Anda di halaman 1dari 17

TUJUAN UU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

TANGGAL 15 JANUARI 2014 (LEMBARAN NEGARA RI TAHUN 2014 NOMOR 6)


(Aea, 22/01/2014)

Goal:
APA 1. Memiliki integritas.
RA 2. Profesional.
TUR 3. Netral dan bebas dari intervensi politik.
SI 4. Bersih dari praktik KKN.
PIL 5. Mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
NE masyarakat.
GA 6. Mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat
RA persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila
(ASN) dan UUD 1945.
Bab I. Ketentuan Umum (Pasal 1).
Bab III. Jenis, Status, dan
Bab XV. Ketentuan Bab II. Asas, Prinsip, Nilai Kedudukan (Pasal 6 s.d. 9).
Penutup (Pasal 132 s.d. 141). Dasar, Serta Kode Etik dan
Bab IV. Fungsi, Tugas,
Kode Perilaku (Pasal 2 s.d. 5).
dan Peran (Pasal 10, 11, dan
Bab XIV. Ketentuan 12).
Peralihan (Pasal 130 dan 131).

Bab V. Jabatan ASN


(Pasal 13 s.d. 20).

Bab XIII. Penyelesaian


Sengketa (Pasal 129).
Bab VI. Hak dan
Kewajiban (Pasal 21 s.d. 24).

Bab XI. Organisasi


(Pasal 126).
Bab IX. Pengisian Bab VII. Kelembagaan (Pasal 25
s.d. 50).
Bab XII. Sistem Informasi Jabatan Pimpinan
ASN (Pasal 127 dan 128). Tinggi (Pasal 108 s.d. 120). Bab VIII. Manajemen ASN
(Pasal 51 s,d, 107).
Bab X. Pegawai ASN yang
Menjadi Pejabat Negara (Pasal
121 s.d. 125).
Sistematika UU ASN:

Bab I. Ketentuan Umum (Pasal 1).


Bab II. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 2 s.d. 5).
Bab III. Jenis, Status, dan Kedudukan (Pasal 6 s.d. 9).
Bab IV. Fungsi, Tugas, dan Peran (Pasal 10, 11, dan 12).
Bab V. Jabatan ASN (Pasal 13 s.d. 20).
Bab VI. Hak dan Kewajiban (Pasal 21 s.d. 24).
Bab VII. Kelembagaan (Pasal 25 s.d. 50).
Bab VIII. Manajemen ASN (Pasal 51 s,d, 107).
Bab IX. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (Pasal 108 s.d. 120).
Bab X. Pegawai ASN yang Menjadi Pejabat Negara (Pasal 121 s.d. 125).
Bab XI. Organisasi (Pasal 126).
Bab XII. Sistem Informasi ASN (Pasal 127 dan 128).
Bab XIII. Penyelesaian Sengketa (Pasal 129).
Bab XIV. Ketentuan Peralihan (Pasal 130 dan 131).
Bab XV. Ketentuan Penutup (Pasal 132 s.d. 141).
Bab I. Ketentuan Umum (Pasal 1).

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi


PNS dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi
pemerintah . (Pasal 1 No.1)

Pegawai ASN, PNS, PPPK, Manajemen ASN, Sistem Informasi


ASN, Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat PT, Jabatan
Administrasi, Pejabat Adm, Jabatan Fungsional, Pejabat
Fungsional, Pejabat Yang Berwenang, Pejabat Pembina
Kepegawaian, Instansi Pemerintah, Instansi Pusat, Instansi
Daerah, Menteri, Komisi ASN, LAN, BKN, dan Sistem Merit.
Bab II. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 2 s.d. 5).

Asas Prinsip Nilai Dasar Kode Etik dan


( Pasal 2) (Pasal 3) (Pasal 4)
Perilaku (Pasal 5)
1. Memegang tegun ideologi Pancasila 1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
1. Kepastian Hukum 1. Nilai Dasar jawab, dan berintegritas tinggi

2. Setia dan mempertahankan UUD RI Tahun 1945 serta 2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
2. Profesionalitas 2. Kode Etik dan pemerintahan yang sah
Perilaku 3. Mengabdi kpd negara dan rakyat Indonesia 3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
3. Proposionalitas tekanan

4. Menjalankan tugas scr profesional dan tidak 4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
4. Keterpaduan 3. Komitmen, berpihak peraturan per-UU-an
Integritas Moral,
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian 5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
5. Delegasi dan Tanggung atau pejabat yang berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan per-UU-an
Jawab Pada Yan dan etika pemerintahan
Publik 6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
6. Menciptakan lingk kerja yang nondiskriminatif
6. Netralitas negara

7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika 7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara
7. Akuntabilitas 4. Kompetensi yang luhur secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien

8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya 8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan
8. Efektif dan Efisien 5. Kualifikasi kpd publik dalam melaksanakan tugasnya
Akademik 9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan 9. Memberikan informasi secara benar dan tidak
9. Keterbukaan program pemerintah menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan
10. Memberikan layanan kpd publik secara jujur, tanggap, kedinasan
10. Nondiskriminatif 6. Jaminan Perlin- cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun
dungan Hukum
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Persatuan dan 10. Tidak menyalahgunakan informasi intern
negara, tugas, status, kekuasaan, dan
Kesatuan 12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama jabatannya untuk mendapatkan atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
12. Keadilan dan 7. Profesionalitas pegawai
untuk orang lain

Kesetaraan Jabatan 14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan 11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN

15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang 12. Melaksanakan ketentuan peraturan per-UU-an
13. Kesejahteraan demokratis sebagai perangkat sistem karier mengenai disiplin pegawai ASN
Bab III. Jenis, Status, dan Kedudukan (Pasal 6 s.d. 9).

No Pegawai ASN
1. Jenis Pegawai Negeri Sipil Pegawai Pemerintah Dengan
(Pasal 6)
Perjanjian Kerja
2. Status Merupakan pegawai ASN Merupakan pegawai ASN yang
(Pasal 7) yang diangkat sebagai diangkat sebagai pegawai dengan
pegawai tetap oleh PPK dan perjanjian kerja oleh PPK sesuai
memiliki nomor induk dengan kebutuhan instansi
pegawai secara nasional. pemerintah dan ketentuan UU (UU
5/2014).
3. Kedudukan berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.
(Pasal 8 dan 9)
Melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah dan harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik.
Bab IV. Fungsi, Tugas, dan Peran (Pasal 10, 11, dan 12).

No Pegawai ASN
1. Fungsi 1.1. Pelaksana kebijakan publik.
(Pasal 10)
1.2. Pelayanan publik.
1.3. Perekat dan pemersatu bangsa.
2. Tugas 2.1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh PPK sesuai
(Pasal 11) dengan ketentuan peraturan per-UU-an.
2.2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
2.3. Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
3. Peran Sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan
(Pasal 12)
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas
dari intervensi politik, serta bersih dari praktik KKN.
Bab V. Jabatan ASN (Pasal 13 s.d. 20).

No Pegawai ASN
1. Jabatan 1.1. Jabatan Adminitrasi; 1.2. Jabatan Fungsional; 1.3. Jabatan Pimpinan
(Pasal 13) Tinggi.
2. Jabatan 2.1. Jabatan Administrator; 2.2. Jabatan Pengawas; dan 2.3. Jabatan
Administrasi Pelaksana.
(Pasal 14 -17)

3. Jabatan 3.1. JF Keahlian: Pertama, Muda, Madya, dan Utama.


Fungsional 3.2. JF Keterampilan: Pemula, Terampil, Mahir, dan Penyelia.
(Pasal 18)

4. Jabatan 4.1. Jabatan Piminan Tinggi Pratama; 4.2. Jabatan Pimpinan


Pimpinan Tinggi Tinggi Madya; 4.3. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama
(Pasal 19)

Pasal 20:
(1) Jabatan ASN diisi dari pegawai ASN.
(2) Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari: a. prajurit TNI; dan b. Anggota POLRI.
Bab VI. Hak dan Kewajiban (Pasal 21 s.d. 24).

No PNS PPPK
1. Hak 1.1. Gaji, tunjangan, dan fasilitas 1.1. Gaji dan tunjangan
(Pasal 21 dan
22) 1.2. Cuti 1.2. Cuti
1.3. Jaminan pensiunan dan 1.3. Perlindungan
jaminan hari tua 1.4. Pengembangan kompetensi
1.4. perlindungan
1.5. Pengembangan kompetensi
2. Kewajiban 2.1. Setia dan taat pada Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI, dan pemerintah
(Pasal 23)
yang sah.
2.2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
2.3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang.
2.4. Menaati ketentuan peraturan per-UU-an.
2.5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab.
2.6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
2.7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an.
2.8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
Bab VII. Kelembagaan (Pasal 25 s.d. 50).

Jenis Lembaga Keterangan/Tugas/Fungsi


1. Presiden Selaku pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan pemegang
(Pasal 25) kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi, dan manajemen
ASN.
2. Kementerian Berwenang menetapkan kebijakan di bidang pendayagunaan pegawai
(Pasal 26) ASN.
3. Komisi ASN Merupakan LNS yang mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk
(Pasal 27-42) menciptakan pegawa ASN yang profesional dan berkinerja, memberikan
pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu
bangsa.
4. LAN Merupakan LPNK yang memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan dengan
(Pasal 19-46) kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan manajemen ASN,
pembinaan, dan penyelenggaraan diklat ASN.
5. BKN Merupakan LPNK yang memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan dengan
(Pasal 47-50)
kewenangan penyelenggaraan manajemen ASN, pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria
manajemen ASN.
Bab VIII. Manajemen ASN (Pasal 51 s,d, 107).

Manajemen ASN: 1) diselenggarakan berdasarkan sistem merit; 2) meliputi


manajemen PNS dan manajemen PPPK.
PPK: Menteri, pimpinan LPNK, Sekjen di sekretariat lembaga negara dan LNS,
gubernut, bupati, dan walikota.
Pejabat yang a.l.: Sekda prov dan kabupaten/kota.
berwenang:
Manajemen PNS: 1) Penyusunan dan penetapan kebutuhan; 2) pengadaan; 3) pangkat dan
jabatan; 4) pengembangan karier; 5) pola karier; 6) promosi; 7) mutasi; 8)
penilaian kinerja; 9) penggajian dan tunjangan; 10) penghargaan; 11)
disiplin; 12) pemberhentian; 13) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
dan 14) perlindungan.
Manajemen PPPK: 1) penetapan kebutuhan; 2) pengadaan; 3) penilaian kinerja; 4)
penggajian dan tunjangan; 5) pengembangan kompetensi; 6) pemberian
penghargaan; 7) disiplin; 8) pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan 9)
perlindungan.
Bab VIII. Manajemen ASN (Pasal 51 s,d, 107)..Lanjutan Manajemen PNS..

1. Penyusunan Pasal 56 ayat 1: Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan


dan Penetapan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis
KebutuhanPP beban kerja.
2. PengadaanPP Pasal 62 :
(1) Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS oleh Instansi Pemerintah
melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi,
dan persyaratan lain yang dibutuhkan oleh jabatan.
(2) Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) tahap, meliputi seleksi administrasi,
seleksi kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi bidang.
8. Penilaian Pasal 75: Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
Kinerja pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier.
9. Penggajian dan Pasal 79: (1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
Tunjangan PNS serta menjamin kesejahteraan PNS. (2) Gaji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan
resiko pekerjaan. Pasal 80: (3) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dibayarkan sesuai pencapaian kinerja.
12. Pasal 90: Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat
Pemberhentian (1) huruf c yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat
Fungsional.
Bab IX. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (Pasal 108 s.d. 120).

Pasal 108 (1) Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS ..
(3) Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS..
Pasal 109 (1) Jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu dapat berasal dari kalangan non-PNS
dengan persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan secara terbuka dan kompetitif
serta ditetapkan dalam Keputusan Presiden.
(3) Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi oleh
prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
sesuai dengan kompetensi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 110 (1) Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 dilakukan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi
Instansi Pemerintah.
(2) Dalam membentuk panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pembina
Kepegawaian berkoordinasi dengan KASN.
Pasal 111 (1) Ketentuan mengenai pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108, Pasal 109, dan Pasal 110 dapat dikecualikan pada Instansi Pemerintah yang
telah menerapkan Sistem Merit dalam pembinaan Pegawai ASN dengan persetujuan
KASN.
(2) Instansi Pemerintah yang telah menerapkan Sistem Merit dalam pembinaan Pegawai ASN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib melaporkan secara berkala kepada KASN
untuk mendapatkan persetujuan baru.
Bab IX. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (Pasal 108 s.d. 120) Lanjutan..

Pasal 116 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan
tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
(2) Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
Pasal 118 (1) Pejabat Pimpinan Tinggi harus memenuhi target kinerja tertentu sesuai perjanjian
kinerja yang sudah disepakati dengan pejabat atasannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pejabat Pimpinan Tinggi yang tidak memenuhi kinerja yang diperjanjikan dalam waktu
1 (satu) tahun pada suatu jabatan, diberikan kesempatan selama 6 (enam) bulan
untuk memperbaiki kinerjanya.
Pasal 119 Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi pratama yang akan
mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota, dan wakil
bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari PNS sejak
mendaftar sebagai calon.
Pasal 120 (1) Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN.
(2) KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
Bab X. Pegawai ASN yang Menjadi Pejabat Negara (Pasal 121 s.d. 125).

Bab XI. Organisasi (Pasal 126).

Bab XII. Sistem Informasi ASN (Pasal 127 dan 128).

Pasal 127 (3) Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam Sistem Informasi ASN,
setiap Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN.

Bab XIII. Penyelesaian Sengketa (Pasal 129).

Bab XIV. Ketentuan Peralihan (Pasal 130 dan 131).

Bab XV. Ketentuan Penutup (Pasal 132 s.d. 141).


TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai