Anda di halaman 1dari 3

Pudar nya budaya maluku di zaman sekarang

Dilansir dari Wikipedia Budaya adalah suatu cara hidup yang


berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang,
serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agamadan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di
antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa
dipelajari.
Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam
definisi budaya, Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-
nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri. "Citra yang
memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang, dan
"kepatuhan kolektif" di Tiongkok
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup
mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan
suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.

Indonesia negara yang kaya akan budaya. Keadaan ragam


budaya membuat Indonesia dikenal memiliki masyarakat
multikultural sampai hari ini. Era globalisasi dan hiper-
koneksi dewasa ini berdampak bagi kebudayaan yang telah
hidup lama. Rasa penghormatan dan bangga terhadap warisan
budaya serta adat merupakan sikap yang perlu diutamakan.
Terkhusus dalam kondisi kebudayaan dan kearifan lokal
mulai memudar dari ingatan, kesadaran dan praktik hidup
masyarakat lokal (Bin Tahir, 2019). Fenomena sosial
kontemporer menunjukkan gejala-gejala tergerusnya tradisi
dan budaya lokal nusantara yang sejatinya adalah kekayaan
bangsa. Modernisme dan industrialisasi mendominasi dan
menjadi cara pandang tunggal dalam memahami kehidupan.
Masyarakat yang kehilangan modal kultural berkemungkinan
besar dihantam gelombang dan arus dominasi industri yang
kapitalistik. Kebudayaan nusantara sebagai paradigma dan
praktik hidup masyarakat perlahan tergantikan oleh budaya
kapitalisme dan pasar bebas. Keadaan yang tidak perlu terjadi
jika semua elemen bangsa mengingat cara untuk berdaulat.
Bangsa besar adalah bangsa yang memegang budayanya
dengan teguh kemudian berselancar dalam derasnya arus
perubahan dan tantangan zaman.

Budaya nasional sebagai puncak-puncak kebudayaan lokal


merupakan fondasi sosial kehidupan bangsa. Kerapuhan
ikatan sosial antar masyarakat menjadi sinyalemen bahwa
budaya nusantara perlu direvitalisasi, digali, ditafsirkan
kembali secara konstruktif. Ketahanan masyarakat dalam
konteks negara dan bangsa tergantung dari seberapa besar
kesungguhan mempraktikkan puncak-puncak kearifan lokal
yang tersebar di nusantara. Kearifan lokal menjadi unsur
pembentuk norma dan nilai bagi kehidupan berbangsa.
Kearifan lokal sebagai isi sekaligus tujuan suatu masyarakat
menentukan proses majunya suatu masyarakat. Memahami
kearifan lokal berarti sekaligus memahami kebudayaan
dimana kearifan tersebut muncul (Uge, 2019:383). Bangsa
Indonesia dibangun di atas nilai-nilai budaya dan kearifan
yang ada. Nilai dan kearifan budaya tersebut menjadi unsur
dan bahan bagi perumusan falsafah bangsa dan dasar negara.
Nilai hidup masyarakat nusantara diabstraksikan secara
abstrak, umum, universal dan dijadikan kompas bagi gerak
kehidupan bangsa. Cita cita dan arah pembangunan nasional
secara legal termuat dalam UUD 1945. Tuntunan etis bagi
praktik kehidupan berbangsa didasarkan oleh nilai-nilai
kesosialan dan moralitas kebangsaan.

Budaya di Maluku saat ini sudah mulai renggang dan punah.


Kepunahan tersebut disebabkan karena orang Maluku
sebagian besar sudah terpengaruh dengan budaya daerah luar.
Pamong Budaya Maluku, Tjak Aponno mengatakan 70 persen
orang Maluku sudah menggunakan budaya luar sementara 30
persen menggunakan budaya daerah sendiri. Lingkungan dan
dialek merupakan salah satu pemicu punahnya budaya
tersebut. Dia menjelaskan beberapa budaya seperti Pela
gandong, sapu bersih kintal dan saling menegur secara berkala
sudah mulai punah dan terkikis. Aponno mengatakan transfer
budaya dari luar Maluku yang tidak sesuai dengan karateristik
sangat mempengaruhi. Buktinya orang Maluku sudah tidak
menggunakan bahasa Ambon.

Anda mungkin juga menyukai