Anda di halaman 1dari 11

EKSPRESI SENI

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni


Available online at:https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi

BUDAYA LOKAL DI ERA GLOBAL

Naomi Diah Budi Setyaningrum Hal| 102

FKIP-Universitas PGRI Palembang


Jl. Jend A. Yani Lorong Gotong RoyongNo. 9/10, 13 Ulu,
Seberang Ulu II, Kota Palembang
naomibudi1212@gmail.com

ABSTRAK
Budaya lokal akan lebih bermakna karena mampu mendorong semangat kecintaan pada kehidupan
manusia dan alam semesta. Sementara teknologi sebagai hasil kebudayaan yang bersifat fisik tanpa
spritualitas nilai-nilai yang terkandung dalam adat istiadat, agama, kesenian akan kehilangan fungsi
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Nilai-nilai, norma, etika yang terkandung dalam aturan
adat tercermin dalam budaya lokal semestinya merupakan referensi –referensi yang bermanfaat di era
globalisasi. Menggunakan data kualitatif penelitian ini dianalisis secara deskkriptif. Merujuk pada
pemikiran Alvin Boskoff menunjukan bahwa faktor-faktor yang menjadi tantangan bagi Budaya
Lokal adalah perubahan tata nilai-nilai budaya dalam masyarakat, serta matinya bentuk-bentuk seni
tradisi dibeberapa wilayah Nusantara, yang disebabkan oleh teknologi di era global. Budaya lokal
adalah salah satu komponen yang memberikan jati diri kita sebagai sebuah komunitas yang spesial,
yang eksis di antara bangsa-bangsa di dunia ini. Maka dipandang perlu menumbuhkan kesadaran bagi
generasi muda untuk lebih memahami budaya yang dimilikinya. Dengan cara memberdayakan
kearifan lokal yang tumbuh di kantong-kantong budaya di seluruh persada Nusantara.
Kata Kunci: Budaya, lokal, perubahan nilai, global.

ABSTRACT
Local culture will be more meaningful because of being able to push the spirit of love toward human’s
life and universe. Meanwhile, technology as the physical result of culture that lacks spiritual values if
compared to custom, religion and art will lose its function to increase human’s life quality. Values,
norms and ethics contained in customary rules that are reflected in local culture are indeed useful
references in globalization era. This research used qualitative data that were then analyzed
descriptively. According to Alvin Boskoff’s thought, it shows that factors becoming challenges for
local culture are the change of cultural value systems in society and the death of traditional art forms
in several areas in Nusantara caused by technology in global era. Local culture is one of components
that gives Indonesian identity as a special community that exists among nations in this world.
Therefore it’s necessary to grow awareness particularly in young generations in order to comprehend
more about their culture by empowering local wisdom growing in the cultural areas of whole
Nusantara.
Keywords: Culture, local, the change of value, global
.

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

PENDAHULUAN terhadap bentuk pemerintahan atau sistem


Globalisasi budaya merupakan politik, mekanisme pasar, aliran musik gaya
“serangkaian proses dimana relasi akal dan hidup makanan, seni, desain pakaian dan
budi manusia relatif terlepas dari wilayah sebagainya. Paham hiperglobalis tersebut
Hal| 103
geografis”. Hal tersebut memunculkan tidak terlepas dari sifat-sifat yang
jalinan situasi yang integratif antara akal cenderung berorientasi pada ekonomi
dan budi manusia di suatu belahan bumi kapitalis.
dengan yang lainnya. dari pemahaman Ada anggapan bahwa globalisasi
tersebut tidak menutup kemungkinan mengancam dan dapat merusak tatanan
muncul budaya pop yang mengglobal atau kehidupan heterogenitas budaya lokal
disebut dengan global pop culture, yakni dengan mengabaikan keragaman dan
budaya tren dalam suatu wilayah yang kearifan lokal untuk menuju pada
kemudian dipopulerkan dan diterima universalitas. Kedua paham tersebut
hingga ke taraf dunia atau lingkup global. merupakan situasi yang dikotomi dan
Hal tersebut sesuai pendapat kaum dilematis serta tarik menarik. Yasraf Amir
hiperglobalis bahwa globalisasi budaya Piliang (2005 13), bila homogenisasi daya
adalah homogezination of the world under tariknya lebih kuat, maka budaya lokal akan
the auspices of American popular culture of terseret ke dalam arus globalisasi, sehingga
western consumerism in general . ( I.Made merupakan ancaman terhadap
Gede Arimbawa, 2011:175), bahwa kesinabungan, eksistensi dan kehilangan
globalisasi budaya adalah proses identitas. Sedangkan bagi budaya lokal jika
homogenisasi dunia dengan mengusung tidak mengadakan pengembangan, maka
kemasan budaya populer Amerika. Kondisi peluang penciptaan keunggulan budaya
tersebut jelas dapat dilihat dan dinilai dari lokal tidak dilakukan, maka budaya etnik
penekanan konsumsi terhadap budaya Barat Nusantara justru dimanfaatkan oleh pihak
pada umumnya, sehingga muncul istilah luar yang berkepentingan, berupa
Westernisasi yang digunakan sebagai “pencurian” kemudian dimodifikasi
simbol terhadap sifat konsumerisme. Dalam disesuaikan dengan kepentingan ekonomi
konteks tersebut dapat diartikan bahwa ‘ kapitalis global.
budaya Barat” adalah budaya yang Tidak ada yang perlu dikhawatirkan
diperjual belikan sementara masyarakat secara berlebihan sebab globalisasi budaya
dunia pada umumnya adalah konsumen ada ambiguitas yang melekat, di satu sisi
atau penikmat. Sebagai contoh konsumsi saling kenal mengenal budaya antar bangsa

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

dan di sisi lain, ada kekuatan untuk pada permasalahan tantangan budaya
memperthankan identitas lokal. Salah satu Nusantara dalam menghadapi era global.
contoh mengenai kekuatan budaya lokal
untuk membentengi identitas etnik dengan PEMBAHASAN
Hal| 104
ikatan primordial, yakni dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Budaya Lokal di Era Global
Globalisasi membawa pengaruh Budaya lokal yang hidup di tengah
pada perubahan dalam diri masyarakat dan masyarakat biasanya lahir dari dorongan
lingkungan hidupnya serentak dengan laju spritual masyarakat dan ritus-ritus lokal
perkembangan dunia, sehingga terjadi pula yang secara rohani dan material sangat
dinamika masyarakat. Terjadi perubahan penting bagi kehidupan sosial suatu
sikap terhadap nilai-nilai budaya yang lingkungan masyarakat desa. Budaya lokal
sudah ada. Sehingga terjadilah pergeseran memiliki hubungan yang sangat erat dngan
system nilai budaya yang membawa masyarakat di suatu lingkungan dengan
perubahan pula dalam hubungan interaksi seluruh kondisi alam di lingkungan
manusia di dalam masyarakat. tersebut. Ia ditampilkan dalam berbagai
Dampak globalisasi dan kemajuan upacara adat suatu desa, bersih desa,
dibidang tekknologi komunikasi yang misalnya dilakukan untuk menghormati roh
masuk secara tidak disadari membawa nenek moyang sebagai penunggu desa.
dampak terhadap intensitas kontak budaya Maksud upacara agar desa dilimpahi
antar suku maupun dengan kebudayaan dari kesejahteraan oleh penunggu tersebut.
luar. Khususnya dengan kontak budaya Terlepas dari kepercayaan tersebut, upacara
dengan kebudayaan asing itu bukan saja yang dilakukan dengan cara membersihkan
intensitasnya menjadi besar, tetapi juga desa menghasilkan dampak lingkungan
penyebarannya berlangsung dengan cepat yang baik. Apabila desa bersih dari limbah
dan luas jangkauannya. Terjadilah apapun maka alirannya yang berfungsi
perubahan orientasi budaya yang kadang- mengaliri persawahan akan lancar.
kadang menimbulkan dampak terhadap tata Lingkungan desa akan menjadi bersih dan
nilai masyarakat. sehat sehingga panen menjadi baik.
Fenomena perubahan dan Budaya lokal yang ditampilkan
pergeseran budaya yang diakibatkan oleh dalam upacara adat tersebut mempunyai
pengaruh global ini sangat menarik untuk fungsi yang sangat penting. Memberi
diungkap. Penelitian ini lebih difokuskan dorongan solidaritas kepada masyarakat

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

dalam rangka mempersatukan niat, termasuk di kota-kota yang memiliki


kemauan dan perasaan mereka dalam predikat Urban, Metropolitan, maupun
menjalankan upacara tersebut. Budaya lokal Cosmopolitan. Kita sudah jarang
sebagaimana seni yang lain secara historis menemukan Gambang Kromong, Rebana
Hal| 105
selalu memiliki suasana kontekstual, Ketimpring, Rebana Biang, Tajidor, dan
dimana seni tidak bisa dilihat tanpa fungsi lain sebagainya di kota Metro Politan
tertentu bagi sebagian masyarakat masing- Jakarta; Kidungan, Mamaca, Ngremo, dan
masing budaya. sebagainya di Surabaya. Di Sumatera
Rupanya upacara adat dan budaya khususnya kita masih menemukan
lokal yang menjadi kesatuan budaya Tembang Batang Hari Sembilan, Sastra
lingkungan tersebut di samping merupakan Tutur, Teater Tradisional Dul Muluk.
ekspresi spritualitas, di dalamnya Sejauh pengamatan, bentuk kesenian ini
terkandung suatu budaya dalam rangka mengalami pasang surut dalam
mengarahkan masyarakat pada kepedulian, kehidupannya, bahkan ada beberapa yang
pemeliharaan dan pelestarian alam telah mengalami mati suri.
lingkungan. Justru sangat besar Aplikasi teknologi modern di
kemungkinan landasan spritual yang kalangan masyarakat petani, sedemikian
ditanamkan nenek moyang tersebut rupa telah mengubah sikap mental perilaku
memang dimaksudkan sebagai upaya masyarakat petani, Hadirnya teknologi
pelestarian alam lingkungan yang akan modern di era global lambat laun juga telah
menjaga kestabilan, kesehatan, lingkungan, mengubah kepercayaan petani terhadap
dan memberi dorongan perilaku manusia penguasa padi “Sangyang Sri”’ (Dewi Sri
dalam menyikapi kehidupan dan nama Dewi Padi bagi masyarakat Jawa)..
lingkungannya. Sikap budaya ini menjadi Sehingga kesehatan dan hasil panen padi
utuh ketika upaya peningkatan kualitas sekarang bukan karena anugrah “Sangyang
hidup dalam sistem ekonomi dan teknologi Sri”,, melainkan karena hasil teknologi
tidak mengganggu harmoni antara hidup modern seperti mesin giling, mesin bajak
manusia dan kehidupan alam semesta. sawah, pupuk sintetis obat inteksida, yang
1.Matinya Bentuk-Bentuk Kesenian semuanya diperoleh dengan uang. Maka
Tradisional/Kearifan Lokal
hal tersebut sangatlah berpengaruh
dikarenakan Dampak Teknologi
terhadap sikap atau kehidupan berkesenian
Budaya lokal kini menghadapi
masyarakat petani.
tantangan global yang sangat serius,

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

Kekayaan seni tradisi dengan Pendapat di atas dapat disimpulkan


beragam jenis dan bentuknya adalah hasil bahwa jika kita mau jujur, kekayaan seni
karya masyarakat petani. Bahkan seni tradisi adalah sebagian besar hasil karya
pertunjukan Istana (Kraton) banyak juga masyarakat petani, begitu pula seni
Hal| 106
yang berasal dari masyarakat petani, hal pertunjukan Istana dapat dihubungkan
tersebut seperti yang diungkapkan oleh selalu berhubungan dengan kepercayaan
Roestopo dalam tulisannya yang berjudul sebagai sarana ritual. Hal tersebut juga
Seni Pertunjukan masyarakat petani dan diperkuat oleh pernyataan Ben Suharto
Teknologi, mengungkapkannya sebagai dalam Konsep Mandalanya yang mengupas
berikut: tentang tata hubungan manusia dengan
alam dan Sang Pencipta, dalam paparannya
Dahulu ada kepercayaan yang diyakini oleh
masyarakat Kraton, (Surakarta), apabila diungkapkan tentang Konsep Mandala
gending “Anglir Mendung”, disajikan akan antara lain:
mempengaruhi awan dan akibatnya turun
hujan. Sebaliknya “Gending Pacul Konsep Mandala dalam Budaya
Gowang”,, apabila disajikan dapat Nusantara menjelaskan pandangan
menghentikan hujan angin yang
meresahkan. Kepercayaan seperti ini juga masyarakat terhadap hubungan
dimiliki masyarakat petani pedesaan, mikrokosmos dan makrokosmos, Jose and
Ujungan atau Ujung, adalah tari perang
antara dua laki-laki (ada beberapa pasang) Mariam Aguelles mengkaitkan dengan
yang saling mencambuk atau menggebug bentuk ritual pada konsep mandala
dan menangkis di lapangan terbuka atau di
tengah sawah, disaksikan oleh seluruh (mandala conseps) yaitu hubungan interaksi
warga desa yang masing-masing membawa yang kemudian membentuk satu kesatuan
sesaji. Di beberapa puluh tahun yang lalu
dapat dilihat di Purbalingga (Jateng), dan keseimbangan kosmos “centering”. (
Trenggalek (Jatim), Madura dan Flores, Rustopo, 2002:6). Konsep mandala
Tari ini merupakan tari ritual untuk
meminta hujan. Penari yang terluka kena membentuk keseimbangan, keselarasan dan
cambuk dengan darah tercecer ke atas tanah kesatuan dan masing-masing memberi
merupakan keberhasilan dari ritual itu.
Karena darah yang menetes ke atas tanah kekuatan/energi secara sentral (centering of
itu dipercaya sebagai jaminan turunnya life). Masyarakat Nusantara mengenal
hujan. Tari Ritual ini sudah tidak
diperlukan lagi ketika bendungan dan sistem waktu dalam kosmos, hubungan
saluran irigasi dibangun. Kekeringan yang tak terpisahkan antara dirinya dengan
diupayakan dengan membuat hujan buatan
yaitu dengan menyuntikan zat nitrogen kea alam semesta. Pandangan ini oleh
wan dengan pesawat terbang. 1 masyarakat Jawa dikenal dengan keblat
papat ke lima pancer, istilah dalam
kosmologi Jawa. Keblat papat kelima
.

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

pancer dalam konsep Mandala dimaksu pertunjukan sekarang ini lebih berfungsi
adalah (1) bumi dilambangkan dengan sebagai sarana hiburan semata. Dengan kata
warna hitam dengan arah utara lain bentuk-bentuk seni pertunjukan yang
menunjukkan nafsu lauwamah. (2). Api, ada sudah kehilangan nilai budaya atau
Hal| 107
yang dilambangkan dengan warna merah kandungan nilainya telah berubah.
dengan arah Selatan bersifat nafsu amarah. 2.Perubahan Tata Nilai di Masyarakat
(3) Angin: dilambangkan dengan warna Secara tradisional, bangsa-bangsa di
kuning dengan arah Barat menunjukkan wilayah Timur, pada umumnya memiliki
nafsu supiah, artinya birahi, menimbulkan orientasi nilai budaya yang bersifat mistis,
watak rindu, membangkitkan keinginan, magis, kosmis dan religius. Bangsa yang
kesenangan dan sebagainya. (4). Air berorientasi pada nilai Budaya seperti ini,
dilambangkan dengan warna putih dengan secara umum ingin hidup menyatu dengan
arah Timur bersifat mutmainah jujur artinya alam karena mereka menyadari bahwa
ketentraman, punya watak kebaikan, tanpa dirinya merupakan bagian dari alam. Alam
mengenal batas kemampuan. (5). Tengah sebagai sumber kehidupan memiliki
(batin/Jiwa kita): dengan posisi tengah kekuatan atau potensi tertentu yang
dilambangkan dengan warna hijau bersifat memberi atau mempengaruhi hidupnya
kama (budi), merupakan penggambaran (Ratna Kutha, Nyoman 2007:63). Oleh
subyek dari nafsu batin manusia. Apabila karena itu segala sesuatunya diarahkan
kita mampu mengendalikan 4 nafsu tersebut untuk menuju kehidupan yang harmoni
maka kita akan mendapatkan Sinar dengan alam dan berusaha menghindari
terang/sinar kemuliaan Tuhan. ( Darsono segala hal yang berakibat bertentangan
2013 : 4). dengan atau melawan alam. Dalam
pandangan seperti itu alam adalah
Jika kita pahami dewasa ini nilai-nilai
makrokosmos dan manusia adalah
kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini
mikrokosmos. Oleh karena itu jika ingin
lambat laun telah memudar dikarenakan
kehidupan ini sejahtera dan selamat, maka
kemajuan teknologi yang ada yang
manusia sebagai mikrokosmos haruslah
disebabkan pengaruh dampak teknologi di
berusaha menyatukan, menyelaraskan atau
era global sekarang ini. Hal tersebut bisa
mengharmoniskan kehidupannya dengan
dilihat/ditandai dengan semakin sulitnya
alam sebagai makrokosmos.
menjumpai bentuk-bentuk seni pertunjukan
tradisional yang difungsikan sebagai sarana Karya-karya seni tradisional yang
ritual, akan tetapi bentuk-bentuk dihasilkan baik seni rupa, seni musik
Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

maupun bentuk seni yang lainnya ketika perubahan orientasi budaya yang kadang-
terjadi peristiwa upacara atau ritual seperti kadang menimbulkan dampak terhadap tata
halnya daur hidup, bersih desa, pesta panen, nilai masyarakat.
minta hujan ataupun sedekah bumi. Tari Menghadapi era globalisasi, maka
Hal| 108
dan seni pertunjukan yang lainnya sering kita dituntut mampu mengembangkan dan
dikemas untuk suatu kepentingan peristiwa memanfaatkan kekayaan budaya yang
budaya tertentu, misalnya dalam berbagai memiliki (kearifan-kearifan lokal/ lokal
upacara adat atau keagamaan. Karena genius). Oleh karena itu pentingnya
kegiatan estetik semacam itu lebih memahami budaya-budaya daerah yang
dirasakan sebagai aktivitas yang bersifat dimiliki bangsa ini serta mengembangkan
mistis atau religius. Hal tersebut dapat karya-karya seni melalui pendekatan
dilihat dari beberapa bentuk kesenian filsafat Nusantara yang dikenal sebagai
Nusantara. Filsafat Mistika (2012:2).
Globalisasi tanpa disadari telah Pemaparkan di atas menjelaskan
membawa perubahan tata nilai di bahwa mempelajari Filsafat Mistika
masyarakat. Perubahan itu nampak (Mystical Philosophy), adalah mencari
terjadinya pergeseran sistem nilai budaya kesempurnaan sejati (ngudi kasampurnan
serta sikap dan pandangan yang telah jati). Pandangan yang menekankan pada
berubah terhadap nilai-nilai budaya. ketentraman batin, keselarasan dan
Pengaruh global tanpa disadari telah keseimbangan, disertai dengan sifat ikhlas
menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti terhadap segala peristiwa yang terjadi,
ol eh hubungan tata nilai budaya yang sambil menempat individu di bawah
bergeser dalam kehidupan masyarakat. masyarakat dan masyarakat di bawah alam
Dampak globalisasi dan kemajuan di semesta (hubungan makrokosmos dan
bidang tekhnologi komunikasi yang masuk mikrokosmos). Yakni barang siapa hidup
secara tidak disadari membawa selaras dengan dirinya sendiri, akan selaras
dampakterhadap intensitas kontak budaya dengan masyarakatnya, maka hidup selaras
antar suku maupun dengan kebudayaan dari juga dengan Tuhannya dan mampu
luar. Khususnya dengan kontak budaya menjalankan hidup yang benar.
dengan kebudayaan asing itu bukan saja Ahimsa Putra berpendapat
intensitasnya menjadi besar, tetapi juga bahwa,”Kearifan lokal adalah kebiasaan
penyebarannya berlangsung dengan cepat suatu komunitas yang mengandung tata
dan luas jangkauannya. Terjadilah nilai, sumber moral yang dihargai oleh

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

komunitas itu. Kearifan lokal juga memiliki pola fikir, gaya hidup, dan kebudayaan
pengertian sebagai perangkat pengetahuan masyarakat yang berdampak pada
dan praktek yang dapat digunakan untuk perubahan kearifan lokal, terjadi pergeseran
menyelesaikan persoalan/kesulitan yang atau mulai ditinggalkannya kearifan lokal..
Hal| 109
dihadapi dengan cara yang baik, benar dan Pemberdayaan kearifan lokal dalam
bagus (2009 : 2). Kearifan lokal (local pengembangan kebudayaan daerah perlu
wisdom), secara singkat diartikan sebagai dilakukan karena hilangnya kearifan lokal
kebijaksanaan lokal, sedangkan secara di Indonesia bisa berdampak ketahanan
filosofis, kearifan lokal dapat diartikan budaya dan terhambatnya pencapaian
sebagai sistem pengetahuan masyarakat tujuan nasional. Sementara itu
lokal yang bersifat empirik dan pragmatis. pengembangan kebudayaan daerah
Bersifat empirik karena hasil pengolahan ditekankan pula pada keberlanjudan
masyarakat secara lokal, dan berangkat dari kehidupan seni tradisi, baik kesenian
fakta-fakta yang terjadi di sekeliling keraton maupun kesenian rakyat. Upaya
kehidupan masyarakat serta pragmatis, pelestarian dan pengembangan melalui
karena konsep yang terbangun sebagai hasil pendidikan formal dan non formal.
pengolahan fikir dalam sistem pengetahuan Pengembangan budaya yang secara
bertujuan untuk memecahkan masalah terus menerus dilakukan dapat mendukung
sehari-hari. keberlangsungan kehidupan budaya, yang
Kearifan lokal merupakan bagian berpengaruh dan berkarakter, identitas, dan
dari kebudayaan yang bernilai tinggi, atau integritas bangsa Indonesia. Hal itu menjadi
mengandung nilai-nilai yang luhur. Budaya salah satu faktor yang menentukan
yang tercipta membentuk serta kekuatan atau ketangguhan budaya
menumbuhkan identitasnya sebagai Indonesia terhadap pengaruh budaya dari
manusia seutuhnya. Setiap orang memiliki dalam maupun dari luar atau disebabkan
identitas yang dibangun oleh budayanya, oleh faktor internal dan eksternalnya.
dan kearifan lokal hadir dalam budaya yang Menurut Sedyawati, ketahanan Budaya
membentuk identitas manusia itu. diartikan sebagai kemampuan sebuah
Indonesia memiliki wilayah yang kebudayaan untuk mempertahankan jati
luas, serta memiliki kekayaan budaya dan dirinya, tidak dengan menolak semua unsur
dan kearifan yang tersebar di seluruh asing, melainkan dengan menyaring,
pelosok tanah air di Indonesia. Perubahan memilih, dan jika perlu memodifikasi
kebudayaan yang berakibat pada perubahan unsur-unsur budaya luar, sedemikian rupa

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

sehingga tetap sesuai dengan karakter dan tersebut tergambar hasil dari aktivitas budi
citra bangsa (Edi Sedyawati 2007:7). atau kearifan lokal.
Untuk menghadapi pengaruh budaya Pentingnya menanamkan kepada
asing itu, maka diperlukan kreatifitas atau masyarakat tehadap kearifan lokal tidak
Hal| 110
daya kreatif dan kritis untuk menanggapi hanya masalah fisik, akan tetapi juga nilai-
segala pengaruh dalam kehidupan. nilai budaya luhur yang harus dilestarikan
Kreativitas itu pada dasarnya terdapat pada di dalam kehidupan masyarakat. Kesadaran
semua masyarakat, baik yang konservatif masyarakat akan mengubah persepsi
maupun progresif. Pada kenyataannya mereka terhadap kearifan lokal dan
budaya Indonesia selalu berubah sesuai kesadaran terhadap keuntungan memilki
dengan zamannya. Selain itu, dapat pula kearifan lokal. Kesadaran itu dapat
meningkatkan kreativitas seniman agar mengarahkan masyarakat untuk
produktif di dalam menciptakan karya- melaksanakan kembali berbagai aktivitas
karya seni, menyediakan sarana dan yang merupakan bagian dari kearifan lokal.
prasarana. Kearifan lokal dapat memperkaya
kehidupan masyarakat dan juga dapat
3. Pemahaman dan Pemberdayaan
memberikan pengalaman yang mendalam
Kearifan Lokal
dan menjadikan interaksi dan hubungan
Untuk menjawab permasalahan
antara anggota masyarakat lebih harmonis,
tantangan global maka sangatlah penting
penuh dengan saling penghargaan dan
mengembalikan kesadaran masyarakat
keakraban. Adapun dampak positiv dalam
betapa pentingnya memahami akan budaya
kehidupan masyarakat mereka akan lebih
yang dimiliki bangsa ini (Nusantara).
bahagia dan sejahtera
Pentingnya pemberdayaan Kearifan lokal
juga dapat menciptakan, harmonisasi Sebagai pekerja seni/pendidik
kehidupan tetap terjaga, dapat menuntun seni/seniman, maka dituntut memiliki
masyarakat untuk selalu bersikap dan kepiawaian di dalam berolah seni, sehingga
berperilaku arif terhadap lingkungan. diharapkan kemampuan budaya
Kearifan terhadap lingkungan dapat dilihat lokal/setempat dapat disejajarkan dengan
dari bagimana perlakuan masyarakat kebudayaan modern. Kesenian adalah salah
terhadap benda-benda, tumbuhan, hewan satu bagian vital dari kebudayaan. Maka
dan apapun yang berada di sekitarnya. kebudayaan diharapkan dapat memberikan
Perlakuan ini melibatkan penggunaan akal kontribusi dalam membangun etos kerja
budi sehingga dari perlakuan-perlakuan dan daya kreasi. Maka selayaknya seni
Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

seharusnya dapat berkembang secara alami muda, hal ini terjadi dikarenakan masuknya
baik dalam kontek tradisional maupun budaya popular yang berkonotasi terkait
modern. sebagai bagian dari Budaya Global (Edi
Menghadapi era globalisasi, maka Sedyawati 2007 : 6).
Hal| 111
kita dituntut mampu mengembangkan dan Pengembangan budaya lokal
memanfaatkan kekayaan budaya yang dilakukan dengan menanamkan kesadaran
memiliki (kearifan-kearifan local/ local terhadap pentingnya kebudayaan dan
genius). Oleh karena itu pentingnya kearifan lokal bagi kehidupan masyarakat.
memahami budaya-budaya daerah yang Dengan kesadaran itu, maka diharapkan
dimiliki bangsa ini serta mengembangkan masyarakat luas merasa memiliki dan
karya-karya seni yang diharapkan mampu bangga terhadap kebudayaannya. Hal
menjawab tantangan budaya di era global. tersebut tentunya akan lebih efektif, apabila
dilandasi oleh kesadaran untuk menjadikan
4.Kondisi Kearifan Lokal Yang
budaya sebagai bagian dari identitas,
diharapkan
jatidiri, dan ekspresi serta untuk
pengkayaan budaya daerah. Kesadaran
Kearifan lokal yang merupakan
bahwa kebudayaan adalah karakter bangsa
bagian dari kebudayaan lokal atau
yang mengandung nilai-nilai luhur dan
kebudayaan daerah, sebagai sesuatu yang
mendorong masyarakat untuk berupaya
dibedakan dengan kebudayaan nasional.
mengembangkan kebudayaannya.
Identitas budaya bangsa Indonesia (dalam
makna kebudayaan nasional Indonesia) PENUTUP
mempunyai dua sisi yaitu segala sesuatu Keberagaman budaya lokal
yang diciptakan dalam konteks ke dihadapkan pada masalah pada satu sisi dan
Indonesiaan. Maknanya adalah sejak masa modernisasi di sisi lain. Bagi seniman
pergerakan nasional, hingga kini; dan sebagai ujung tombak pembaharuan, maka
puncak-puncak budaya yang diangkat dari tidak ada jalan kecuali melihat ke depan
berbagai tradisi suku-suku bangsa yang ada namun hal ini tidak berarti kita hanya
di Indonesia, yang diterima sebagai milik begitu saja menyepelekan nilai-niali lokal.
bersama seluruh bangsa Indonesia. Adapun Kita harus berkembang dari kekayaan yang
yang dihadapi masa kini adalah bahwa ada.
kedua substansi kebudayaan Indonesia itu Apapun tantangan yang dihadapi
kini cenderung agak kurang dikenal oleh Budaya Nusantara di era global, maka
khalayak ramai, termasuk oleh generasi sangatlah penting menumbuhkan kesadaran
Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)
Jurnal Ekspresi Seni, Vol.20 , No 2, November 2018
Naomi Diah Budi Setyaningrum

bagi generasi muda untuk lebih memahami


Sedyawati, Edi. 2008. Keindonesiaan
budaya yang dimiliki bangsa ini dengan
dalam Budaya Buku 2 Dialog
mencintainya, memahami nilai nilai yang Budaya: Nasional dan Etnik,
Peranan Industri Budaya dan Media
terkandung serta melestarikan.
Masa, Warisan Budaya, dan Hal| 112
keberadaannya dengan cara Pelestarian Dinamis.Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.
memberdayakan kearifan lokal yang
tumbuh di kantong-kantong budaya di Soedarsono, Nani. 2016. ”Pembudayaan
Pancasila Melalui Kearifan Lokal
seluruh persada Nusantara.
dalam Memperkuat Identitas
Budaya Bangsa” dalam Bacaan
Budaya Bende, Vol 6 No 2 Juni
KEPUSTAKAAN
2011.
Boskoff , Alvin .“Recent Theories of Social
Change” dalam Weaner J.
Cahnman & Alvin Boskoff
(ed.),Sociologi and History: Theory
and Research, London: The Free
Press of Glencoe, 1964.

Darsono, Sony Kartika. 2013.”Budaya


Nusantara Pendekatan Filsafat
Mistika” (Mystical Philosophy).

I.Made Gede Arimbawa, 2011, “Basis


Pengembangan Desain Produk
Keramik pada Era Pasar Global”
Mudra Jurnal Seni Budaya Volume
26 No 2 Juli 2012 ISSN 0854-3461.

Kutha Ratna, Nyoman, 2007.“ Estetika


Sastra dan Budaya”. Yogyakarta,
Penerbit, Pustaka Pelajar.

Yasraf Amir Piliang 2005, ‘Menciptakan


Keunggulan Lokal untuk Merebut
Peluang Global, Sebuah Pendekatan
Kultural” Seminar “ Membedah
Keunggulan Lokal dalam Konteks
Global” tgl 26 Juli 2005 ISI
Denpasar.

Sedyawati, Edi. 2007. Keindahan dalam


Budaya Buku 1 Kebutuhan
Membangun Bangsa Yang
Kuat.Jakarta: Wedatama Widya
Sastra.

Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online)

Anda mungkin juga menyukai