Anda di halaman 1dari 37

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1dari 37 27 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

PENDIDIKAN PANCASILA
15U00007/18U00007/20U00006
2 SKS

PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM,


MEDIA PENDIDIKAN, MKU DAN MKDK
LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

1
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2dari 37 27 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh lima bulan Agustus tahun 2020 Bahan Ajar Mata
Kuliah Umum Pendidikan Pancasila telah diverifikasi oleh Ketua Pusat Pengembangan
Kurikulum, Media Pendidikan, MKU dan MKDK

Semarang, 25 Agustus 2020


Ketua Pusat Pengembang Kurikulum Tim Penulis
Inovasi Pembelajaran, MKU dan MKDK

Dr. Saiful Ridlo, M.Si. Tim Penulis Buku MKU


NIP. 196604191991021002

2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3dari 37 27 Februari 2017

PRAKATA

Seiring reformasi, tuntutan perubahan dan perkembangan, maka dalam


kehidupan berbangsa-bernegara bergulir berbagai pembenahan sesuai paradigma
baru. Hal tersebut membawa konsekuensi bagi pendidikan tinggi, khususnya mata
kuliah Pendidikan Pancasila untuk melakukan penyempurnaan materi sejalan
dengan keluarnya Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 38/Dikti/Kep. 2002 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
dan telah terselesaikannya amandemen ke empat UUD 1945 dalam Sidang
Tahunannya pada Agustus 2002.
Oleh karena itu, terhadap buku yang telah ada dipandang perlu untuk
disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan tersebut. Dengan demikian,
perkuliahan Pendidikan Pancasila sebagai salah satu mata kuliah yang mengemban
misi pengembangan kepribadian mahasiswa sebagai manusia Indonesia yang
Pancasilais diharapkan mampu menumbuh-kembangkan pribadi mahasiswa
sebagai generasi penerus bangsa yang tetap berpijak pada kepribadian bangsanya
dalam berperan dan menyongsong era global.
Buku hasil revisi terbaru ini telah berusaha mengadopsi berbagai hasil
perkembangan baru, terutama hasil-hasil amandemen UUD 1945 maupun
Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas sebagaimana disebutkan di atas. Dengan
demikian diharapkan buku Pendidikan Pancasila sebagai bekal materi minimal yang
harus dipelajari mahasiswa mampu memenuhi tuntutan jamannya, dengan tetap
bercirikan kajiannya yang teoritis-ilmiah-akademis.
Akhirnya kepada semua pihak yang mendukung terbitnya buku hasil revisi
terbaru ini diucapkan terima kasih. Kritik dan saran sebagai sapaan kepedulian
terhadap terbitnya buku ini oleh pembaca tetap menulis harapkan.
Semarang, 25 Agustus 2020

Tim Penulis

3
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 37 27 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH
Matakuliah ini menyajikan bahasan tentang Pancasila sebagai nilai dasar
dan dasar negara, sistem ketatanegaraan RI dengan kajian historis, yuridis, dan
filosofis, serta Pancasila sebagai paradigma dan aktualisasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk itu materi di dalamnya meliputi
latar belakang dan tujuan pendidikan pancasila, sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, proses perumusan dan pengesahan Pancasila dasar negara, Pancasila
sebagai nilai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sebagai etika
politik, Pancasila sebagai ideologi, dan aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan.

4
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 37 27 Februari 2017

DAFTAR ISI
Prakata 3
Daftar Isi 5
Bab I Latar Belakang dan Tujuan Pendidikan Pancasila 6
Deskripsi Singkat 6
Capaian pembelajaran pertemuan 6
A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila 7
B. Tujuan Pendidikan Pancasila 11
C. Perjuangan Non Fisik Mahasiswa 10
Bab II Pancasila Dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia 15
A. Masa Kejayaan Nasional 15
B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan 18
C. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945) 22
D. Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan 23
Daftar Pustaka 35

5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 37 27 Februari 2017

BAB I
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

Deskripsi singkat
Bab ini secara khusus akan menjelaskan tentang Latar Belakang & Tujuan
Pendidikan Pancasila dan Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.
Melalui pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang
histories kultural, filosofis dan historis pendidikan Pancasila, menguraikan
kedudukan Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia, menguraikan rumusan
Pancasila yang benar dan sah, memaparkan prinsip memahami dan melaksanakan
Pancasila, menjelaskan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan Pancasila
menguraikan masa kejayaan nasional, menjelaskan sejarah perjuangan bangsa
melawan penjajahan, menerangkan isi dan makna proklamasi kemerdekaan, serta
menjabarkan kembali perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan

Capaian pembelajaran Pertemuan


Capaian pembelajaran mata kuliah ini ialah mahasiswa diharapkan mampu
melakukan beberapa hal, diantaranaya adalah:
1. Mampu memperkenalkan tujuan dan implementasi pendidikan Pancasila
2. Mampu memperkenalkan dan menjelaskan sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia pada masa sebelum merdeka sampai masa mengisi kemerdekaan

6
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7dari 37 27 Februari 2017

A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila


1. Latar Belakang Historis Pendidikan Pancasila
Bukti atau fenomena historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila akan
dijadikan Dasar Negara dapat disimak dari bukti-bukti, peristiwa-peristiwa,
ungkapan-ungkapan, atau pernyataan seperti berikut ini.
1) Dalam pembukaan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (Dokuritsu Ziumbi Choosakai) tanggal 29 Mei 1945, Dr.
KRT. Radjiman Widyodiningrat sebagai Ketua Badan Penyelidik meminta
agar sidang mengemukakan dasar Indonesia Merdeka (philosofische
grondslag) dari Indonesia Merdeka.
2) Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Moh. Yamin pada permulaan pidato dalam
sidang badan Penyelidik, antara lain mengatakan sebagai berikut:
“Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang menjadi dasar
negara dan susunan negara yang akan terbentuk dalam suasana
kemerdekaan yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat Indonesia
dengan korban darah daging sejak beratus-ratus tahun” (Naskah
Persiapan UUD 1945).
3) R.P. Soeroso pada waktu memberi peringatan kepada Mr. Muhammad
Yamin dalam pidato tanggal 29 Mei 1945, antara lain mengatakan:
“Sebagai diterangkan oleh tuan Ketua, tuan Radjiman tadi yang
dibicarakan ialah dasar-dasar Indonesia Merdeka....” (Naskah Persiapan
UUD 1945).
4) Prof. Mr. Soepomo dalam pidato sidang pertama Badan Penyelidik
tanggal 31 Mei 1945, antara lain mengatakan: “soal yang kita bicarakan
ialah bagaimanakah akan dasar-dasar Negara Indonesia Merdeka”
(Naskah Persiapan UUD 1945).
5) Ir. Soekarno dalam pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Badan
Penyelidik antara lain menyebutkan bahwa yang diminta oleh Ketua
Badan Penyelidik adalah agar sidang mengemukakan dasar Indonesia
Merdeka yaitu Philosofische Grodslag dari Indonesia Merdeka.

7
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 37 27 Februari 2017

Selanjutnya beliau memberi nama Philosofische Grondslag atau Dasar


Falsafah Negara Indonesia Merdeka tersebut; Pancasila.
6) Di dalam “Piagam Jakarta” atau “Jakarta Charter” tercantum kalimat
sebagai berikut.
“......., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Hukum dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakila, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (naskah Persiapan UUD
1945).
7) Di dalam Pembukan UUD 1945 tercantum kalimat: “...... maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2. Latar Belakang Kultural Pendidikan Pancasila


Untuk memahami landasan kultural pendidikan Pancasila tersebut, dapat
dilihat dari asal-muasal unsur-unsur Pancasila itu. Meskipun secara formal
Pancasila baru menjadi Dasar negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945, namun jauh sebelum itu bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur
Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Secara kultural
unsur-unsur Pancasila terdapat pada adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan,
kesenian, kepercayaan, agama, dan kebudayaan pada umumnya (Sunoto, 1982:1).

8
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 9dari 37 27 Februari 2017

Dari berbagai contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur


Pancasila memang telah dimiliki dan dijalankan oleh bangsa Indonesia sejak
dahulu. Contoh-contoh tersebut baru sebagian bukti kultural yang kiranya perlu
dikaji lagi secara mendalam agar makna yang ada didalamnya dapat dipahami
secara lebih seksama. Pendidikan Pancasila adalah proses pembudayaan atau
pewarisan budaya dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda
tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

3. Latar Belakang Yuridis Pendidikan Pancasila


Konkritisasi landasan yuridis pendidikan Pancasila dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1) Pembukaan UUD 1945

Pancasila sebagai dasar negara terdapat dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD
1945. Konsekuensinya maka Pancasila merupakan pokok kaidah yang
fundamental; peraturan hukum yang tertinggi; merupakan rangka, suasana,
dasar dan tujuan pendidikan.

2) Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 31 UUD 1945 menyebutkan bahwa (1) Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan, (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, yang diatur
dengan Undang-Undang. Ketentuan tersebut merupakan realisasi dari salah satu
tujuan negara yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945. Penyelenggaraan
pendidikan Pancasila merupakan usaha dari Pemerintah Indonesia, agar setiap
warga negara dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi
pekerti yang luhur supaya mampu dan siap menjadi manusia pembangunan yang
berjiwa Pancasila.

9
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 10dari 37 27 Februari 2017

3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan

Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa Pancasila merupakan sumber dari


segala hukum negara dan sebagai konsekuensinya, maka semua peraturan
perundang-undangan Indonesia merupakan manifestasi atau penjabaran dari
Pancasila di bidang hukum Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya warga
negara Indonesia yang baik harus mentaati hukum tersebut. Artinya, setiap
warga negara Indonesia harus memahami dan melaksanakan hukum yang
merupakan penjabaran dari Pancasila.

4) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 ditegaskan bahwa pendidikan nasional


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945. Sesuai dengan rumusan tersebut maka segala kegiatan pendidikan
yang terjadi di Indonesia harus sesuai, berdasarkan, dan merupakan upaya
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sehingga segenap gerak nafas
pendidikan Indonesia mestinya diwarnai oleh Pancasila.

5) Undang-Undang No. 12 Tahun 2012: tentang Pendidikan Tinggi

Pasal 2 Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi


menegaskan bahwa: Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Selanjutnya pada pasal 4 a. Undang-undang tersebut ditegaskan bahwa
perguruan tinggi mempunyai fungsi: mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan dalam pasal 5 a menegaskan juga
bahwa diselenggarakannya perguruan tinggi bertujuan: berkembangnya potensi
mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

10
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11dari 37 27 Februari 2017

Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
Selanjunya pada pasal 35 ayat 3 sangat jelas ditegaskan bahwa kurikulum
pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah:
a. Agama;
b. Pancasila;
c. kewarganegaraan; dan
d. bahasa Indonesia.

4. Latar Belakang Filosofi Pendidikan Pancasila


Secara intrinsik nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filosofis dan secara
praktis nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa
Indonesia. Nilai-nilai (tata nilai) itu tidak lain adalah merupakan kebulatan ajaran
tentang berbagai segi/bidang kehidupan suatu masyarakat/bangsa, dalam hal ini
bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, diakui bahwa nilai-nilai Pancasila
adalah pandangan hidup (filsafat hidup) yang berkembang dalam sosio-budaya
Indonesia. Nilai Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak budaya bangsa sebagai
hasil perenungan/pemikiran yang sangat mendalam. Oleh karenanya nilai tersebut
diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Sedemikian mendasarnya nilai itu
dalam menjiwai dan memberikan watak (kepribadian, identitas) bangsa sehingga
pengakuan atas kedudukan Pancasila sebagai filsafat adalah wajar.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila

1. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia berarti mengumumkan


kepada dunia dan bangsa Indonesia bahwa bangsa Indonesia telah menjadi negara
yang merdeka dan berdaulat. Dengan Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak berarti
bahwa tujuan bangsa Indonesia telah tercapai, bahkan sebaliknya dengan
kemerdekaan bangsa Indonesia ingin memulai melaksanakan tujuan nasional yang

11
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 12dari 37 27 Februari 2017

diemban oleh kemerdekaan itu sendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia


dituangkan secara jelas dan gamblang dalam Pembukaan UUD 1945. Tujuan
nasional tersebut adalah: (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan
kehidupan bangsa, (4) melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2. Tujuan Pendidikan Nasional

Sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan tersebut secara teoritis dapat dikelompokkan menjadi tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang. Kaitan dengan hal ini, Asdi (1985) menyatakan
bahwa mempelajari sesuatu tentu mempunyai tujuan, demikian halnya dengan
mempelajari Pancasila. Ada dua tujuan dalam mempelajari Pancasila, yaitu tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

1) Tujuan Jangka Pendek

Manusia selalu mempunyai keinginan untuk tahu; keinginan itu merupakan


sifat manusia yang kodrati. Keinginan inilah yang mendorong manusia untuk
mempelajari dan meneliti sesuatu, sehingga mendapatkan kebernaran Dengan
mengetahui yang benar, maka ia dapat mempertimbang- kan, apakah sesuatu itu
berguna atau tidak bagi dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.

12
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13dari 37 27 Februari 2017

2) Tujuan Jangka Panjang

Dapat dikatakan bahwa tujuan jangka pendek menunjang tujuan jangka


panjang. Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mempelajari
Pancasila dapat diharapkan keinsyafan untuk menghayati, mengamalkan dan
kemudian mempertahankan Pancasila. Hal itu disebabkan karena ada pengakuan
bahwa Pancasila mengandung kebenaran dan kebaikan. Kaitan dengan hal ini,
Lapasila IKIP Malang (1990) mensarikan bahwa tujuan mempelajari Pancasila
adalah untuk:
a) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan (nilai) Pancasila yang benar dan
sah, yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, teoretis ilmiah,
filosofis ideologis, etis-moral, teistis-religius.
b) Meningkatkan kesadaran dan kebanggaan bahwa nilai Pancasila bersumber
dari sosio-budaya bangsa, sebagai perwujudan jiwa dan kepribadian bangsa.
c) Meningkatkan kesetiaan dan kebanggaan sebagai warga negara sebagai
kesatuan nilai yang utuh itu, bangsa Indonesia bertekad mengembangkan,
mewariskan, dan melestarikan Pancasila dan UUD 1945.
Pelaksanaan Pancasila secara nyata dalam sikap dan perilaku seseorang
dapat dibedakan sebagai berikut.

a) Pelaksanaan Pancasila secara Subjektif.

Pelaksanaan Pancasila secara subjektif yaitu pelaksanaan Pancasila dalam pribadi


perseorangan, baik sebagai warga negara (masyarakat), para penguasa negara
maupun pemimpin rakyat. Pancasila sebagai dasar filsafat negara mengandung
nilai intrinsik yaitu nilai kebenaran, nilai kebaikan dan nilai keindahan.
Lebih lanjut, pelaksanaan Pancasila secara subjektif itu akan lebih berhasil
jika dilakukan secara sistematik dan konsisten dalam usaha untuk membudayakan
Pancasila. Penerapan pelaksanaan Pancasila secara subjektif ini meliputi segala
bidang kehidupan antara lain bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan,
agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang juga dilaksanakan
dalam lingkungan hidup pribadi, hidup keluarga, dan hidup kemasyarakatan.

13
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 14dari 37 27 Februari 2017

b) Pelaksanaan Pancasila secara Objektif

Pengertian Pancasila di dalam pelaksanaan yang obyektif ini merupakan


pengertian yang umum kolektif. Pengertian yang umum kolektif ini di dalam logika
disebut sebagai pengertian yang partikular, yaitu suatu pengertian yang ruang
lingkupnya dibatasi oleh partikularitas, misalnya bidang hukum saja. Pancasila
dalam pengertian yang umum kolektif dan pelaksanaan Pancasila secara objektif
dapat dijabarkan dan diperinci dalam bentuk peraturan perundangan di Indonesia.

3. Kompetensi yang Diharapkan dari Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila yang berhasil, akan membuahkan sikap mental bersifat


cerdas, penuh tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang:
a. beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. berperikemanusiaan yang adil dan beradab
c. mendukung persatuan bangsa
d. mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan.
e. mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial
Melalui Pendidikan Pancasila, warganegara Republik Indonesia diharapkan
mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-
cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.
Pada saatnya dapat menghayati Filsafat dan Ideologi Pancasila, sehingga menjiwai
tingkah lakunya selaku warga negara Republik Indonesia dalam melaksanakan
profesinya.

14
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 15dari 37 27 Februari 2017

BAB II
PANCASILA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. Masa Kejayaan Nasional

1. Perkembangan Singkat Kerajaan-kerajaan Kuno di Indonesia

Pada abad ke-7 muncul kerajaan yang nantinya memegang peranan besar
dalam percaturan politik di Asia Tenggara. Kerajaan tersebut adalah Kerajaan
Sriwijaya yang terletak di Sumatera. Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang
dengan ketangguhan armada lautnya segera dapat menguasai kunci-kunci lalu
lintas di Indonesia bagian barat, seperti Selat Sunda dan Selat Malaka. Sriwijaya
merupakan kekuatan besar yang disegani dalam percaturan politik di Asia
Tenggara. Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Cina di Asia Timur dan India
(Nalanda) di Asia Selatan. Kemakmuran yang dicapainya telah mendorong kerajaan
ini mengembangkan diri dalam bidang kebudayaan. Perguruan Tinggi Agama
Budha berkembang baik, bahkan terkenal di luar negeri. Banyak musafir agama
Budha dari Cina harus belajar lebih dulu di Sriwijaya sebelum melanjutkan studinya
ke India. Di perguruan tinggi tersebut terdapat guru besar-guru besar tamu dari
India, seperti Dharmakirti. Kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaannya di
bawah raja Balaputra (850). Pada waktu itu hubungannya dengan India erat sekali.
Setelah itu kerajaan ini mengalami kemunduran. (Nyoman Dekker, 1978:148).
Peranannya sebagai negara besar di Indonesia, empat abad berikutnya
digantikan oleh Majapahit yang terletak di sekitar Mojokerto (Jawa Timur) sekarang.
Kerajaan Majapahit (1293) bertahan dalam jangka waktu yang panjang (1520).
Kerajaan ini mencapai puncak kemegahannya di bawah raja Hayam Wuruk, dengan
Mahapatih Gajah Mada. Gajah Mada, sebelum menjabat Mahapatih Majapahit
(1319), pernah menyelamatkan kerajaan ini dari bahaya keruntuhan ketika
kekuasaan negara di coup oleh Semi dan Kuti. Dengan semboyan “Mitreka Satata”,
maka diadakanlah hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga,

15
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 16dari 37 27 Februari 2017

seperti Birma, Kamboja dan lain-lain. Wilayah kekuasaannya bukan hanya meliputi
Indonesia sekarang, tetapi juga sampai di daerah Malaka, seperti Pahang,
Langkasuka, Trenggano, dan Tuimasik.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.
Empu Prapanca menulis: Nagarakertagama (1365), Empu Tantular mengarang:
Sutasoma. Di dalam buku Sutasoma inilah kita jumpai kalimat yang kemudian
menjadi semboyan negara Indonesia, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Sebenarnya
kalimat ini lengkapnya berbunyi: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrwa”, artinya “Walaupun berbeda, satu jua adanya sebab tidak ada agama
yang mempunyai tujuan yang berbeda”. Ini menggambarkan realitas kepercayaan
dan keyakinan agama yang hidup pada waktu itu, yaitu Agama Hindu dan Agama
Budha, bahkan salah satu daerah kekuasaan seperti Pasai telah memeluk agama
Islam. Toleransi umat beragama dijunjung tinggi Majapahit sebagai negara nasional.
Namun demikian, disebabkan faktor kelemahan di dalam negeri sendiri (seperti
adanya Perang Saudara pada permulaan abad XV), maka mulailah kerajaan ini
mundur dan akhirnya runtuh pada permulaan abad XVI (1520).

2. Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Kerjaan Islam pertama di Indonesia ialah Samudra Pasai (abad XIII). Dilihat
dari bukti-bukti yang ada Sultan Malik Al Saleh adalah raja Islam yang pertama di
Indonesia, baru kemudian digantikan Sultan Ahmad atau Malik Al Tahit.
Setelah Samudra Pasai ditaklukkan oleh Portugis (1522) dan runtuhnya
Malaka (1511) maka Aceh menjadi penting kedudukannya. Aceh muncul sebagai
kerajaan Islam pada abad XIV, Sultan Ali Mughayat Syah (1530) sebagai raja yang
pertama, kemudian digantikan Alaudin Riayat Syah (1588-1604), Ali Riayat Syah
(1604-1607) dan Sultan Muda Iskandar Muda (1607-1636) merupakan sultan
terkenal dalam sejarah Aceh. (Marwati Djoened Poesponegoro (III), 1981/1982;
Nyoman Dekker, 1978: 151; Sartono Kartodirdjo (I), 1992:66).
Demak merupakan salah satu daerah strategis bagi pelayaran laut Jawa.
Raden Patah adalah bupati yang berkuasa di Demak (Bintoro). Mula-mula masih di

16
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 17dari 37 27 Februari 2017

bawah kekuasaan Majapahit, tetapi kemudian melepaskan dirinya dari kerajaan


Majapahit (1500). Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor (1518-1821) adalah
pangeran yang pernah menyerang Portugis di Malaka. Demak mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Trenggono (1521-1546). Fatahillah terkenal
sebagai penglima yang cakap dan menguasai Jawa Barat (Banten dan Jayakarta).
Banten yang strategis tempatnya di Selat Sunda oleh Fatahillah diserahkan
kepada puteranya yaitu Hasanuddin. Benten kemudian berkembang menjadi
kerajaan Islam yang cukup berwibawa. Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1681) adalah
Sultan yang terkenal dengan haluan politiknya yang tegas-tegas anti Belanda.
Di Maluku sudah lama berkembang agama Islam, kira-kira sejak sekitar abad
XVI. Di kepulauan ini terkenal empat kerajaan: Jailolo, Ternate, Tidore dan Bacan.
Sultan Hairun (1570) dan Baab Ullah adalah sultan-sultan terkenal di Ternate.
Pada abad ke XVII raja Goa telah memeluk agama Islam. Raja Islam pertama
di Goa ialah Alaudin (1591-1638), yang kemudian diganti oleh Sultan Hasanuddin
(1654-1660). Pada saat ini, kerajaan Goa beribukota di Makasar. Sultan ini
mempunyai haluan politik yang sangat keras terhadap penjajahan Belanda. Ia
terkenal sebagai “Ayam Jantan dari Timur”.
Setelah Demak runtuh, Pajang sebagai penerusnya, dengan Ki Joko Tingkir
atau Hadiwijaya sebagai Sultan-nya,. tetapi usia kerajaan ini sangat pendek (1556-
1586). Kemudian kekuasaan beralih ke Mataram di bawah Sutowijoyo atau
Senopati. Kerajaan ini berkembang mencapai puncaknya di bawah kekuasaan
Sultan Agung (1613-1645). Sama halnya Sultan Hasanuddin, Sultan Agung
berhaluan politik keras menentang Belanda. Tahun 1628 Batavia diserangnya dan
kemudian diulangi lagi pada tahun 1629. Namun akibat politik ”devide et impera”
Belanda, Mataram berhasil diperlemah kekuasaannya, bahkan kemudian Mataram
dipecah menjadi dua kekuasaan ialah Wilayah Susuhunan (Surakarta) dan wilayah
Kasultanan (Yogyakarta).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat suatu persamaan di antara kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia ialah hampir seluruhnya berhaluan politik anti
penjajahan, baik penjajahan Spanyol, Portugis, maupun Belanda. Perlawanan-

17
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18dari 37 27 Februari 2017

perlawanan yang dilakukan merupakan bukti bahwa sejak semula bangsa Indonesia
mencita-citakan kemerdekaan.

B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan

3. Perjuangan Sebelum Abad XX

Penderitaan rakyat itu, menjadi perhatian beberapa humanis Belanda. Mereka


kemudian dengan giat menganjurkan adanya politik etika di Indonesia. Sejenis
politik “hutang budi” bangsa Belanda atas keuntungan yang diperolehnya dari
Indonesia, yang terkenal dengan nama “Trias Politika” ialah “Irigasi, emigrasi, dan
edukasi”. (C. Van De Venter). Ternyata politik ini mendapat sokongan penuh dari
kaum penanam modal. Sebab irigasi akan menguntungkan perkebunan tebu;
emigrasi akan menguntungkan perkebunan tembakau di Sumatra Timur yang
kekurangan tenaga kasar yang biasanya didatangkan dari Pulau Jawa; edukasi
akan menguntungkan perusahaan swasta asing yang membutuhkan tenaga
rendahan yang terdidik. Khusus mengenai edukasi ini, terlepas dari keutungan yang
dinikmati oleh kaum penguasa itu, nantinya melahirkan suatu golongan intelektual di
Indonesia, suatu lapisan yang sebenarnya kelahirannya tidak diinginkan oleh
Belanda sendiri.
Sejak permulaan abad XX, bergeraklah golongan intelektual Indonesia
tersebut, sebagai pengemban amanat penderitaan rakyat.
Dengan munculnya tokoh-tokoh nasional, maka manifestasi penderitaan
rakyat, yang pada masa-masa sebelumnya diekspresikan melalui gerakan rakyat
yang bersifat kedaerahan sekarang dikembangkan ke dalam gerakan yang bersifat
nasional.
Pergerakan Nasional (1908-1945)
Kebangkitan Nasional
Penjajah dengan segala akibatnya telah menimbulkan reaksi dari bangsa
Indonesia sejak adanya penjajahan itu sendiri. Namun dengan berbagai upaya dan

18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 19dari 37 27 Februari 2017

politiknya, penjajah (Belanda) berhasil menguasai sebagian besar wilayah


Indonesia.
Perlawanan-perlawanan telah banyak muncul di daerah-daerah dalam rangka
memperjuangkan nasib seluruh rakyat. Namun karena perlawanan- perlawanan
tersebut belum terorganisir atau belum ada kerja sama melalui organisasi yang
teratur, yang masih berjalan sendiri-sendiri, akibatnya bangsa Indonesia belum
berhasil mengenyahkan penjajah.
Pada permulaan abad XX dunia timur yang berabad-abad kelihatan tidur,
bangkit menunjukkan kekuatannya. Republik Philipina (1898) dengan dipelopori
Jose Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsusima (1905), Partai Kongres di
India dengan Tilak dan Gandhi (1908), dan Budi Utomo dengan Wahidin
Sudirohusodo.
Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 sebagai angin segar yang
dijiwai oleh cita-cita Wahidin Sudirohusodo, digerakkan oleh para pemuda pelajar
sekolah Kedokteran Jawa di Batavia (Jakarta). Walaupun perkumpulan ini mula-
mula bertujuan dalam bidang pendidikan dan budaya, ternyata kemudian aktif
berpartisipasi dalam lapangan politik, demi tercapainya kemerdekaan bangsa.
Namun demikian, dengan berdirinya Budi Utomo dicatat sebagai organisasi modern
yang pertama kali dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sebagai
kebangkitan nasional dalam perjuangan bangsa yang kemudian diikuti oleh
organisasi-organisasi perjuangan lainnya. (Sartono Kartodirdjo (V), 1982/1983;
Sartono Kartodirdjo (1992:69).
Organisasi-Organisasi Pergerakan Nasional
Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda Indonesia II diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di
Jakarta. Untuk melaksanakan konggres disusunlah sebuah panitia dengan susunan:
Ketua : Sugondo Joyopuspito dari PPPI
Wakil Ketua : Joko Marsaid dari Jong Java
Sekretaris : Muhammad Yamin dari Jong Sumatra Bond
Bendahara : Amir Syarifuddin dari Jong Batak Bond

19
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20dari 37 27 Februari 2017

Pembantu I : Johan Muh. Tai dari JIS


Pembantu II : Koncosungkono dari Pemuda Indonesia
Pembantu III : Senduk dari Jong Celebes
Pembantu IV : J. Leimena dari Jong Ambon
Pembantu V : Rohyani dari Kaum Betawi
Sebagai penasehat-penasehat: Sartono, SH., Moh. Nasir, SH.,
A. Mononutu dan Soenario, SH., dari golongan tua
Dalam kesempatan ini W.R. Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya
“Indonesia Raya”.
Hasil dari Kongres Pemuda Indonesia II ialah “Putusan Kongres Pemuda-
Pemudi Indonesia” yang kemudian terkenal dengan nama “Sumpah Pemuda” yang
isinya:
1. Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa yang satu, bahasa Indonesia.
Peranan Sumpah pemuda dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,
bahwa tuntutan perjuangan bangsa Indonesia yag semakin tegas, persatuan
nasional menjadi inti penggerak perjuangan bangsa dan kemudian mempunyai
pengaruh yang besar dan luas pada alam pikiran bangsa Indonesia
Perjuangan Masa Pendudukan Jepang
Dalam menghadapi penjajahan Jepang tersebut, sebagaimana dikatakan oleh
Nugroho Notosusanto, meskipun terdapat beberapa nuansa dalam interpretasi,
agaknya telah diterima sebagai suatu fakta di kalangan luas bahwa pasukan Jepang
disambut baik oleh orang Indonesia pada umumnya ketika mereka melakukan
invasi ke kepulauan Indonesia dalam dua atau tiga bulan pertama tahun 1942. Dan
yang lebih penting bahwa Pergerakan Nasional Indonesia sebagai keseluruhan
telah mengambil sikap yang sedikit banyak kooperatif di bawah pimpinan tokoh
senior pada waktu itu, yaitu Soekarno dan Moh. Hatta. Hal ini sangat menarik

20
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 21dari 37 27 Februari 2017

karena kedua tokoh senior tersebut selama ini terkenal sebagai non-kooperator
yang gigih selama pemerintahan kolonial Belanda (Nugroho Notosusanto, 1979:13).
Tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso Kuniaki menjanjikan
kemerdekaan bagi “Hindia Timur” (To-Indo). Akan tetapi, tidak menentukan kapan
tanggal kemerdekaan itu. Diharapkan bangsa Indonesia akan membalas janji
tersebut dengan cara mendukung Jepang sebagai ungkapan terima kasih. Bendera
Indonesia boleh dikibarkan lagi di kantor-kantor Jawa Hokokai. Sejak itu pula makin
banyak orang Indonesia yang diangkat menjadi pejabat pemerintahan. Sejak bulan
November 1944 orang-orang Indonesia mulai diangkat menjadi wakil residen. Para
penasehat (sanyo) dihimpun ke dalam semacam majelis tinggi (Dewan Sanyo,
Dewan Penasehat).
Pihak Jepang akhirnya harus memberikan isi pada janji kemerdekaan mereka
karena runtuhnya posisi militer mereka dalam perang melawan sekutu. Mereka
mengakui perlunya memperoleh jasa baik dari pihak Indonesia, karena
bagaimanapun mereka tidak mempunyai harapan lagi untuk tetap mempertahankan
kekuasaannya.
Pada bulan Maret 1945 pihak Jepang mengumumkan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang kemudian
mengadakan pertemuan di akhir Mei di bangunan lama Volksraad di Jakarta. Badan
ini mengakhiri tugasnya setelah berhasil menyusun rancangan Undang-Undang
Dasar untuk Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom pertama dijatuhkan di Hiroshima. hari
berikutnya keanggotaan sebuah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
diumumkan di Jakarta. Lembaga ini beranggotakan wakil-wakil dari Jawa maupun
dari daerah-daerah lain di luar Jawa. Pada tanggal 9 Agustus 1945 bersamaan
dengan pemboman Nagasaki, tiga tokoh Indonesia yaitu Soekarno, Hatta, dan
Radjiman diundang ke Dalat-Saigon untuk menemui Panglima tertinggi Wilayah
Selatan Jenderal Terauchi Hisaichi. Kepada mereka Terauci menjanjikan
kemerdekaan Indonesia. Soekarno ditunjuk sebagai Ketua PPKI dan Hatta sebagai
Wakil Ketua.

21
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 22dari 37 27 Februari 2017

C. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945)

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 terjadi pada saat yang tepat


sekali, yakni dua hari setelah Jepang menyerah, sedangkan Sekutu belum
mendarat di Indonesia. Saat semacam itu adalah merupakan saat tertjadi
kekosongan kekuasan (vacum of power) pemerintahan kolonial, atau saat
terputusnya mata rantai penjajahan di Indonesia. Maka momentum yang sangat
tepat itu oleh para pemimpin dan tokoh pemuda dipergunakan sebaik-baiknya, guna
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Adapun teks Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah sebagai berikut:
PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.


Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l, diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
Menurut rencana pembacaan teks proklamasi akan dilakukan di lapangan
Ikada, namun karena sesuatu hal rencana itu tidak dapat dilaksanakan dan akhirnya
pada jam 12.00 (waktu Tokyo) atau 10.30 (waktu Jawa Jepang) atau jam 10.00 WIB
teks tersebut di atas dibacakan oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Adapun jalannya upacara adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno tampil ke muka mikropon satu-satunya untuk membacakan teks
Proklamasi Kemerdekaan.
2. Pengibaran bendera Merah Putih dilakukan oleh Cudanco Latief Hendraningrat
dengan diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh para
hadirin.

22
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 23dari 37 27 Februari 2017

Untuk mewujudkan tujuan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, maka pada


tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia bersidang
untuk mengesahkan:
1. Pembukaan UUD 1945, dan
2. UUD 1945, serta
3. Memilih Presiden dan Wakil Presiden R.I. yang pertama

D. Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan

1. Masa 1945 – 1949


Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan- nya
pada tanggal 17 Agustus 1945 dan disahkannya UUD 1945 (18 Agustus 1945)
sebagai konstitusi negara serta Pancasila sebagai dasar negara, perjuangan pada
masa pasca proklamasi adalah mempertahakan dan mengisi kemerdekaan,
melaksanakan konstitusi negara dan dasar negara Pancasila yang telah disepakati
bersama. (Mawarti Djoened Poesponegoro (VI), 1982/1983; AT Soegito dkk.,
1995:69).
Masa 1945-1949 segala perhatian bangsa dan negara Indonesia dicurahkan
untuk memenangkan perang kemerdekaan. Sistem pemerintahan dan kelembagaan
yang ditentukan dalam UUD 1945 belum dapat dilaksanakan, bahkan masih terus
diberlakukan ketentuan aturan Peralihan Pasal IV UUD 1945 yang mengakatan
bahwa: Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional .
Masa 1945-1949 tersebut telah terjadi satu penyimpangan konstitusional,
yaitu perubahan sistem Kabinet Presidentiil menjadi Kabinet Parlementer.
Perubahan ini berdasarkan usul badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
tanggal 11 November 1945. Usul tersebut disetujui oleh Presiden dan kemudian
diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945.
Sejak lahirnya Maklumat Pemerintahan 14 November 1945, maka di
Indonesia berlangsung pertanggungjawaban Menteri-menteri kepada Parlemen.

23
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 24dari 37 27 Februari 2017

Dengan kata lain, sejak itu berjalan sistem kabinet Parlementer. Ini berarti kepala
pemerintah (eksekutif) dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet.
Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, Perdana Menteri dan para Menteri
bertanggung jawab kepada KNIP yang berfungsi sebagai DPR, tidak bertanggung
jawab kepada Presiden seperti dikehendaki oleh UUD 1945.
2. Masa 1949-1950
Berdasarkan hasil KMB dan Konstitusi RIS, dibentuklah suatu negara federal
yang bernama Republik Indonesia Serikat. RIS terdiri dari negara- negara bagian
dan kesatuan kenegaraan.
Rancangan Konstitusi RIS yang mendasari landasan lahirnya Negara RIS,
disusun oleh delegasi RI dan wakil-wakil BFO (Bijeenkomst Voor Federal =
Musyawarah Wakil/Wakil Negara Bagian) di bawah pengawasan PBB. Konstitusi
RIS menetapkan.
1. Konstitusi RIS menentukan negara berbentuk Serikat (federalistis) yang dibagi-
bagi dalam 16 daerah bagian.
2. Konstitusi RIS menentukan suatu sifat pemerintahan yang liberalistis atau
pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer.
3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan semangat jiwa, maupun isi
Pembukaan UUD Proklamasi. (Mardoyo, 1978:199)
Konstitusi RIS menyimpang dari isi jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia, oleh
karena itu kemudian lahirlah gerakan-gerakan yang bersifat unitaristis. Gerakan ini
mempunyai dasar berpijak secara konstitusional ialah berdasar pada pasal 43 dan
44 Konstitusi RIS sendiri. Walaupun secara formal gerakan ini belum mendapat
dukungan secara baik dari pihak parlemen dan senat RIS, tetapi gerakan yang
didorong oleh hasrat dan cita-cita persatuan sudah tidak dapat dikendalikan lagi,
kemudian terjadilah penggabungan-penggabungan secara fisik kepada Republik
Indonesia (yang beribu kota di Yogyakarta). (Mawardi Djoened Poesponegoro (VI),
1982/1983:194). Sehingga di dalam negara RIS tinggal tiga negara bagian yang
besar ialah:
a. Negara Bagian RI (Yogyakarta)

24
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 25dari 37 27 Februari 2017

b. NIT (Negara Indonesia Timur)


c. NST (Negara Sumatera Timur)
Akhirnya NIT dan NST memutuskan memberi kuasa penuh kepada
pemerintah pusat RIS untuk berunding atas nama mereka dengan negara bagian RI
(Yogyakarta) tentang pembentukan negara kesatuan. Perundingan itu
menghasilkan Piagam Persetujuan RIS-RI Mei 1950. (Mardoyo, 1978:204).
3. Masa 1950-1959
Pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan resmi dibubarkan Negara RIS dan
dibentuk Negara Republik Indonesia yang berbentuk Kesatuan, berdasarkan UUD
Sementara (UUDS) 1950.
Menurut UUDS 1950, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer (sistem Kabinet Parlementer), bukan kabinet Presidentiil.
Jadi meskipun UUDS 1950 sudah bersifat unitaristik dengan bentuk negara
kesatuan, namun jiwanya berbeda dengan Pancasila, Proklamasi dan UUD 1945.
Dalam sistem parlementer, pemerintah (kabinet) tergantung pada dukungan
partai-partai di dalam parlemen. Hal ini menyebabkan sering terjadinya pergantian
kabinet. Sementara itu perpecahan antar daerah, pertentangan antar partai tidak
dapat dielakkan. Wakil rakyat yang duduk dalam parlemen pada hakekatnya adalah
wakil partai-partai yang belum mencerminkan dukungan yang nyata dari para
pemilih. Oleh karea itu, masyarakat mulai menuntut segera diadakannya pemilihan
umum. Dengan pemilihan umum, diharapkan akan dapat mengakhiri ketidakstabilan
politik dan terbentuknya pemerintah yang stabil dan kuat. Pembangunan yang
menjadi program tiap-tiap kabinet diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik. (AT
Soegito, dkk., 1989:105).
Pemilihan umum diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 untuk
DPR dan tanggal 15 Desember 1955 untuk Konstituante. Pemilihan umum 1955,
merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah Republik Indonesia.Bangsa
Indonesia cukup dewasa untuk menyelenggarakan pemilihan umum. Partisipasi
rakyat sedemikian besar, menunjukkan tingkat kesadaran politik rakyat.

25
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 26dari 37 27 Februari 2017

Konstituante, berdasarkan UUD Sementara 1950 bertugas menyusun UUD


yang tetap, mengalami kegagalan dan berakibat sangat membahayakan keutuhan
bangsa dan negara. Sejarah politik ketatanegaraan mencatat kemacetan sidang
Konstituante yang setelah tiga tahun bersidang tidak berhasil melaksanakan
tugasnya, terutama karena adanya pikiran-pikiran untuk mengganti Pancasila
dengan dasar negara yang lain, sehingga konstituante tidak berhasil memutuskan
mengenai dasar Negara Republik Indonesia. Kemelut nasional ini terpaksa diakhiri
dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dengan alasan yang kuat dan dengan
dukungan dari sebagian terbesar rakyat Indonesia. Dekrit Presiden menetapkan
kembali kepada UUD 1945, Dekrit Presiden 5 Juli 1959 berisi:
a. Pembubaran konstituante.
b. UUD 1945 berlaku kembali bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan terhitung tanggal penetapan dekrit ini, tidak berlaku lagi
UUD Sementara 1950.
c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri atas anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan- utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan, serta Dewan Pertimbangan Agung
Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
4. Masa 1959-1965
Masa UUD 1945 pada periode ini (1959-1965) diterapkanlah konsepsi
Demokrasi Terpimpin. Dalam pelaksanaan Demokrasi Terpimpin ternyata
pengertian “terpimpin” lain dari apa yang dikehendaki oleh UUD 1945 adalah
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”, bukan dipimpin oleh Pimpinan Nasional.
Dalam masa penerapan sistem Demokrasi Terpimpin ini (atau masa Orde
Lama), lembaga-lembaga negara yang ada belum dibentuk berdasar- kan UUD
1945. Oleh karenanya lembaga-lembaga tersebut masih bersifat sementara. Dalam
masa ini, Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang
kekuasaan legislatif (bersama-sama dengan DPR) telah menggunakan
kekuasaannya dengan tidak semestinya. Presiden telah mengeluarkan produk-

26
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 27dari 37 27 Februari 2017

produk legislatif yang mestinya berbentuk undang-undang (artinya dengan


persetujuan DPR) dalam bentuk Penetapan Presiden tanpa persetujuan DPR.
Keanggotaan MPR (S) yang ada pada waktu itu diangkat berdasarkan Penetapan
Presiden. Anggota pimpinan MPR (S) diangkat menjadi menteri, berarti ada di
bawah Presiden. Ketua MPR (S) dirangkap oleh Wakil Ketua Perdana Menteri III.
Selanjutnya pidato Kenegaraan Presiden pada tanggal 17 agustus 1959 yang
berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” (yang kemudian lebih dikenal dengan
nama “Manifesto Politik Republik Indonesia” oleh MPR (S) ditetapkan menjadi
Garis-garis Besar Haluan Negara (1960). Hak budget DPR tidak berjalan, karena
pemerintah tidak mengajukan Rancangan Undang-Undang RAPBN untuk mendapat
persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan. Bahkan
dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui RAPBN yang diajukan oleh
pemerintah, maka Presiden pada waktu itu membubarkan DPR (selanjutnya
dibentuk DPRGR) (Mardojo, 1978:215).
Keadaan politk tersebut sangat menguntungkan PKI. Apalagi dengan adanya
doktrin Nasakom, maka peluang PKI dalam mengembangkan sayapnya semakin
terbuka luas, dengan semboyan “politik adalah panglima”, PKI telah melancarkan
aksi-aksinya. Kegiatan politik pada masa Demokrasi Terpimpin dapat dikatakan
didominasi oleh PKI. Garis politik PKI ternyata mempunyai tujuan akhir ingin
merebut kekuasaan negara. Untuk mencapai tujuannya tersebut PKI menjalankan
tindakan-tindakan dengan cara berusaha keras memecah belah atau menyusupi
tubuh partai-partai atau organisasi massa atau badan-badan lainnya dari pihak yang
dianggap lawan. Kemudian dalam politik luar negeri, PKI berusaha membelokkan
politik luar negeri yang bebas aktif menjadi politik yang memihak ke Blok Komunis
(munculnya poros Jakarta-Peking), dan berhasil mempengaruhi Indonesia untuk
keluar dari PBB.
Sejak tahun 1964 sikap dan tindakan PKI semakin agresif, melalui rapat-rapat
umum, pers, radio, kampanye poster-poster serta papan-papan reklame, tokoh-
tokoh yang mereka anggap lawan dikutuk dan diserang dengan menggambarkan
mereka sebagai “setan desa, setan kota, kapitalis birokrat, kontra revolusi, agen

27
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 28dari 37 27 Februari 2017

nekolim” yang harus dibunuh dan dibasmi. Aksi-aksi tersebut disusul dengan aksi-
aksi fisik, dan aksi-aksi sepihak di berbagai daerah, dan puncak dari semua
kegiatan PKI adalah pemberontakan G30S/PKI tahuhn 1965. (Mawarti Djoened
Poesponegoro (VI), 1982/1983:364).
Pemberontakan G30S/PKI akhirnya dapat digagalkan berkat kewaspadaan
dan kesigapan ABRI dengan dukungan kekuatan rakyat, dan mendorong lahirnya
Orde Baru yang bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.
Rakyat menghendaki agar PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai
terlarang di Indonesia. Tuntutan rakyat ini kurang mendapat tanggapan yang
memuaskan dari pemerintah (Presiden). Akibatnya, timbullah apa yang disebut
“situasi konflik”. Sementara itu keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak
terkendali. Keadaan semacam ini menghantar tercetusnya “Tri Tuntutan Rakyat”
yaitu:
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur PKI
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi
5. Masa 1966-1998
Dalam upaya untuk menegakkan kemurnian pelaksanan Pancasila dan UUD
1945, maka dibentuklah Front Pancasila oleh beberapa partai politik dan organisasi
massa. Adapun partai politik dan organisais massa yang tergabung dalam Front
Pancasila adalah: NU, PSII, Parkindo, Partai Katholik, IPKI, Perti, Muhammadiyah,
Soksi, dan lain-lain. Front Pancasila dimaksudkan sebagai persatuan dan kesatuan
rakyat pendukung Pancasila. Bersama-sama dengan KAMI, Front Pancasila muncul
sebagai pendukung Orde Baru dan mempelopori tuntutan yang lebih luas yang
menyangkut penataan kembali kehidupan kenegaraan sesuai dengan Pancasila
dan UUD 1945. (Mawarti Djoened Poesponegoro (VI), 1982/1983:391).
Mula-mula tuntutan yang dilancarkan oleh berbagai golongan masyarakat
bernada lunak. Namun lama-kelamaan tuntutan itu semakin keras. Tuntutan untuk
membubarkan PKI kemudian ditegaskan oleh KAMI dengan Tritura pada tanggal 12

28
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 29dari 37 27 Februari 2017

Januari 1966. Ini berarti bahwa tuntutan yang dilancarkan tidak hanya terbatas
dalam bidang politik saja, melainkan sudah meluas ke bidang pemerintahan dan
ekonomi.
Presiden Soekarno mengeluarkan Surat perintah Sebelas Maret 1966 kepada
Letnan jenderal Soeharto, setelah masyarakat melalui berbagai angkatan menuntut
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, dengan
semboyan Tri Tuntutan rakyat yang berisi: (1) Bubarkan PKI; (2) Bersihkan Kabinet
dari unsur-unsur PKI; dan (3) Penurunan harga.
Pemegang Supersemar, membubarkan PKI dan ormas-ormasnya serta
mengamankan 15 orang menteri yang berindikasi G30S/PKI (12 Maret 1966).
Sidang-sidang MPRS segera dilaksanakan:
a. Sidang MPRS IV Tahun 1966 (21 Juni - 5 Juli 1966);
b. Sidang Istimewa MPRS 1967 (1 - 12 Maret 1967; dan
c. Sidang MPRS V Tahun 1968 (21 - 27 maret 1968).
6. Masa 1998 – Sekarang

1) Tuntutan Reformasi
Sebagaimana diketahui bahwa akhir pemerintahan orde baru ditandai dengan
krisis finansial dan ekonomi, krisis hukum, krisis politik, serta krisis kepercayaan.
Bahkan, harapan adanya perbaikan kehidupan dari pemerintahan Presiden
Soeharto hampir tidak mungkin direalisasikan. Oleh karena itu, satu-satunya cara
yang dipandang paling realistis untuk memperbaiki kehidupan masyarakat
Indonesia adalah dengan melaksanakan reformasi. Reformasi adalah gerakan
pembaharuan radikal untuk memperbaiki kehidupan di bidang sosial, politik, atau
agama (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan demikian reformasi pada
hakikatnya merupakan gerakan penggantian susunan tatanan perikehidupan lama
dengan tatanan perikehidupan baru yang diatur berdasarkan supremasi hukum.
Reformasi yang digalang sejak 1998 merupakan formulasi menuju Indonesia baru
dengan tatanan yang disusun berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu,
perlu disusun agenda reformasi yang jelas dengan penetapan skala prioritas,

29
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 30dari 37 27 Februari 2017

penahapan pelaksanaan, dan kontrol yang sehingga tujuan dan sasarannya dapat
tercapai secara optimal.
Atas kesadaran rakyat yang dipelopori para mahasiswa dan para
cendikiawan, maka lahirlah gerakan reformasi dengan tujuan memperbaharui
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Agenda reformasi yang disuarakan para
mahasiswa dan para cendekiawan adalah sebagai berikut: (1) adili Presiden
Soeharto dan kroni-kroninya; (2) amandemen Undang-Undang Dasar 1945; (3)
penghapusan dwifungsi ABRI; (4) laksanakan otonomi daerah yang seluas-luasnya;
(5) tegakkan supremasi hukum; dan (6) wujudkan pemerintahan yang bersih dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Sementara, dalam suasana krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Presiden Soeharto tetap melantik Kabinet Pembangunan VII pada awal bulan Maret
1998 sehingga mengundang keprihatinan rakyat. Pada awal bulan Mei 1998,
mahasiswa di berbagai daerah melakukan unjuk rasa dan aksi keprihatinan dengan
mengajukan berbagai tuntutan, di antaranya: (1) turunkan harga sembilan bahan
pokok (sembako); (2) hapuskan korupsi, kolusi, dan nepotisme; (3) turunkan
Soeharto dari kursi kepresidenan.

2) Pembinaan Karakter Bangsa


Nilai-nilai keutamaan bangsa Indonesia, yaitu diantaranya musyawarah,
gotong royong, dan toleransi yang tidak lain merupakan nilai-nilai Pancasila, dirasa
makin merosot karena tiadanya keteladanan elite. Padahal, nilai-nilai tersebut
merupakan modal utama bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai
persoalan di tengah-tengah persaingan yang semakin kuat. Nilai-nilai lain yang
menunjukan kemerosotan di antaranya rasa saling menghormati antar pemeluk
agama, tenggang rasa antar sesama, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan,
mengutamakan musyawarah dalam membuat keputusan. Perilaku anomali seperti
korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang merupakan bukti lemahnya
keteladanan para elite bangsa. Kenyataan itu telah mendorong maraknya perilaku

30
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31dari 37 27 Februari 2017

anomali di kalangan warga masyarakat pada umumnya, generasi muda pada


khususnya.
Secara operasional, pembinaan karakter bangsa dapat dilakukan melalui
proses pendidikan, pelatihan, keteladanan, dan/atau pembiasaan yang terencana,
terarah, dan berkesinambungan. Secara skematis, pembinaan karakter bangsa
dapat digambarkan sebagai berikut.

Proses Pembinaan Karakter Bangsa

Kelemahan karakter dan kekuatan batin sebagai titik tolak pelaksanaan


pembinaan karakter bangsa harus dipahami secara tepat dan objektif. Persoalan
itu harus dikaji melalui:

1). Tahap exploring, yaitu upaya untuk mencari atau menemukan faktor-
faktor yang diperkirakan sebagai penyebab lemahnya karakter bangsa,
khususnya generasi muda.

2). Tahap berikutnya adalah strengthening, yaitu upaya untuk


memperkuat karakter bangsa.

31
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 32dari 37 27 Februari 2017

3). Tahap empowering, yaitu upaya pemberdayaan karakter sebagai


dasar pengembangan sikap dan perilaku bangsa yang sesuai dengan
norma-norma kehidupan.

3) Revitalisasi nilai-nilai Pancasila

Revitalisasi Pancasila dapat diartikan sebagai usaha mengembalikan


Pancasila kepada subjeknya, yaitu sebagai pedoman atau acuan utama bagi
setiap komponen bangsa dan negara Indonesia dalam berperilaku berbangsa
dan bernegara, karena Pancasila adalah dasar filsafat negara dan telah
dijadikan Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara Indonesia. Oleh karena
itu menjadi suatu kewajiban moral dan yuridis, bahwa setiap warga negara dan
para penyelenggara pemerintahan menjadikan Pancasila sebagai acuan dan
orientasinya.

Untuk merevitalisasi Pancasila, maka Pancasila harus dihadirkan dan


dihidupkan kembali sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi acuan dan memberi
orientasi hidup kebangsaan Indonesia oleh segenap komponen bangsa tanpa
terkecuali. Pancasila adalah solusi pokok bagi terwujudnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana yang dicita-citakan, yang telah teruji semenjak
masa kemerdekaan sampai dengan masa reformasi.

sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan arah


dalam upaya mengatasi krisis dan gejala disintegrasi. Moralitas juga
memerlukan hukum karena keduanya terdapat korelasi. Moralitas yang tidak
didukung oleh hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya,
ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam upaya merevitalisasi Pancasila sebagai dasar negara, maka menjadi
tantangan bagi dosen dalam mengembangkan MPK Pendidikan Pancasila untuk
mempersiapkan lahirnya generasi sadar dan terdidik. Sadar dalam arti generasi
yang hati nuraninya selalu merasa terpanggil untuk melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang

32
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 33dari 37 27 Februari 2017

mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu


pengetahuan sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan
demikian akan dimunculkan generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam
mengembangkan Pancasila.

Hanya dengan pendidikan bertahap dan berkelanjutan, generasi sadar


dan terdidik akan dibentuk, yaitu yang mengarah pada dua aspek. Pertama,
pendidikan untuk memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman akademis,
ketrampilan profesional, dan kedalaman intelektual, kepatuhankepada nilai-nilai
(it is matter of having). Kedua, pendidikan untuk membentuk jatidiri menjadi
sarjana yang selalu komitmen dengan kepentingan bangsa (it is matter of
being).
Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan, tetapi tetap harus menjaga
akar-budayanya. Sekuat-kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap bangsa juga selalu
mendambakan kemajuan. Setiap bangsa mempunyai daya preservasi dan di satu
pihak daya progresi di lain pihak. Revitalisasikan Pancasila sebagai dasar negara
dalam MPK Pendidikan Pancasila harus diarahkan pada:

a) Dalam perspektif spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religius


sebagai dasar dan arah pengembangan profesi.
b) Dalam perspektif akademis, menunjukkan bahwa MPK Pendidikan
Pancasila adalah aspek being, tidak sekedar aspek having.
c) Dalam perspektif kebangsaan, menumbuhkan kesadaran nasionalisme.
d) Dalam perspektif mondial, menyadarkan manusia dan bangsa harus siap
menghadapi dialektikanya perkembangan dalam mayaraka dunia yang
“terbuka”.

4) Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila


Sebagai system yang digali dari kebudayaan, dan pengalaman Indonesia,
Pancasila harus ditempatkan sebagai cita-cita dan etika berpolitik warga negara.
Maka sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh harus menjadi
orientasi praktik politik para elit setiap hari.

33
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 34dari 37 27 Februari 2017

Permasalahan serius yang sedang dihadapi bangsa ini adalah substansi nilai-
nilai Pancasila tidak lagi tercermin dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia
dalam kehidupan pribadi, berbangsa, dan bernegara. Pancasila hanya menjadi
simbol dan kata indah tampa makna. Benar secara yuridis formal Pancasila adalah
Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara, namun berbagai produk undang-
undangpun jauh dari jiwa dan semangat Pancasila. Gempuran modernisasi dan
globalisasi dengan berbagai issu yang menyertainya menjadikan bangsa Indonesia
terlena dan kehilangan kepribadiannya sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai
Pancasila. Jika dibiarkan berlarut-larut, permasalahan semacam itu akan
menghancurkan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia yang kita cita-
citakan.
Menyadari kondisi yang semakin memprihatinkan itu, maka bangsa Indonesia
harus segera mereaktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam segenap aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD
1945, yang tidak lain merupakan pernyataan lebih terperinci dari proklamasi
kemerdekaan. Sebagai ideologi yang terbuka Pancasila harus dapat didaratkan
secara nyata dalam kehidupan formal kenegaraan, maupun dalam kehidupan
personal setiap warga bangsa sesuai peran dan tanggung jawabnya masing-
masing. Dengan demikian, berbagai kebijakan negara dan perilaku segenap
komponen bangsa dan negara senantiasa tercermin dan terpancar nilai-nilai
Pancasila secara nyata.

34
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 35dari 37 27 Februari 2017

DAFTAR PUSTAKA

Andrain, Charles F. 1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:


Tiara Wacana.

Bactiar, Harsja W. 1987. Integrasi Nasional Indonesia, dalam Wawasan


Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan
Bangsa (Bakom. PKB) Pusat.

Baswir, Revrisond. 1999. Sistem Ekonomi Kerakyatan. Makalah. Yogyakarta: tidak


diterbitkan.

Budiarjo, Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Utama.

Darmodiharjo, Darji. 1983. Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aries


Lima.

Djojomartono, Mulyono. 1990. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat dalam


Pembangunan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ebenstein, William dan Fogelman, Edwin. 1994. Isme-Isme Dewasa Ini


(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Frederick, William H., Soeri Soeroto. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia


Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.

Gaffar, Afan. 2002. Politik Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Horton, Paul B., dan Hunt, Chester L. 1987. Sosiologi – Jilid 1 (Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.

Koento Wibisono S. 2001. Demokrasi sebagai Sarana Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara. Jakarta: Dirjen Dikti.

Kohn, Hans. 1989. Nasionalisme: Arti dan Sejarahnya (Terjemahan). Jakarta.

Lemhannas. 1995. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lemhannas. 1999. Majalah Komunikasi Informasi Ketahanan Nasional Nomor 7


Tahun 1999.

Lemhannas, dan Dirjen Dikti Depdikbud. 1997. Kewiraan Buku Induk Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Lemhannas.

35
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 36dari 37 27 Februari 2017

Morgenthou, Hans J. 1990. Politik Antarbangsa (Terjemahan). Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia.

Nasikun. 1993. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Pamudji. 1985. Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional. Jakarta: Bina


Aksara.

Puspowardoyo. 1991. Pancasila sebagai Ideologi Ditinjau dari Pandangan Hidup


Bersama. Pancasila sebagai Ideologi. Jakarta: BP 7 Pusat.

Subagyo, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Semarang: IKIP Semarang


Press.

Subur M. Dkk. 1999. Buku Penuntun Pendidikan Kewiraan. Semarang: IKIP


Semarang Press.

Sudibyo, Bambang. 1994. Sistem Ekonomi dan Ketahanan Nasional. Makalah.


Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Sumantri, Sri. 2002. Perlindungan Anak dan Ketahanan Hak Asasi Manusia.
Makalah. Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Suryosumarto, Budi Santoso. 1989. Sistem Informasi Nasional. Jakarta: Aries Lima.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional 2004-2009.

36
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 37dari 37 27 Februari 2017

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman


Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa.

Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 38/DIKTI/Kep/2002


tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 267/DIKTI/Kep/2000


tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi di
Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.

37

Anda mungkin juga menyukai