Anda di halaman 1dari 45

4 KONSENSUS KEBANGSAAN

DR.DRS. I MADE ARIASA GIRI,M.Pd

DOSEN PROGRAM PASCASARJANA


STAH NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA
PEMBACAAN TEKS
PROKLAMASI 17
AGUSTUS 1945
I. PENDAHULUAN (2)

- Hampir setiap hari di media cetak dan elektronik selalu menampilkan


dan memaparka kondisi sosial di negara kita.
- Konflik terjadi baik secara horizontal dan vertikal mulai dari tawuran
antar siswa sekolah, mahasiswa, kelompok masyarakat sampai konflik
masyarakat dengan aparat keamanan.

- Belum lagi terjadinya konflik antar elite pemerintah, elite politik ataupun
komponen lain yang selalu mewarnai pemeritaan yang menambah
hiruk-pikuknya kondisi bangsa pada saat ini.
- Hal ini sangat mengkhawatirkan terjadi disintegrasi bangsa, pecahnya
kesatuan dan persatuan bangsa, solidaritas bangsa dan melunturnya
rasa nasionalisme akibat memudarnya wawasana kebangsaan kita.
- Memang mengelola sebauh bangsa yang besar dan plural penuh
dengan tantangan karena selalu berhadapan dengan berbagai
problematika baik dari hukum maupun luar negeri.

- Problematika dari dalam negeri yang merupakan tantangan yang harus


dihadapi terutama persoalan kemiskinan dan pengangguran, akbiat
tekanan ekonomi dimana pada tahun 2010 menurut catatan BPS,
angka kemiskinan di Indonesia yang masih berada dibawah garis
kemiskinan. Sedangkan pengangguran sebanyak 7,14 % atau kurang
lebih 8,32 Juta jiwa orang Indonesia tidak mempunyai pekerjaan yang
layak.

- Masalah sosial ini menjadi kondisi komplek dengan kondisi sosial lain
yang makin bertambah seperti banyak gelandangan, pengemis, korban
narkoba, penderita HIV/AIDS, anak jalanan, jompo, terlantar dan lain-
lain.
- Hal ini makin bertambah dengan maraknya korupsi, pelanggaran
hukum, meningkatnya angka kejahatan dan terorisme dimana
masyarakat merasa keamanan untuk diperlukan memperkuat
perekonomia nasioanl.
- Kondisi yang demikian ini perlu segera diatasi karena bilaman terus
berkembang meinimbulkan masalah yang serius yang berkaitan dengan
kehidupan bangsa yang dapat menganggu pelaksanaan pembangunan.

- Untuk ini perlu adanya solusi secara nasional dimana salah satunya
adalah sosial sosialisasi 4 (empat) pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara yang meliputi :

UUD
Negara
Pancasila Republik Bhineka
NKRI Tunggal Ika
Indonesia
1945
KRITIK TERHADAP 4 KONSENSUS
BERNEGARA
• Pilar diartikan sebagai tiang-tiang yang berfungsi
sebagai penyangga bangunan
• PANCASILA bukan salah satu PILAR, karena bila
pilar itu tiang-tiang, maka berada dimana tiang-
tiang itu berada (Pondasi)
• Itu berarti pondasi adalah PANCASILA
• DASAR HUKUM; 4 pilar telah dibatalkan oleh
Mahkamah Konstitusi Nomor:100/PUU-XI/2013
HUKUM
(dasar Hukum)
Istilah PILAR sebenarnya tidak
dikenal oleh pendiri Negara ini
pada saat rapat BPUPKI 1945.
Pancasila itu dasar, diungkapkan
Ir.Soekarno. Pancasila itu ibarat
istana, maka Pancasila itu
pondasi atau dasar, Bhineka
Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945
adalah napasnya sehingga ada
penyangga bangunan istana itu.

PONDASI : PANCASILA

Staatsfundamentalnorm, Philosophische gronslag, cita hukum (staatsidee)


(Hukum Dasar)
PANCASILA

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA


2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Hakekat Pembukaan UUD 1945
1. Sebagai sumber tertib hukum yang tertinggi. Adalah kebulatan
peraturan-peraturan hukum yang saling berhubungan satu dengan lainnya
dan bersama-sama membentuk suatu kesatuan
Syarat Sumber Tertib Hukum
a. Adanya kesatuan subyek yg mengadakan
(Pemerintahan Negara Republik Indonesia )
b. Adanya asas kerokhanian sbg dasar peraturan
( Pancasila )
c Kesatuan daerah untk berlakunya peraturan
( tmpah darah )
d. Adanya kesatuan waktu (Sejak Indonesia Merdeka )
Hakekat Pembukaan UUD 1945

2. Sebagai Pokok Kaidah Negara yang


Fundamental ( Staatsfundamental norm)

Unsur Didalamnya adalah

1. Terjadinya di bentuk Memuat ketentuan :


Oleh pendiri neg 1. Ttg adanya tujuan negara
2. Adanya UUD
3. Bentuk negara ----- RI
2. Dari segi isinya 4. Adanya asas kerokhanian
Hakekat Pembukaan UUD 1945
( LANJUTAN DARI 1 )

- Pembukaan UUD 1945 pada hakekatnya dijiwai oleh


Pancasila, sehingga dalam kedudukan dan fungsi
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia,
Indonesia
Pancasila merupakan suatu dasar dan asas
kerokhanian dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum
Indonesia.

• Jadi kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum


dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber
dari segala sumber hukum Indonesia
Hubungan Pembukaan Dg Pasal UUD 45

a). Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia maka


Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakekat kedudukan yang terpisah
dengan batang tubuh UUD 1945.

b) Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya mempunyai kedudukan lebih


tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945.

c) Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang


Fundamental yang menentukan adanya UUD 1945, yang menguasai
hukum dasar negara, baik yang tertulis (UUD) maupun tidak tertulis
(convensi), jadi merupakan sumber ” hukum dasar negara ”

d) Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai Pokok Kaidah Negara


yang Fundamental mengandung pokok-pokok pikiran yang harus
dijabarkan ke dalam pasal-pasal UUD 1945.
MAKNA PEMBUKAAN UUD 1945
1. Alinia pertama pengakuan tentang nilai 'hak kodrat' yaitu hak
untuk merdeka, yang tersimpul dalam kalimat "Bahwa sesung
guhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

2. Alinia kedua merupakan konskwensi logis dari alinea pertama


yaitu hak kodrat yaitu hak untuk merdeka yg dicapai dg perjuangan,
jadi bukan hadiah dari bangsa asing

3. Alinea ketiga mengandung makna religius, konsekuensinya hrs


mendasari seluruh hukum positif, dan juga adanya pengakuan bhwa
kemerdekaan adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa

4. Alinea keempat memuat inti berdirinya RI merdeka yaitu “ tujuan


negara, diadakanya UUD negara, bentuk negara yaitu republik,
tentang adanga dasar filsafat negara yaitu Panasila
Hubungan Pembukaan Dg Pasal UUD 45

a). Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia maka


Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakekat kedudukan yang terpisah
dengan batang tubuh UUD 1945.

b). Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya mempunyai kedudukan


lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945.

c). Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang


Fundamental yang menentukan adanya UUD 1945, yang menguasai
hukum dasar negara, baik yang tertulis (UUD) maupun tidak tertulis
(convensi), jadi merupakan sumber ” hukum dasar negara ”

d). Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai Pokok Kaidah


Negara yang Fundamental mengandung pokok-pokok pikiran yang
harus dijabarkan ke dalam pasal-pasal UUD 1945.
Empat Pokok Pikiran Pembukaan UUD 45

• Pokok-Pikiran Pertama : Pokok pikiran ini menegaskan bahwa dalam 'Pembukaan'


diterima aliran pengertian negara persatuan. Negara yang melindungi segenap
bangsa
• Pokok Pikiran kedua Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat “. Pokok pikiran ini yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
• Pokok Pikiran ketiga Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan
dan permusyawaratan /perwakilan
• Pokok Pikiran keempat Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang
Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur “. :
Kedudukan Pancasila

1. Sebagai dasar negara RI akan memberi arah


dalam penyelenggaraan negara. Disini
Pancasila sbg sumber dari segala sumber hukum RI.
Implementasinya pada peraturan organik
2. Sebagai pandangan hidup akan memberi petunjuk
dalam hidup bermasyarakat.
KARAKTER
 Unsur kunci: komitmen, kata2 dpt dipegang, keputusan demi kebaikan
bersama
 Memperlakukan sesama dgn respek, tidak “senyum ke atas dan menyepak
ke bawah”, memandang dgn lensa positif, sebagai teman sekerja dan
bukan saingan
 Terus menerus belajar dan mencoba sesuatu yg baru serta cepat
menyesuaikan menyesuaikan dgn perubahan, mencari feedback dan
bertindak
 Tingkah laku  Sikap  karakter: setia pd komitmen, rendah hati, carilah
“cermin”
KARAKTER
 Kualitas moral atau etika
 Kejujuran,
 keberanian,
 integritas: komitmen, kata2 dpt dipegang
 Dibutuhkan karakter untuk menghadapi pengganggu.
 Reputasi
PANCASILA: VISI & KARAKTER BANGSA

 Pancasila adalah visi, sebab tanpa visi jadi liarlah rakyat


 Karakter universal: Ketuhanan Yang Mahaesa dan
Perikemanusiaan yang adil dan beradab.
 Karakter Kebangsaan: PERSATUAN INDONESIA,
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN /
PERWAKILAN dan KEADILAN SOSIAL BAGI
SELURUH RAKYAT INDONESIA
KETUHANAN YANG MAHA ESA
• Percaya dan Takwa kepada Tuhan sesuai agama dan kepercayaan masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
• Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
• Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
• Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
PERIKEMANUSIAAN
 Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
PERSATUAN INDONESIA
• Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan.
• Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
• Cinta Tanah Air dan Bangsa.
• Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air
Indonesia.
• Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
KERAKYATAN
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Utamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mufakat dalam semangat
kekeluargaan.
Iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil musyawarah.
Musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
Keputusan harus dapat dipertanggung jawabkan secara
moral kepada Tuhan, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai kebenaran dan keadilan.
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA
 Perbuatan yang cerminkan sikap kekeluargaan/gotong-royong.
 Bersikap adil.
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
 Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
 Tidak boros.dan bergaya hidup mewah.
 Tidak merugikan kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Menghargai hasil karya orang lain.
 Mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
UUD 1945
 Landasan Konstitusional atas landasan ideal yaitu Pancasila
 Alat pengendalian sosial (a tool of social control)
 Alat untuk mengubah masyarakat ( a tool of social engineering)
 Alat ketertiban dan pengaturan masyarakat.
 Sarana mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.
 Sarana penggerak pembangunan.
 Fungsi kritis dalam hukum.
 Fungsi pengayoman
 Alat politik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)
 NKRI adalah anugrah yang mesti di urus dengan benar
 NKRI adalah persoalan mewujudkan pemerataan
kesejahteraan (tak ada lagi suara: “kami di sini belum
merdeka”)
 NKRI adalah geostrategi: yang mengaitkan ekonomi,
geografi dan strategi (how to, roadmap) (S.H.
Sarundajang 2011:4).
BHINNEKA TUNGGAL IKA
 Istilah: dari kakawin Sutasoma (Mpu Tantular sekitar abad ke-14),
tentang toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.
 Bangsa Indonesia itu bhineka (bahasa, suku, agama/kepercayaan)
 Geografis juga bhineka
 Tapi ada pengikat: bahasa Indonesia
 Tanah Air Indonesia
 Bangsa Indonesia
 Yang paling utama: PANCASILA
 “Otonomi daerah" yang salah kaprah bisa akibatkan hilangnya
“tunggal ika”
BEBERAPA PERSOALAN YANG DIHADAPI
TERKAIT IMPLEMENTASI PANCASILA DI
KALIMANTAN TIMUR, YAITU :

1. MASALAH NASIONALISME DAN


KEDAERAHAN
2. MASALAH KEMISKINAN DAN EKONOMI
3. MASALAH HUKUM DAN SOSIAL
MASYARAKAT
Ad.1. MASALAH NASIONALISME DAN KEDAERAHAN

A) Soal nasionalisme tidak selalu ditimpakan pada daerah yang


berbatasan langsung dengan negara lain. Tapi refleksi yang
muncul bahwa Kalimantan Timur sebagai beranda depan
atau teras negara, dijadikan suatu argumen kurangnya
nasionalisme.

B) Persoalannya bukan semata orang melakukan lintas batas


wilayah, menggunakan mata uang asing sebagai alat tukar,
perkawinan campur kewarganegaraan, tenaga kerja, illegal
loging terus dikatakan nasionalisme menjadil luntur. Tetapi
karena adanya faktor-faktor, seperti ekonomi, sosial budaya
atau dat istiadat
A. Dari sisi kedaerahan bermunculan organisasi yang
membawa unsur kedaerahan, tanpa di imbangi dengan
pernyataan bahwa Pancasila sebagai satu-satunya
falsafah, idiologi, dan pandangan hidup, maka dapat
menyebabkan disintegrasi bangsa dan nasionalisme.

B. Menonjolkan kedaerahan, etnis, golongan, agama


menyebabkan masyarakat kita terpetak-petak dalam
kepentingannya masing-masing.

Pertannyaan : Apakah ini yang dimaksud demokrasi


menurut versi bangsa kita?
Memelihara Nilai-nilai Pancasila

Membuktikan dalam kepemimpinan yang berpihak


dengan kepentingan masyarakat, akuntablitas,
contoh kepribadian yang menyejukkan bukan
Keteladanan Pemimpin
menciptakan suatu situasi yang abnormal.
Daerah /Kepala Daerah
Banyaknya kasus tipikor di Kaltim, mencerminkan
salah satu kurangnya Pancasila sebagai cerminan
implementasi yang terefleksi dalam perbuatan nyata.

Bagi elit politik di daerah bukan mengobral janji, tepai


Mengurangi kepentingan lebih pada wujud nyata dalam berbagai kegiatan bakti
politik dalam kegiatan sosial dan melakukan pendekatan persuasif. Juga
sosial dihindari imbalan dari perbuatan tersebut untuk
mencapai tujuan politiknya
Para pemimpin di daerah Kaltim dalam pengamalan
Pancasila, bukan semata mencari pendapatan
sebesar-besarnya untuk memperoleh hasil. Tapi tidak
Memelihara pelestarian
memperhatikan lingkungan dan dampak yang
lingkungan
berakibat bagi manusia sekitar atau warga masyarakat
kaltim, seperti masalah perizinan bidang kehutanan
dan pertambangan.

Keharmonisan Pancasila sebagai falsafah Bangsa


apabila mampu diciptakan lapangan pekerjaan dan
Menciptakan lapangan
investasi yang sehat, sebagai upaya mengurangi
pekerjaan dengan
kemiskinan yang berakibat pada munculnya berbagai
mendorong inventasi
penyakit masyarakat. Termasuk menggadaikan rasa
yang sehat
kebangsaan dan nasionalisme nya sebagai orang
Indonesia.
NILAI PANCASILA menjadi
SUMBER NORMA ETIK

1. ETIKA SOSIAL BUDAYA


2. ETIKA PEMERINTAHAN dan POLITIK
3. ETIKA EKONOMI dan BISNIS
4. ETIKA PENEGAKAN HUKUM yang
BERKEADILAN
5. ETIKA KEILMUAN dan DISIPLIN KEHIDUPAN

34
Penciptaan nasionalisme melalui
pengamalan Pancasila sebagai dasar
falsafah bangsa
SOSIO KULTURAL
SISTIM NILAI
(CARA HIDUP &
(BENAR, BAIK,
KEHIDUPAN)
INDAH, RELIGIUS)

IDEOLOGI
KRISTALISASI

PANDANGAN DOKTRIN
HIDUP
PROGRAM

LAO ZHE
IDEOLOGI, EKONOMI, MILITER
Memahami NATION DAN CHARACTER BUILDING
DALAM WAWASAN KEBANGSAAN

Adanya kekhawatiran karena memudarnya wawasan kebangsaan,


yang menyedihkan lagi bilaman kita kehilangan wawasan tentang
makna hakekat kebangsaan yang bisa terjadi dis-orientasi dan
perpecahan

Dampak krisis multi-demensional yang telah memperlihatkan tanda-


tanda awal munculnya krisis :

 Kepercayaan diri (self-confidance)

 Hormat diri ( self-esteem)


Proklamasi kemerdekaan
Indonesia dengan tujuan umum Diubah
Menjadi sistem modern dan
mengubah sistem feodalistik sistem demokrasi yang memiliki
dan kolonial K martabat sebagai suatu bangsa
o
n
t
e
k

Pertama, KEMANDIRIAN (self-reliance), atau menurut istilah Presiden Soekarno adalah


“Berdikari” (berdiri di atas kaki sendiri)

Kedua, DEMOKRASI (democracy), atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis.
Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari
masyarakat warisan yang feodalistik.

Ketiga, PERSATUAN NASIONAL (national unity). Dalam kontek ini diwujudkan dengan
kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar berbagai kelompok.

Keempat, MARTABAT INTERNASIONAL (bargaining positions). Indonesia tidak perlu


mengorbankan martabat dan keadulatannya sebagai bangsa yang merdeka
untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunai internasional.
Sebagai bagian dari wawasan kebangsaan, maka Nation And
Character Building , maka setiap orang tentu memiliki rasa
kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam perasaan
atau pikiran, paling tidak dalam di dalam hati nuraninya.

Rasa kebangsaan sebagai wujud rasa kebangsaan, yaitu rasa yang


lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang
tumbuh dari kebudayaan, sejarah dan aspirasi perjuangan masa
lampau

Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa,


tetapi ia merupakan perekat yang mempersatukan dan memberi
dasar keberadaan (rasion d’entre) bangsa-bangsa di dunia.

Dengan demikian wawasan kebangsaan merupakan, jiwa, cita-cita, atau


falsafat hidup yang tidak lahir dengan sendirinya. Sesungguhnya ia merupakan
hasil konstruksi dari realitas sosial dan politik (sociallyand
politicallyconstructed)
WAWASAN
KEBANGSAAN ,
SEBAGAI
SUATU SISTEM

Tumbuh
dari

Sub- Sub- Sub-


sistem sistem sistem
politik ekonomi sosial
hanya berlangsung suatu proses interaksi sosial
Sub sistem sosial :
yang menghasilkan kohesi sosial yang kuat, hubungan antar
individu, antar kelompok dalam masyarakat yang harmonis,
integrasi dalam sistem sosial yang terjadi akan sangat
mewarnai dan mempengaruhi bagaimana sistem budaya
(ideologi /falsafah/pandangan hidup) dapat bekerja dengan
semestinya.
Sub sistem ekonomi : Ekonomi yang kuat antara lain tercermin pada
tingkat pendapatan per kapita dan tingkat pertumbuhan yang
tinggi belum menjamin terwujudnya demokrasi yang sehat
apabila struktur ekonomi pincang dan sumber-sumber daya
hanya terakumulasi pada sebagian kecil anggota masyarakat.

politik akan memberikan energi kepada


Sub sistem Politik :
bekerjanya sub-sistem ekonomi, untuk kemudian memberikan
energi bagi sub-sistem sosial dan pada akhirnya pada sub
sistem budaya.
POLA PIKIR DALAM PEMAHAMAN WAWASAN
KEBANGSAAN

Sistem budaya
WAWASAN
(ideologi, falsafah)
Latent Pattern Maintenance KEBANGSAAN

Sistem Sosial Ketahanan Sosial


(harmonisasi/keselarasan) Intergrasi Sosial
Intergration Keselarasan Sosial

Pemberdayaan Sistem Ekonomi


Ekonomi (distribusi/pemerataan) Peningkatan Pendapatan
Adaptation

Kontrol Energi

Keseimbangan Hak dan


Sistem Politik
Civic Education Kewajiban WN
(demokrasi)
Goal Attainment
Menghargai Perbedaan
Ada 7 (tujuh) kriteria dimana Sub-sistem Politik merupakan prasyarat atau
prakondisi bagi terciptanya atau bekerjanya sub-sistem ekonomi. Dimana
sub-sistem politik mengedepankan keseimbangan hak dan kewajiban,
menurut Robert Dahl, yaitu :

Pengawasan atas kebijakan pemerintah dilakukan secara konstitusional


1
oleh wakil-wakil yang dipilih

Wakil-wakil rakyat itu dipilih dalam pemilihan yang dilakukan secara


2
jurdil dan tanpa paksaan.

3 Semua orang dewasa berhak memilih.

4 Semua orang dewasa berhak dipilih.

5 Setiap warga negara berhak menyatakan pendapat mengenai


masalah-masalah politik tanpa ancaman hukuman

6 Setiap warganegara berhak memperoleh sumber-sumber


informasi alternatif, yang memang ada dan dilindungi oleh hukum

Setiap warga negara berhak membentuk perkumpulan atau


7 organisasi yang relatif indepen, termasuk partai politik dan
kelompok kepentingan
WAWASAN KEBANGSAAN TIDAK LEPAS DARI BEKERJANYA
DALAM SUATU SISTEM NEGARA

TUJUAN NEGARA
(GOOD-LIFE)

FUNGSI NEGARA
(Pendekatan Kesejahteraan dan
Pendekatan Keamanan)

FUNGSI PEMERINTAHAN
(Regulasi Publik, Fasilitasi Publik, dan
Pelayanan Publik)

GOOD - GEVERNANCE

CLEAN - GEVERNANCE

AKUNTABILITAS PUBLIK

KONTROL PUBLIK

DEMOKRASI - NASIONALISME
(Demokrasi ber Wawasan Kebangsaan )
NKRI MASALAH SAAT INI
NILAI-NILAI
P Masalah Kemiskinan, ekonomi,
Nilai tepa selera dan tuntutan hidup
A
N
Masalah Pengangguran dan
C tenaga kerja
Nilai gotong royong
A
S
I Pendidikan dan Pergaulan bebas
Nilai luhur dari adat
istiadat L
A Ilmu pengetahuan dan
? teknologi
Nasionalisme,

BHENIKA
TUNGGAL
IKA
45
45
B A G I M U N E G E R I, J I W A R A G A K A M I
45 45

Anda mungkin juga menyukai