KEMENTERIAN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
DIREKTORAT PEMBERDAYAAN ZAKAT
JAKARTA 2010
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM)
RANCANGAN UNDANG-UNDANG (RUU) PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
2 a. bahwa Negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan Pemerintah mengusulkan bunyi huruf a disesuaikan dengan a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
2
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
setiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan pasal 29 UUD 1945 untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya; beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu;
3 b. bahwa menuanaikan zakat merupakan kewajiban umat Zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang hartanya b. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat
Islam yang mampu berdasarkan syariat Islam sebagai memenuhi batas nisab berdasarkan syariat Islam. Sedangkan Islam yang mampu sesuai syariat Islam;
sumber dana potensial bagi upaya mewujudkan tujuan zakat untuk kesejahteraan umat dirumuskan pada DIM 4
kesejahteraan umat;
4 c. bahwa infaq dan shodaqoh merupakan anjuran agama Frasa infaq dan shodaqoh diganti dengan ”zakat”, dengan c. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang
sebagai sumber dana potensial untuk mewujudkan pertimbangan bahwa sesungguhnya zakat merupakan skema bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan
kesejahteraan sosial. dana sosial keagamaan yang secara sistematis bertujuan untuk masyarakat
mewujdukan kesejahteraan umat
5 d. bahwa pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh belum Pemerintah memandang bahwa sistem pengelolaan zakat d. bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil
dilaksanakan secara optimal, sehingga diperlukan berdasarkan UU no. 39/1999 belum mendukung terwujudnya guna zakat, harus dikelola secara melembaga sesuai syariat
penyempurnaan sistem pengelolaan yang mampu pengelolaan zakat secara melembaga, sistematis, dan terpadu
meningkatkan pelaksanaan zakat, infaq, dan shodaqoh sehingga memiliki daya guna dan hasil guna secara optimal
yang tepat sasaran dan dipertanggungjawabkan;
Sistem pengelolaan zakat lebih ditekankan pada aspek
kelembagaan
6 e. bahwa Undang-Undang Nomor: 38 Tahun 1999 tentang TETAP e. bahwa Undang-Undang Nomor: 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai dengan Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat, perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat,
sehingga perlu diganti. sehingga perlu diganti.
7 f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai-mana dimaksud Disesuaikan dengan DIM 1 f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai-mana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu
membentuk Undang-Undang tentang pengelolaan zakat, membentuk Undang-Undang tentang pengelolaan zakat;
infaq, dan shodaqoh;
Mengingat: TETAP Mengingat:
8 Pasal 20, Pasal 29, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara TETAP Pasal 20, Pasal 29, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; Republik Indonesia Tahun 1945;
3
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
13 1. Pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh adalah kegiatan Pengertian pengelolaan zakat mencakup manajemen yaitu 1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian yang pelaksanaan, dan pengorganisasian dalam pengumpulan,
pendayagunaan, dan pengawasan zakat, infaq, dan mencakup aspek aktivitas zakat yaitu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
shodaqoh. pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
14 2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh orang Pemerintah mengusulkan agar frasa ”orang muslim” diganti 2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang
Islam sesuai dengan ketentuan syariat Islam untuk dengan ”seorang muslim” dan setelah kata ”muslim” ditambah muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
diberikan kepada yang berhak menerimanya. dengan frasa ”badan usaha” karena yang terkena kewajiban berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat
membayar zakat tidak hanya orang pribadi melainkan juga
badan usaha
15 3. Infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh perorangan dan Disesuaikan dengan DIM no 1
4
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
atau badan usaha yang pemanfaatannya untuk
kepentingan sosial.
16 4. Shodaqoh adalah harta yang dikeluarkan oleh perorangan Disesuaikan dengan DIM no 1
atau badan usaha untuk kemaslahatan dhuafa.
17 5. Muzakki adalah orang yang beragama Islam dan mampu Disesuaikan dengan DIM no. 14 dengan menambah frasa 3. Muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang
berdasarkan syariat Islam untuk menuanaikan zakat. ”badan usaha” sesuai dengan pertemuan zakat Internasional di berkewajiban menunaikan zakat
Kuwait tahun 1984 dan di Libanon (2010) dan juga telah diatur
pula dalam UU 38/99
18 6. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima Kata ”badan” dihapus karena badan tidak termasuk yang 4. Mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat
zakat. berhak menerima zakat (asnaf)
19 7. Badan Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh yang Ketentuan umum tentang BPZIS diganti dengan BAZNAS, sesuai 5. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS
selanjutnya disingkat BPZIS adalah lembaga yang dengan usulan pemerintah tentang BAZNAS pada DIM no. 56 adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara
melakukan koordinasi, perencanaan, dan pengawasan atas nasional
lembaga amil zakat, infaq, dan shodaqoh
20 8. Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh yang Ketentuan umum tentang LAZIS diganti dengan LAZ, sesuai 6. Lembaga Amil Zakat yang selanjurnya disebut LAZ adalah
selanjutnya disingkat LAZIS adalah badan hukum yang dengan usul pemerintah tentang LAZ pada DIM no 114 lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas
melakukan penerimaan, pengumpulan, pendistribusian, dan membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
pendaya-gunaan zakat, infaq, dan shodaqoh zakat
21 9. Unit Pengumpulan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh yang Disesuaikan dengan DIM no. 1 dan penyempurnaan rumusan 7. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah
selanjutnya disingkat UPZIS adalah satuan organisasi yang karena konsep UPZ yang diusulkan pemerintah adalah terbatas satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu
dibentuk oleh dan/atau bergabung dengan LAZIS untuk hanya membantu mengumpulkan zakat mengumpulkan zakat
mengumpulkan zakat. Infaq, dan shodaqoh serta melayani
muzakki.
22 10. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha Kata usaha diganti dengan kata hukum 8. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum
23 Mengusulkan tambahan satu pengertian mengenai ”hak amil” 9. hak amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat
5
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
dimanfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan zakat
sesuai syariah
24 11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan TETAP 11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama. pemerintahan di bidang agama.
32 e. keterbukaan; dan Digabungkan antara keterbukaan dan akuntabilitas pada DIM o. f. terintegrasi; dan
33, kemudian diusulkan penambahan asas ”terintegrasi” yang
mengandung arti keterpaduan sistem pengelolaan zakat secara
nasional
6
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
35 a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari pengelolaan zakat
menunaikan zakat, infaq, dan shodaqoh; yang efektif dan efisien sesuai dengan DIM no. 36. Oleh karena
itu, peningkatan pelayanan tidak perlu menjadi tujuan secara
tersendiri
36 b. Meningkatkan efektifitas pengelolaan zakat, infaq, dan Penyederhanaan rumusan karena a. meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan zakat; dan
shodaqoh dalam pengumpulan, pendistribusian, dan 1. ”pengelolaan zakat” sudah mencakup pengertian
pendayagunaan zakat, infaq, dan shodaqoh; dan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
37 c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq, dan Dihapus karena sudah temasuk dalam hurud a ”efektifitas dan b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
shodaqoh dalam pemberdayaan masyarakat dan efisiensi”. kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan
memajukan pembangunan nasional untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Diusulkan rumusan baru menjadi: ”meningkatkan manfaat zakat
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan”
(1) Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah zakat Diusulkan dimasukkan zakat fitrah karena zakat fitrah juga (1) Zakat meliputi zakat maal dan zakat fitrah
mal. merupakan kewajiban bagi setiap muslim
42 (2) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: TETAP (2) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
43 a. emas, perak, dan uang; Menambah frasa “logam mulia” dan menempatkan “uang” a. emas, perak, dan logam mulia
menjadi butir tersendiri yaitu butir b, dan butir b menjadi butir c
7
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
44 b. uang
46 c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; Kata ”hasil” dihapus, dengan menambahkan kata ”kehutanan” d. pertanian, perkebunan, dan kehutanan
dan kata ”perikanan” dipindah
51 f. hasil pendapatan dan jasa; dan TETAP h. pendapatan dan jasa; dan
54 (3) Penghitungan zakat maal menurut nishab, kadar dan Terdapat perubahan rumusan untuk membuat rumusan ayat (4) Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat
waktunya ditetapkan berdasarkan syariat Islam. lebih komprehensif fitrah dilaksanakan sesuai syariat
55 Penambahan ayat baru yang mendelegasikan pengaturan ayat (5) ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
4 dalam peraturan Menteri penghitungan zakat mal dan zakat fitrah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) akan diatur dalam peraturan menteri
56 BAB III Pemerintah mengusulkan bentuk organisasi dan tatakerja BAB III
lembaga pengelola zakat dengan mempertahankan BAZNAS
ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH yang telah ada dengan memperkuat status organisasinya BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
sebagai lembaga non-struktural yang mandiri dan masuk dalam
cakupan tugas Kementrian Agama sebagaimana dimaksud pada
DIM 56 sampai dengan DIM 113, dengan pertimbangan:
8
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
(1) bahwa berdasarkan syariat Islam pengelolaan zakat mejadi
tanggung jawab negara. Konsep ini sesuai dengan surat At-
Taubah ayat 103 yang berbunyi “khudza min amwaalihim
shodaqotan...”. Bahwa kata khudz yang artinya “ambillah”
mengandung norma perintah yang ditujukan kepada pemegang
otoritas atau penguasa
UMUM
9
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
Badan Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
Paragraf 1
Umum
(1) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud (1) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah
dalam Pasal 4 huruf a, dibentuk BPZIS. membentuk BAZNAS
59 Disesuaikan dengan DIM no 56 (2) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkedudukan di ibu kota negara
Ditambah rumusan baru mengenai kedudukan BAZNAS
60 (2) BPZIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat Dilakukan penyempurnaan ayat dan disesuaikan dengan DIM (3) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
mandiri. no. 56 lembaga yang bersifat non-struktural, mandiri, dan
bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri
64 b. menyusun kebijakan pengelolaan zakat, infaq, dan Disesuaikan dengan DIM no. 56 a. perencanaan dan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
shodaqoh di setiap tingkatan; dan pendayagunaan zakat
10
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
65 c. mengoordinasi LAZIS; Disesuaikan dengan DIM no. 56 b. pengendalian pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat
67 d. melakukan pengawasan terhadap LAZIS; DIM no 67 tidak diperlukan karena pengawasan dan pembinaan
diatur dalam bab tersendiri
68 e. melakukan pembinaan terhadap LAZIS; dan DIM no 67 tidak diperlukan karena pengawasan dan pembinaan
diatur dalam bab tersendiri
69 Penambahan ayat baru yang mengatur kewenangan BAZNAS (2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat
bekerjasama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
70 f. Menyampaikan laporan tahunan kepada Presiden dan Penyempurnaan ayat, disesuaikan dengan DIM no. 56 (3) BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara
Dewan Perwakilan Rakyat tertulis kepada Presiden melalui Menteri paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun
71 Pasal 8 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 58 sampai DIM 61
BPZIS berwenang:
72 b. membentuk perwakilan BPZIS di daerah; Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 58 sampai DIM 61
73 c. memberikan atau mencabut sertifikasi LAZIS; Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 58 sampai DIM 61
74 d. menetapkan pedoman tentang pengumpulan, Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 58 sampai DIM 61
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan
shodaqoh; dan
75 e. memberikan Nomor Pokok Muzakki. Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 58 sampai DIM 61
11
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
76 Pasal 9 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 69
77 Pasal 10 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 56 sampai DIM 61
78 (2) BPZIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 56 sampai DIM 61
dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) tahun setelah
Undang-Undang ini diundangkan.
79 Pasal 11 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 56 sampai DIM 61
Keanggotaan
82 Dalam rangka memperkuat peran yang lebih besar kepada (2) Keanggotaan BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
masyarakat, maka perimbangan keanggotaan yang berasal dari terdiri dari 6 (enam) orang dari unsur masyarakat dan 3 (tiga)
unsur masyarakat dua kali lipat dari unsur pemerintah orang dari unsur pemerintah
83 Keanggotaan dari unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, (3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam terdiri atas unsur ulama, tenaga profesional, dan tokoh
masyarakat Islam
12
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
84 Unsur pemerintah keanggotaannya tidak semata-mata diambil (4) Unsur pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dari Kementrian Agama, tapi dari instansi terkait ditunjuk dari kementrian/instansi yang berkaitan dengan
pengelolaan zakat
85 Sesuai dengan penjelasan DIM 56 dan 81 (5) BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil
ketua
13
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
95 Demi menjaga netralitas, anggota BAZNAS harus independen g. tidak menjadi anggota partai politik
dan tidak terikat dengan partai politik
97 Disesuaikan dengan DIM 88, anggota BAZNAS harus kredibel, i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
akuntabel, dan tidak cacat hukum kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat
5 tahun
102 Disesuaikan dengan DIM 98 d. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara
terus-menerus
103 Disesuaikan dengan DIM 98 e. tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota
106 Mengusulkan ayat baru mengenai delegasi pengaturan tentang (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja
pengangkatan dan pemberhentian sekretariat BAZNAS sekretariat BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
14
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
dalam peraturan menteri
109 Disesuaikan dengan penjelasan DIM no 56. (2) BAZNAS provinsi dibentuk oleh menteri atas usul gubernur
setelah mendapat pertimbangan BANZAS
Pembentukan BAZNAS provinsi dilakukan oleh menteri,
diusulkan oleh Gubernur, dan mendapat pertimbangan dari
BAZNAS
110 Disesuaikan dengan penjelasan DIM no 56. (3) BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah mendapat
Pembentukan BAZNAS provinsi dilakukan oleh menteri, pertimbangan BAZNAS
diusulkan oleh Bupati/Walikota, dan mendapat pertimbangan
dari BAZNAS
111 Sesuai penjalsan DIM 56, 109, dan 110 (4) BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di wilayahnya masing-
masing
BAZNAS membentuk UPZ untuk membantu tuga dan fungsinya (1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BAZNAS, BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk UPZ di
instansi pemerintah, BUMN, BUMD, perusahaan swasta, masjid,
dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta di tingkat
kecamatan, desa, keluarahan, dan/atau nama lainnya
113 Disesuiakan dengan DIM 56 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja
BAZNAS Provinsi dan BAZNAS kabupaten/Kota diatur dalam
15
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
peraturan Menteri
Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (LAZIS) Lembaga Amil Zakat
115 Pasal 12 Sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam pengelolaan zakat, Pasal 17
maka masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat
(1) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dengan tugas membantu BAZNAS Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
dalam Pasal 4 huruf b, didirikan LAZIS. pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk LAZ
117 (2) Pendirian LAZIS harus memenuhi persyaratan sebagai Disesuaikan dengan DIM 56, untuk menjamin kepastian hukum (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan
berikut: dan tertib administrasi maka pembentukan LAZ harus apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:
memenuhi persyaratan tertentu
118 Mengusulkan beberapa tambahan persyaratan pendirian LAZ a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang
sebagaimana DIM no 117, 120, 121, dan 123 mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial
122 b. memiliki data potensi muzakki dan mustahiq; Sda e. memiliki kemampuan teknis, administrasi dan keuangan
untuk melaksanakan kegiatannya
124 c. memiliki program kerja dan wilayah operasional; dan Sda g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat; dan
16
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
125 d. melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit oleh Sda h. bersedia diaudit syariat dan diaudit keuangan secara berkala
akuntan publik
126 (3) LAZIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didirikan Pemerintah menganggap tidak perlu, sudah diatur pada DIM
dengan izin dari BPZIS. 115
127 Disesuaikan dengan DIM 115 dan mengingat LAZ bertugas Pasal 19
membantu BAZNAS dalam mengelola zakat yang merupakan
dana umat, maka sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, LAZ wajib melaporkan secara berkala pelaksanaan
LAZ wajib membuat laporan kepada BAZNAS pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang
telah diaudit kepada BAZNAS
129 Pasal 13 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
130 (2) Untuk mendapatkan status LAZIS sesuai tingkatannya Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sertifikasi
oleh BPZIS.
131 Pasal 14 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
132 b. telah mampu mengumpulkan dana Rp. 2.000.000.000,00 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
(dua milyar rupiah) dalam 1 (satu) tahun.
133 Pasal 15 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
17
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
Untuk mendapatkan sertifikasi sebagai LAZIS Provinsi, LAZIS
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki wilayah operasional minimal 40% (empat puluh
persen) dari jumlah kabupaten/kota di provinsi tempat
lembaga berada; dan
134 b. telah mampu mengumpulkan dana Rp. 1.000.000.000,00 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
(satu milyar rupiah) dalam 1 (satu) tahun.
135 Pasal 16 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
Untuk mendapatkan sertifikasi sebagai LAZIS Kabupaten/Kota,
LAZIS memenuhi persyaratan sebagai berikut:
136 a. memiliki wilayah operasional minimal 40% (empat puluh Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
persen) dari jumlah kecamatan di kabupaten/kota tempat
lembaga berada; dan
137 b. Telah mampu mengumpulkan dana Rp. 100.000.000,00 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
(seratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun.
138 Pasal 17 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
139 (2) UPZIS sebagaimana diamaksud pada ayat (1) bertugas Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
mengumpulkan zakat, infaq, dan shodaqoh yang
selanjutnya diserahkan pada LAZIS.
140 Pasal 18 Tidak perlu karena sudah diatur pada DIM 115
18
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN, PENDAYAGUNAAN DAN PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN, PENDAYAGUNAAN DAN
PELAPORAN PELAPORAN
Pengumpulan Pengumpulan
(1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri atas harta dan (1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzakki melakukan
kewajiban zakatnya berdasarkan syariat Islam. penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya
144 (2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri harta dan Penyempurnaan ayat, disesuaikan dengan DIM 56 (2). Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban
kewajiban zakatnya sebagaimana dimak-sud pada ayat zakatnya muzakki dapat meminta bantuan BAZNAS
(1), muzakki dapat meminta bantuan kepada LAZIS
untuk menghitungnya.
147 (2) Kerja sama dengan perbankan dalam pengumpulan zakat Pemerintah beranggapan bahwa:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas 1. kerjasama antara BAZNAS dengan perbankan terlalu teknis
permintaan muzakki. untuk diatur dalam UU
2. Substansinya sudah diatur dalam DIM no 69
148 (3) Kerja sama dengan perbankan dalam pengumpulan zakat, Pemerintah beranggapan bahwa:
infaq, dan shodaqoh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 1. kerjasama antara BAZNAS dengan perbankan terlalu teknis
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- untuk diatur dalam UU
undangan. 2. Substansinya sudah diatur dalam DIM no 69
19
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
Zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada LAZIS, Zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada BAZNAS atau LAZ,
dikurangkan dari penghasilan kena pajak. dikurangkan dari penghasilan kena pajak
(1) LAZIS wajib memberikan bukti setoran pembayaran zakat (1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat
kepada setiap muzakki. kepada setiap muzakki
151 (2) Bukti setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) TETAP (2) Bukti setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Pendistribusian Pendistribusian
(1) Pendistribusian zakat bagi mustahiq dilakukan berdasarkan Zakat wajib didistribusikan kepada mustahiq sesuai syariat
syariat Islam.
156 (2) Pendistribusian dan pendayagunaan infaq dilakukan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (3) digabung menjadi pasal 26 Pasal 26
untuk kepentingan sosial. dengan perubahan rumusan
Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam pasal 25
20
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan
prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan
157 (3) Pendistribusian dan pendayagunaan shodaqoh dilakukan Disesuaikan dengan DIM no 1
untuk kemaslahatan dhuafa.
158 Pasal 26 Pemerintah beranggapan bahwa:
1. pendistribusian zakat berpedoman kepada dayabase terlalu
LAZIS mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infaq, dan teknis untuk diatur dalam UU
shodaqoh yang terkumpul berpedoman kepada database
mustahiq yang dibuat BPZIS 2. disesuaikan dengan DIM o 1
Pendayagunaan Pendayagunaan
160 Pasal 27 Perubahan redaksional dengan penambahan 3 ayat baru untuk Pasal 27
mempertegas bahwa usaha produktif dalam pendayagunaan
Pendayagunaan zakat, infaq, dan shodaqoh berdasarkan skala akat harus dilakukan untuk pemberdayaan fakir miskin. Selain (1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam
prioritas, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif itu, usaha produktif tersebut hanya bisa dilakukan setelah hak rangka pemberdayaan fakir miskin
sesuai pedoman pengumpulan, pendistribusian, dan dasar/kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi
pendayagunaan yang ditetapkan BPZIS.
164 Pasal 28 Tidak perlu, karena pencatatan ZIS telah dirumuskan dalam
LAZIS wajib mencatat pengumpulan, pendistri-busian, dan pe pasal 28-29 rumusan pemerintah
ndayagunaan zakat, infaq, dan shodaqoh.
21
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
165 Pasal 29 Diperluas menjadi 6 ayat yang substasninya mencakup Pasal 28
(1) LAZIS memberikan laporan secara berkala per tahun atas kewajiban pelaporan secara berjenjang.
pelaksanaan pengumpulan, pendis-tribusian, dan (1) BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan
pendayagunaan zakat, infaq, dan shodaqoh yang telah secara berkala atas pelaksanaan pengelolaan zakat
diaudit oleh akuntan publik kepada BPZIS. infaq/shodaqoh dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
BAZNAS Provinsi
166 (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Sda (2) BAZNAS Provinsi wajib menyampaikan laporan secara
dipublikasikan di media cetak atau media elektronik. berkala atas pelaksanaan pengelolaan zakat, ifaq/shodaqoh dan
dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
168 Sda (4) BAZNAS wajib menyampaikan laporan secara berkala atas
pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq/shodaqoh dana dana
sosial lainnya kepada Menteri
169 Sda (5) Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media
cetak atau media elektronik
172 RUU ini memberikan kewenangan kepada pengelola zakat untuk Pasal 29
mengelola dana sosial keagamaan lainnya, untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk melaksanakan amal (1) Selain menerima dana zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat
sunnah lainnya menerima infaq/shodaqoh dan dana sosial keagamaan lainnya
173 Pendistribusian dan pendayagunaan infaq/shodaqoh, dan dana (2) Pendistribusian dan pendayagunaan infaq/shodaqoh dan
22
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
sosial keagamaan lainnya harus dilakukan sesuai syariat dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan sesuai syariat dan dapat dilakukan sesuai dengan
peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi
174 Pencatatan dana infaq/shodaqoh dan dana sosial keagamaan (3) Pengelolaan infaq/shodaqoh dan dana sosial keagamaan
lainnya tidak boleh tercampur, maka harus dicatat tersendiri lainnya harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri
178 Sda (2) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BAZAS Provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dapat dibiayai
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
181 Pelaporan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- (2) pertanggungjawaban dan pelaporan pembiayaan
undangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) dan pasal 30
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
183 Pasal 30 Mengingat BAZNAS adalah melaksanakan sebagaia tugas dan Pasal 34
fungsi kementrian agama, maka perlu diatur mekanisme
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas LAZIS dilakukan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Mneteri (1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan
oleh BPZIS. kepada BAZNAS dan LAZ terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZAS kabupaten/kota,
dan LAZ
184 (2) Dalam rangka pengawasan, BPZIS memeriksa laporan Mengingat BAZNAS provinsi dan kabupaten/kota melaksanakan (2) Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan pembinaan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, tugas pengelolaan zakat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota dan pengawasan terhadap BAZNAS Provinsi, BAZNAS
infaq, dan shodaqoh oleh LAZIS yang telah diaudit oleh maka gubernur dan bupati/walikota melakukan pembinaan dan Kabupaten/kota, dan LAZ sesuai dengan kewenangannya
akuntan publik. pengawasan terhadap BAZNAS provinsi, kabupaten kota, dan
LAZ
185 Diusulkan ayat baru mengenai delegasi pengaturan pembinaan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
dan pengawasan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dalam Peraturan Menteri
186 BAB VI Diusulkan BAB ini masuk dalam BAB VI tentang Pembinaan dan
Pengawasan karena substansinya lebih terkait dengan peran
PERAN SERTA MASYARAKAT masyarakat dalam pembinaan dan penagwsan pengelolaan
zakat sesuai dengan DIM no 182, sehingga bab ini tidak
diperlukan
Dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh masyarakat (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan
berperan serta: pengawasan terhadap BAZNAS dan LAZ
24
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
188 b. mengumpulkan zakat, infaq, dan shodaqoh melalui LAZIS; Substansi telah masuk dalam DIM 115 tentang LAZ
dan
189 c. meningkatkan kesadaran umat Islam untuk melakukan Diusulkan penyempurnaan rumusan disesuaikan dengan peran (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pembayaran zakat, infaq, dan shodaqoh melalui LAZIS. pembinaan oleh masyarakat untuk menunaikan zakat melalui dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
BAZNAS dan LAZ dengan maksud untuk meningkatkan kinerja menunaikan zakat melalui BAZNAS dan LAZ dan memberikan
BAZNAS dan LAZ saran untuk peningkatan kinerja BAZNAS dan LAZ
191 b. mengawasi pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh oleh Diusulkan penyempurnaan peran pengawasan masyarakat (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BPZIS dan LAZIS. dalam bentuk akses dan penyampaian informasiterkait dilakukan dalam bentuk:
pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ
195 Pasal 33 Pasal 33 menjadi pasal 36 denga penyesuaian pada pasall-pasal Pasal 36
yang dirujuk
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud (1) pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
25
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
dalam Pasal 12 ayat (3), Pasal 23 ayat (1), dan Pasal 29 dalam pasal 19, pasal 23 ayat (1), pasal 28 ayat (3), dan pasal
dikenai sanksi administrasi berupa: 29 ayat (2) dan ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
197 b. penghentian sementara dari kegiatan; dan/atau TETAP b. penghentian sementara dari kegiatan; dan/atau
199 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan Diubah rumusannya dengan pengaturan ada pada menteri (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administrasi diatur
sanksi administrasi diatur dalam peraturan BPZIS. dalam Peraturan Menteri
LARANGAN LARANGAN
203 Pasal 35 Tidak diperlukan karena sudah tertampung dalam DIM no 201
26
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
204 BAB IX TETAP BAB IX
209 Diusulkan pasal baru mengenai ketentuan pidana sesai usulan Pasal 41
pemerintah pada DIM 206
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum tidak
melakukan pengelolaan zakat sesuai dengan ketentuan pasal 25
dapat dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana dennda paling banyak Rp. 50.000.000
(lima puluh juta rupiah)
212 Disesuaikan dengan DIM 211 (2) Badan Amil Zakat Daerah provinsi dan Badan Amil Zakat
Daerah Kabupaten/Kota yang telah ada sebelum UU ini berlaku,
menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS Provinsi dan
BAZNAS Kabupaten/Kota berdasarkan UU ini sampai
berakhirnya periode kepengurusan
213 Diusulkan ayat 4 yang mengatur tentang LAZ yang ada saat ini (3) LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum UU ini
untuk tetap menjalankan tugas-tugasnya sebagai LAZ degan berlaku dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan UU ini
kewajiban paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
untuk penyesuaian diri dengan UU ini
214 Disesuaikan dengan DIM 213 (4) LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
menyesuaikan diri paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
diundangkannya UU ini
Semua peraturan pelaksanaan di bidang pengelolaan zakat, Pada saat UU ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan di
infaq, dan shodaqoh masih tetap berlaku sepanjang tidak bidang pengelolaan zakat dinyatakan masih tetap berlaku
bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan
baru berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. peraturan yang baru berdasarkan UU ini.
216 Pasal 40 Tidak diperlukan karena sudah tertampung dalam DIM 211
sampai DIM 214
(1) Paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak
diundangkannya Undang-Undang ini organisasi pengelola
zakat, infaq, shodaqoh yang telah ada wajib menyesuaikan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
217 (2) Paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Tidak diperlukan karena dalam usulan pemerintah tidak
diundangkannya Undang-Undang ini, setiap orang yang mengenal aturan peralihan mengenai penggabungan orang-
selama ini melakukan pengelolaan, infaq, dan shodaqoh perorangan pengelola zakat ke LAZIS
wajib bergabung atau membentuk LAZIS berdasarkan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran
Negara Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Negara Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dicabut Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku. dan dinyatakan tidak berlaku.
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
221 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan TETAP Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangannya Undang-Undang ini dengan penempatannya pengundangannya Undang-Undang ini dengan penempatannya
29
RUU TENTANG PENGELOLAAN
NO USULAN
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DRAFT SETELAH PERUBAHAN
DIM PERUBAHAN
(DRAFT DPR RI)
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ttd Ttd
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,
Ttd Ttd
30