Anda di halaman 1dari 49

ht

tp
://
jat
im
.b
ps
.g
o.
id
PETA TEMATIK
PROFIL KEMISKINAN
JAWA TIMUR 2014

Nomor Publikasi : 35523.1614


Katalog : 3205022.35

Naskah :
Seksi Statistik Ketahanan Sosial
Bidang Statistik Sosial

Desain Kulit :

id
Seksi Statistik Ketahanan Sosial
Bidang Statistik Sosial o.
.g
Foto Kulit :
ps

REPUBLIKA.CO.ID
.b
im

Diterbitkan Oleh :
at

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur


j
://
tp

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.


ht
KATA PENGANTAR

Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014 ini merupakan publikasi ringkas tentang
kondisi kemiskinan masyarakat Jawa Timur berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Tahun 2014 yang dilakukan oleh BPS. Publikasi ini menyajikan kondisi kemiskinan
masyarakat Jawa Timur dengan berbagai karakateristik seperti pendidikan, ketenagakerjaan,
perumahan, dan jaminan sosial. Publikasi ini merupakan bentuk publikasi kemiskinan dalam bentuk
peta tematik.

Penyusunan publikasi ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi
pengguna data serta pengambil kebijakan terutama di bidang kemiskinan dalam memantau dan
menilai hasil-hasil dari program-program pengentasan kemiskinan.

id
o.
Tentunya saran dan kritik membangun demi perbaikan penulisan berikutnya, sangat
.g
diharapkan. Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat.
ps
.b
im
j at
://
tp
ht

Surabaya, Oktober 2016


Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Timur

Teguh Pramono

i | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………..…………………………............ i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….……………………............ ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………… …….………..………..……………………... 2
1.2 Tujuan Penulisan …..…………..………..……..……………………………………. 3
1.3 Ruang Lingkup …………..…………..………..……..………………………………. 3
1.4 Sistematika Penulisan ………..…………..………..……..………………………... 3

BAB II. METODOLOGI


2.1 Definisi Kemiskinan …………………………………………………………………. 5

id
2.1.1 Kemiskinan Absolut ……………………………………………….………………… 5
2.1.2
o.
Kemiskinan Relatif ..……………………………………………….………………… 6
.g
ps

2.2 Kriteria Kemiskinan ……………………………………………….….…….….......... 7


2.2.1 Pendekatan Kebutuhan Dasar ..………………………………….….…….…......... 7
.b

2.2.1 Pendekatan Multidimensi ……...………………………………….….…….…........ 7


im

2.3 Sumber Data ……...……………………………………………….….…….…......... 8


j at
://

BAB III. KONDISI KEMISKINAN JAWA TIMUR


tp

3.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jawa Timur, 2004 – 2014 ………………... 10


ht

3.2 Perkembangan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Jawa Timur, 11


2004 – 2014 …..……………………………………………………………………...

BAB IV. INTERPRETASI PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR


4.1 Persentase Penduduk Miskin, Kedalaman, dan Keparahan Kemiskinan …..... 14
4.2 Persentase Pendidikan Yang Ditamatkan Kepala Rumah Tangga Miskin ……. 17
4.3 Angka Melek Huruf Anggota Rumah Tangga Miskin ……………………………. 19
4.4 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin …………………………………….. 21
4.5 Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Status Pekerjaan ………………..... 23
4.6 Persentase Penduduk Berdasarkan Sektor Pekerjaan ………………………..... 25
4.7 Persentase Perempuan Pengguna Alat KB dan Balita di Rumah Tangga
Miskin yang Proses Persalinan di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan …………… 27

ii | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Halaman
4.8 Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Luas Lantai Perkapita …............... 29
4.9 Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Bantuan Yang Diterima ………….. 31

LAMPIRAN ..………………………………………………………………….……………………............ 33

id
o.
.g
ps
.b
im
j at
://
tp
ht

iii | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Timur, 2004 –
2014 …..……………………………………………………………………................... 10
Gambar 3.2. Perkembangan Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Jawa Timur, 2004 – 2014 ……………………………………………................ 12
Gambar 4.1. Peta Tematik Persentase Penduduk Miskin, P1, dan P2 Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014 …..……………………………………………………………………....... 16
Gambar 4.2. Peta Tematik Pendidikan Yang Ditamatkan Kepala Rumah Tangga Miskin
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 ……………………………………………........... 18
Gambar 4.3. Peta Tematik Angka Melek Huruf Anggota Rumah Tangga Miskin Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014 …..………………………………………………………………… 20
Gambar 4.4. Peta Tematik Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin Provinsi Jawa Timur

id
Tahun 2014 …..………………………………………………………………………... 22
Gambar 4.5.
o.
Peta Tematik Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Status Bekerja
.g
ps

Provinsi Jawa Timur …..……………………………………………………………… 24


Gambar 4.6. Peta Tematik Persentase Penduduk Berdasarkan Sektor Pekerjaan Provinsi
.b

Jawa Timur Tahun 2014 …..………………………………………………………… 26


im

Gambar 4.7. Peta Tematik Persentase Perempuan Pengguna Alat KB dan Balita di Rumah
at

Tangga Miskin yang Proses Persalinan di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan


j
://

Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 …..………………………………………………. 28


tp

Gambar 4.8. Peta Tematik Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Luas Lantai Perkapita
ht

Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 …..………………………………………………. 30


Gambar 4.9. Peta Tematik Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Bantuan Yang
Diterima Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 …..…………………………………… 32

iv | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, P1, P2, dan Garis
Kemiskinan Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014 …..…………………… 34
Lampiran 2. Persentase Pendidikan Yang Ditamatkan Kepala Rumah Tangga Miskin
Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014 ……………………………………… 35
Lampiran 3. Angka Melek Huruf Penduduk Miskin dan Angka Partisipasi Sekolah Penduduk
Miskin Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014 …..…………………………. 36
Lampiran 4. Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Status Pekerjaan Kabupaten/Kota
se-Jawa Timur Tahun 2014 ……………………………………………..................... 37
Lampiran 5. Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Sektor Pekerjaan Kabupaten/Kota
se-Jawa Timur Tahun 2014 …..……………………………………………………… 38
Lampiran 6. Persentase Perempuan Pengguna Alat KB dan Balita di Rumah Tangga Miskin

id
yang Proses Persalinan di Tolong Oleh Tenaga Medis Kabupaten/Kota se-Jawa
o.
Timur Tahun 2014 …..………………………………………………………………… 39
.g
ps

Lampiran 7. Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Luas Lantai Perkapita


Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014 …..………………………………….. 40
.b

Lampiran 8. Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Bantuan Yang Diterima


im

Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014 …..…………………………………... 41


jat
://
tp
ht

v | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


ht
tp
://
jat
im
.b
ps
.g
o.
BAB I id

PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang terjadi hampir diseluruh negara. Kemiskinan
menjadi topik perbincangan sehari-hari baik di media massa, dunia akademis, maupun dalam
pemerintahan. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat
multidimensional, di mana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya (BPS,
2014).
Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu amanat Undang-undang Dasar 1945,
dimana dalam Undang-undang Dasar 1945 tersurat tentang memajukan kesejahteraan umum dan

id
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penanggulangan kemiskinan juga telah dimulai sejak
o.
Indonesia merdeka sampai saat ini. Setiap masa kepemimpinan memiliki program-program
.g
ps

penanggulangan yang berbeda-beda.


.b

Mulai era Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I, penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas
im

utama pembangunan. Selanjutnya pada periode Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, prioritas
at

penanggulangan kemiskinan semakin ditingkatkan dengan menerbitkan Perpres No. 15 Tahun 2010
j

tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Tujuan dikeluarkannya Perpres tersebut adalah


://
tp

untuk mewujudkan visi dan misi presiden dan wakil presiden yaitu menurunkan angka kemiskinan
ht

sampai dengan 8-10 persen pada akhir tahun 2014. Pada era Kabinet Kerja sekarang ini,
penanggulangan kemiskinan masih tetap dilanjutkan sebagai prioritas utama pembangunan.
Untuk mendukung tercapainya tujuan Penanggulangan Kemiskinan maka dibutuhkan data
kemiskinan yang akurat. Data kemiskinan yang baik akan dapat digunakan mengevaluasi kebijakan
pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta
menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.
Badan Pusat Statistik (BPS) pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase
penduduk miskin pada tahun 1984. Pada saat itu, penghitungan jumlah dan persentase penduduk
miskin mencakup periode 1976-1981 dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) modul konsumsi. Sejak itu, setiap tiga tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data
jumlah dan persentase penduduk miskin yang disajikan menurut daerah perkotaan dan perdesaan.
Mulai tahun 2003, BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin

2 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


setiap tahun. Hal ini bisa terwujud karena sejak tahun 2003 BPS mengumpulkan data Susenas Panel
Modul Konsumsi setiap bulan Februari atau Maret.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan publikasi ini adalah:
a. Untuk mengetahui jumlah dan persentase penduduk miskin provinsi Jawa Timur tahun 2014
menurut Kabupaten/Kota.
b. Untuk mengetahui karakteristik rumah tangga miskin provinsi Jawa Timur tahun 2014 menurut
Kabupaten/Kota.
c. Untuk mengetahui aksesibilitas rumah tangga miskin terhadap Fasilitas Pendidikan dan Fasilitas
Kesehatan Dasar
d. Untuk mengetahui aksesibilitas rumah tangga miskin terhadap Program Pemberdayaan

id
3. Ruang Lingkup o.
.g
Ruang lingkup publikasi ini mencakup tingkat kemiskinan provinsi Jawa Timur menurut
ps

Kabupaten/Kota pada kondisi Maret 2014. Karakteristik rumah tangga miskin dan tidak miskin
.b

disajikan pada tingkat kabupaten/kota. Publikasi ini juga menyajikan aksesibilitas rumah tangga miskin
im

terhadap Fasilitas Pendidikan dan Fasilitas Kesehatan Dasar. Selain itu juga menyajikan aksesibilitas
at

rumah tangga miskin terhadap Program Pemberdayaan dan aksesibilitas rumah tangga miskin
j
://

terhadap Fasilitas Keuangan.


tp
ht

4. Sistematika Penulisan
- Bab I menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruang lingkup dan data yang
digunakan serta sistematika penulisan.
- Bab II menjelaskan tentang metodologi yang digunakan untuk penulisan publikasi ini.
- Bab III membahas tentang kondisi kemiskinan provinsi Jawa Timur.
- Bab IV membahas tentang interpretasi profil kemiskinan jawa timur.

3 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


o.
id BAB II
.g
ps
.b

METODOLOGI
im
at
j
://
tp
ht

4 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


BAB II

METODOLOGI

1. Definisi Kemiskinan

Definisi tentang kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan berdasarkan
penyebabnya dan kemiskinan secara konseptual. Kemiskinan berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural yaitu
kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang
membelenggu seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap melekat

id
dengan kemiskinan. Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi sebagai akibat
o.
ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem atau tatanan
.g
sosial yang tidak adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak
ps

memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap
.b

kemiskinan.
im
at

Kemiskinan secara konseptual dapat dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan absolut dan
j

kemiskinan relatif. Dasar pembedaan kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif terletak pada standar
://
tp

penilaian. Standar penilaian kemiskinan absolut merupakan suatu ukuran minimum yang dibutuhkan
ht

untuk memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan. Ukuran
minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar disebut sebagai garis kemiskinan. Sedangkan standar
penilaian kemiskinan relatif merupakan ukuran yang ditentukan dan ditetapkan secara subjektif oleh
masyarakat setempat dan bersifat local serta mereka yang berada dibawah ukuran penilaian tersebut
dikategorikan sebagai miskin secara relatif.

1.1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar minimum baik makanan
maupun non makanan yang diwujudkan dalam bentuk garis kemiskinan. Definisi mengenai standar
hidup minimum merupakan dasar pembentukan garis kemiskinan. Kemiskinan secara absolut
ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum seperti
pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan

5 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai
kebutuhan dasar minimum tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Sehingga penduduk
yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.

Untuk membandingkan angka kemiskinan antar negara diperlukan garis kemiskinan absolut yang
sama diantara negara-negara tersebut. Bank Dunia menggunakan garis kemiskinan absolut untuk
membandingkan angka kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat untuk menentukan kemana
sumber daya finansial (dana) yang ada akan disalurkan, juga dalam menganalisis kemajuan dalam
memerangi kemiskinan. Ukuran kemiskinan yang sering digunakan Bank Dunia adalah menggunakan
batas kemiskinan PPP (purchasing power parity) US$ perkapita perhari. Nilai tukar yang digunakan di
dalam penghitungan garis kemiskinan 1 PPP US$ adalah nilai tukar dolar PPP. Nilai tukar PPP
menunjukkan daya beli mata uang disuatu negara, dalam hal ini US$, untuk membeli barang dan jasa
yang “sama” di suatu negara lain.

id
o.
Saat ini ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia adalah: a) PPP US $ 1,25 perkapita per hari
.g
yang diperkirakan ada sekitar 1,38 miliar penduduk dunia yang hidup dibawah ukuran tersebut; b)
ps

PPP US $ 2 perkapita perhari, yaitu sekitar 2,09 miliar penduduk yang hidup dibawah ukuran tersebut.
.b
im

1.2. Kemiskinan Relatif


at

Kemiskinan relatif merupakan kemiskinan yang dikarenakan kebijakan pembangunan yang tidak
j
://

merata pada seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.
tp

Ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk.


ht

Kelompok penduduk relatif miskin bisa dikategorikan misal 17 persen, 25 persen atau 40 persen
lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran.

Menurut Ravallion (1998) negara kaya mempunyai garis kemiskinan yang relatif lebih tinggi
daripada negara miskin. Dalam papernya yang berjudul Poverty Lines in Theory and Practice : Living
Standards Measurement Study, menjelaskan mengapa angka kemiskinan resmi di Amerika Serikat
(negara maju) pada tahun 1990-an awal sebesar 15 persen hampir sama dengan angka kemaskinan
di Indonesia (negara berkembang) yang juga mendekati 15 persen. Artinya, banyak dari mereka yang
dikategorikan miskin di Amerika Serikat akan dikatakan sejahtera menurut standar Indonesia.

Ketika negara menjadi lebih kaya (sejahtera), negara tersebut cenderung merevisi garis
kemiskinannya menjadi lebih tinggi. Misalnya, Uni Eropa umumnya mendefinisikan penduduk miskin

6 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


adalah mereka yang mempunyai pendapatan per kapita dibawah 50 persen dari median/rata-rata
pendapatan. Ketika median/rata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan relative juga
meningkat. Namun hal ini tidak berlaku untuk negara Amerika Serikat, dimana garis kemiskinan pada
dasarnya tidak berubah selama hampir empat dekade.

Kemiskinan relatif secara konsep dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan
sasaran penduduk miskin. Namun untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan antar
waktu tidak bisa menggunakan konsep kemiskinan relatif, karena tidak mencerminkan tingkat
kesejahteraan yang sama.

2. Kriteria Kemiskinan
2.1. Pendekatan Kebutuhan Dasar
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam menentukan kriteria kemiskinan menggunakan pendekatan

id
kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang digunakan oleh BPS terdiri dari dua (2) komponen yaitu
o.
komponen kebutuhan makanan dan bukan makananan yang disusun menurut daerah perkotaan dan
.g
perdesaan. Data yang digunakan untuk menyusun komponen kebutuhan dasar tersebut berasal dari
ps

hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Kebutuhan dasar makanan terdiri dari 52 jenis
.b

komoditi dan kebutuhan dasar bukan makanan terdiri dari 51 jenis komoditi untuk daerah perkotaan
im

dan 47 jenis komoditi untuk didaerah perdesaan. Batas ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
at

dasar baik makanan maupun bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran inilah yang disebut sebagai
j
://

Garis Kemiskinan. Sedangkan Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
tp

pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.


ht

2.2. Pendekatan Multidimensi


Selain menggunakan pendekatan kebutuhan dasar pengukuran kemiskinan saat ini telah
dikembangkan dengan pendekatan multidimensi atau yang biasa disebut Multidimensional Poverty
Index (MPI). Pendekatan ini telah diinisiasi oleh United National Development Program (UNDP) dan
Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI) sejak tahun 2010.
Berbeda dengan metode pengukuran kemiskinan yang selama ini berbasis pendapatan atau
konsumsi. MPI melihat struktur kemiskinan lebih luas bukan sekedar pendapatan atau konsumsi tapi
mendefiniskan secara multidimensi seperti keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan
kualitas hidup. Konsep ini sebanarnya sudah diutarakan oleh Amartya Sen, yang menyebutkan bahwa
kemiskinan itu harus dilihat dari berbagai dimensi seperti pendidikan, kesehatan, kualitas hidup,
demokrasi dan kebebasan masyarakat terhadap akses ekonomi (Sen, 1981; Sen, 2000).

7 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


MPI meliputi tiga dimensi yaitu pendidikan, kesehatan dan kualitas kehidupan. Ada sepuluh
indikator dalam mengukur kemiskinan yaitu 1) gizi, 2) kematian bayi, 3) lama sekolah, 4) kehadiran
dalam pendidikan, 5) bahan bakar untuk memasak, 6) sanitasi, 7) air bersih, 8) sumber penerangan,
9) kondisi lantai rumah, dan 10) kepemilikan aset. Semua indikator dan dimensi dijumlahkan, lalu
dicari rata-rata nilai. Seseorang dikatakan miskin ketika total rata-rata penilaian kecil dari 1/3. MPI
adalah perkalian antara multidimensional headcount ratio (H) dengan intensity of poverty (A).
Indikator yang ditetapkan dalam MPI merupakan cakupan dari tujuan pencapaian target
Millenium Development Goals (MDGs). Bagi UNDP menjadi lebih holistik dalam melihat dimensi
kemiskinan yang terus mengalami pergeseran akibat perubahan struktur pembangunan secara global.
Dan menjadi dasar dalam strategi penanggulangan kemiskinan secara global.

3. Sumber Data

id
Publikasi ini disusun menggunakan dua jenis data yaitu data spasial dan data non spasial. Data
o.
spasial yang digunakan adalah peta administrasi setingkat kabupaten se Jawa Timur. Sedangkan
.g
ps

data non spasial yang digunakan adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014.
.b
im
j at
://
tp
ht

8 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


.g
o.
id
BAB III
ps

KONDISI KEMISKINAN
.b
im
at
j
://

JAWA TIMUR
tp
ht

9 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


BAB III

KONDISI KEMISKINAN JAWA TIMUR

3.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jawa Timur, 2004 – 2014

Dalam sebelas tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Jawa Timur mengalami fluktuasi dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2014. Seperti yang yang terlihat pada Gambar 3.1, pada tahun
2004 persentase penduduk miskin Jawa Timur mencapai 20,08%, kemudian naik menjadi 21,09%
pada tahun 2006 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 12,28%.

Gambar 3.1
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Timur, 2004 – 2014

id
9000.0 45.00

8000.0 7312.5 7139.9


7678.1
7155.3 7020.0 o. 40.00
.g
7000.0 35.00
ps

6022.6
6000.0 5529.3 30.00
5251.5
.b

4992.8 4893.0
4748.4
5000.0 21.09 25.00
im

20.08 19.95 19.98


18.51
4000.0 16.68 20.00
15.26
at

13.85 13.08
3000.0 12.73 12.28 15.00
j
://

2000.0 10.00
tp

1000.0 5.00
ht

0.0 0.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%)

Walaupun demikian, kalau kita cermati lebih mendalam ada periode kurang bagus dimana
tingkat kemiskinan yang relatif konstan yaitu berada pada kisaran 20-an persen. Periode tersebut
terjadi antara tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Pada periode ini tingkat kemiskinan salah
satunya dipengaruhi oleh harga bahan bakar minyak (BBM) dimana kenaikan harga BBM yang cukup
tinggi pada tahun 2005. Pada tahun 2005 harga BBM mengalami dua kali kenaikan yaitu pada bulan
Maret dan bulan oktober. Pada bulan Maret harga BBM mengalami kenaikan sebesar 33,33 persen
dan pada bulan Oktober mengalami kenaikan sebesar 87,50 persen. Sehingga pada tahun 2006 ada
kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup besar dibandingkan pada tahun 2005.

10 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Jumlah penduduk miskin secara absolut dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006
mengalami kenaikan sebesar 0,37 juta jiwa yaitu 7,31 juta jiwa pada tahun 2004 menjadi 7,68 juta jiwa
pada tahun 2006. Namun pada periode tahun 2006 sampai dengan 2014 jumlah penduduk miskin
mengalami tren penurunan yang cukup besar. Secara absolut jumlah penduduk miskin dari tahun
2006 - 2014 turun sebesar 2,93 juta jiwa yaitu dari 7,68 juta jiwa pada tahun 2006 menjadi 4,75 juta
jiwa pada tahun 2014.

3.2. Perkembangan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Jawa Timur, 2004 – 2014

Permasalahan kemiskinan bukan hanya pada jumlah penduduk miskin dan persentasenya.
Ada permasalahan lain yang juga perlu kita perhatikan yaitu Indeks Kedalaman Kemiskinan dan
Indeks Keparahan Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan
ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

id
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan. o.
.g
ps

Kondisi penduduk miskin di Jawa Timur antara tahun 2004 – 2014 dapat dilihat pada Gambar
.b

3.2. Pada masa ini kondisi penduduk miskin ada dua macam periode yaitu ada periode bagus dan ada
im

periode kurang bagus. Periode kurang bagus terjadi antara tahun 2004 – 2009 dimana Indeks
at

Kedalaman Kemiskinan terus meningkat dari 3,42 pada tahun 2004 menjadi 3,96 pada tahun 2009.
j

Kemudian mulai tahun 2010 kondisi penduduk miskin di Jawa Timur mengalami perbaikan yaitu
://
tp

dengan terus menurunnya Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 2,36 pada tahun 2010 turun menjadi
ht

1,86 pada tahun 2014.

Selain Indeks Kedalaman Kemiskinan, untuk melihat kondisi penduduk miskin lebih
mendalam dengan menggunakan Indeks Keparahan Kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan
(Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin.

11 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 3.2
Perkembangan Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa Timur, 2004 – 2014

Indeks Kedalaman (P1) dan


Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
3.94 3.91 3.94 3.96
3.42 3.53

2.36
2.00 1.93 1.93 1.86

1.09 1.15 1.09 1.15


0.92 0.99
0.59 0.46 0.45
0.44 0.44

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
P1 P2

id
Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan di Jawa Timur tidak jauh berbeda dengan
o.
.g
Indeks Kedalaman Kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan di Jawa Timur dapat dibedakan
ps

menjadi dua periode yaitu ada periode kurang bagus dan ada periode bagus. Periode kurang bagus
.b
im

terjadi antara tahun 2004 – 2009 dimana Indeks Keparahan Kemiskinan terus mengalami peningkatan
at

dari 0,92 pada tahun 2004 menjadi 1,15 pada tahun 2009. Periode bagus terjadi antara tahun 2010 –
j

2014 dimana Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari 0,59 pada tahun 2010
://
tp

menjadi 0,45 pada tahun 2014.


ht

12 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


BAB IV
id
o.
.g

INTERPRETASI
ps
.b
im

PROFIL KEMISKINAN
atj
://
tp
ht

JAWA TIMUR

13 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


BAB IV

INTERPRETASI PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR

1. Persentase Penduduk Miskin, Kedalaman Kemiskinan, dan Keparahan Kemiskinan

Secara umum untuk membandingkan kemiskinan antar wilayah dapat diketahui persentase
penduduk miskinnya. Semakin besar persentase penduduk miskin suatu wilayah mengindikasikan
penduduk wilayah tersebut masih banyak yang belum sejahtera. Untuk persentase penduduk miskin
kabupaten/kota se-Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu: 1) Kabupaten/kota
dengan persentase penduduk miskin rendah (≤ 5.00 %) , 2) Kabupaten/kota dengan persentase
penduduk miskin agak rendah (5.01 % - 10.00 %), 3) Kabupaten/kota dengan persentase penduduk

id
miskin sedang (10.01 % - 15.00 %), 4) Kabupaten/kota dengan persentase penduduk miskin agak
o.
tinggi (15.01% - 20.00%), dan 5) Kabupaten/kota dengan persentase penduduk miskin tinggi (20.01%
.g
ps

- 30.00%).
.b

Untuk mengetahui kabupaten/kota mana saja yang masuk kelompok persentase penduduk
im

miskinnya rendah atau tinggi dapat kita lihat pada Gambar 4.1. Untuk kabupaten-kabupaten yang
at

berada di pulau Madura sebagian besar masuk dalam kelompok persentase penduduk miskin tinggi
j
://

kecuali kabupaten Pamekasan masuk dalam kelompok persentase penduduk miskin agak tinggi.
tp

Untuk kabupaten-kabupaten yang berada di pulau Jawa sangat bervariasi namun sebagian besar
ht

masuk dalam kelompok persentase penduduk miskin sedang dan hanya ada satu kabupaten yang
masuk kelompok persentase penduduk miskin tinggi yaitu kabupaten Probolinggo. Sedangkan untuk
kota-kota di Jawa Timur terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok persentase penduduk miskin
agak rendah dan kelompok persentase penduduk miskin rendah.

Permasalahan kemiskinan bukan hanya pada jumlah penduduknya saja, ada hal lain yang
perlu perhatian yaitu tingkat kedalaman kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan. Tingkat
kedalaman kemiskinan dapat diketahui dari Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), semakin tinggi
indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin dengan
garis kemiskinan semakin jauh. Jika kita perhatikan pada Gambar 4.1 tingkat kedalaman kemiskinan
di Jawa Timur terjadi suatu pengutuban, dimana wilayah-wilayah kota di Jawa Timur indeks
kedalaman kemiskinannya rata-rata lebih rendah dibanding wilayah-wilayah kabupaten. Dengan

14 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


demikian secara umum dapat dikatakan bahwa jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin dengan
garis kemiskinan di daerah perdesaan Jawa Timur relatif lebih jauh dibandingkan dengan daerah di
perkotaan Jawa Timur.

Tingkat keparahan kemiskinan di wilayah Jawa Timur secara umum kondisinya kurang lebih
sama dengan tingkat kedalaman kemiskinan, dimana wilayah perdesaan di Jawa Timur tingkat
keparahan kemiskinannya lebih tinggi di banding wilayah perkotaan. Dari nilai P2 ini dapat dikatakan
bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran diantara penduduk miskin di daerah perdesaan lebih tinggi
dari pada di daerah perkotaan.

Memperhatikan kondisi kemiskinan di Jawa Timur berdasarkan indikator-indikator diatas


maka upaya yang dilakukan pada setiap wilayah tidak sama dengan wilayah yang lain. Untuk wilayah
kabupaten-kabupaten di pulau Madura (kabupaten Sampang, kabupaten Bangkalan, kabupaten

id
Sumenep, dan kabupaten Pamekasan) perlu upaya yang lebih keras dan masif untuk mengurangi
o.
kemiskinan di daerah tersebut, dikarenakan secara regional wilayah ini tingkat kemiskinannya berada
.g
paling bawah dibanding wilayah lain di Jawa Timur.
ps
.b

Selain kabupaten-kabupaten yang berada di wilayah pulau Madura beberapa kabupaten lain
im

yang juga perlu perhatian serius adalah kabupaten Probolinggo, kabupaten Pacitan, kabupaten
at

Bojonegoro, kabupaten Tuban, dan kabupaten Lamongan.


j
://
tp
ht

15 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.1. Peta Tematik Persentase Penduduk Miskin, P1, dan P2 Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: Per sentase Penduduk M iskin: P. KANGEAN

Skala 4 0 - 5 .00

P1 (Ind eks K eda la ma n K em iskina n) 5.01 - 1 0.0 0


10.0 1 - 15. 00
P2 (Ind eks K epa raha n K em is kina n)
15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

NGAWI

im
SIDOARJO
NGANJUK
MADIUN KOTA PASURUAN
JOMBANG

at
KOTA MADIUN MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN

j PASURUAN
://
BONDOWOSO SITUBONDO
PONOROGO KOTA KEDIRI KEDIRI KOTA BATU PROBOLINGGO
tp

KOTA BLITAR
ht

KOTA MALANG

PACITAN TULUNGAGUNG

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER
BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

16 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


2. Persentase Pendidikan Yang Ditamatkan Kepala Rumah Tangga Miskin

Akses ke pendidikan bagi penduduk miskin juga bukan merupakan hal yang mudah untuk
diakses. Hal ini tercermin dari masih banyaknya Kepala Rumah Tangga yang tidak tamat sekolah
dasar. Jika kita perhatikan pada Gambar 4.2. persentase Kepala Rumah Tangga yang tidak tamat
sekolah dasar masih besar banyak ditemui di wilayah pulau Madura (kabupaten Bangkalan,
Sampang, Pamekasan, dan Sumenep) dan wilayah Tapal kuda (Kabupaten Probolinggo,
Bondowoso, Situbondo, dan Jember).

Pendidikan Kepala Rumah Tangga tamat SD dan SMP merupakan persentase yang paling
dominan hampir diseluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur baik yang mempunyai persentase
penduduk miskin tinggi maupun yang persentase penduduk miskin rendah. Walaupun demikian

.id
wilayah kabupaten/kota yang persentase penduduk miskinnya rendah cenderung pendidikan Kepala

o
Rumah Tangganya lebih baik.
.g
ps
Masih banyaknya Kepala Rumah Tangga miskin yang berpendidikan rendah dikarenakan
.b

sebelum tahun 2002 belum ada amanat dari UU yang mewajibkan pemerintah untuk
im

mengalokasikan belanja negara untuk pendidikan minimal 20 persen. Sehingga pada saat itu masih
at

banyak anak usia sekolah dari rumah tangga miskin yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke
j
://

jenjang yang lebih tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) karena terkendala biaya.
tp

Selain faktor ekonomi ada faktor lain yang berpengaruh pada tingkat pendidikan penduduk
ht

miskin yaitu faktor sosial budaya. Beberapa wilayah di Jawa Timur masih ada yang beranggapan
bahwa ada orang tua yang khawatir anaknya menjadi tidak patuh lagi ketika sudah menjadi pintar,
kasus kawin muda, dan sekolah bukanlah prioritas utama, ataupun lebih memilih sekolah di jenjang
non formal. Faktor-faktor tersebut menyebabkan pendidikan kepala rumah tangga penduduk miskin
banyak yang masih rendah.

17 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.2. Peta Tematik Pendidikan Yang Ditamatkan Kepala Rumah Tangga Miskin Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: P. KANGEAN


Per sentase Penduduk M iskin:
100 % 0 - 5 .00
Pe rse nta se K RT M isk in U sia 15 Tah un ke A tas Tida k Tam at SD 5.01 - 1 0.0 0
Pe rse nta se K RT M isk in U sia 15 Tah un ke A tas Ta ma t S D/ SM P 10.0 1 - 15. 00
Pe rse nta se K RT M isk in U sia 15 Tah un ke A tas Ta ma t S MA 15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

NGAWI

im
SIDOARJO
NGANJUK
KOTA PASURUAN
MADIUN
JOMBANG

at
KOTA MADIUN MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN
KEDIRI

j PASURUAN
://
BONDOWOSO SITUBONDO
PONOROGO KOTA KEDIRI KOTA BATU
PROBOLINGGO
tp

KOTA BLITAR KOTA MALANG


ht

TULUNGAGUNG
PACITAN

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER
BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

18 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


3. Angka Melek Huruf Anggota Rumah Tangga Miskin

Angka melek huruf merupakan salah satu indikator keberhasilan dari program keaksaraan
atau pendidikan dasar. Angka melek huruf yang tinggi mengindikasikan adanya keberhasilan dari
program keaksaraan atau pendidikan tingkat dasar yang efektif yang memungkinkan sebagian besar
penduduknya untuk memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan
sehari-hari dan melanjutkan pembelajarannya. Angka melek huruf penduduk miskin tiap
kabupaten/kota se-Jawa Timur dapat kita Perhatikan pada Gambar 4.3. Angka melek huruf pada
gambar ini dikelompokkan menjadi dua yaitu Angka melek huruf penduduk miskin umur 15 – 24
tahun dan Angka melek huruf penduduk miskin umur 15 – 55 tahun.

Melihat angka melek huruf penduduk miskin umur 15 – 24 tahun di Jawa Timur sudah cukup

.id
menggembirakan dimana sebagian besar kabupaten/kota sudah mendekati atau mencapai 100

o
persen. Hanya ada beberapa kabupaten yang angka melek huruf penduduk miskin umur 15 – 24
.g
tahun-nya masih belum mendekati 100 persen yaitu kabupaten Blitar, Lumajang, Tuban, dan
ps

Sampang. Ini dapat diartikan bahwa sebagian besar penduduk miskin pada usia sekolah di Jawa
.b

Timur sudah tidak buta huruf. Namun tidak demikian dengan kondisi angka melek huruf penduduk
im

miskin umur 15 – 55 tahun, dimana masih banyak kabupaten/kota yang angkanya masih rendah
at

terutama kabupaten-kabupaten di wilayah pulau Madura dan wilayah Tapal Kuda. Ini dapat diartikan
j
://

bahwa diwilayah-wilayah tersebut masih banyak penduduk miskin usia produktif yang masih buta
tp

huruf.
ht

Keterbatasan ekonomi juga menjadi faktor penghambat upaya pemberantasan buta huruf.
Kesulitan ekonomi menyebabkan sebagian besar waktu masyarakat dihabiskan untuk bekerja.
Sehingga mengenyampingkan kebutuhan untuk belajar. Hal ini juga tercermin pada wilayah Jawa
Timur dimana kabupaten yang kemiskinannnya tinggi maka jumlah penduduk yang buta huruf juga
tinggi.

Solusi untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah dengan melakukan upaya persuasif.
Merubah pemahaman serta memberi manfaat langsung pada beberapa program, seperti pada
program keaksaraan dengan memberi pelajaran life skill sebagai salah satu materi ajar.

19 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.3. Peta Tematik Angka Melek Huruf Anggota Rumah Tangga Miskin Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: Per sentase Penduduk M iskin: P. KANGEAN


100 % 0 - 5 .00

An gk a M elek H uruf P end udu k Mis kin Um ur 1 5 - 24 T ahu n 5.01 - 1 0.0 0

An gk a M elek H uruf P end udu k Mis kin Um ur 1 5 - 55 T ahu n 10.0 1 - 15. 00


15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

im
NGAWI SIDOARJO
NGANJUK
KOTA PASURUAN
MADIUN
JOMBANG

at
KOTA MADIUN MOJOKERTO
MAGETAN KOTA PROBOLINGGO
KEDIRI PASURUAN
j
://
KOTA BATU BONDOWOSO SITUBONDO
PONOROGO KOTA KEDIRI
PROBOLINGGO
tp

KOTA MALANG
KOTA BLITAR
ht

PACITAN TULUNGAGUNG

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER

BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

20 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


4. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin

Angka partisipasi sekolah penduduk miskin umur 7 - 12 tahun di Jawa Timur pada tahun
2014 ini cukup melegakan karena lebih dari 24 kabupaten/kota yang telah mencapai 100 persen.
Dalam artian untuk Jawa timur lebih dari setengah kabupaten/kota telah mencapai target untuk
pencapaian angka partisipasi sekolah penduduk miskin. Untuk 14 kabupaten/kota yang lain
meskipun angka partispasi sekolah penduduk miskin belum mencapai 100 persen namun rata-rata
sudah diatas 90 persen.

Namun tidak demikian dengan angka partispasi sekolah penduduk miskin umur 13 – 15
tahun untuk Jawa Timur pada tahun 2014 ini. Kabupaten/kota yang telah mencapai 100 persen untuk
angka partispasi sekolah penduduk miskin umur 13 – 15 tahun hanya berjumlah 18 atau kurang dari

.id
setengah jumlah kabupaten/kota se-Jawa Timur (38 kabupaten/kota). Untuk beberapa

o
kabupaten/kota pencapaiannya angka partisipasi sekolah penduduk miskin umur 13 – 15 tahun ada
.g
yang kurang dari 90 persen. Kabupaten/kota yang angka partisipasi sekolah penduduk miskin umur
ps

13 – 15 tahun kurang dari 90 persen tersebut adalah kabupaten Bangkalan, kota Pasuruan,
.b

Kabupaten Pasuruan, kabupaten Jember, kota Blitar, kabupaten Malang, kabupaten Lumajang,
im

kabupaten Probolinggo, dan kabupaten Kediri.


j at
://

Walaupun demikian jika dibandingkan 10 tahun yang lalu angka partisipasi sekolah
tp

penduduk miskin umur 13 – 15 tahun di Jawa Timur sudah jauh lebih baik. Dimana pada tahun 2004
ht

angka partisipasi sekolah umur 13 – 15 tahun di Jawa Timur hanya berada pada angka 67,10 persen
dan naik menjadi 91,27 persen pada tahun 2014. Hal ini sejalan dengan kajian dari World Bank
dalam laporan Kajian Kebijakan Pembangunan 2014 yang berjudul “Indonesia: Menghindari
Perangkap” mengungkapkan bahwa akses kaum miskin kepada pendidikan telah meningkat secara
dramatis dengan anak-anak dari keluarga miskin masuk sekolah lebih dini dan lebih lama
bersekolah. Mandat UU untuk mengalokasikan setidaknya 20 persen dari jumlah anggaran
pemerintah bagi pendidikan telah mendorong peningkatan belanja lebih dari dua kali lipat secara riil
sejak 2002. Hasil terbesar dari peningkatan ini adalah perbaikan dalam akses dan pemerataan
pendidikan.

21 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.4. Peta Tematik Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: Per sentase Penduduk M iskin: P. KANGEAN


100 % 0 - 5 .00

An gk a P art isipasi S ek olah P end udu k Mis k in Um ur 7 - 1 2 Ta hun 5.01 - 1 0.0 0

An gk a P art isipasi S ek olah P end udu k Mis k in Um ur 1 3 - 15 Tahu n 10.0 1 - 15. 00


15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

NGAWI SIDOARJO

im
MADIUN
JOMBANG KOTA PASURUAN

at
KOTA MADIUN NGANJUK
MOJOKERTO
MAGETAN KOTA PROBOLINGGO
PASURUAN

j
://
KEDIRI KOTA BATU SITUBONDO
KOTA KEDIRI
PROBOLINGGO
tp

KOTA MALANG BONDOWOSO


PONOROGO
KOTA BLITAR
ht

TULUNGAGUNG
PACITAN

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

BLITAR MALANG
JEMBER
BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

22 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


5. Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Status Pekerjaan

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan adalah ada tidaknya sumber
pendapatan rumah tangga. Sumber pendapatan rumah tangga biasanya berasal dari pekerjaan.
Sehingga ada tidaknya pekerjaan pada suatu rumah tangga dapat digunakan untuk melihat tingkat
kesejahteraan. Kabupaten/kota yang penduduknya banyak yang tidak bekerja cenderung memiliki
jumlah penduduk miskin yang tinggi. Dan sebaliknya kabupaten/kota yang penduduknya banyak
yang bekerja cenderung memiliki jumlah penduduk miskin yang rendah.

Selain ketersediaan lapangan pekerjaan hal lain yang juga diperhatikan adalah jumlah
penduduk miskin pada suatu wilayah adalah sektor pekerjaan. Pekerja yang bekerja pada sektor
informal umumnya kesejahteraannya lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang bekerja pada

.id
sektor formal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah sistem pengupahan pekerja

o
sektor informal tidak mengikuti undang-undang ketenagakerjaan, jam kerja yang tidak teratur, tidak
adanya jaminan kesehatan maupun masa depan.
.g
ps
.b

Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk miskin yang tinggi memiliki kecenderungan


im

penduduk miskinnya bekerja pada sektor informal jauh lebih tinggi dibanding yang bekerja disektor
at

formal. Seperti terlihat pada Gambar 4.5. kabupaten-kabupaten yang mengalami kondisi seperti ini
j
://

adalah kabupaten Bangkalan, kabupaten Sampang, kabupaten Sumenep, kabupaten Sumenep, dan
tp

kabupaten Pacitan.
ht

Dan sebaliknya kabupaten/kota dengan jumlah penduduk miskin yang rendah memiliki
kecenderungan penduduk miskinnya bekerja pada sektor informal lebih rendah atau sama dengan
yang bekerja disektor formal. Kondisi kabupaten/kota yang mengalami kondisi seperti ini adalah kota
Madiun, kota Kediri, kota Mojokerto, kabupaten Sidoarjo, kota Surabaya, kota Pasuruan, dan kota
Probolinggo.

23 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.5. Peta Tematik Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Status Bekerja Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014 112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: Per sentase Penduduk M iskin: P. KANGEAN


100 % 0 - 5 .00

Pe rse nta se P en dud uk M is k in Us ia 15 Tahu n k e At as Tidak Be ke rja 5.01 - 1 0.0 0

Pe rse nta se P en dud uk M is k in Us ia 15 Tahu n k e At as B ek erja S e kt or In fo rm al 10.0 1 - 15. 00


Pe rse nta se P en dud uk M is k in Us ia 15 Tahu n k e At as B ek erja S e kt or Fo rm al 15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN
GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

NGAWI

im
SIDOARJO
NGANJUK
KOTA PASURUAN
MADIUN
JOMBANG

at
KOTA MADIUN MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN
KEDIRI
PASURUAN
j
://
SITUBONDO
BONDOWOSO
KOTA KEDIRI KOTA BATU PROBOLINGGO
tp

PONOROGO KOTA BLITAR


KOTA MALANG
ht

TULUNGAGUNG

8°00'00"
8 °00 '00"

PACITAN
TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER
BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

24 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


6. Persentase Penduduk Berdasarkan Sektor Pekerjaan

Karakteristik lain dari penduduk miskin jika dilihat dari ketenagakerjaan dapat dibedakan
berdasarkan sektor pertanian maupun non pertanian. Untuk provinsi Jawa Timur persentase
penduduk miskin lebih besar yang bekerja disektor pertanian dibanding sektor non pertanian.
Persentase penduduk miskin Jawa Timur yang bekerja pada sektor pertanian sebesar 36,56 persen
sedangkan penduduk miskin yang bekerja pada sektor non pertanian 27,91 persen.

Jika dilihat pada Gambar 4.6. kabupaten yang persentase penduduk miskinnya tinggi maka
persentase penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian juga tinggi. Keadaan seperti ini dapat
ditemukan pada wilayah-wilayah seperti kabupaten Bangkalan, kabupaten Sampang, kabupaten
Sumenep, kabupaten Probolinggo, kabupaten Pamekasan, dan kabupaten Pacitan.

.id
Sebaliknya kabupaten/kota yang persentase penduduk miskinnya rendah maka persentase

o
.g
penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian juga rendah atau hampir tidak ada. Kabupaten/kota
ps
tersebut adalah kota Madiun, kota Kediri, kota Blitar, kota Malang, kota Batu, kota Mojokerto, kota
.b

Probolinggo, kota Pasuruan, kabupaten Sidoarjo, dan kota Surabaya. Pada wilayah-wilayah ini
im

sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor non pertanian.


at

Dengan membandingkan penduduk miskin berdasarkan sektor ketenagakerjaan tersebut


j
://

dapat diketahui bahwa program-program pengentasan kemiskinan di Jawa Timur perlu penajaman
tp

pada sektor pertanian. Ketika sektor pertanian disentuh dengan program-program yang lebih intensif
ht

dibandingkan sektor non pertanian maka kedepannya penduduk miskin akan berkurang lebih banyak
lagi.

25 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.6. Peta Tematik Persentase Penduduk Berdasarkan Sektor Pekerjaan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: Per sentase Penduduk M iskin: P. KANGEAN


100 % 0 - 5 .00

Pe rse nta se P en dud uk M isk in Us ia 15 Tahu n k e At as Tidak Be ke rja 5.01 - 1 0.0 0

Pe rse nta se P en dud uk M isk in Us ia 15 Tahu n k e At as B ek erja S e kt or P erta nian 10.0 1 - 15. 00
Pe rse nta se P en dud uk M isk in Us ia 15 Tahu n k e At as B ek erja S e kt or No n P e rt anian 15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

im
NGAWI
SIDOARJO

MADIUN KOTA PASURUAN


JOMBANG

at
NGANJUK
KOTA MADIUN MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN
KEDIRI

j PASURUAN
://
BONDOWOSO SITUBONDO
PONOROGO KOTA KEDIRI KOTA BATU PROBOLINGGO
tp

KOTA BLITAR
KOTA MALANG
ht

PACITAN TULUNGAGUNG

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER

BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

26 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


7. Persentase Perempuan Pengguna Alat KB di Rumah Tangga Miskin dan Balita di Rumah Tangga
Miskin yang Proses Persalinan di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan Permenkes No. 71 Tahun 2013 tentang JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
menyatakan bahwa seluruh pelayanan kesehatan memberikan pelayanan KB. Dan untuk penduduk
miskin alat kontrasepsi disediakan secara gratis oleh pemerintah. Penduduk miskin di Jawa Timur
sebagian besar sudah mengikuti program KB. Hal ini terbukti dari persentase penduduk miskin yang
menggunakan alat KB pada tahun 2014 sudah mencapai 65 persen. Namun demikian masih ada
beberapa kabupaten yang persentase penduduk miskin yang menggunakan alat KB masih rendah.
Kabupaten-kabupaten tersebut seperti kabupaten Bangkalan, kabupaten Sampang, kabupaten
Sumenep, dan kabupaten Malang.

.id
Untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi maka persalinan yang di tolong oleh Tenaga

o
Kesehatan perlu terus digalakkan. Penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis atau
.g
tenaga berpengalaman yang sudah dibekali dengan pengetahuan serta kemampuan kebidanan akan
ps

membantu kelancaran proses persalinan. Selain itu Kekeliruan penanganan baik pada saat
.b

melahirkan maupun pasca kelahiran akan berakibat fatal bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan
im

bayi akan dapat dikurangi. Untuk kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur penolong persalinan
at

penduduk miskin oleh tenaga kesehatan rata-rata sudah tinggi namun belum mencapai 100 persen
j
://

baik proses persalinan pertama maupun persalinan terakhir.


tp
ht

Meskipun demikian masih ada beberapa kabupaten yang proses persalinan penduduk
miskin oleh tenaga kesehatan masih rendah. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah kabupaten
Bangkalan, kabupaten Sampang, kabupaten Sumenep, kabupaten Bondowoso, kabupaten
Probolinggo, kabupaten Banyuwangi, dan kabupaten Pamekasan.

Rendahnya penolong persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain adanya faktor
kebiasaan/tradisi di daerah tersebut, serta pertimbangan masalah biaya yang jauh lebih murah
dibandingkan bila ditolong oleh tenaga medis. Selain itu faktor pendidikan yang rendah dan
kurangnya pengetahuan tentang persalinan yang sehat dan aman turut mempengaruhi pemilihan
tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Sehingga daerah tersebut perlu mendapatkan
perhatian lebih, baik itu penyuluhan ataupun ketersediaan dan akses terhadap tenaga kesehatan .

27 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.7. Peta Tematik Persentase Perempuan Pengguna Alat KB dan Balita di Rumah Tangga Miskin yang Proses Persalinan di
Tolong Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi
112°00'00"
Jawa Timur Tahun 2014 114°00'00"

Ketera nga n: Per sentase Penduduk M iskin: P. KANGEAN


100 % 0 - 5 .00

Pe rse nta se P erem pu an Pe ng gun a A lat K B di R T Mis k in 5.01 - 1 0.0 0

Pe rse nta se RT Miskin Pe rs alina n P ert am anya Dit olong oleh Ten ag a K es eh ata n 10.0 1 - 15. 00
Pe rse nta se RT Miskin Pe rs alina n Te rak hirny a D it olong oleh Ten aga K es eh ata n 15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

NGAWI

im
SIDOARJO
NGANJUK
MADIUN KOTA PASURUAN
JOMBANG

at
KOTA MADIUN MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN
KEDIRI

j PASURUAN
://
BONDOWOSO SITUBONDO
PONOROGO KOTA KEDIRI KOTA BATU PROBOLINGGO
tp

KOTA BLITAR
KOTA MALANG
ht

PACITAN TULUNGAGUNG

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER

BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

28 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


8. Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Luas Lantai Perkapita

Salah satu indikasi rumah sehat menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per kapita minimal 8 m2.
Luas lantai yang tidak memenuhi syarat seperti yang disebutkan dalam Permenkes maka akan
mempengaruhi kualitas kesehatan penghuninya. Luas lantai per kapita dibawah 8 m 2 akan
mengakibatkan kurangnya konsumsi oksigen dan bila salah satu anggota keluarga infeksi akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

Untuk masalah luas lantai per kapita tempat tinggal penduduk miskin di wilayah perdesaan
kondisinya lebih baik dibandingkan penduduk miskin di wilayah perkotaan. Seperti terlihat pada
Gambar 4.7. penduduk miskin di wilayah perdesaan sebagian besar menempati tempat tinggal

.id
dengan luas lantai perkapita lebih besar 15 m2. Penduduk miskin tersebut tersebar di beberapa

o
kabupaten seperti kabupaten Ngawi, kabupaten Magetan, kabupaten Madiun, kabupaten Ponorogo,
.g
kabupaten Bojonegoro, kabupaten Trenggalek, kabupaten Nganjuk, kabupaten Blitar, dan kabupaten
ps

Sampang.
.b
im

Sebaliknya penduduk miskin perkotaan sebagian besar menempati tempat tinggal dengan
at

luas lantai perkapita kurang dari 9 m2. Kondisi penduduk miskin seperti ini terjadi pada wilayah di
j
://

kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kota Pasuruan, dan kota Malang. Hal ini disebabkan harga lahan
tp

diwilayah perkotaan sangat mahal sehingga banyak penduduk miskin diperkotaan tidak mampu
ht

membeli lahan yang luas atau bahkah tidak mampu membeli lahan sehingga mereka mengontrak
rumah yang ukurannya kecil atau menyewa kamar kos.

29 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.8. Peta Tematik Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Luas Lantai Perkapita Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: P. KANGEAN


Per sentase Penduduk M iskin:
100 % 0 - 5 .00
Pe rse nta se RT Miskin Me nuru t K ab upa ten /K ota Lu as La nta i Pe rka pita <= 8 M2 5.01 - 1 0.0 0
Pe rse nta se RT Miskin Me nuru t K ab upa ten /K ota Lu as La nta i Pe rka pita 9 - 1 5 M 2 10.0 1 - 15. 00
Pe rse nta se RT Miskin Me nuru t K ab upa ten /K ota Lu as La nta i Pe rka pita > 15 M2 15.0 1 - 20. 00
20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

NGAWI

im
SIDOARJO
NGANJUK
MADIUN KOTA PASURUAN
JOMBANG

at
KOTA MADIUN MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN
KEDIRI

j PASURUAN
://
BONDOWOSO SITUBONDO
PONOROGO KOTA KEDIRI KOTA BATU PROBOLINGGO
tp

KOTA BLITAR
KOTA MALANG
ht

PACITAN TULUNGAGUNG

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER

BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

30 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


9. Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Bantuan Yang Diterima

Beberapa program yang telah digulirkan pemerintah yang ditujukan untuk penanggulangan
kemiskinan sebenarnya telah banyak diberikan pada rumah tangga miskin baik yang berbasis
bantuan maupun perlindungan sosial. Program-program berbasis bantuan dan perlindungan sosial
ini bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan
kualitas hidup masyarakat miskin. Meskipun program-program ini ditujukan untuk rumah tangga
miskin namun realitanya masih ada rumah tangga miskin yang tidak mendapatkan bantuan tersebut.

Seperti yang terlihat pada Gambar 4.9. masih ada rumah tangga miskin yang belum
mendapatkan bantuan, baik bantuan program pendidikan, bantuan jaminan kesehatan, dan bantuan
untuk pemberdayaan. Program jaminan kesehatan atau Jamkesmas merupakan program yang

.id
paling banyak diterima oleh rumah tangga miskin. Seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur

o
memberikan jaminan kesehatan pada rumah tangga miskin. Program berikutnya yang juga banyak
.g
diterima rumah tangga miskin adalah bantuan program pendidikan atau Bantuan Siswa Miskin untuk
ps

SD/SMP. Bantuan ini juga ada di setiap kabupaten/kota di Jawa Timur, namun persentase rumah
.b

tangga miskin yang mendapatkan bantuan program pendidikan lebih rendah dari persentase rumah
im

tangga miskin yang mendapatkan bantuan jaminan kesehatan.


jat
://

Program yang lain adalah program pemberdayaan untuk rumah tangga miskin yang meliputi
tp

PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Untuk dua
ht

program ini banyak rumah tangga yang tidak mendapatkan bantuan. Bahkan beberapa
kabupaten/kota di Jawa Timur seluruh rumah tangga miskinnya tidak mendapatkan bantuan
pemberdayaan tersebut. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah kabupaten Banyuwangi, kabupaten
Bondowoso, kabupaten Probolinggo, kabupaten Pasuruan, kabupaten Malang, dan kabupaten
Tuban.

31 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Gambar 4.9. Peta Tematik Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Bantuan Yang Diterima Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
112°00'00" 114°00'00"

Ketera nga n: Per sentase Penduduk M iskin: P. KANGEAN


100 % 0 - 5 .00
Pe rs e nta s e RT Mis kin ya ng Me nda pat ka n B S M SD /SM P 5.01 - 1 0.0 0
Pe rs e nta s e Ru ma h Ta ng ga Misk in ya ng Men dap atka n J a mkes m as 10.0 1 - 15. 00
Pe rs e nta s e Ru ma h Ta ng ga Misk in ya ng Men dap atka n P NP M 15.0 1 - 20. 00
Pe rs e nta s e Ru ma h Ta ng ga Misk in ya ng Men dap atka n K UR 20.0 1 - 30. 00

7°00'00"
7 °00 '00"

BANGKALAN SUMENEP
SAMPANG PAMEKASAN

id
o.
TUBAN

.g
LAMONGAN GRESIK

ps
BOJONEGORO
KOTA SURABAYA

.b
KOTA MOJOKERTO

im
NGAWI
SIDOARJO
NGANJUK
MADIUN KOTA PASURUAN
JOMBANG

at
KOTA MADIUN MOJOKERTO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN
KEDIRI

j PASURUAN
://
BONDOWOSO SITUBONDO
PONOROGO KOTA KEDIRI KOTA BATU PROBOLINGGO
tp

KOTA BLITAR
ht

KOTA MALANG

PACITAN TULUNGAGUNG

8°00'00"
8 °00 '00"

TRENGGALEK LUMAJANG

MALANG
BLITAR
JEMBER

BANYUWANGI

0 20 40 60 80 Km

112°00'00" 114°00'00"

32 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


id
o.
.g

LAMPIRAN
ps
.b
im
at
j
://
tp
ht

33 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 1. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, P1, P2, dan Garis Kemiskinan
Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014
Jumlah Persentase Penduduk Garis Kemiskinan
Kabupaten/Kota P1 P2
Penduduk Miskin Miskin (%) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Pacitan 88.940 16,18 2,43 0,54 220.810
Kab. Ponorogo 99.862 11,53 1,54 0,30 247.368
Kab. Trenggalek 90.044 13,10 1,98 0,44 250.666
Kab. Tulungagung 88.989 8,75 1,11 0,24 277.707
Kab. Blitar 116.720 10,22 1,21 0,23 244.382
Kab. Kediri 196.777 12,77 2,07 0,49 251.547
Kab. Malang 280.309 11,07 1,71 0,40 254.380
Kab. Lumajang 120.695 11,75 1,68 0,41 234.728
Kab. Jember 270.395 11,28 1,47 0,31 267.962
Kab. Banyuwangi 147.702 9,29 1,27 0,25 285.004
Kab. Bondowoso 111.883 14,76 2,28 0,60 299.819
Kab. Situbondo 87.668 13,15 2,59 0,76 246.483

id
Kab. Probolinggo 231.916 20,44 3,09 0,74 340.539
Kab. Pasuruan 170.741 o.
10,86 1,68 0,46 283.327
.g
Kab. Sidoarjo 133.833 6,40 0,76 0,15 346.538
ps

Kab. Mojokerto 113.330 10,56 1,17 0,23 293.609


.b

Kab. Jombang 133.501 10,80 1,29 0,27 301.162


Kab. Nganjuk 136.499 13,14 1,75 0,36 308.506
im

Kab. Madiun 81.198 12,04 1,56 0,33 265.310


at

Kab. Magetan 73.970 11,80 1,58 0,31 262.069


j

Kab. Ngawi 123.182 14,88 2,50 0,64 240.780


://

Kab. Bojonegoro 190.885 15,48 2,62 0,68 272.886


tp

Kab. Tuban 191.127 16,64 2,48 0,60 265.659


ht

Kab. Lamongan 186.119 15,68 2,40 0,55 289.403


Kab. Gresik 166.947 13,41 2,36 0,66 348.888
Kab. Bangkalan 212.156 22,38 3,28 0,70 305.174
Kab. Sampang 239.597 25,80 3,71 0,79 272.900
Kab. Pamekasan 148.764 17,74 2,60 0,57 266.953
Kab. Sumenep 218.859 20,49 3,54 0,91 270.890
Kota Kediri 22.133 7,95 0,91 0,17 366.788
Kota Blitar 9.807 7,15 0,79 0,16 319.177
Kota Malang 40.642 4,80 0,61 0,12 381.400
Kota Probolinggo 19.027 8,37 0,94 0,18 383.673
Kota Pasuruan 14.213 7,34 1,22 0,30 328.648
Kota Mojokerto 8.018 6,42 0,67 0,14 328.250
Kota Madiun 8.478 4,86 0,66 0,16 338.609
Kota Surabaya 164.359 5,79 0,78 0,16 393.151
Kota Batu 9.140 4,59 0,35 0,05 355.317

34 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 2. Persentase Pendidikan Yang Ditamatkan Kepala Rumah Tangga Miskin Kabupaten/Kota
se-Jawa Timur Tahun 2014
KRT Tidak KRT Tamat KRT Tamat
Kabupaten/Kota
Tamat SD (%) SD/SMP (%) SMA (%)
(1) (2) (3) (4)
Kab. Pacitan 35,47 57,10 7,42
Kab. Ponorogo 34,98 58,88 6,14
Kab. Trenggalek 33,96 61,34 4,70
Kab. Tulungagung 27,60 55,71 16,68
Kab. Blitar 32,86 52,57 14,56
Kab. Kediri 30,56 55,53 13,90
Kab. Malang 47,26 47,51 5,24
Kab. Lumajang 35,87 55,25 8,88
Kab. Jember 51,49 44,76 3,75
Kab. Banyuwangi 36,09 55,98 7,93
Kab. Bondowoso 54,90 40,99 4,10
Kab. Situbondo 51,74 39,80 8,45

id
Kab. Probolinggo 48,52 46,63 4,85
Kab. Pasuruan 36,60 o. 56,46 6,94
.g
Kab. Sidoarjo 18,99 51,66 29,34
ps

Kab. Mojokerto 22,84 50,78 26,38


Kab. Jombang
.b

33,11 55,38 11,51


Kab. Nganjuk 22,83 63,72 13,45
im

Kab. Madiun 29,21 49,12 21,66


at

Kab. Magetan 29,43 58,28 12,29


j

Kab. Ngawi 38,83 49,81 11,36


://

Kab. Bojonegoro 36,51 53,28 10,21


tp

Kab. Tuban 35,74 56,04 8,22


ht

Kab. Lamongan 28,70 47,87 23,43


Kab. Gresik 23,44 50,83 25,73
Kab. Bangkalan 49,84 45,27 4,90
Kab. Sampang 58,04 36,19 5,77
Kab. Pamekasan 40,61 43,75 15,64
Kab. Sumenep 45,42 43,28 11,30
Kota Kediri 13,95 60,81 25,24
Kota Blitar 15,79 65,40 18,81
Kota Malang 26,57 60,95 12,49
Kota Probolinggo 30,98 41,79 27,23
Kota Pasuruan 43,61 36,44 19,96
Kota Mojokerto 24,26 47,25 28,50
Kota Madiun 14,98 47,36 37,66
Kota Surabaya 26,36 43,45 30,19
Kota Batu 37,00 50,20 12,81

35 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 3. Angka Melek Huruf Penduduk Miskin dan Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin
Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014
AMH Umur AMH Umur APS Umur 7 APS Umur 13
Kabupaten/Kota
15 - 24 Tahun 15 - 55 Tahun - 12 Tahun - 15 Tahun
(1) (5) (6) (7) (8)
Kab. Pacitan 100,00 97,56 100,00 100,00
Kab. Ponorogo 100,00 97,98 100,00 100,00
Kab. Trenggalek 100,00 95,67 100,00 100,00
Kab. Tulungagung 100,00 100,00 100,00 100,00
Kab. Blitar 97,39 95,84 100,00 93,57
Kab. Kediri 98,93 95,15 96,08 87,80
Kab. Malang 100,00 94,70 100,00 85,67
Kab. Lumajang 98,06 96,82 97,41 86,24
Kab. Jember 100,00 81,87 91,79 79,03
Kab. Banyuwangi 100,00 96,01 96,14 100,00
Kab. Bondowoso 100,00 91,56 96,05 90,92

id
Kab. Situbondo 100,00 84,23 100,00 100,00
Kab. Probolinggo
Kab. Pasuruan
100,00
o.
88,40 97,36 86,39
.g
100,00 92,87 100,00 76,29
Kab. Sidoarjo 100,00 99,33 100,00 100,00
ps

Kab. Mojokerto 100,00 99,45 100,00 100,00


.b

Kab. Jombang 100,00 98,23 100,00 97,13


im

Kab. Nganjuk 100,00 95,32 98,29 94,60


Kab. Madiun 100,00 97,08 95,99 95,83
at

Kab. Magetan 100,00 100,00 97,48 100,00


j
://

Kab. Ngawi 100,00 91,72 100,00 97,79


tp

Kab. Bojonegoro 100,00 89,79 100,00 94,58


ht

Kab. Tuban 98,06 90,60 100,00 91,22


Kab. Lamongan 100,00 94,95 100,00 100,00
Kab. Gresik 100,00 97,73 100,00 90,79
Kab. Bangkalan 100,00 83,67 97,35 71,72
Kab. Sampang 97,44 79,98 99,09 90,11
Kab. Pamekasan 98,61 86,26 99,28 95,97
Kab. Sumenep 99,47 88,55 100,00 100,00
Kota Kediri 100,00 100,00 100,00 100,00
Kota Blitar 100,00 100,00 100,00 81,97
Kota Malang 100,00 100,00 100,00 100,00
Kota Probolinggo 100,00 98,44 94,22 100,00
Kota Pasuruan 100,00 97,03 95,05 72,96
Kota Mojokerto 100,00 98,30 100,00 100,00
Kota Madiun 100,00 100,00 100,00 100,00
Kota Surabaya 100,00 96,41 100,00 100,00
Kota Batu 100,00 100,00 100,00 100,00

36 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 4. Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Status Pekerjaan Kabupaten/Kota se-Jawa
Timur Tahun 2014
Tidak Bekerja Sektor Bekerja Sektor
Kabupaten/Kota
Bekerja Informal Formal
(1) (2) (3) (4)
Kab. Pacitan 15,70 76,51 7,79
Kab. Ponorogo 30,12 66,13 3,75
Kab. Trenggalek 27,86 67,33 4,82
Kab. Tulungagung 30,77 52,40 16,83
Kab. Blitar 38,12 50,11 11,77
Kab. Kediri 36,30 50,56 13,14
Kab. Malang 41,19 49,99 8,82
Kab. Lumajang 39,40 42,07 18,53
Kab. Jember 43,45 42,61 13,94
Kab. Banyuwangi 43,42 33,00 23,58
Kab. Bondowoso 36,89 50,87 12,24
Kab. Situbondo 36,66 52,26 11,08

id
Kab. Probolinggo 33,75 56,29 9,96
Kab. Pasuruan 35,41
o. 43,97 20,62
.g
Kab. Sidoarjo 42,42 21,73 35,86
ps

Kab. Mojokerto 42,00 36,32 21,68


.b

Kab. Jombang 38,04 49,92 12,04


im

Kab. Nganjuk 38,08 50,36 11,56


Kab. Madiun 38,26 50,85 10,89
at

Kab. Magetan 26,42 67,05 6,53


j
://

Kab. Ngawi 39,07 49,66 11,26


tp

Kab. Bojonegoro 35,65 53,57 10,78


Kab. Tuban 38,73 47,59 13,68
ht

Kab. Lamongan 33,66 50,09 16,25


Kab. Gresik 38,84 41,36 19,79
Kab. Bangkalan 36,59 55,24 8,16
Kab. Sampang 21,57 71,10 7,33
Kab. Pamekasan 25,45 63,62 10,93
Kab. Sumenep 30,04 60,24 9,73
Kota Kediri 42,61 25,63 31,77
Kota Blitar 34,45 39,08 26,47
Kota Malang 43,61 30,23 26,16
Kota Probolinggo 33,17 37,28 29,55
Kota Pasuruan 33,32 27,42 39,27
Kota Mojokerto 33,80 33,75 32,45
Kota Madiun 38,18 27,88 33,94
Kota Surabaya 33,96 30,07 35,97
Kota Batu 44,50 36,80 18,70

37 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 5. Persentase Penduduk Miskin Berdasarkan Sektor Pekerjaan Kabupaten/Kota se-Jawa
Timur Tahun 2014
Bekerja Sektor Bekerja Sektor Non
Kabupaten/Kota Tidak Bekerja
Pertanian Pertanian
(1) (2) (3) (4)
Kab. Pacitan 15,70 71,79 12,51
Kab. Ponorogo 30,12 51,17 18,71
Kab. Trenggalek 27,86 59,35 12,79
Kab. Tulungagung 30,77 30,05 39,18
Kab. Blitar 38,12 32,14 29,74
Kab. Kediri 36,30 30,78 32,92
Kab. Malang 41,19 31,70 27,12
Kab. Lumajang 39,40 30,42 30,18
Kab. Jember 43,45 40,78 15,77
Kab. Banyuwangi 43,42 25,12 31,46
Kab. Bondowoso 36,89 34,78 28,33
Kab. Situbondo 36,66 32,11 31,23

id
Kab. Probolinggo 33,75 40,94 25,31
Kab. Pasuruan 35,41
o. 36,93 27,65
.g
Kab. Sidoarjo 42,42 6,94 50,65
ps

Kab. Mojokerto 42,00 11,38 46,62


.b

Kab. Jombang 38,04 19,45 42,51


im

Kab. Nganjuk 38,08 32,24 29,67


Kab. Madiun 38,26 35,04 26,70
at

Kab. Magetan 26,42 45,63 27,95


j
://

Kab. Ngawi 39,07 40,09 20,84


tp

Kab. Bojonegoro 35,65 42,04 22,31


Kab. Tuban 38,73 40,44 20,83
ht

Kab. Lamongan 33,66 40,06 26,28


Kab. Gresik 38,84 30,67 30,48
Kab. Bangkalan 36,59 49,38 14,03
Kab. Sampang 21,57 58,69 19,74
Kab. Pamekasan 25,45 55,61 18,94
Kab. Sumenep 30,04 52,76 17,20
Kota Kediri 42,61 3,52 53,87
Kota Blitar 34,45 9,21 56,34
Kota Malang 43,61 7,79 48,60
Kota Probolinggo 33,17 10,41 56,41
Kota Pasuruan 33,32 8,02 58,67
Kota Mojokerto 33,80 4,56 61,64
Kota Madiun 38,18 - 61,82
Kota Surabaya 33,96 2,56 63,48
Kota Batu 44,50 17,35 38,15

38 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 6. Persentase Perempuan Pengguna Alat KB dan Balita di Rumah Tangga Miskin yang Proses
Persalinan di Tolong Oleh Tenaga Medis Kabupaten/Kota se-Jawa Timur Tahun 2014
Persentase Perempuan Persalinan Pertama Persalinan Terakhir
Kabupaten/Kota Pengguna Alat KB di Ditolong oleh Ditolong oleh Tenaga
RTM Tenaga Kesehatan Kesehatan
-1 -2 -3 -4
Kab. Pacitan 82,11 98,17 98,17
Kab. Ponorogo 64,02 83,65 87,00
Kab. Trenggalek 69,27 91,99 91,99
Kab. Tulungagung 65,49 100,00 100,00
Kab. Blitar 65,18 100,00 100,00
Kab. Kediri 70,66 95,75 95,75
Kab. Malang 56,74 90,11 90,11
Kab. Lumajang 68,37 100,00 100,00
Kab. Jember 64,98 82,56 82,56
Kab. Banyuwangi 65,04 82,59 88,64
Kab. Bondowoso 61,91 66,15 69,46

id
Kab. Situbondo 65,28 78,74 84,68
Kab. Probolinggo 65,01 o. 78,18 78,18
.g
Kab. Pasuruan 69,7 92,36 97,59
ps

Kab. Sidoarjo 79,48 100,00 100,00


Kab. Mojokerto 60,97 100,00 100,00
.b

Kab. Jombang 72,56 100,00 100,00


im

Kab. Nganjuk 70,23 96,22 96,22


at

Kab. Madiun 78,69 100,00 100,00


Kab. Magetan 67,26 100,00 100,00
j
://

Kab. Ngawi 71,17 100,00 100,00


tp

Kab. Bojonegoro 71,56 100,00 96,80


ht

Kab. Tuban 70,41 100,00 97,23


Kab. Lamongan 70,6 100,00 100,00
Kab. Gresik 83,89 97,13 97,13
Kab. Bangkalan 38,02 51,41 50,36
Kab. Sampang 58,75 67,92 67,92
Kab. Pamekasan 65,84 78,67 87,80
Kab. Sumenep 44,87 57,25 79,70
Kota Kediri 77,75 100,00 100,00
Kota Blitar 75,69 89,69 100,00
Kota Malang 84,61 100,00 100,00
Kota Probolinggo 88,2 94,30 94,30
Kota Pasuruan 69,58 100,00 100,00
Kota Mojokerto 80,74 100,00 100,00
Kota Madiun 79,76 100,00 100,00
Kota Surabaya 66,72 96,82 96,82
Kota Batu 77,25 100,00 100,00

39 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 7. Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Luas Lantai Perkapita Kabupaten/Kota se-Jawa
Timur Tahun 2014
Kabupaten/Kota Luas Lantai Luas Lantai Luas Lantai Perkapita >
Perkapita ≤ 8 M2 Perkapita 9 - 15 M2 15 M2
-1 -2 -3 -4
Kab. Pacitan 5,47 48,35 46,18
Kab. Ponorogo 0,00 35,08 64,92
Kab. Trenggalek 6,77 44,47 48,76
Kab. Tulungagung 9,74 47,75 42,52
Kab. Blitar 5,09 41,22 53,69
Kab. Kediri 14,96 44,51 40,52
Kab. Malang 10,77 47,49 41,74
Kab. Lumajang 15,89 54,13 29,98
Kab. Jember 7,63 53,38 38,99
Kab. Banyuwangi 8,34 49,78 41,88
Kab. Bondowoso 13,03 50,13 36,83
Kab. Situbondo 29,58 36,75 33,67

id
Kab. Probolinggo 9,32 50,21 40,47
Kab. Pasuruan 23,61 o. 56,21 20,18
.g
Kab. Sidoarjo 49,53 26,57 23,90
ps

Kab. Mojokerto 9,88 51,59 38,53


Kab. Jombang 14,85 44,97 40,18
.b

Kab. Nganjuk 9,94 32,18 57,88


im

Kab. Madiun 12,16 22,49 65,35


at

Kab. Magetan 7,70 21,81 70,48


j

Kab. Ngawi 4,53 12,08 83,39


://

Kab. Bojonegoro 6,72 25,45 67,83


tp

Kab. Tuban 7,49 37,95 54,55


ht

Kab. Lamongan 10,58 39,44 49,99


Kab. Gresik 10,30 41,55 48,15
Kab. Bangkalan 18,03 41,24 40,73
Kab. Sampang 6,71 29,23 64,06
Kab. Pamekasan 20,18 47,50 32,32
Kab. Sumenep 14,38 42,22 43,40
Kota Kediri 12,87 53,62 33,52
Kota Blitar 42,11 20,72 37,17
Kota Malang 43,90 53,79 2,31
Kota Probolinggo 5,18 77,33 17,49
Kota Pasuruan 41,51 37,30 21,19
Kota Mojokerto 25,99 44,86 29,15
Kota Madiun 29,51 44,85 25,64
Kota Surabaya 59,94 26,61 13,44
Kota Batu 23,79 46,44 29,77

40 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


Lampiran 8. Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Bantuan Yang Diterima Kabupaten/Kota se-
Jawa Timur Tahun 2014
Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan
Kabupaten/Kota
BSM SD/SMP Jamkesmas PNPM KUR
-1 -2 -3 -4 -5

Kab. Pacitan 33,92 74,14 0,00 0,94


Kab. Ponorogo 41,63 77,13 1,44 0,00
Kab. Trenggalek 61,45 62,46 0,00 0,00
Kab. Tulungagung 12,35 37,76 0,00 0,00
Kab. Blitar 40,21 45,53 0,00 0,00
Kab. Kediri 34,45 47,10 0,00 0,93
Kab. Malang 15,41 32,20 0,97 0,00
Kab. Lumajang 21,17 53,73 0,00 0,00
Kab. Jember 6,56 38,53 0,00 0,00
Kab. Banyuwangi 10,08 44,49 0,00 0,00
Kab. Bondowoso 39,14 67,71 0,95 0,00
Kab. Situbondo 17,65 27,08 1,45 0,00

id
Kab. Probolinggo 4,46 54,71 0,00 0,67
Kab. Pasuruan 19,67 53,98o. 1,44 0,00
.g
Kab. Sidoarjo 7,89 36,98 2,91 0,00
ps

Kab. Mojokerto 20,34 37,02 1,44 0,70


Kab. Jombang 50,56 65,65 12,44 0,00
.b

Kab. Nganjuk 31,44 59,70 2,41 9,78


im

Kab. Madiun 19,99 68,77 1,14 0,00


at

Kab. Magetan 12,67 51,76 0,00 13,51


Kab. Ngawi 22,10 61,63 3,33 0,84
j
://

Kab. Bojonegoro 29,15 63,16 2,07 0,00


tp

Kab. Tuban 28,09 49,51 0,00 0,00


ht

Kab. Lamongan 25,95 47,85 5,67 0,53


Kab. Gresik 17,28 43,32 2,95 0,00
Kab. Bangkalan 3,16 28,49 0,00 0,00
Kab. Sampang 31,46 51,08 0,00 0,00
Kab. Pamekasan 17,99 56,04 0,00 0,00
Kab. Sumenep 10,88 40,19 1,03 0,00
Kota Kediri 58,46 56,57 3,98 0,00
Kota Blitar 14,19 37,20 0,00 11,40
Kota Malang 13,48 54,54 0,00 0,00
Kota Probolinggo 39,61 49,92 0,00 0,00
Kota Pasuruan 27,31 59,23 2,52 0,00
Kota Mojokerto 24,55 67,36 0,00 0,00
Kota Madiun 25,42 53,83 6,06 0,00
Kota Surabaya 12,98 25,39 0,00 1,91
Kota Batu 16,80 42,72 0,00 4,93

41 | Peta Tematik Profil Kemiskinan Jawa Timur 2014


ht
tp
://
jat
im
.b
ps
.g
o .id

Anda mungkin juga menyukai