maupun persahabatan. Bila
kamu ingin merintis suatu usaha, gunakan sosial media untuk memperbesar bisnismu. Salah satunya dengan cara
membangun jaringan dengan follower-mu.

Situs jejaring sosial atau yang lebih keren dengan sebutan media sosial, kini tak hanya dikenal sebagai lokasi untuk
eksis di dunia maya. media sosial kini pun bisa digunakan untuk berbagai tujuan. Tak jarang, berkat media sosial
kampanye sosial, bisnis, dan entertainment pun bisa dilaksanakan dengan sukses. Namun sayangnya, tak sedikit
pula yang mendapatkan imbas buruk dari meningkatnya penggunaan media sosial ini.

Di jaman yang serba online seperti sekarang ini, media sosial menjadi kebutuhan penting bagi banyak orang. Tak
jarang kita selalu terhubung dengan dunia luar melalui media sosial. Hubungan yang dibangun bisa dengan orang-
orang yang sudah dikenal, kerabat, relasi bisnis, ataupun orang yang belum kita kenal secara nyata (hanya kita kenal
lewat dunia maya).

Ada banyak media sosial yang sering digunakan, seperti yang populer, facebook, google+. twitter, instagram, dan
masih banyak lagi yang lainnya. Selama berinteraksi atau bersosialisasi dengan media sosial, tentunya kita harus
memperhatikan etika dalam berinteraksi. Ini sangat penting agar aktivitas kita di media sosial tidak berdampak buruk
dalam kehidupan kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menilik fenomena penggunaan media sosial di Indonesia, ada cukup banyak kasus yang memperlihatkan bagaimana
etika yang kurang diperhatikan oleh para pengguna media sosial terutama di Indonesia. Contoh kasus yang terbaru
adalah bagaimana seorang pimpinan salah satu Ormas di tanah air yang mendapatkan cibiran dan cemooh dari para
netizen. Banjir cemoohan dan cibiran itu terjadi karena pimpinan salah satu Ormas tersebut kerap bebrapa kali
menyampaikan hal yang dianggap sebagai ujaran kebencian di media sosial. Kasus seperti ini pun bukan pertama
kalinya terjadi. Beberapa kasus serupa pernah pula menimpa pengguna media sosial lainnya. Pada Intinya, penulis
ingin menekankan adalah pentingnya etika saat berinteraksi di media sosial.

Contoh lainnya adalah masalah BULLYING. Pada saat anda dibully seseorang karena memasang status tertentu,
atau bahkan tanpa sadar anda telah membully orang lain adalah salah satu contoh imbas negatif dari media sosial.
Terganggunya aktivitas lainnya yang lebih penting (misalnya pekerjaan) karena terlalu asyik bersosial media, juga
contoh lain imbas negatif dari kegiatan bermedia sosial.

Nah, untuk menjaga agar imbas negatif dari aktivitas media sosial tidak terjadi pada diri anda, tentunya anda harus
memenuhi etika dalam penggunaan media sosial. Ini penting diperhatikan oleh anda secara pribadi, karena bermedia
sosial seperti juga berbicara, kicauan komentar atau status bisa ditanggapi bermacam-macam oleh khalayak. Jangan
sampai aktivitas anda dalam bermedia sosial membawa kerugian, di mana seharusnya kita memperoleh manfaat dari
kegiatan ini, minimal sebagai hiburan dan sumber informasi aktual.
Ada beberapa tips yang dapat penulis berikan sehingga bisa dijadikan acuan dalam menggunakan media sosial :

1. Berkomentarlah yang Relevan dengan Artikel/Postingan.

Ini juga sering kali terjadi, banyak orang berkomentar tapi menyimpang dari isi artikel itu sendiri, yang lebih parah lagi
malah beriklan di komentar. Setidaknya berusahalah untuk berkomentar dengan baik sesuai artikel, apalagi dengan
membahas isi artikel mungkin malah akan menambah pengetahuan kita karena dapat berinteraksi secara langsung.

2. Jangan Bertengkar di Media Sosial.

Bertengkar di media sosial, ini adalah hal yang paling konyol yang tidak bisa dibayangkan, tapi ini sering kali terjadi,
karena membahas artikel akhirnya ada yang tersinggung dan bertengkar di media sosial, apalagi seperti kejadian
yang sampai duel dan meregang nyawa, waduh..jangan lah… karena media sosial adalah wahana untuk
mendapatkan informasi dan teman, bukannya malah musuh,

3. Jangan Mengcopy Paste Artikel atau Gambar yang Mempunyai Hak Cipta (Berlisensi).

Hal ini sering terjadi di blog dan kita sering kali tidak menyadari atau menganggap remeh artikel atau file-file dan juga
gambar tanpa mengecek terlebih dahulu itu mempunyai hak cipta atau tidak. Apalagi mengcopy artikel orang lain
tanpa seijin yang punya dan mempostingnya pada situs kita, orang lain susah-susah membuat artikel, dengan
enaknya kita mengcopynya, kita harus menghargai hasil karya orang lain.

4. Mengucapkan Kata-kata Kasar, Provokatif, Porno, atau SARA,   

Siapapun teman anda tentu tidak akan suka jika anda berkata-kata kasar, porno, provokatif, atau bermuatan SARA.
Ini akan memicu konflik di antara anda dengan pengguna sosial yang lain. Salah-salah, anda bisa kena tuntut
(sekarang lagi rame lho tuntut-menuntut).

5. Tidak Memperhatikan Kerahasiaan Informasi Pribadi yang Bersifat Penting.

Pada setiap platform media sosial, biasanya anda akan dimintakan beragam informasi yang sifatnya pribadi, bahkan
tanpa kita sadari informasi itu sangat penting karena akan terkait dengan kehidupan anda. Oleh Karena itu Data-data
yang anda simpan dan unggah ke platform media sosial harus dijaga kerahasiaannya, sehingga tidak semua orang
dengan mudah mengetahui alamat, nomor telepon, nama ibu kandung, nama ayah, nama suami, anak, dsb, yang
mungkin nanti dapat dijadikan sarana untuk meretas akun bank anda misalnya. Atau sebagai bahan untuk melakukan
penipuan terhadap anda. Berabe kan? Karena itu berhati-hatilah. Banyak kejahatan terjadi setiap saat di internet
(cyber crime) tentu anda tak mau jadi korbannya.

6. Memposting atau membagikan status bersifat hoax,

Pernahkah kenalan anda memposting atau membagikan status berisi artikel yang sangat menarik, menggelitik.
Beritanya atau isinya heboh atau mungkin akan sangat bermanfaat bagi sahabat-sahabat media sosial anda, atau
sesuatu yang belum pernah anda dengar, dan saat membacanya membuat anda terkagum-kagum. Wait….. jangan
segera dibagikan. Teliti dulu. Ada banyak informasi yang bersifat HOAX (bohong) yang disebarkan. Macam-macam
tujuan seseorang membuat berita atau status hoax, salah satunya mungkin untuk sekedar membuat sensasi. Anda
tidak menyadari bahwa dengan internet segala sesuatu ada di tangan anda, jadi telusuri dulu informasi itu benar atau
tidak. Jangan sampai anda ikut-ikut membagi informasi tanpa tahu jelas fakta kebenarannya.

Itulah beberapa tips yang bisa penulis sampaikan ke semua user, semoga bisa menjadi acuan dalam berselancar di
dunia maya, nah setelah membaca artikel di atas, apa anda sudah beretika dengan benar di media sosial?? Anda
sendiri yang bisa menjawabnya. Salam kompak.

Penulis : Lisstra Penkostrad

Anda mungkin juga menyukai