Anda di halaman 1dari 11

MANIFESTASI PANGADERENG BERBASIS TODDO’PULI

TEMMALARA’ PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS


COKROAMINOTO PALOPO

ANDI KILAWATI

Universitas Cokroaminoto Palopo


andikilawati@gmail.com

Abstract:This study discusses the fatherly-based manifestation of 'puli' temmalara on PGSD


students at Cokoroaminoto Palopo University. Data used in the discussion of this study were
collected through the performance of the Bugis cultural festival related to toddo 'puli temmalara.
Pangadereng based on toddo 'puli temmalara is the actualization of civilization to not back down
a step from the struggle in maintaining dignity and dignity. Pangradeng based on toddo puli
temmalara which is actualized at PGSD students will hold a cultural festival related to everyday
life to traditional rituals. Character values embodied in this pangadereng are; (a) truth / tongeng,
(b) honesty / slab, (c) fair / adele, (d) getteng (firmness). Pangadereng (Civilization) based on
toddo puli temmalara is very important for the community, both at the local, national and global
level
Keyword :Civilization, toddo puli temmalara

Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk membahas manifestasi pangadereng berbasis toddo’ puli’
temmalara pada mahasiswa PGSD Universitas Cokoroaminoto Palopo. Data yang digunakan
dalam pembahasan penelitian ini dikumpulkan melalui pagelaran Festival budaya Bugis
berbasistoddo’ puli temmalara. Pangadereng berbasis toddo’ puli temmalara adalah aktualisasi
peradaban untuk tidak mundur selangkahpun dari perjuangan dalam mempertahankan harkat dan
martabat/siri. Realisasi pangadereng berbasis toddo puli temmalara yang teraktual pada mahasiswa
PGSD adalah menggelar festival budaya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sampai
pada ritual adat. Nilai-nilai karakter yang terwujud dalam pangadereng ini adalah ; (a)
kebenaran/tongeng, (b) kejujuran/lempu, (c) adil/adele, (d) ketegasan/ getteng. Pangadereng
(peradaban) berbasis toddo puli temmalara sangat penting bagi kehidupan masyarakat, baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global.
Kata Kunci : pangadereng, toddo’puli temmalara

1

Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Vol. 4 No. 1 Februari 2020: 01-10
ISSN. 2549-0591

PENDAHULUAN berimbas pada konsep lokalisasi


mengenai tata hubungan antar bangsa
Mahasiswa hidup dalam
mulai dilupakan. Akibatnya, jati diri
pusaran arus globalisasi, ini ditandai
suatu bangsa terutama lokalitas mulai
dengan komunikasi dunia gadjet
menipis, bahkan diabaikan.
yang membumi di kalangan
Peradaban Bugis merupakan
mahasiswa. Sebuah peluang generasi
peradaban yang berkembang sejak
muda semakin jauh dari jati diri dan
abad I La Galigo tidak ketinggalan
melupakan nilai-nilai kearifan lokal.
dari arus globalisasi. Kontak budaya
Persoalan fighting spirit perjuangan
anatara budaya Bugis dan budaya
berbasis kearifan lokal yang berlaku
luar tidak mampu terbendung, yang
secara umum baik pada tataran
mengakibatkan
nasional maupun global perlu
masyarakat/mahasiswa di lingkup
digalakkan.
PGSD Universsitas Cokroaminoto
Tekanan arus globalisasi
Palopo terasing dari peradabannya
yang merajalela dan semakin kuat
sendiri.
dalam kehidupan manusia turut
Berdasarkan realita di atas
melanda dunia pendidikan dan telah
pembangunan mentalitas lokal untuk
menimbulkan perubahan-perubahan
memperkuat bangsa perlu menjadi
yang semakin cepat dan luas dalam
perhatian utama. Hal tersebut
berbagai segi kehidupan. Tradisi
dilakukan melalui reaktualisasi
yang mengatur kehidupan manusia
pangadereng (peradaban berbasis
yang mengarah pada keharmonisan
toddo’ puli temmalara pada lingkup
hubungan manusia dengan manusia,
mahasiswa prodi PGSD Universitas
manusia dengan pencipta,
Cokroaminoto Palopo.
lingkungan sosial, maupun manusia
Pasal 32 UUD RI Tahun
dengan dirinya sendiri telah
1945 menegaskan “pemerintah
menyusut fungsionalnya akibat arus
memajukan kebudayaan nasional
globalisasi yang tidak terbendung.
Indonesia,” ini berarti bahwa
Komunikasi global berefek
masalah kebudayaan nasional
pada tingginya komunikasi antar
merupakan masalah kenegaraan
bangsa di seluruh dunia, hal ini

2

MANIFESTASI PANGADERENG
BERBASIS TODDO’PULI TEMMALARA’
Andi Kilawati

sehingga perlu ditangani secara pesse (harga diri/ harkat dan


sungguh-sungguh oleh seluruh martabat manusia yang selalu
lapisan masyarakat. Melestarikan dijunjung tinggi sebagai manusia
budaya bangsa bukan untuk (tau) dan pesse (driving force) yaitu
menghantarkan pemuda untuk motivasi tinggi untuk berprestasi,
kembali ke masa lampau, melainkan bertindak, dan memperjuangkan
untuk menggali, merevitalisasi, siri/kehormatan.
mereaktualisasi budaya kelompok Perspektif toddo’ puli
etnik yang dirumuskan menjadi temmalara’ ini, memiliki makna
kekuatan bangsa. Sehingga pada daya juang pada koridor kebenaran
penelitian ini terdapat sebuah (tongeng), keadilan (adele),
reaktualisasi nilai-nilai kearifan lokal ketegasan (getteng), dan kejujuran
masyarakat bugis yang beraktual (lempu). Filosofi inilah yang penting
pada pagelaran budaya Bugis. direvitalisasi pada jiwa mahasiswa
Generasi muda khususnya sebagai pewaris peradaban.
generasi muda Bugis terlihat Pembudayaan peradaban
mengalami degradasi nilai-nilai lokal perlu direaktualisasi dan
kearifan lokal, degradasi daya juang diperkokoh untuk mengatur
berbasis toddo puli temmalara, kehidupan manusia, baik dalam
degradassi budaya malu (siri na menjalankan pemerintahan, maupun
pese). Mereka seakan-akan hanyut melakukan pertarungan prestasi.
tergerus oleh kemajuan teknologi Manifestasi pangadereng (peradaban
dengan menonjolkan kehidupan ini diangkat sebagai usaha untuk
material yang berlebihan berimbas membangun konstruk dan praktis
pada terjadinya adopsi budaya asing tentang nilai-nilai kearifan lokal
yang berlebihan bugis berdasarkan kajian teks klasik
Peradaban bugis dikenal yang disebut lontara, kemudian
sebagai pangadereng, merupakan mengaktual pada pagelaran budaya
cara pandang pada realitas, bugis yang membentuk sebuah
bagaimana bertutur kata, berperilaku, konstruk kajian tentang manifestasi
dan berkarya. Intinya adalah siri’ na

3

Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Vol. 4 No. 1 Februari 2020: 01-10
ISSN. 2549-0591

nilai- nilai yang telah mengaktual


Studi Pustaka
pada mahasiswa.
Untuk mentransformasikan
Dokumen Media
peradaban berbasis Toddo’ Puli Tertulis Elektronik
Temmalara’ peran perguruam tinggi
sangat menentukan. Melalui
pendekatan mata kuliah pengetahuan HASIL DAN PEMBAHASAN
budaya Bugis, perlu pengenalan daya
A. Aktualisasi Festival Budaya
juang “toddo’ Puli’ temmalara”
Bugis lingkup Mahasiswa
dengan cara pengkajian lontara,
PGSD UNCP
pengkajian ritual adat yang
Pembangunan sumber daya
mengaktual pada festival budaya
mahasiswa berbasis toddo puli
Bugis.
temmalara telah dilakukan dan
Efektivitas transformasi
temuannya dapat dilihat pada point
peradaban berbasis toddo’ puli
berikut ini:
temmalara melalui festival budaya
bugis ini sangat ditunjang oleh 1. Mewujudkan budaya Siri’
kemampuan dosen pengampu mata (malu)
kuliah, metode yang diterapkan, serta Sebagai dasar, ada dua
pemilihan pagelaran yang akan ungkapan Bugis yang terkenal di
ditampilkan pada festival. kalangan masyarakat Bugis, seperti
yang dikutip oleh Tang (1996)
berikut ini:
METODE
Siri’ emmi tu toriaseng tau
Metode yang digunakan Narekko de’i siri’ta taniani’
tau
dalam penelitian ini adalah metode Rupa tau mani asenne
kualitatif dengan teknik (Tang 1996: 51

pengumpulan data melalui kajian Artinya : hanya dengan siri’


pustaka. Data yang telah terkumpul kita disebut manusia, jika kita tidak
kemudian dianalisis dengan desain mempunyai siri’, bukan lagi disebut
berikut:

4

MANIFESTASI PANGADERENG
BERBASIS TODDO’PULI TEMMALARA’
Andi Kilawati

manusia, hanya sejedar orang


orangan
Naia tau de’e siri’na
De’i lainna olokolo’e (tang
1996:1)

Artinya : Adapun manusia yang


tidak ada siri’nya, tidak ada bedanya
dengan binatang.
Gambar 1. Mahasiswa peserta
Ungkapan di atas festival Budaya Bugis (mereka datang
tepat waktu
mengandung makna, tidak ada nilai
moral yang lebih tinggi di kalangan 2. Reaktuaalisasi penjemputan
masyarakat Bugis selain siri’. hidup adat mangaru’
ini berarti jika dalam diri manusia Pangadereng (bahasa Bugis
terdapat martabat atau harga diri. adalah peradaban. Nyawanya adalah
Penelitian ini menemukan berpegang teguh pada adat istiadat
bahwa pada diri mahasiswa PGSD dan mengaktualkannya dalam
UNCP telah mengaktual budaya kehidupan sehari- hari.
malu. Yaitu: malu datang terlambat, Festival budaya bugis dimulai
malu plagiat. Hal ini tercermin pada dengan penjemputan ritual adat
kegiatan festival budaya bugis, tidak mangaru’. Semua rangkaian kegiatan
ada mahasiswa yang datang direalisasikan oleh mahasiswa PGSD
terlambat, dan pada laporan kegiatan semester 3. Mereka totalitas
mahasiswa. Mereka menyusun mengaktual pada prosesi
dengan menggunakan kemampuan penjemputan adat.
bahasanya sendiri.

Gambar 2. Prosesi penjemputan adat


mangaru’

5

Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Vol. 4 No. 1 Februari 2020: 01-10
ISSN. 2549-0591

Mangaru’ adalah sumpah B. NILAI-NILAI TODDO’ PULI


setia yang diungkapkan dalam syair YANG TERWUJUD PADA
berikut: FESTIVAL BUDAYA BUGIS
1. Keteguhan dalam pendirian
Amasei mai atammu puang
Ata kamase masemu (agettengeng).
Ata kaminang matuae puang Kata agettengeng berarti
Mauni paeppeng maddunrung
maddope’ ketegasan, dalam kehidupan berarti
Ajuara accinaongekku keadaan sikap yang tidak mudah
Teama puang lele mannaung
Lele mannaung amma puang goyah. Seorang yang teguh atau setia
Naoncongpa kamase maseku. pada keyakinan tidak mudah
Makna syair yang terpengaruh oleh berbagai macam
diungkapkan diatas adalah: sumpah godaan atau tantangan di era
setia pada pimpinan, kepercayaan globalisasi ini.
penuh, Keteguhan hati berarti teguh
3. Reaktualisasi ritual adat Bugis pendirian atau setia pada
Aktualisasi ritual adat bugis keyakinannya, tidak akan
bersumber dari kajian lontara I mengingkari janji atau melanggar
Lagaligo, konten ritual yang suatu kesepakatan bersama. Siapapun
terlkasana pada festival ini adalah: yang melanggar kesepakatan akan
ritual maddoja bine, ritual dikenakan sanksi. Dalam kehidupa
mappadendang, dan ritual penyajian mahasiswa telah teraktual
makanan sokko patanrupa. agettengeng ini.
Pelanggaran terhadap suatu
kesepakatan yang telah disepakati
bersama dikenal dengan istilah
“memecahkan kendi, atau piring”
artinya kendi atau piring adalah hak
esensial dalam kehidupan sehari-
Gambar 3. Ritual mappadendang dan hari.
massure

6

MANIFESTASI PANGADERENG
BERBASIS TODDO’PULI TEMMALARA’
Andi Kilawati

2. Keberanian (awaraningeng) c) Pada saat mendengar kabar


Kata warani bermakna buruk ia tak gentar, dan pada
berani, yang berarti tidak gampang saat mendengar kabar baik ia
takut, dan tidak mudah cemas. tak menampakkan
Keberanian bukanlah kenekatan. kegembiraan yang
Keberanian yang dimaksud adalah berlebihan.
keberanian moral, yang 3. Kecendekiaan (amaccangeng)
menunjukkan diri dalam tekad untuk Macca berasal dari kata acca
tetap mempertahankan sikap yang yang berarti cakap, cendekia, atau
telah diyakini sebagai kewajiban intelek. Dalam ungkapan Lontara
demi harkat dan martabat/siri’. disebut:
Orang yang memiliki Aja nasalaiko acca sibawa
lempu,
keberanian, tidak mundur dari tugas
Naia riasennge acca,
dan tanggung jawab membela De’ gaga masussa napogau,
De’ to ada masussa nabali ada
kebenaran. Ia bagaikan batu karang
madeceng malemmae,
di tengah laut yang tetap kokoh dan Mateppe’ ri padanna tau,
Naia riaseng nge lempu,
tidak ikut terbawah arus.
Makessing gau’na, patujui
nawanawanna
Tanranna tau waranie: Namatau’ ri dewata seuwwae
(LPT: 154)
a) Napappada- pada riengkana
enrennge ri de’na Ungkapan di atas
b) Cedde’na enrennge ri
maegana menunjukkan bahwa ciri orang
c) Rimengkalingana kareba cendekia adalah mampu melakukan
maja de’na tassunrewa ri
kareba madeceng de’ na sesuatu, mengemukakan pendapat,
takkauang (LPT:31) mampu mengatasi berbagai macam
Artinya: persoalan, sehingga dipercaya
Ciri-ciri orang berani: sesamanya.
a) Menyamakan ada atau Aktualisasi festival Budaya
tidaknya Bugis mencerminkan mahasiswa
b) Menyamakan sedikit atau Cendekia yang mewujud pada
banyaknya

7

Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Vol. 4 No. 1 Februari 2020: 01-10
ISSN. 2549-0591

pengetahuan dan kinerja pada 6. Berdaya saing tinggi (tenricau’)


pagelaran budaya. Mahasiswa dalam
4. Kejujuran (alempureng) persaingannya menampilkan
Dalam bahasa Bugis, jujur pagelaran budaya Bugis cukup ketat.
berarti Lempu. Pada falsafah kajian Untuk menjadi pemenang,
lontara Bugis jujur adalah manusia mahasiswa harus menggunakan
yang dapat mengakui kesalahan yang kesempatan yang ada.
telah dilakukannya. Hal ini teraktual Resopa na tinulu,
dalam kehidupan mahasiswa yang natemmanginngi malomo naletei
terbukti dengan mengakui kesalahan pammase dewata (LSW: 463)
seperti menghilangkan konsep syair Ungkapan tersebut memberi
ritual, dan tidak menyampaikan info pelajaran dan mengaktual pada
kepada temannya, tentu ditindak mahasiswa bahwa untuk memperoleh
lanjuti dengan tanggung jawab rahmat ilahi (keberhasilan),
berupa menghadirkan teks syair mahasiswa tidak hanya berdoa, tetapi
ritual dan kembali berlatih bersama harus bekerja keras dan tidak kalah
kelompoknya demi tercapainya dalam menghadapi segala macam
totalitas pagelaran. tantangan yang dihadapi.
5. Kekonsekuenan (mappaddupa) 7. Kemerdekaan
Mappa’dupa (konsekuen) (amaraddekangeng)
bermakna taro ada taro gau (satunya Kata amaraddekangeng
kata dengan perbuatan). Aktualisasi berasal dari kata merdeka atau bebas.
mahasiswa berkaitan dengan Kemerdekaan yang mengaktual pada
ungkapan ini adalah nilai mahasiswa mahasiswa mengandung dua
ditentukan oleh selarasnnya antara pengertian, yaitu kebebasan
ucapan dan tindakan. Semakin eksistensial dan kebebasan sosial.
selaras ucapan dengan tindakan
mahasiswa maka semakin tinggi pula
nilai mahasiswa tersebut.

8

MANIFESTASI PANGADERENG
BERBASIS TODDO’PULI TEMMALARA’
Andi Kilawati

Kebebasan atau peradaban Budaya Bugis. Intisari


amaradekangeng merupakan yang mengaktual pada diri
jaminan bagi manusia untuk dapat mahasiswa dalam realisasi ini adalah
mengembangkan potensi yang ada keadilan (adele), kebenaran
pada dirinya, guna menentukan masa (tongeng), ketegasan (getteng), dan
depan. Kebebasan mahasiswa kejujuran (lempu).
mengeluarkan pendapatnya secara
kritis demi tegaknya pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
peraturan yang telah disepakati.
Casier, E. Manusia dan Kebudayaan.
8. Kesolideran (assimellereng) Terjemahan oleh Alois A.
Kesolideran (assimellereng)
Nugroho.1987. Jakarta:
mengandung makna kesehatian,
PT.Gramedia
kerukunan, kesatupaduan, antar satu
Departemen Pendidikan dan
anggota keluara dengan anggota Kebudayaan. 2001. Kamus
keluarga lainnya, antara seorang
Besar Bahasa
sahabat dengan sahabat lainnya,
Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: PN
antara warga masyarakat dengan
Balai Pustaka
warga lainnya. Kern. R.A. (1993). I La Galigo.
Kesolideran yang tercermin
Jogjakarta: Alfabeta:Gadjah
dalam pola hubungan mahasiswa
Mada University Pers.
dengan mahasiswa lainnya pada
Koentjaranigrat. 2002. Kebudayaan
proses aktualisasi Festival Budaya Mentalitas dan
Bugis.
Pembangunan. Jakarta:
Kompas Gramedia. 2002
KESIMPULAN
Muhammad Akhmar.Andi. ( 20018).
Penelitian pada festival Budaya
Islamisasi Bugis ( Kajian
Bugis ini merupakan wujud
Sastra atas I La Galigo versi
kecintaan akan nilai- nilai kearifan
Botinna I La Dewata sibawa
lokal yang berimbas pada
I We Attaweq). Jakarta:
reaktualisasi gerakan daya juang
Yayasan Pustaka Obor
mahasiswa dalam mewujudkan
Indonesia.

9

Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Vol. 4 No. 1 Februari 2020: 01-10
ISSN. 2549-0591

Pelras Christian. (2006). Manusia


Bugis. Jakarta: Nalar.
Said. Mashadi. (2016). Jati Diri
Manusia Bugis. Jakarta: Pro
de leaders.

10

MANIFESTASI PANGADERENG
BERBASIS TODDO’PULI TEMMALARA’
Andi Kilawati

11

Anda mungkin juga menyukai