Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalh yang berjudul”

Hubungan Kebudayaan Bacson-Hoabin, Dongson, dan Sa-Huyn Pada Masyarakat Awal

Indonesia” ini.

Tak lupa saya juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami

dalam proses menyusun makalah ini. Tidak mudah untuk menyelesaikan makalah ini, karena

butuh data akurat yang dicantumkan. Oleh karena itu, kebanyakan saya mencari dari buku

Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari masih banyak kesalahan baik itu berupa tata

bahasa maupun isinya. Untuk itu kami mohon maaf apabila ada kesalahan. Segala bentuk kritik

dan saran kami terima karena kami juga masih dalam proses belajar.

Semoga laporan ini dapat berguna dan memberikan manfaat yang lebih bagi kami dan

tentunya untuk membacanya.

12
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................................................2
Pendahuluan..........................................................................................................................................3
Latar Belakang.........................................................................................................................................3
Tujuan......................................................................................................................................................3
Manfaat....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................................4
Kebudayaan Bacson-Hoabin....................................................................................................................4
Sejarah Awal kebudayaan Bacson- Hoabin..........................................................................................4
Penyebaran Kebudayaan Bacson-Hoabin ke Indonesia.......................................................................5
Pengaruh Kebudayaan Bacson-Hoabin pada Kebudayaan Indonesia..................................................6
Kebudayaan Dongson..............................................................................................................................7
Sejarah Awal Kebuduyaan Dongson Kebudayaan Dongson.................................................................7
Kesenian Kebudayaan Dongson...........................................................................................................7
Kebudayaan Dongson di Indonesia dan Peninggalannya.....................................................................8
Kebudayaan Sa-Huynh...........................................................................................................................10
Asal mula kebudayaan Sa-huynh.......................................................................................................10
Hasil-hasil kebudayaan Sa-huynh......................................................................................................10
Penutup................................................................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................................................11
Daftar Pustaka......................................................................................................................................12

12
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hubungan Kebudayaan Bacson-Hoabin, Dongson, dan Sa-Huyn pada masyarakat
awal Indonesia sangatlah berkaitan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penemuan-
penemuan bekas peninggalan kebudayaan Bacson-Hoabin, Dongson, dan Sa-Huyn di
sejumlah tempat-tempat di Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia, wajib bagi kita untuk
mengetahui kebudayaan dan sejarah di negaranya sendiri. Maka dari itu, kami mencoba
untuk mengulas singkat perihal hubungan kebudayaan Bacson-Hoabin, Dongson, dan Sa-
Huyn pada masyarakat awal Indonesia dalam makalah ini.

2. Tujuan
Makalah ini ditujukan untuk melengkapi tugas mapel sejarah minat agar
pembaca mengetahui tentang hubungan kebudayaan Bacson-Hoabin, Dongson, dan Sa-Huyn
pada masyarakat awal Indonesia.

3. Manfaat
 Mengetahui dan mendalami tentang tentang hubungan kebudayaan Bacson-Hoabin,
Dongson, dan Sa-Huyn pada masyarakat awal Indonesia
 Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam mata pelajaran Sejarah

12
BAB II
Pembahasan

Berbagai kebudayaan dari luar, seperti kebudayaan Hoabin, Bacson, Dongson,dan Sa-
huynh memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat awal di Indonesia. Masuknya
kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia. Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu proses
percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga
terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari
kebudayaan lama. Kebudayaan tersebut yaitu kebudayaan Dongson, kebudayaan Bacson-
Hoabin, dan kebudayaan San-huynh.

I. Kebudayaan Bacson Hoabin


Awalnya masyarakat Bacson-Hoabin hanya menggunakan alat dari gerabah sederhana
berupa serpihan-serpihan batu. Akan tetapi pada tahun 600 SM mengalami dalam bentuk batu-
batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong .Bentuknya ada yang
lonjong,segiempat, segitiga, dan adayang berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat
serpih, batu giling dari berbagai ukuran,alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang-belulang
manusia yang dikuburkan dalamposisi terlipat serta ditaburi zat warna merah.

Kebudayaan-kebudayaan Bacson-Hoabin dan Dongson pada dasarnya merepresentasikan


sistem kebudayaan dan letak geografis yang berbeda-beda. Bukti bukti arkeologis menunjukkan
bahwa kebudayaan-kebudayaan ini berasal dari zaman Pleistosen akhir situs-situs yang
menunjukkan bukti demikian ditemukan di wilayah utara Vietnam.

a. Sejarah Awal kebudayaan Bacson- Hoabin

Kebudayaan Bacson-Hoabin pada tahun 600 SM mengalami perubahan dalam bentuk


batu-batu yang menyerupai kapak sebagai alat pemotong. Alat-alat batu kebudayaan Bacson-
Hoabinh pada satu atau dua sisi permukaannya tajam. Hasil penyerpihannya bentuknya lonjong
segi empat segitiga, dan beberapa di antaranya ada yang mempunyai bentuk berpinggang. Alat-
alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia dikuburkan dalam posisi terlipat serta
ditaburi zat warna merah. Kebudayaan Bacson-Hoabin ini diperkirakan berkembang pada zaman
Mesoliukum

Menurut C.FGorman (1971) penemuan alat-alat dari baru terbanyak ditemukan di


Vietnam bagian utara, tepatnya di daerah Bacson, Pegunungan Hoabin. Demikian menurut Pham
Ly Huon (1994) di daerah Gua Xom Trai ditemukan alat-alat batu yang sudah diasah. Alat-alat
batu tersebut dikenal dengan kebudayaan Bacson-Hoabin yang kemudian tersebar ke wilayah
Indonesia.

12
Pusat kebudayaan zaman Mesolitikum di Asia berada di dua tempat, yaitu di Bacson dan
Hoabin. Kedua tempat tersebut berada di wilayah Tonkin di Indocina (Vietnam). Istilah Bacson-
Hoabin pertama kali digunakan oleh arkeolog Prancis yang benama Madeleine Colani pada
tahun 1920-an. Nama tersebut untuk menunjukkan tempat pembuatan alat alat batu yang khas
dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.

b. Penyebaran Kebudayaan Bacson-Hoabin ke Indonesia

Penyebaran kebudayaan Bacson-Hoabin bersamaan dengan perpindahan ras Papua


Melanesoid ke Indonesia melalui jalan barat dan jalan timur (utara). Mereka dengan perahu
bercadik dan tinggal di pantai timur Sumatra dan Jawa, namun mereka terdesak oleh ras Melayu
yang datang kemudian. Akhimya, mereka menyingkir ke wilayah Indonesia Timur dan dikenal
sebagai ras Papua yang pada masa itu sedang berlangsung budaya Mesolitikum sehingga
pendukung budaya Mesolitikum adalah Papua Melanesoid. Ras Papua ini hidup dan tinggal di
gua-gua (abris sous roche) dan meninggalkan bukit-bukit kerang atau sampah dapur
(kiokkenmoddinger). Ras Papua Melanesoid sampai di Nusantara pada zaman Holosen. Saat itu
keadaan bumi kita sudah layak dihuni sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi kehidupan
manusia.

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken
artinya dapur dan modding artinya sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger artinya sampah dapur.
Dalam kenyataan, Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang atau siput
yang mencapai ketinggian 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil.

Kjokkenmoddinger ditemukandi sepanjang pantai timur Sumatra, antara Langsa dan


Medan. Menurut Van Stein Callenfels yang melakukan penelitian di bukit kerang tersebut
menemukan kapak genggam dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatra (Sumatralith) sesuai
dengan lokasi penemuannya yaitu di Pulau Sumatra. Selain itu, juga sejenis berupa hache courte
atau kapak pendek. Kapak ini cara penggunannnya dengan menggenggam.

Abris sous roche adalah gua-gua yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada
zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas.
Penyelidikan pertama pada Abris sous roche dilakukan oleh Dr. var Stein Callenfels tahun 1928-
1931 di gua Lawa dekat sampung Ponorogo JawaTimur.

Alat-alat yang ditemukan pada gua tersebut, antara lain alat-alat dari batu seperti ujung
panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah berasal dari zaman Mesolitikum, serta alat-
alat dari tulang dan tanduk rusa. Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan temyata yang
paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung bone
culture/kebudayaan tulang dari Sampung. Selain Abris sous roche juga ditemukan di daerah
Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap gua di Besuki dan Bojonegoro ini
dilakukan oleh van Heekeren.

12
Di Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris sous roche terutama di daerah
Lamoncong yaitu gua Leang Patae yang didalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang
sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Di gua tersebut didiami oleh suku Toala,sehingga oleh tokoh
peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin menyebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala tersebut
merupakan kebudayaan Mesolitikum.

Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan Abris sous roche juga ditemukan di daerah
Timor dan Rote. Penelitian terhadap gua tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler yang didalamnya
ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu indah

Ras Papua Melananosoid hidup setengah menetap, berburu dan bercocok tanam
sederhana. Mereka hidup di gua dan ada yang di bukit sampah. Manusia yang hidup di zaman
budaya Mesolitikum sudah mengenal kesenian, seperti lukisan binatang yang ditemukan di Gua
Leang-Leang (Sulawesi). Lukisan tersebut memuat gambar binatang dan cap telapak tangan.

Alat-alat kebudayaan batu sejenis dengan kebudayaan Bacson-Hoabin berhasil ditemukan


di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo. Menurut von Koenigswald (1935-1941) peralatan dari
batu itu digunakan oleh manusia purba di Indonesia sejenis Pithecanthropus erectus. Berdasarkan
penelitiannya, peralatan-peralatan dari batu itu berasal dari daerah Hoabin.

Peralatan batu kebudayaan Bacson-Hoabin juga ditemukan di pedalaman Semenanjung


Minahasa (Sulawesi Utara). Flores, Maluku Utara, dan daerah-daerah lain di Indonesia.
Kebudayaan Bacson-Hoabin yang terdiri dari pebble, kapak pendek, serta alat-alat dari tulang
masuk ke Indonesia melalui jalur barat. Adapun flakes masuk ke Indonesia melalui jalur timur.

c. Pengaruh Kebudayaan Bacson-Hoabin pada Kebudayaan Indonesia

Budaya Bacson-Hoabin awal berpengaruh terhadap perkembangan budaya masyarakat


yang kepulauan Indonesia. Hal ini karena Bacson-Hoabin merupakan suatu budaya besar
memiliki situs-situs temuan di seluruh daratan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pengaruh
utama budaya Hoabin terhadap kepulauan Indonesia adalah terhadap perkembangan budaya
masyarakat awal berkaitan dengan tradisi pembuatan alat terbuat dari batu.

Pengaruh budaya Hoabin di Kepulauan Indonesia sebagian besar terdapat di daerah


Sumatra. Hal ini karena letaknya yang lebih dekat dengan tempat asal budaya ini. Situs- situs
Hoabin di Sumatra secara khusus banyak ditemukan di daerah pedalaman pantai Timur Laut
Sumatra, tepatnya sekitar 130 KM antara Lhokseumawe dan Medan. Sebagian besar alat batu
yang ditemukan adalah alat batu kerakal yang diserpih pada satu sisi dengan bentuk lonjong atau
bulat telur. Dibandingkan dengan budaya Hoabin yang sesungguhnya, pembuatan alat batu yang
ditemukan di Sumatra ini dibuat dengan teknologi sederhana. Ditinjau dari segi
perekonomiannya. pendukung budaya Hoabin lebih menekankan pada aktivitas perburuan dan
mengumpulkan makanan di daerah sekitar pantai

12
II. Kebudayaan Dongson
Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara.
Daerah ini merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Di daerah ini ditemukan
berbagai jenis alat-alat perunggu,alat-alat dari besi serta kuburan dari masa itu. Dongson adalah
nama daerah di Tonkin dan merupakan tempat penyelidikan yang pertama. Diperkirakan
kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM Bertempat di kawasan Sungai Ma,
Vietnam.

a. Sejarah Awal Kebuduyaan Dongson Kebudayaan Dongson

Kebudayaan Dongson ini berawal dari evolusi kebudayaan Austronesia. Asal-usulnya


sendiri telah dicari adalah bangsa Yue-tche yang merupakan orang-orang barbar yang muncul di
barat daya Cina sekitar abad ke-8 SM. Kebudayaan Dongson secara keseluruhan dapat
dinyatakan sebagai hasil karya kelompok bangsa Austronesia terutama yang menetap di pesisir
Annam,yang berkembang antara abad ke-5 hingga abad ke-2 Sebelum Masehi. Kebudayaan ini
sendiri mengambil nama situs Dongson di Tanh Hoa.

Pengaruh Cina yang berkembang pesat juga ikut memengaruhi kebudayaan Dongson. Hal
ini karena adanya ekspansi penjajahan Cina yang mulai turun ke perbatasan-perbatasan Tonkin.
Hal ini bisa dilihat dari motif-motif hiasan Dongson memberikan model benda- benda perunggu
Cina pada masa kerajaan-kerajaan Pendekar. Itulah sumber utama seni Dongson yang
berkembang sampai penjajahan Dinasti Han yang merebut Tonkin pada tahun 111 SM.

Pengetahuan mengenai perkembangan kebudayaan logam ini mulai banyak dikenal


setelah Payot mengadakan penggalian disebuah kuburan Dongson (Vietnam)pada tahun 1924.
Penemuannya berupa nekara, bejana ujung tombak, kapak, dan gelang-gelang.

b. Kesenian Kebudayaan Dongson

Benda-benda arkeologi dari Dongson sangat beraneka ragam, karena mendapat berbagai
macam pengaruh dan aliran. Hal tersebut nampak dari artefak-artefak kehidupan sehari-hari
ataupun peralatan bersifat ritual yang sangat rumit sekali. Perunggu adalah bahan pilihan. Benda-
benda seperti kapak dengan selongsong, ujung tombak, pisau belati, mata bajak topangan berkaki
tiga dengan bentuk yang kaya dan indah. Kemudian gerabah dan jambangan rumah tangga, mata
timbangan, dan kepala pemintal benang, perhiasan- perhiasan termasuk gelang dari tulang dan
kerang,manik-manik dari kaca dan lain-lain. Semua benda tersebut atau hampir semuanya diberi
hiasan. Bentuk geometri merupakan ciri dasar dari kesenian ini di antaranya berupa jalinan arsir-
arsir, segitiga dan spiral yang tepinya dihiasi garis-garis yang bersinggungan.

Karya yang terkenal adalah nekara besar di antaranya mekara Ngoc-lu yang kini
disimpan di Museum Hanoi, serta patung-patung perunggu yang sering ditemukan di makam-
makam pada tahapan terakhir masa Dongson

12
c. Kebudayaan Dongson di Indonesia dan Peninggalannya

Kebudayaan Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur barat yaitu Semenanjung


Malaya. Pembawa kebudayaan ini adalah bangsa Austronesia. Pendapat tentang kebudayaan
Dongson sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam dua tahap,yaitu sebagai

1) Zaman Neolitikum, berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu
muda, zaman kebudayaan kapak persegi

2) Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500 SM, merupakan kebudayaan kapak sepatu.
nekara, dan candrasa

Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil kebudayaan


perunggu, nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di Selayar, Sulawesi Selatan. Di
Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di daerah Pejeng. Nekara merupakan perlengkapan
upacara persembahan yang dilakukan masyarakat praaksara, di mana pada nekara tersebut
terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan dan kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang
bentuknya lebih kecil) ditemukan di Pulau Alor.Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan
Indonesia merupakan salah satu bagian dari kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.

Banyak nekara telah ditemukan di beberapa wilayah Indonesia, terbanyak nekara


ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Maluku Selatan. Contoh nekara yang ditemukan di Indonesia
adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang dekat Sumbawa, nekara Pejeng, nekara
Peguyangan, nekara Bebitra ketiganya dari Bali dan nekara Taunurejodan Temanggung.

Selain nekara ditemukan juga benda-benda perunggu lainnya seperti patung-


patung,peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun perhiasan-perhiasan. Penemuan benda
kebudayaan Dongson sangat penting bagi Indonesia. Benda-benda tersebut umumnya bercorak
Dongson, tanpa pengaruh budaya logam dari Cina maupun India.

Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan bahan-bahan yang digunakan. Contoh Nekara
Tipe Heger I memiliki kesamaan dengan nekara yang paling bagus dan tua di Vietnam. Nekara
ini memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar bergambar manusia, hewan, dan pola geometris.
Berdasarkan penemuan benda budaya Dongson diketahui carapembuatannya dengan
menggunakan teknik cetak lilin.

Masa ini telah terjadi tukar menukar dan perdagangan antarmasyarakat dengan alat- alat
gerabah dari perunggu sebagai komoditas barter. Selain itu, sebagai objek dari simbol
kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib

12
Ada beberapa hasil peninggalan kebudayaan Dongson, antara lain sebagai berikut.

1) Nekara perunggu

Nekara penunggu banyak di temukan di Bali, Pulau Sangeang (Sumbawa), Pulau Selayar,
Sumatra, Roti, Leti, Alor (Nusa Tenggara Timur), dan Kep. Kei. Bentuk nekara di
Indonesia Timur umumnya lebih besar dibandingkan nekara yang ditemukan Indonesia
Barat, seperti Jawa dan Sumatra. Orang Alor menyebut nekara kecil dengan nama moko.
Menurut penelitan nekarahanya digunakan pada saat upacara upacara ritual.

2) Bejana perunggu

Bejana ditemukan di Kerinci (Sumatra Barat) dan Madura. Keduanya memiliki hiasan
ukiran yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin
mirip huruf 'j'.

3) Arca perunggu

Daerah-daerah tempat penemuan arca seperti di daerah Bangkinang (Riau). Lumajang,


Bogor, dan Palembang.

4) Kapak corong

Kapak corong banyakditemukan di Sumatra Selatan. Jawa, Bali, Sulawesi Tengah,


Sulawesi Selatan, Pulau Selayar, dan daerah sekitar Danau Sentani, Papua. Jenis kapak
corong bermacam-macam ada yang kecil, besar,pendek. lebar, bulat, dan ada yang
panjang sisinya.

5) Perhiasan perunggu Perhiasan perunggu, banyak ditemukan di

a) Anyer (Banten),

b) Plawangan dekat Rembang Jawa Tengah),

c) Gilimanuk (Bali), dan

d) Melolo (Sumba).

12
III. Kebudayaan Sa-huynh
Kebudayaan sa-huynh diperkirakan berlangsung tahun 600 SM-1 M. Pada dasarnya,
kebudayaannya mirip dengan kebudayaan Dongson. Karena peralatan yang banyak dipakai
dalam kebudayaan Sa-huynh adalah dari kebudayaan Dongson.

a. Asal mula kebudayaan Sa-huynh

Kebudayaan Sa huynh ada di Vietnam dan akhir kebudayaan logam. Sa-huynh adalah
kampung pesisir di selatan Da Nang, di antara Thua Thein dan delta Sungai Dong Nai di
Provinsi Quang Nam, Vietnam. Kebudayaan ini menghasilkan alat perunggu yang memiliki
corak tersendiri. Pendukung kebudayaan ini adalah masyarakat yang berbahasa Austronesia
dari kepulauan Indonesia yang juga memiliki keahlian tinggi dalam bidang kerajinan.

Bahkan besi sudah digunakan masyarakat Sa-huynh ketika orang-orang Dongson masih
memakui perunggu. Ragam hiasnya juga ditemukan di Taiwan, Thailand,Filipina, dan
Indonesia.

Ragam hias gerabah Indonesia mendapat pengaruh dari tradisi gerabah Sa-huynh-
Kalanay (Vietnam-Filipina) dan Tradisi Bau-Melayu (Malaysia Timur). Tradisi pembuatan
gerabah ini berlangsung sejak zaman Mesolitikum Persebaran benda-benda penunggu
yangmelalui Indonesia diantaranya sebagai berikut:

1) Melalui jalur darat, yaitu Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia.

2) Melalui jalur laut, yaitu dengan menyeberangi lautan dan terus tersebar di daerah
kepulauan Indonesia.

b. Hasil-hasil kebudayaan Sa-huynh

Hasil-hasil kebudayaan Sa huynh, antara lain lingling-O, yaitu jenis anting- antingan
yang khas atau bandul kalung dengan kedua ujungnya berhias kepala hewan (kemungkinan
kijang). Ditemukan pada sejumlah tempat D iMuangthai. Vietnam, Palawan, dan Serawak.
Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur ditemukan Sa-huynh termasuk tembikar tembikar
yang berhasil ditemukan itu memiliki hiasan-hiasan garis dan bidang yang diisi dengan tera
tepian kerang. Kebudayaan Sa-huynh memiliki banyak persamaan dengan tempayan kubur
yang ditemukan di wilayah Laut Sulawesi.

12
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Masa praaksara merupakan masa di mana manusia belum mengenal tulisan atau
disebut nirleka yang sumber sejarah berasal belum mengena tulisa, sumber- dari fosil,
artefak, dan alat-alat yang digunakan pada masa Praaksara Perkembangan budaya
manusia Indonesia dapat digolongkan menjadi zaman batu dan zaman logam (perunggu).
Adapun corak kehidupannya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok
tanam. serta masa perundagian

Berbagai kebudayaan dari luar,seperti kebudayaan Hoabin. Bacson. Dongson, dan


Sa-huynh memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat awal di
Indonesia.Pengaruh tersebut melalui akulturasi budaya. Kebudayaan Bacson-Hoabin ini
diperkirakan berkembang pada zaman Mesolitikum. Istilah Bacson Hoabin pertama kali
digunakan oleh arkeolog Prancis yang bernama Madeleine Colani pada tahun 1920-an.
Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara.
Daerah ini merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tengga Kebudayaan
diperkirakan berlangsung 600 I-1 M. Kebudayaan Sa-huynh mirip dengan kebudayaan
Dongson karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa-huynh adalah dari
kebudayaan Dongson.

12
DAFTAR PUSTAKA
 Somaaji,Sri, dan Kuswara,Andhika Galyaputra.2016.Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.Depok.Arya Duta.

12

Anda mungkin juga menyukai