Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH PEMINATAN
WARISAN KERAJAAN MARITIM HINDU-BUDHA DI INDONESIA
MASA KINI

Disusun Oleh :
Farah Syifa Khai (12)
Fathan Risqinaa Akbar (13)
Lintang Sekaringati (17)
Naura Marsha Kamiliya (20)
Raden Nurjulianto Adiyana (22)
Ridya Nur Hanifa (26)
Kelas : XI IPS 2
SMA N 1 DEPOK
Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Warisan Kerajaan Maritim Hindu-Budha di Indonesia
Masa Kini”.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam proses pembuatan makalah ini, baik pihak yang dari dalam sekolah maupun
luar sekolah. Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas sejarah peminatan kami
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan karena
masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami sendiri dan para pembaca khususnya.

Yogyakarta, 24 Juli 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan
dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan
wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh
Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa
terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok
yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu
kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada
masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-
14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Tentu dengan masuknya kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia menjadi pembuka
masuknya agama di Indonesia dan menjadikan Indonesia negeri yang lebih maju serta beragam
akan sosial budaya nya. Kerajaan-kerajaan hindu-budha kini tentunya sudah runtuh dan dengan
runtuhnya kerajaan-kerajaan tersebut pastinya meninggalkan banyak warisan di Indonesia
serta pengaruhnya bagi Indonesia hingga masa kini.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengaruh warisan kerajaan hindu-budha di Indonesia masa kini?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh warisan kerajaan hindu-
budha di Indonesia masa kini.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai referensi pembaca dan mendapatkan
nilai tugas sejarah peminatan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. WARISAN POLITIK
Warisan Kerajaan Hindu Buddha dari aspek politik terlihat pada sistem pemerintahan.
Sebelum masuknya kerajaan Hindu Buddha, kepemimpinan di nusantara belum sistematis dan
diatur dengan jelas. Pemimpin masih bernama kepala suku. Setelah masuknya kerajaan Hindu
Buddha, sistem pemerintahan mulai jelas dan terstruktur rapi. Bahkan sudah ada konsep
Negara meski masih dalam bentuk kerajaan. Sudah ada pula penyusunan pemimpin hingga ke
daerah-daerah.
Pengaruhnya saat ini Indonesia berkembang menjadi negara yang berbentuk negara
kesatuan dengan sistem presidensial dimana negara dipimpin oleh seorang presiden yang
dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilu, dan presiden tersebut berhak untuk
mengangkat dan memberhentikan para menterinya. Saat ini Indonesia juga memiliki dua
parlemen yaitu DPD dan DPR.
2. WARISAN SOSIAL
Dalam kehidupan sosial, kerajaan Hindu Buddha mewariskan konsep struktur sosial
dalam bentuk strata sosial. Dahulu penggolongan masyarakat dengan berdasar pada kasta. Saat
ini kita juga masih menggolongkan masyarakat meski tidak lagi berdasarkan pada kasta, karena
dirasa tidak adil dan tidak demokratis. Maka dari itu, saat ini di Indonesia semua orang
memiliki HAM (Hak Asasi Manusia) yang bertujuan untuk menjamin keberadaan harkat dan
martabat manusia serta keharmonisan lingkungannya tanpa mengenal batasan umur, jenis
kelamin, negara, ras, agama, suku, budaya. Hal ini juga menjadi batasan manusia dalam
berinteraksi dengan manusia lain dalam masyarakat. Hak ini berlaku seumur hidup dan tidak
dapat diganggu gugat serta merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
3. WARISAN EKONOMI
Dalam bidang ekonomi, kerajaan Hindu Buddha mewariskan arah perdagangan
berbasis laut. Ini adalah kesadaran geostrategis yang sudah terbentuk dari awal pada masa
kerajaan dan masih berlangsung sampai saat ini.
Seperti yang kita tahu, Indonesia adalah negri maritime dimana kebanyakan dari negara
Indonesia adalah laut. Bahkan sejak jaman praaksara sudah ada kemampuan untuk berlayar
dengan perahu cadik untuk bermigrasi atau sekedar mencari makanan. Bahkan masuknya
agama hindu-budha juga melalui jalur perdagangan laut yang menjadikan Indonesia kaya akan
agama dan budaya Hindu-Budha.
Terbentuknya perdagangan interasional dikarenakan Indonesia terletak diantara dua
samudera dan dua benua yang dapat menghubungkan budaya barat dengan budaya timur
sehingga menyebabkan perdagangan jadi ramai karena dijadikan sebagai tempat singgah
perdagangan.
4. WARISAN BUDAYA
Dalam bidang budaya, kerajaan Hindu Buddha banyak meninggalkan warisan yang
bersifat fisik maupun non-fisik. Warisan fisik misalnya candi-candi, Arca, kitab-kitab, prasasti
dan lain lain.
1. Wilayah Nusantara

Wilayah Indonesia saat ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh kehadiran
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, yaitu Singasari, Sriwijaya, dan Majapahit. Pada masa
Sriwijaya, wilayah kekuasaannya meliputi daerah Malayu di sekitar Jambi, daerah yang
saat ini menjadi Pulau Bangka, daerah Lampung Selatan, serta usaha Sriwijaya untuk
menaklukan Pulau Jawa. Di masa Singasari, wilayah kekuasaannya meliputi wilayah
Pahang (saat ini Malaysia), Malayu (saat ini Sumatera Barat), Gurun (nama pulau di
Indonesia bagian timur), Bali, seluruh Pulau Jawa, Bakulapura dan Tanjungpura (saat ini
wilayah di barat daya Kalimantan).

Peradaban Majapahit yang lebih maju dalam perniagaan dan seni serta wilayah
kekuasaan yang luas, mengantarkannya menjadi salah satu kerajaan besar yang pernah ada
di Asia Tenggara. Kerajaan maritim Hindu-Buddha memiliki pengaruh yang luas karena
tidak terbatas hanya di daratan saja, sehingga dapat melakukan penjelajahan mengarungi
lautan untuk menyebarluaskan pengaruh di bidang politik, ekonomi, dan budaya.

Pada akhirnya, wilayah-wilayah kerajaan yang terbentuk pada masa itu membentuk
wawasan tentang wilayah Nusantara yang sebagian besar menjadi negara Indonesia.

2. Bidang Arsitektur

Salah satu pengaruh yang masih bertahan hingga saat ini adalah arsitektur pada
bangunan di masa lalu yang banyak digunakan oleh bangunan masa kini. Beberapa bagian
bangunan yang terpengaruh adalah pembagian bangunan dan halaman, atap bangunan, dan
gapura.
A. Bangunan
Candi dan stupa didirikan sebagai tempat pemujaan tetapi ada juga yang didirikan
sebagai makam. Ada banyak peninggalan berupa candi baik yang bercorak Hindu atau
Budha. Candi yang bercorak Hindu seperti candi Prambanan, candi Sukuh, candi Canggal,
candi Gedong Songo. Adapun candi yang bercorak Budha antara lain Borobudur, Mendut,
Sewu, dan Plaosan.
Candi terdiri dari tiga bagian utama yaitu bhurloka (dunia manusia), bhuvarloka
(dunia orang-orang yang tersucikan), dan svarloka (dunia para dewa). Konsep ini kemudian
diadaptasi dan saat ini dapat kamu lihat pada rumah-rumah tradisional Bali. Biasanya
rumah tradisional Bali memiliki halaman yang luas dan dibagi ke dalam tiga bagian
tersebut. Bangunan rumahnya terdiri dari bagian utama (bagian atas bangunan), madya
(badan bangunan), dan nista (kaki bangunan).
Selain itu, pembagian tersebut juga dapat dilihat pada halaman rumah yang dibagi
menjadi tiga, yaitu jaba (halaman depan), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan
(halaman belakang/dalam).
Selain pada pembagian bagian bangunan, pengaruh arsitektur juga dapat dilihat
pada atap bangunan. Contohnya adalah Masjid Agung Demak yang menggunakan atap
tumpang seperti pada pura.
Selain dua hal di atas, bagian gapura juga dapat mengalami pengaruh dari Hindu-
Buddha. Dua jenis gapura dari masa klasik. Gapura kori agung atau paduraksa (kiri) dan
gapura candi bentar (kanan). Misalnya, Masjid Kudus yang dibangun oleh Sunan Kudus
tahun 1549 M. Masjid ini memiliki arsitektur seperti bangunan pura pada bangunan. Selain
itu, pada bagian gerbangnya memiliki bentuk gapura jenis candi bentar.
a) Gapura
Bangunan berupa pintu gerbang. Gapura ada yang beratap dan berdaun pintu dan
ada yang menyerupai candi terbelah dua. Gapura yang beratap disebut Paduraksa dan yang
terbelah dua disebut Bentar.
b) Petirtaan
Pemandian suci untuk kalangan istana atau bangsawan. Misalnya, petirtaan Tirtha
Empul dan Jolotundo.
c) Patung dan Arca
Bentuk patung Hindu dan patung Budha memang berbeda. Patung Hindu
umumnya berbentuk dewa-dewi, tokoh, dan makhluk mistik. Misalnya, patung Raja
Airlangga berbentuk patung dewa Wisnu sedang menunggang garuda, dan patung Ken
Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita. Sedangkan patung Buddha, bentuknya
mewujudkan Sang Buddha Gautama sendiri. Patung Buddha tampil dalam berbagai
posisi. Misalnya, sikap dhyana-mudra yaitu sikap tangan sedang bersemadi atau sikap
wara-mudra yaitu sikap tangan sedang memberi anugerah.
d) Relief
Seni pahat pada dinding suatu bangunan atau candi. Relief itu melukiskan suatu
cerita. Contohnya relief yang ada pada Candi Borobudur dan Prambanan.

e) Prasasti

Prasasti merupakan tulisan pada batu yang memuat berbagai informasi tentang
sejarah, dan peringatan atau catatan suatu peristiwa. Misalnya Prasasti Canggal, Prasasti
Ciaruteun, Prasasti Talang Tuo, dan Prasati Kota Kapur, dan lainnya.

f) Kitab

Kitab merupakan karangan berupa kisah, catatan, laporan tentang suatu peristiwa
atau sejarah.Isi kitab tidak berupa kalimat langung melainkan rangkaian puisi indah dalam
sejumlah bait. Ungkapan dalam bentuk puisi ini biasa disebut Kakawin. Kitab-kitab
peninggalan masa Hindu-Buddha antara lain adalah Kakawin Bharatayuda karya Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Negara Kertagama karya Mpu Prapanca, dan Sutasoma
karya Mpu Tantular.
Adapun warisan non-fisik misalnya seperti pemikiran mengenai Pancasila yang sarat akan
falsafah keberagaman. Bhinneka Tunggal Ika sendiri sebenarnya adalah warisan budaya dalam
bentuk ide dan gagasan oleh Kerajaan Hindu Buddha.
g) Teknologi Perkapalan
Teknologi perkapalan semakin maju sejak masa Hindu-Buddha khususnya
Sriwijaya. Ciri khasnya antara lain adalah badan (lambung) kapal berbentuk seperti huruf
V.
Macam-macam bagian lambung kapal. Bentuk pertama (atas) adalah bentuk
lambung kapal V. Ciri khas lainnya adalah bentuk haluan dan buritan yang simetris, tidak
ada sekat-sekat kedap air di bagian lambungnya, tidak menggunakan paku besi dalam
pembuatannya, serta kemudi berganda di kiri dan kanan buritan. Biasanya, kapal-kapal ini
dibuat dengan teknik menyambung satu papan dengan papan lainnya, kemudian
mengikatnya dengan tali ijuk.
h) Navigasi Pelayaran
Pelayaran bangsa Indonesia pada masa kuno bergantung pada sistem angin musim.
Pengetahuan tentang angin darat dan angin laut penting bagi pelaut. Untuk mengetahui
arah, pada siang hari para pelaut memanfaatkan matahari, lalu di malam hari mereka
menggunakan letak kelompok bintang tertentu di langit, seperti bintang mayang, bintang
biduk, dan sebagainya.
i) Sistem Pendidikan
Jika saat ini kamu banyak menemukan sekolah yang memiliki asrama, itu adalah
salah satu warisan masa klasik. Salah satu kerajaan yang terkenal dengan pendidikan
agama Buddha-nya dan memiliki asrama adalah Sriwijaya. Saat itu kerajaan memiliki
asrama (mandala) sebagai tempat untuk belajar ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu lainnya.
Asrama biasanya terletak di sekitar kompleks candi dan digunakan oleh para murid.
j) Bahasa dan Sistem Aksara
Pada masa awal Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dari India, Bahasa Sanskerta
hanya digunakan oleh kaum pendeta. Bahasa lain yang digunakan oleh masyarakat pada
masa itu adalah Bahasa Pali. Pada akhirnya, Sanskerta-lah yang banyak memengaruhi
Bahasa Indonesia. Berikut beberapa kata yang telah diserap atau sering digunakan dalam
Bahasa Indonesia:
a. Durhaka dari kata drohaka.
b. Bahagia dari kata bhagya.
c. Manusia dari kata manusya.
d. Tirta berarti air.
e. Eka, dwi, tri berarti satu, dua, tiga.

k) Upacara/Tradisi
Upacara/tradisi di masa Hindu dan Buddha banyak yang bertahan hingga saat ini.
Beberapa upacara atau tradisi yang bertahan hingga saat ini seperti upacara ngaben, tradisi
potong gigi, hari raya Waisak, ataupun wayang. Ngaben adalah upacara kematian dengan
membakar mayatnya dan abunya dibuang ke laut.
Tujuannya adalah untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian
sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam), contoh :
upacara Ngaben di Bali.
Tradisi wayang juga masih bertahan hingga saat ini. Wayang mengalami
percampuran dengan kebudayaan India melalui cerita-cerita seperti cerita Ramayana dan
Mahabarata. Pagelaran wayang hingga sekarang masih sering diadakan di Indonesia mulai
dari pagelaran wayang kulit, wayang golek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh
besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu
bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh
seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Masuknya kebudayaan India
ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaaan di Indonesia.
Namun kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India
mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses akulturasi
kebudayaan.
B. Saran
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita membandingkan
peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal
dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum
dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga
dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti
peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang
ditinggalkan agama Hindu-Budha.

Anda mungkin juga menyukai