Anda di halaman 1dari 18

KEARIFAN LOKAL CERMINAN BUDAYA MASYARAKAT DALAM

PENGARUH TEKNOLOGI

Oleh :
Asy Ary Suyanto
HmI Komisariat Teknik Unhalu

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kearifan Budaya Lokal Cerminan Perilaku Budaya Masyarakatnya
berlatar belakang dari suatu sifat dan tingkah laku masyarakat indonesia mengenai
kebuadayaan lokal yang ada indonesia, yang dimana kebudayaan tersebut
merupakan turun temurun nenek moyang kita pada sebelumnya. Pendidikan
karakter bukan hanya berperan guna membentuk kualitas individu berbudi pekerti
mulia, berintegritas, maupun bermartabat, melainkan juga dapat mendorong
terbentuknya jati diri bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur kebudayaan.
Aturan-aturan yang mendasar yang lahir dari kebijakan dan kesepakatan
warga masyarakat dalam suatu wilayah disebut kearifan lokal. Kearifan yang ada
dan berlaku dalam suatu wilayah, seperti kewajiban belajar atau pendidikan bagi
warga buta aksara, perilaku gotong royong dan budaya atau seni tradisional patut
dijaga, dilestarikan dan dikembangkan sehingga memiliki daya dukung terhadap
pembangunan termasuk pada bidang pendidikan nonformal
Kearifan lokal ikut berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungannya. Namun demikian kearifan lokal juga tidak lepas dari berbagai
tantangan seperti: bertambahnya terus jumlah penduduk, teknologi modern dan
budaya, modal besar serta kemiskinan dan kesenjangan. Adapun prospek kearifan
lokal di masa depan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat, inovasi
teknologi, permintaan pasar, pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati
di lingkungannya serta berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung
dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta peran masyarakat
local
Di era globalisasi saat ini, dengan era globalisasi yang diikuti masuknya
budaya asing seharusnya budaya kearifan lokal harus dapat disinergikan. Dengan

demikian akan tetap menjaga kelestarian adat istiadat peninggalan nenek moyang
yang juga merupakan budaya bangsa Indonesia, pelestarian budaya kearifan lokal
ini perlu dilakukan untuk menjaga penyelewengan budaya bangsa Indonesia dari
bangsa lain.
Ini sangat perlu dilestarikan dan dijaga karena sudah banyak contoh
budaya hasil peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia justru diadopsi bangsa
lain
Apalagi dia menilai budaya peninggalan nenek moyang bangsa indonesia
merupakan warisan keanekaragaman budaya bagi bangsa Indonesia yang
memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri.
Bisa saja warisan ini akan hilang jika tidak dijaga. Kita banyak
menyaksikan adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia dapat dikenal baik dengan
keunikan dan keragamannya, jelasnya.
Dia menilai budaya kearifan lokal ini tidak hanya berbentuk seni, akan
tetapi termaksud jiwa kepemimpinan yang sudah ditinggalkan para leluhur.
Budaya dan adat istiadat itu bukan hanya berbentuk seni saja atau tariantarian daerah, akan tetapi sosok kepemimpinan para nenek moyang yang dikenal
di seluruh nusantara. Misalnya saja Jawa dengan budaya kepemipinan raja-raja
Jawa atau Gorontalo dan daerah Sulawesi lainya yang juga dikenal dengan sosok
kepemimpinan para leluhurnya.
Selain itu beliau menilai pelestarian budaya kearifan lokal juga termaksud
penggunaan bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan satu bentuk dari budaya
dan adat istiadat yang termasuk dalam bingkai pelestarian budaya kearifan lokal
yang harus dijaga dan ditumbuhkembangkan.
Banyak pula ditemui berbagai krisis ekologi yang muncul akibat
keseimbangan alam terganggu. Tanpa kita sadari berbagai tindakan dan sikap kita
telah merusak ekologi. Penggunaan teknologi yang tidak tepat guna salah satunya

dapat mengganggu keseimbangan alam seperti perubahan iklim, krisis air bersih,
pencemaran udara, dan berbagai krisis ekologi lainnya. Oleh sebab itu, kita perlu
kembali mengembangkan dan melestarikan kearifan lokal yang berkembang di
masyarakat.
Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya
sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat
di seluruh dunia telah mampu melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh
informasi dalam waktu singkat berkat teknologi satelit dan komputer. Pemerintah
dan perusahaan-perusahaan besar mampu memperoleh kekuasaan melalui
kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan perusahaan transnasional mampu
menghasilkan budaya global melalui pasar komersil global.
Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses
asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis
kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya
agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan
Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan
bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya
atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya
kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks
peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Namun seiring berjalannya waktu keberadaan kearifan lokal semakin
tersingkirkan dengan masuknya berbagai teknologi dan berbagai masalah sosial
yang dihadapi masyarakat seperti pertambahan penduduk yang semakin
meningkat. Keadaan demikian membuat masyarakat meninggalkan kearifan lokal
yang telah diturunkan secara turun-temurun. Pola pikir masyarakat mulai berubah
seiring dengan memudarnya kearifan lokal yakni dari pola pikir holistik ke pola
pikir mekanik. Masyarakat tidak lagi memikirkan keseimbangan alam dan
lingkungan dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan. Prospek kearifan
lokal sangat bergantung kepada bagaimana masyarakat melestarikan kembali

kearifan lokal yang ada dan bagaimana masyarakat mengubah pola pikirnya
kembali ke pola pikir holistik. Sehingga sumberdaya alam dan lingkungan alam
yang dimiliki masyarakat dapat dimanfaatkan dan dilestarikan dengan tanpa
menganggu keseimbangannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disebutkan tadi ada beberapa masalah yang akan
dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja tantangan teknologi yang melanda masyarakat pada era ini?
2. Bagaimana

masyarakat

mempertahankan

kearifan

lokal

di

tengah

perkembangan teknologi?

C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan penulisan yang akan disampaikan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan teknologi yang mengikis kearifan lokal
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya luar terhadap budaya
masyarakat yang ada di Indonesia
3. Memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Intermediate Training yang
dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Korkom Sepuluh November

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal

Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari
2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan
wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat
dipahami

sebagai

gagasan-gagasan,

nilai-nilai-nilai,

pandangan-pandangan

setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi
dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama
dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar
pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio
mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian
budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan
mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi,
1986:18-19).

Sementara

Moendardjito

(dalam

Ayatrohaedi,

1986:40-41)

mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius


Kearifan lokal berasal
lokal (local). Secara

umum

dari

dua

maka local

kata

yaitu

kearifan (wisdom), dan

wisdom (kearifan

setempat)

dapat

dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana,


penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan
produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan
hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap
sangat universal. (http://filsafat.ugm.ac.id).
Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat sudah ada di dalam
kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah
hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam

berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari
nilai-nilai

agama,

adat

istiadat,

petuah

nenek

moyang

atau

budaya

setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang terbangun secara alamiah dalam
suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya.
Secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya
yang berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku
bangsa

yang

tinggal

di

daerah

itu.

Dalam

pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan oleh adanya kemajuan teknologi


membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam
mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah
ketinggalan di abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali
tidak melibatkan masyarakat.
Pemaknaan terhadap kearifan lokal dalam dunia pendidikan masih sangat
kurang. Ada istilah muatan lokal dalam struktur kurikulum pendidikan, tetapi
pemaknaannya sangat formal karena muatan lokal kurang mengeksporasi kearifan
lokal. Muatan lokal hanya sebatas bahasa daerah dan tari daerah yang diajarkan
kepada siswa. Tantangan dunia pendidikan sangatlah kompleks. Apalagi jika
dikaitkan dengan kemajuan global di bidang sains dan teknologi, nilai-nilai lokal
mulai memudar dan ditinggalkan. Karena itu eksplorasi terhadap kekayaan luhur
budaya bangsa sangat perlu untuk dilakukan.
Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan
kebijaksanaan hidup. Pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan kita secara luas
adalah bagian dari upaya meningkatkan ketahanan nasional kita sebagai sebuah
bangsa. Budaya nusantara yang plural dan dinamis merupakan sumber kearifan
lokal yang tidak akan mati, karena semuanya merupakan kenyataan hidup (living
reality) yang tidak dapat dihindari.
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia yang
telah berkembang sejak lama. Kearifan lokal lahir dari pemikiran dan nilai yang
diyakini suatu masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Di dalam kearifan
lokal terkandung nilai-nilai, norma-norma, sistem kepercayaan, dan ide-ide
masyarakat setempat. Oleh karena itu kearifan lokal di setiap daerah berbeda-

beda. Kearifan lokal berkaitan erat dengan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan. Masyarakat memiliki sudut pandang tersendiri terhadap alam dan
lingkungannya.

Masyarakat

mengembangkan

cara-cara

tersendiri

untuk

memelihara keseimbangan alam dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan


hidupnya. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan melalui pengembangan
kearifan lokal memiliki kelebihan tersendiri. Selain untuk memelihara
keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungannya, kebudayaan masyarakat
setempat pun dapat dilestarikan.
Kearifan lokal memiliki banyak fungsi sebagaimana yang diungkapkan
oleh Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004) sebagaimana
dikutip oleh Aulia (2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang
ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan
khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal
menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah:
1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya
alam.
2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.

Namun, dewasa ini kearifan lokal menghadapi tantangan-tantangan yang


mengancam keberadaan dan kelestariannya. Kearifan lokal yang telah terbentuk
sejak lama kini mulai terkikis seiring berkembangnya teknologi diikuti
meningkatnya proses adopsi inovasi serta difusi adopsi teknologi. Suhartini
(2009) menyatakan bahwa kearifan lokal-kearifan lokal ikut berperan dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya. Namun demikian kearifan
lokal juga tidak lepas dari berbagai tantangan seperti: bertambahnya terus jumlah
penduduk, teknologi modern dan budaya, modal besar serta kemiskinan dan
kesenjangan.

Berbagai teknologi yang berkembang saat ini pada dasarnya memiliki


potensi besar untuk merusak keseimbangan alam dan lingkungan. Berbagai
bentuk eksploitasi terhadap alam kini sudah merupakan hal yang dianggap biasa.
Begitu banyak elemen masyarakat hingga pemerintah mengadopsi berbagai
teknologi untuk mengekploitasi alam secara besar-besaran, tanpa pernah
memperhatikan aspek kearifan lokal yang berkembang di masyarakat. Salah satu
contoh adalah penggunaan teknologi penangkapan ikan di Kendari yang tidak
memperhatikan kearifan lokal masayarakat. Dampak yang ditimbulkan adalah
rusaknya sumberdaya air dan tersingkirkannya kearifan lokal masyarakat Kendari.
Sehingga pada akhirnya secara perlahan-lahan kearifan-kearifan lokal tersebut
memudar bahkan menghilang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Selain itu
juga berakibat kepada terjadinya ketidakseimbangan lingkungan yang dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam. Masuknya berbagai teknologi
tersebut menyingkirkan peran kearifan lokal dalam mengelola sumberdaya alam
dan lingkungan.
Selain perkembangan teknologi, tantangan-tantangan lain yang dihadapi
kearifan lokal-kearifan lokal masyarakat adalah pertambahan penduduk. Robert
Malthus dalam Suhartini menyatakan bahwa penduduk yang banyak merupakan
penyebab kemiskinan, hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang
mengikuti deret ukur tidak akan pernah terkejar oleh pertambahan makanan dan
pakaian. Sebagaimana kita tahu, Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua
benua. Menjadikan negara tersebut memiliki keanekaragaman suku dan
budaya.Pembangunan di Indonesia sebenarnya sudah meningkat setiap tahunnya,
namun sayangnya belum merata di setiap daerah. Salah satu penyelesaian yang
mungkin dilakukan adalah, pembangunan dengan mengutamakan kearifan lokal
dan kearifan budaya lokal.

Apakah Kearifan Budaya Lokal itu?


Menurut Direktur Afri-Afya, Caroline Nyamai-Kisia, kearifan lokal adalah
sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang dan diteruskan

oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka terhadap alam
dan budayasekitarnya.
Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level
lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam
dan kegiatan masyarakat pedesaan. Dalam kearifan lokal, terkandung pula
kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal
yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya
serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang
lama. Jadi, untuk melaksanakan pembangunan disuatu daerah, hendaknya
pemerintah mengenal lebih dulu seperti apakah pola pikir dan apa saja yang ada
pada daerah yang menjadi sasaran pembangunan tersebut. Adalah sangat
membuang tenaga dan biaya jika membuat tempat wisata tanpa memberi
pembinaan kepada masyarakat setempat bahwa tempat wisata tersebut
adalah "ikon" atau sumber pendapatan yang mampu mensejahterakan rakyat
didaerah itu. Atau lebih sederhananya, sebuah pembangunan akan menjadi sia-sia
jika pemerintah tidak mengenal kebiasaan masyarakat atau potensi yang tepat
untuk pembangunan didaerah tersebut.
Dan apakah yang akan terjadi setelah itu? Pembangunan tersebut akan
tidak tepat sasaran, bahkan mungkin akan menyengsarakan rakyat dan tidak
membawa kemajuan berarti karena ketidak pahaman pemerintah terhadap kearifan
lokal maupun kearifan budaya lokal pada daerah tersebut. Seperti halnya
pertambangan emas dan nikel di wilayah timur Indonesia. Mungkin mereka
membawa keuntungan bagi negara, tapi bagaimanakah tingkat kesejahteraan
penduduknya? Nampaknya mereka masih ada pada garis kemiskinan yang
mengakibatkan kurangnya pendidikan.
Pembangunan yang tepat bukan berarti menghilangkan adat istiadat atau
menghilangkan kekayaan budaya pada suatu daerah, tapi sebenarnya, memajukan
potensi dan kekayaan yang ada pada daerah tersebut. Sebab, jika pembangunan

malah menghilangkan adat istiadat, maka bisa dipastikan bahwa bangsa tersbut
akan kehilangan jati dirinya.
Contoh pembangunan yang memanfaatkan kearifan lokal adalah
diperbaharuinya fasilitas pada daerah penghasil garam di Madura. Fasilitas yang
diperbaharui antara lain adalah jalan, listrik dan pelabuhan. Tidak hanya itu,
Sumber Daya Manusianya juga semakin diperbaharui dengan peningkatan mutu
keterampilan pada sekolah-sekolah.
Dengan begitu, tidak hanya berdampak positif didaerah Madura saja,
negara ini juga tidak perlu mendatangkan garam dari luar negeri. bahkan
mungkin, suatu saat garam di Madura mampu menjadi salah satu daerah penghasil
garam andalan se ASEAN atau bahkan sedunia. Hal yang cukup bijak untuk
menghemat pengeluaran dan meningkatkan mutu dalam negeri.
Keragaman bangsa Indonesia dari sisi etnis, suku, budaya dan lainnya
sejatinya juga menunjuk kepada karaktreristik masing-masing. Pada saat yang
sama, kekhasan itu pada umumnya memiliki kearifan yang pada masa-masa lalu
menjadi salah satu sumber nilai dan inspirasi dalam merajut dan menapaki
kehidupan mereka.

Sejarah menunjukkan, masing-masing etnis dan suku

memiliki kearifan lokal sendiri. Misalnya saja (untuk tidak menyebut yang ada
pada seluruh suku dan etnis di Indonesia), suku Batak kental dengan keterbukaan,
Jawa nyaris identik dengan kehalusan, suku Madura memiliki harga diri yang
tinggi, dan etnis Cina terkenal dengan keuletan. Lebih dari itu, masing-masing
memiliki keakraban dan keramahan dengan lingkungan alam yang mengitari
mereka.
Kearifan lokal itu tentu tidak muncul serta-merta, tapi berproses panjang
sehingga akhirnya terbukti, hal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka.
Keterujiannya dalam sisi ini membuat kearifan lokal menjadi budaya yang
mentradisi, melekat kuat pada kehidupan masyarakat. Artinya, sampai batas
tertentu ada nilai-nilai perenial yang berakar kuat pada setiap aspek lokalitas
budaya ini. Semua, terlepas dari perbedaan intensitasnya, mengeram visi

terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera dan damai. Dalam bingkai kearifan


lokal ini, masyarakat bereksistensi, dan berkoeksistensi satu dengan yang lain.
Namun dari waktu ke waktu nilai-nilai luhur itu mulai meredup, memudar,
kehilangan makna substantifnya. Lalu yang tertinggal hanya kulit permukaan
semata, menjadi simbol yang tanpa arti. Bahkan akhir-akhir ini budaya
masyarakat hampir secara keseluruhan mengalami reduksi, menampakkan diri
sekadar pajangan yang sarat formalitas. Kehadirannya tak lebih untuk
komersialisasi dan mengeruk keuntungan.
Tentu banyak faktor yang membuat kearifan lokal dan budaya masyarakat
secara umum, kehilangan geliat kekuatannya. Selain kekurangmampuan
masyarakat dalam memaknai secara kreatif dan kontekstual kearifan lokal mereka,
faktor lainnya adalah pragmatisme dan keserakahan yang biasanya dimulai dari
sebagian elit masyarakat. Kepentingan subyektif diri mengantarkan mereka untuk
memanfaatkan kearifan lokal. Mereka menggunakannya secara artifisial, tapi
sekaligus menghancur-leburkan nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Pada
gilirannya, masyarakat luas yang struktur dan hubungannnya masih bersifat
patron-client meneladani sikap dan perilaku elit mereka

Pengembangan TEKNOLOGI dalam Pertimbangan Nilai Etis dan Religious


Mengembangkan nilai-nilai dan budaya iptek pada dasarnya adalah
melakukan tranformasi dari masyarakat berbudaya tardisional menjadi masyarakat
yang berpikir analitsi kritis dan berketerampilan iptek dengan tetap menjunjung
tinggi/memelihara nilai-nilai agama, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan
YME, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya
mengembangkan pengetahuaanya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat
dan tidak terbendung seperti tampak dalam teknologi persenjataan, computer
informasi, kedokteran, biologi, dan pangan. Kemajuan teknologi tersebut bila
tidak disertai dengan nilai etika akan menghancurkan hidup manusia sendiriseperti
terbukti dengan perang Irak, pemanasan global, daya tahan manusia yang semakin
rendah, kemiskinan sebagian penduduk dunia, makin cepat habisnya sumber alam,

rusaknya ekologi, dan ketidak adilan. Pertanyaan yng secara etis dan kritis yang
ahrus diajukan adalah, apakah teknologi yang kita kembangkan sungguh demi
kebahagiaan manusia secara menyeluruh? Nilai Kemanusiaan sebagai salah
satu nilai etika perlu ditaati dalam mengembangkan teknologi
Memasuki abad ke 21, berarti manapaki abad global. Akibat perkembangan
teknologi informasdi dan transportasi, dunia Internasional pada abad ini
mengalami sebuah perubahan besar, yang dikenal dengan era global. Dalam era
demikian, situasi dunia menjadi amat transparan, jendela internasional, terdapat
hampir di setiap rumah. Apa yang terjadi di salah satu sudut bumi dalam waktu
singkat dapat ditangkap dari berbagai belahan dunia, pintu gerbang antar Negara
semakin terbuka, sekat-sekat buday semakin hilang dan ujung-ujungnya akan
terbentuk apa yang disebut Jhon Neisbitt sebagai Gaya Hidup Global.
Abad ini ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi yang sangat pesat.
Kemajuan itu terutama dipacu oleh kemajuan teknologi computer dan informasi
sehingga zaman ini sering disebut era revolusi baru yaitu revolusi informasi.
Produk dari kemajuan sains dan teknologi kian canggih dan bermutu. Hampir
dalam semua bidang kehidupan kita dapat menikmati produk teknologi modern
mulai dari peralatan rumah tangga sampai dengan peralatan industry yang besar.
Dengan kemajuan itu hidup manusia dipermudah, diperlancar, dan lebih sejahtera.
Tetapi di sisi lain, kita melihat bahwa berbagai kemajuan tersebut juga membawa
dampak negative bagi kehidupan manusia seperti lingkungan hidup yang tidak
nyaman, ketidak adilan dan bahkan penghancuran kelompok manusia.
Secara umum, etika menuntut kejujuran dan dalam iptek ini berarti
kejujuran ilmiah (Scientific Honesty). Mengubah, menambah, dan mengurangi
data demi kepentingan tertentu termasuk dalam ketidakjujuran ilmiah. Mengubah
dan menambah data denganrekaan sendiri dapat dimaksudkan agar kurvanya
memperlihatkan kecenderungan yang diinginkan. Mungkin penelitinya sendiri
yang menginginkan agar hasil peneltiannya sesuai dengan teori yang sudah
mapan. Mungkinpenaja (sponsor) peneliti itu yang ingin menonjolkan citra
produk industrinya. Mereka-reka dta semacam itu merupakan the sin of
commission. Sebaliknya membuang sebagian data yang memperburuk hasil

penelitian adalah the sin commission. Penghapusan data yang jelek itu mungkin
dimaksudkan oleh penelitinya agar analisis datanya memperlihatkan keterandalan
(reability) yang lebih baik. Lebih jahat lagi kalau dosa komisi itu dilakukan untuk
menyembunyikan efek samping yang negative dari produk yang diteliti.
Ketidakjujuran ilmiah semacam ini pernah dilakukan peneliti yang ditaja pabrik
penyedap rasa (monosodium glumate) di Thailand.
Kalau data yang dibuang itu dinilai sebagai penyimpangan dari kelompok
yang sedang diteliti, dan karenanya harus ikut diolah, kejujuran ilmiah menuntut
penjelasan tantang penghapusannya. Perlu juga disebutkan patokan yang dipakai
untuk menentukan ambang nilai data yang harus di analisis.
Sehingga pola pikir holistik adalah suatu pola pikir dimana menempatkan
ekologi dan manusia dalam posisi yang sejajar, manusia berfikir secara subjektif
dan tidak parsial.
Pola pikir mekanistik adalah suatu pola pikir dimana ekologi dan manusia
ditempatkan dalam posisi yang tidak sejajar, manusia berfikir secara objektif dan
parsial.
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, prospek kearifan lokal di masa
depan bergantung dari pemanfaatan dan pemberdayaan kearifan lokal yang
dimiliki masyarakat guna mengelola sumberdaya alam dan lingkungan.
Pengetahuan mengenai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat yang diturunkan
secara turun temurun serta inovasi dan teknologi juga mempengaruhi
keberlangsungan kearifan lokal di masa depan. Pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan sudah saatnya memberlakukan kebijakan terkait adopsi teknologi
penggunaannya serta difusi teknologi yang melindungi sumberdaya alam dan
lingkungan melalui kearifan lokal. Berbagai kearifan lokal yang masih bertahan.
Sartini mengungkapkan bahwa ada banyak peluang untuk pengembangan
wacana kearifan lokal Nusantara. Di samping itu kearifan lokal dapat didekati dari
nila-inilai yang berkembang di dalamnya seperti nilai religius, nilai etis, estetis,
intelektual atau bahkan nilai lain seperti ekonomi, teknologi dan lainnya. Maka
kekayaan kearifan lokal menjadi lahan yang cukup subur untuk digali,

diwacanakan dan dianalisis mengingat faktor perkembangan budaya terjadi


dengan begitu pesatnya.
Sehingga Hubungannya kearifan lokal itu merupakan sesuatu yang berkaitan
secara spesifik dengan budaya tertentu (budaya lokal) dan menecerminkan cara
hidup suatu masyarakat tertentu (masyarakat lokal). Dan kalau budaya lokal itu
merupakan suatu budaya yang dimiliki suatu masyarakat yang menempati
lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh
masyarakat yang berada di tempat yang lain.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas tergambar dengan jelas bahwa kearifan
lokal masyarakat Nusantara terkodifikasi dalam adat. Adat masyarakat Nusantara
ini memiliki konsep-konsepnya tersendiri di setiap kelompok etnik. Dalam
kearifan lokal Nusantara terdapat nilai-nilai untuk membentuk karakter bangsa.
Nilai-nilai tersebut mencakup: sistem kepemimpinan, hubungan sosial, hidup
secara berkelompok, pentingnya berbagi materi dan pengalaman kepada orang
lain, belajar terus dari alam, nilai-nilai gotong royong, bagaimana menghadapi
perubahan dan globalisasi, sadar akan makhluk yang mulai dari kecil, dewasa,
sampai meninggal, hidup tidak boleh sombong, dan seterusnya
Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan
kebijaksanaan hidup. Pentingnya kearifan lokal dalam kebudayaan masyarakat
kita secara luas adalah bagian dari upaya meningkatkan ketahanan nasional kita
sebagai sebuah bangsa.
Mengembangkan nilai-nilai dan budaya iptek pada dasarnya adalah
melakukan tranformasi dari masyarakat berbudaya tardisional menjadi masyarakat
yang berpikir analitsi kritis dan berketerampilan iptek dengan tetap menjunjung
tinggi/memelihara nilai-nilai agama, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan
YME, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya
mengembangkan pengetahuaanya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat
dan tidak terbendung seperti tampak dalam teknologi persenjataan, computer
informasi, kedokteran, biologi, dan pangan. Kemajuan teknologi tersebut bila
tidak disertai dengan nilai etika,akan merusak moral dan budaya masyarakat yang
ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Sartini. 2004. Menggali kearifan lokal nusantara sebuah kajian filsafati. Dalam:
Jurnal Filsafat. [Internet].
Alfian (ed.), 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat, 1985. Konsep kebudayaan Nasional dalam Persepsi
Masyarakat tentang Kebudayaan. Alfian (ed.). Jakarta: Gamedia.
Elly M. Setiadi, Et Al. 2006. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta Kencana
Prenada Media Group.
Sartono, Kartodirdjo. 1993. Pembangunan Bangsa tentang nasionalisme
Kesadaran dan Kebudayaan nasional. Yogyakarta: Aditya Media.
Soetandyo, W. 1999. Perubahan Kehidupan dan Lokal ke yang nasional,
Bersiterus ke yang Global pada Era Millenium Ketiga Masehi.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Cetakan ke11. Jakarta: Gramedia.

Francis Wahono, 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman


Hayati,Penerbit Cindelaras Pustaka.

Mengungkap kearifan lingkunganSulawesi Selatan, PPLH Regional Sulawesi,


Maluku dan Papua, Kementrian Negara Lingkungan Hidup RI dan Masagena
Press: Makassar.Burhanudin, Jajat. 2006.

Curriculum Vitae
Data Pribadi
Nama : Asyary suyanto
Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 27April 1992
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Suppu yusuf,
Nomor Telepon : 082193333065 (HP)
Email : arhysuyanto@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
1998-2004 : MIS PESRI, Kendari
2004-2007 : MTsN 1 Kendari
2007-2010 : SMK N 2 Kendari
Pendidikan Non Formal
2003-2004 : Kursus Bahasa Inggris PROSPEC ENGLISH
Riwayat Organisasi
2011-2012 : Anggota Divisi Kaderisasi dan Pergerakan HMPS S-1 Sipil Fakultas
Teknik
Universitas Halu Oleo
2012-2013 : Pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo
2013-2014

Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik

Universitas Halu Oleo


Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan Sebenar-benarnya,
semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Hormat Saya k

Asyary Suyanto o

Anda mungkin juga menyukai