Anda di halaman 1dari 14

BELAJAR DARI KARAKERISTIK BANGSA JEPANG

DALAM MENGHARGAI KEBUDAYAAN

Fatonah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi
Jl. Lintas Jambi - Muara Bulian Km. 15, Kota Jambi
fatonah@gmail.com

Abstract: Learn From Japanese Characeristics In Respecting Culture. This study aims to produce
qualitative data through extrinsic approach, ie the views and assessment of researchers from neutral
eyeglasses to know and understand the Japanese life view, but it also aims to understand the
characteristics of Japanese nation in culture. The focus of this research is the understanding of the
Japanese society's life view and the characteristics of the Japanese in respecting the culture. Using a
descriptive method in the realm of culture. In conclusion, the characteristics of Japanese society reflect
a nation with high morality, strong mental and ethics, reflected in their values and norms of high
esteem, polite language, friendly attitude, uphold loyalty, great sense of feeling and respect The rights
of others, the Japanese are also obedient to law, order, discipline and very time-consuming and
honest. Fond of reading and happy to study. All of these things have become a culture for them.

Keywords: Japan, culture, characteristics, values, norms, religion, religion, beliefs.

Abstrak: Belajar dari Karakeristik Bangsa Jepang dalam Menghargai Kebudayaan. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan data kualitatif melalui pendekatan ekstrinsik, yaitu pandangan dan
penilaian peneliti dari kacamata netral guna mengetahui dan memahami pandangan hidup bangsa
Jepang, selain itu juga bertujuan untuk memahami karakteristik bangsa Jepang dalam budaya. Fokus
penelitian ini adalah pemahaman tentang pandangan hidup masyarakat Jepang dan karakteristi-
karakteristik bangsa Jepang dalam menghargai kebudayaan. Dengan menggunakan menggunakan
metode deskriptif dalam ranah kebudayaan. Simpulannya, karakteristik masyarakat Jepang
mencerminkan bangsa yang memiliki moralitas yang tinggi, mental dan etika yang kuat, tercermin
dalam nilai-nilai dan norma mereka junjung tinggi, memiliki budi bahasa yang sopan, sikap yang
ramah tamah, menjunjung tinggi kesetiaan, sangat menjagga perasaan dan menghormati hak orang
lain, bangsa Jepang juga taat pada hukum, tata tertip, disiplin dan sangat menghagai waktu dan
bersikap jujur. Gemar membaca dan senang menuntut ilmu. Semua hal tersebut sudah menjadi
budaya bagi mereka.

Kata Kunci: Jepang, budaya, karakteristik, nilai, norma, religi, agama, kepercayaan.

Pendahuluan terikat dengan kebudayaan yang kita


Bangsa yang besar adalah bangsa anut dari mulai lahir (bahkan sebelum
yang menghargai kebudayaan. Berbicara lahir) hingga wafat pun kita tidak bisa
tentang kebudayaan berarti berbicara melepaskan diri dari kebudayaan yang
tentang manusia. Karena manusia tidak kita anut.
bisa lepas dari kebudayaan, sebagaimana Kebudayaan itu sendiri ada karena
pernah dikemukakan oleh Prof. Deddy manusia. Manusialah yang menciptakan
Mulyana bahwa, “budaya kita secara pasti kebudayaan. Oleh karena itu manusia dan
mempengaruhi kita sejak dalam kebudayaan tidak dapat dipisahkan.
kandungan hingga mati, bahkan setelah Budaya berkenaan dengan cara hidup
mati pun kita dikuburkan dengan cara- manusia. Seperti yang dikemukakan oleh
cara yang sesuai dengan budaya kita.” Porter dan Samovar.1 bahwa, Manusia
Dengan kata lain, sebagai manusia kita belajar berpikir, merasa, mempercayai dan
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

mengusahakan apa yang patut menurut dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan
budayanya. Bahasa, persahabatan, satu sama lain, karena dalam
kebiasaan makan, praktik komunikasi, kehidupannya tidak mungkin tidak
tindakan-tindakan sosial, kegiatan- berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan,
kegiatan ekonomi dan politik, dan setiap hari manusia melihat dan
teknologi, semua itu berdasarkan pola- menggunakan kebudayaan. Sebagaimana
pola budaya. Soekmono mengatakan bahwa
Dewasa ini banyak orang asing atau kebudayaan dan masyarakat tidak dapat
bangsa lain yang sengaja mempelajari dipisahkan. Kebudayaan akan selalu ada
semua hal tentang negara yang terkenal jika masih ada masyarakat
dengan nama negeri matahari terbit ini, pendukungnya. Masyarakat memiliki sifat
baik itu dari segi pemasaran, teknologi, tumbuh kembang sesuai jaman dimana
ilmu pengetahuan dan praktek masyarakat tersebut hidup. Kebudayaan
manajemen khas Jepang, sejarah, bahasa, akan terus tumbuh dan berkembang
adat-istiadat dan budaya, maupun secara otomatis sesuai dengan
kepribadian hingga pada keyakinan dan perkembangan dan pertumbuhan
pandangan orang Jepang terhadap religi masyarakat.
(agama) atau kepercayaan. Semua dirasa Sehubungan degan hal itu,
penting dan sah-sah saja untuk dipelajari kebudayaan menurut Edward B.Tylor
dan ketahui. sebagai keseluruhan yang kompleks
Homogen, modern, kaya budaya, meliputi pengetahuan, kepercayaan,
teknologi yang canggih dan ekonomi yang kesenian, hukum, moral, adat dan
maju tidak ada yang meragukannya. Sifat berbagai kemampuan serta kebiasaan
homogen kepribadian Jepang menjadikan yang diperoleh manusia sebagai anggota
negeri ini unik dan menarik. Keunikan masyarakat sedangkan, Cliffort Geert
tersebut selain tercermin pada aksara juga mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu
terlihat dalam pandangan mereka sistem simbol dari makna-makna.
terhadap religi, kepepercaan, sikap, nilai Kebudayaan mengacu pada suatu pola
dan norma-norma yang mendasari makna-makna yang diwujudkan dalam
karakteris-karekteristik bangsa Jepang simbol-simbol yang diturunkan secara
dalam menghargai kebudayaan. historis, suatu sistem gagasan-gagasan
yang diwarisis yang diungkapkan dalam
A. Manusia dan Kebudayaan bentuk-bentuk simbolik yang dengannya
Manusia dalam kesehariannya tidak manusia menyampaikan, melestarikan,
akan lepas dari kebudayaan, karena dan mengembangkan pengetahuan
manusia adalah pencipta dan pengguna mereka mengenai sikap dan pendirian
kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup mereka terhadap kehidupan. Senada
karena adanya kebudayaan, sementara itu dengan definisi tersebut, Ralp Linton
kebudayaan akan terus hidup dan memberikan definisi kebudayaan sebagai
berkembang manakala manusia mau perilaku berpola yang dipelajari oleh
melestarikan kebudayaan dan bukan setiap individu semenjak lahir.2
merusaknya. Dengan demikian manusia

120
Fatonah
Belajar dari Karakeristik Bangsa Jepang dalam Menghargai Kebudayaan

Budaya mempengarui dan menarik orang lain agar turut serta dalam
dipengarui oleh setiap aktivitas manusia. kebersamaan.
Cara kita berpikirpun dapat tekondisikan Komunikasi, baik dalam aktivitas
dari kebudayaan itu sendiri. Budaya juga simbolis, proses, maupun pertukaran
merupaka suatu alat untuk memahami makna, selalu ada dalam beberapa bentuk,
perilaku manusia diseluruh bumi mana salah satunya dalam komunikasi budaya.
pun termasuk di negeri sendiri. Dengan Komunikasi itu meminjam istilah Liliweri
memahami kebudayaan suatu negara, jelas ‘serba ada’ dan ‘serba tempat’,
maka kita bisa memahami karakteristik artinya komunikasi itu serba ada karena
bangsa tersebut. Memahami budaya orang komunikasi itu ada dimana-mana.
lain akan mempermudah untuk Komunikasi dan kebudayaan seperti
berkomunikasi. dua sisi mata uang yang sama pentingnya.
Para ilmuan mengakui bahwa budaya dan
B. Komunikasi dan Budaya komunikasi itu mempunyai hubungan
Komunikasi dan kebudayaan timbal balik, seperti dua sisi dari satu
merupakan dua konsep yang tidak dapat mata uang. Budaya menjadi bagian dari
dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi perilaku komunikasi, dan pada gilirannya
dan kebudayaan yang terletak pada komunikasi pun turut menentukan,
variasi langkah dan cara manusia memelihara, mengembangkan atau
berkomunikasi melintasi komunitas mewariskan budaya. Edward T. Hall6
5

manusia atau kelompok sosial. Pelintasan


3 mengatakan “budaya adalah komunikasi”
komunikasi tersebut menggunakan kode- dan “komunikasi adalah budaya”.
kode pesan, baik secara verbal maupun Komunikasi dan budaya tidak bisa
nonverbal, yang secara alamiah selalu dipisahkan satu sama lain, karena masing-
digunakan dalam semua konteks masing saling mempengaruhi. Budaya
interaksi. membentuk komunikasi, dan komunikasi
Komunikasi merupakan suatu membentuk budaya. Sehingga budaya
proses ‘ritual’ sebagaimana yang menentukan cara seseorang
dikemukakan Carey yang menyatakan
4 berkomunikasi, misalnya bagaimana
bahwa komunikasi merupakan suatu budaya orang Jepang dalam
proses ‘ritual’ yang mengemukakan berkomunikasi dengan Tuhan atau Dewa
informasi melalui dua model, yaitu: (1) maupun dengan antar sesama manusia
model transmisi, yakni model yang tidak dengan menggunakan simbol-simbol
secara langsung mengutamakan perluasan bahasa nonverbal dan verbal maupun
pesan dalam ruang, tetapi diarahkan melalui perentara jimat. Semua ritual
untuk mengelola masyarakat dalam keagamaan mereka selalu lekat dengan
satuan waktu, model yang tidak budaya dan komunikasi. Karena budaya
mengutamakan tindakan untuk berkenaan dengan cara manusia hidup.7
mengambil bagian dalam informasi, tetapi mengemukan bahwa manusia belajar
representasi dari pertukaran keyakinan; berpikir, merasa, mempercayai dan
(2) sebagai pola dasar suatu ‘ritual’ untuk mengusahakan apa yang patut menurut
budayanya. Apa yang orang-orang

121
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

lakukan, bagaimana mereka bertindak, artinya sebuah pandangan yang tepat, dan
bagaimana mereka hidup dan kebudayaan mengajarkan kepada kita
berkomunikasi, merupakan respon-respon untuk memandang sesuatu secara
terhadap fungsi-fungsi dari budaya terfokus, secara tajam.
mereka. Dalam sudut pandang yang
Budaya didefinisikan Keesing’s8 sederhana tidak sedikit orang awam yang
sebagai ‘system of knowledge that allows us to memberikan arti bahwa kebudayaan itu
know how to communicate with others and to adalah seni. Namun perlu diketahui
interpret others behavior.” Pengertian bahwa kebudayaan bukan sekadar sebuah
budaya menurut Porter dan Samovar seni, kebudayaan melebihi seni itu sendiri
adalah, ‘the deposit of knowledge, experience, karena kebudayaan meliputi sebuah
beliefs, values, attitudes, meanings, jaringan kerja dalam kehidupan antar
hierarchies, religion, timing, roles, spatial manusia.9 Kebudayaan itu mempengaruhi
relationships, concepts of the universe, and nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan
material objects acquired by a group of people mempengaruhi sikap dan perilaku
in the course of generations through individual manusia. Dengan kata lain, manusia
and group striving.” Budaya merupakan menurut Liliweri merupakan aktor
tatanan pengetahuan, nilai, sikap, makna, kebudayaan karena manusia bertindak
hirarki, agama, waktu, peranan, dalam lingkup kebudayaan. Seperti
hubungan, ruang, konsep alam semesta, dipaparkan Porter dan Samovar.10 budaya
objek-objek materi dan milik yang berkesinambungan dan hadir dimana-
diperoleh sekelompok besar orang dari mana; budaya meliputi semua
generasi ke generasi. Definisi-definisi pengetahuan perilaku yang diterima
tersebut menyatakan bahwa budaya selama suatu periode kehidupan.
adalah sistem pengetahuan yang
memungkinkan manusia mengetahui B. Pandangan Hidup Masyarakat Jepang
bagaimana berkomunikasi dengan Secara Umum
manusia lain, dan diperoleh dari Setiap manusia di dunia memiliki
keanggotaannya dalam suatu masyarakat. beberapa pandangan hidup dalam sistem
Kebudayaan itu – meminjam istilah kepercayaan dan sistem nilai terpenting,
Liliweri – ibarat sebuah lensa. Dalam hal yang berkaitan dengan isu-isu filosofis
ini maksudnya, jika kita sedang memakai tentang kehidupan dan mungkin berbeda
lensa untuk meneropong sesuatu maka antara budaya yang satu dengan yang
kita akan memilih satu fokus tertentu dan lain. Seperti yang dipaparkan Mulyana,
dari fokus itu kita dapat membidik objek terdapat berbagai sistem kepercayaan dan
yang tepat. Objek tersebut menurut sistem nilai lebih spesifik yang dianut
Liliweri, bisa manusia atau binatang, seseorang mengenai berbagai aspek
benda atau bahkan gagasan, termasuk realitas, baik yang nyata ataupun yang
gagasan tentang dunia sekeliling. Kalau abstrak. Kepercayaan pada dasarnya
kita memandang sesuatu dari sudut adalah suatu persepsi pribadi. Ia merujuk
pandang kebudayaan maka kita akan kepada pandangan bahwa sesuatu
menjadikan kebudayaan sebagai sebuah memiliki ciri-ciri atau kualitas tertentu,
lensa seperti yang dimaksudkan Liliweri,
122
Fatonah
Belajar dari Karakeristik Bangsa Jepang dalam Menghargai Kebudayaan

terlepas dari apakah hal tersebut dapat karma dalam kehidupan. Selain empat hal
dibuktikan secara empiris (logis) atau di atas yang dikemukakan oleh
tidak.11 Danasasmita, ada dua hal lagi menurut
Sedangkan nilai merujuk kepada Aulia Fadhli yang perlu ditambahkan, dua
kepercayaan yang relatif bertahan lama hal lain yang sangat lekat dan menjadikan
akan suatu benda, tindakan, peristiwa, bangsa Jepang memiliki karakteristik,
fenomena (yang abstrak sekalipun) sebagai berikut;
berdasarkan kriteria tertentu. Jika Kelima, Jepang adalah bangsa yang
kepercayaan kognitif, maka nilai bersifat sangat menghargai tradisi dan memegang
evaluatif. teguh kebudayaan yang telah diwariskan
Untuk mengetahui tentang oleh pendahulunya.
pandangan hidup orang Jepang ini, Keenam, kehausan yang tak pernah
mungkin bisa kita lihat dari watak dan puas akan pengetahuan.13
kepribadian bangsa Jepang pada Dengan beberapa watak dasar inilah
umumnya, sebagaimana dikemukakan yang akhirnya membuat Jepang kembali
oleh Danasasmita12 bahwa, ada empat muncul kepermukaan dan memegang
karakteristik dari bangsa Jepang yang kendali salah satu nahkoda dalam
mendorong bangsa ini maju, yaitu: percaturan ekonomi internasional. Bahkan
Pertama, orang Jepang menghargai tidak hanya dari percaturan ekonomi
jasa orang lain. Hal ini dibuktikan dengan namun juga dari segi kebudayaan Jepang
ringannya mereka dalam mengatakan sangat unggul. Ditengah terpaan derasnya
arigatoo (terima kasih) ketika mendapat globalisasi dunia mereka tidak
bantuan orang lain dan tidak menganggap menghilangkan kebudaan asli mereka.
remeh jerih payah orang lain meskipun Kemajuan jaman bisa seiring dengan
bantuan itu tidak seberapa. tradisi budaya leluhur mereka.
Kedua, orang Jepang menghargai C. Karakteristik-Karakteristik Budaya
hasil pekerjaan orang lain, dilambangkan Jepang
dengan ucapan otsukaresamadeshita (maaf, Budaya memberi indentitas kepada
Anda telah bersusah payah). sekelompok orang atau bangsa.
Ketiga, perlunya setiap orang harus Bagaimana cara kita dapat
berusaha, dilambangkan dengan ucapan mengidentifikasi aspek-aspek budaya
ganbatte kudasai (berusahalah!). Jepang yang menjadikannya berbeda
Keempat, orang Jepang punya dengan bangsa kita atau bangsa lain?
semangat yang tidak pernah luntur, tahan Salah satunya adalah dengan menelaah
banting, dan tidak mau menyerah oleh aspek-aspek berikut.
keadaan yang terkenal dengan semangat 1. Komunikasi dan Bahasa
bushido (semangat kesatria). Sistem komunikasi baik verbal
Bangsa Jepang pada dasarnya, maupun nonverbal akan membedakan
memiliki kepribadian yang sangat suatu kelompok dangan kelompok
dipengaruhi oleh semangat bushido yang lainnya. Fungsi utama bahasa adalah
sangat asketik, berdisiplin tinggi, dan sebagai alat komunikasi atau alat interaksi
menjunjung tinggi kode etik dan tata yang hanya dimiliki manusia oleh karena

123
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

itu komunikasi dan bahasa adalah dua hal jarang juga bisa menjadi empat huruf bila
yang tidak dapat dipisahkan. Ada banyak ada kata yang ditulis dengan huruf
bahasa yang digunakan manusia di muka romanji (huruf Latin) sperti yang sudah
bumi ini, salah satunya bahasa Jepang. dikemukakan di atas dan syah-syah saja.
Basaha Jepang memiliki keunikan dan 2. Pakaian dan Penampilan
karakteristik tersendiri yang tidak terlepas Meliputi pakaian dan dandanan
dari budaya masyarakatnya. Mulai dari (make up) dan aksesoris yang melekat
akasaranya hingga body language. Dalam yang mengikuti. Seperti kita ketahui
tulisan bahasa Jepang bisa Jepang memiliki pakaian traditional khas
mengkombinasikan kanji, hiragana, kata yang sangat megah dan indah yang
kana dan romanji dalam satu kalimat atau dikenal dengan nama kimono. Sebagai
pragraf dan syah-syah saja hal tersebut pembeda dari pakaian Barat (yoofuku)
dilakukan dan terkadang konteksnya yang dikenak sejak zaman Meiji, orang
mengharuskan demikian. Jepang menyebut istilah pakaian
Hal demikian menurut sejarahnya tradisional Jepang sebagai wafuku. Nama
bermula melalui proses asimilasi dan lain kimono disebut gofuku. Kimono ini
adaptasi, segala sesuatu untuk yang biasanya dipakai berlapis-lapis, ada
masuk dari luar, lambat laun mengambil lapisan dalamnya bisa sampai dua lapis
gaya Jepang yang hakiki. Diantaranya (hadajuban dan juban) dan kimono
yang menjadi ciri khas dalam hal ini bahannya lebih tebal dan mewah.
adalah mengenai pengembangan aksara Biasanya harga kimono sangat mahal.
Jepang pada masa Heian dan ritual Tiap tenunan, motif, warna, bentuk atau
keagamaan. Rumitnya tulisan Cina jenis memiliki makna tersendiri. Kimono
dengan kanji-kanjinya, membuat bangsa untuk anak remaja yang belum menikah
Jepang menyerderhanakannya dengan akan berbeda dengan yang telah menikah.
membuat huruf hiragana dan katakana. Dari kimono juga bisa melihat status sosial
Hiragana digunakan untuk kata-kata yang pemakainya. Kimono biasanya dipakai
asli Jepang dan katakana untuk kata pada kesempatan formal atau istimewa
serapan dari bahasa asing, misalnya bus seperti pernikahan, upacara masuk
dan taxi dalam bahasa Inggris dalam sekolah, upacara seijin shiki (upacara
bahasa Jepang pengucapannya menjadi kedewasaan buat remaja yang memasuki
basu (バス)dan takusi (タクシー) dan ditulis usia 20 tahun), upacara minum teh.
dengan huruf katakana. Selain huruf Pakaian kimono tidak hanaya dipakai oleh
hiragana dan katakana bangsa Jepang juga wanita tetapi juga dipakai oleh kaum
tetap menggunakan huruf kanji, untuk prianya. Orang tua maupun anak-anak.
cara bacanya kanji terdapat dua cara, ada Pakaian kimono ini biasanya dipakai pada
hatsu on (pengucapannya) diambil dari saat musim dingin. Sementara pada saat
cara baca Cina yang disebut on yomi dan musim semi ketika cuaca hangat dan pada
cara baca Jepang disebut kun yomi. Dalam saat musim mau pun musim panas atau
bahasa Jepang, satu kalimat bisa keseharian biasanya mereka
menggunakan ketiga jenis huruf sekaligus menggunakan pakaian tradisional Jepang
(hiragana, katakana, kanji) dan tidak yang disebut yukata. Sama halnya seperti

124
Fatonah
Belajar dari Karakeristik Bangsa Jepang dalam Menghargai Kebudayaan

kimono bentuknya. Hanya saja yukata sumpit. Dan sebelum makan orang Jepang
bahannya lebih tipis atau lebih ringan dari akan membungkukkan badan sedikit
kimono. Harganya lebih terjangkau untuk dengan menempatkan tangan dipangkuan
semua kalangan dan pakaian dalamnya ketika duduk sambil mengucapkan kata
hanya satu lapis juban saja. Perlengkapan “itadakimasu” ucapan ini seperti rasa
penunjangnya sama menggunakan obi syukur mereka atas makanan yang
yang melilit pinggang dengan berbagai disajikan (kalau dalam agama Islam
kreasi yang indah. Memakai kimono atau seperti bacaan basmallah) meskipun kata
yukata biasanya delengkapi dengan make itadakimasi itu sendiri banyak diartikan
up yang lebih tebal dan cantik sehingga “selamat makan”. Pada saat makan cara
memberi kesan anggun dan berkelas. yang tepat adalah mengangkat mangkuk
Yukata bisa dipakai pada saat menikmati nasinya (bukan piring seperti budaya
sakura, festival bunga (hana matsuri), Indonesia) menggunakan tangan dan
festival obon, festival kembang api, tahun mendekatkannya ke mulut kita dan saat
baru dan lain-lain. memakannya dengan menggunakan
Dewasa ini, meski Jepang sangat sumpit. Sumpit juga digunakan untuk
tren dengan pakaian harajuku maupun mengambil hidangan di piring (lauk pauk
pakaian ala Barat namun pakaian seperti daging atau sayuran). Selain itu
tradisionalnya tidaklah diabaikan dan sama seperti dalam budaya Jawa
tidak tergrus oleh jaman. Hal ini bisa dianggap tidak sopan jika makan sambil
dilihat pada saat musim semi ketika mendengus, sendawa atau mengunyah
sakura bermekaran tidak sedikit mereka hingga terdengar oleh orang lain. Namun
menikamati musim bunga tersebut untuk makanan tertentu yang berkuah
dengan menggunakan pakaian tradisonal sperti sup, ramen, udon dan lain-lain
mereka. Begitupun saat festival kembang justru dianjurkan untuk menyeruput
api atau pada saat mereka mengunjungi dengan suara yang keras saat sedang
kuil-kuil untuk bersembayang. Bahkan menikmatinya karena hal ini dianggap
pakaian tradisonal mereka kimono dan yang memakan sangat menghagai
yukata menjadi daya tarik tersendiri masakan yang disajikan, menganggap
untuk wisatawan manca negara untuk masakan tersebut lezat dan nikmat. Dalam
mencoba memakainya dan mengabadikan budaya Jepang akan sangat tidak sopan
momen-momen tersebut. jika makanan yang disajikan tidak
3. Makan Minum dan Kebiasaan Makan dimakan sampai habis. Umumnya orang
Minum (Termasuk Tata Cara Minum Teh) Jepang akan memakan sampai butiran
Cara memilih, menyiapkan, nasi terakhir sebagi bentuk penghomatan
menyajikan makanan dan minuman serta terhadap tuan rumah atau penyaji. Setelah
cara memakan dan minumnya sering makan, orang Jepang tidak akan lupa
berbeda anatara budaya yang satu dengan mengucapkan kata “gochisousama
yang lainnya. Bangsa Jepang memiliki deshita” yang berarti “terimakasih atas
keunikan tersendiri dalam tatacara makan hidangannya” sebagai bentuk rasa
maupun minum. Misalnya tata cara terimakasih kepada orang yang
makan masyarakat Jepang mengunakan menyajikan atau tuan rumah.

125
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

Pada saat minum bersama-sama minum teh dalam budaya masyarakat


biasanya orang jepang akan memegang Jepang selain bisa membantu meditasi,
minumannya masing-masing sambil juga bermakna menjajaki tujuan hidup
semua mengangkat minumannya untuk dan mendorong timbulnya apresiasi
bersulang sambil mengucapkan kata terhadap alam. Falsafah atau spirit dari
“kanpai” yang pengertiannya sama dengan cha-no-yu atau chadoo (upacara minum teh)
“cheers” dalam budaya Barat. ini adalah wa-ke-sei-jyaku. Yang berarti wa
Upacara minum teh (cha-no-yu, sadoo adalah kedamaian, harmoni manusia,
atau chadoo) adalah ritual tradisional sementara kei adalah hormat kepada yang
Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. lebih tua, rasa kasih sayang kepada teman
Tradisi upacara minum teh barangkali atau yang lebih muda, dan sei adalah
adalah contoh paling tepat dalam kebersihan dan kebenaran juga
menggambarkan pandangan hidup melambangkan hati manusia yang tenang
masyarakat Jepang secara umum. dan santai, sedangkan jyaku adalah hal
Menurut Beasley, Upacara minum teh yang paling utama dari chadoo. Setelah teh
dalam budaya Jepang berasal dari Budha dibuatkan, teh akan diberikan oleh
Zen zaman dinasti T’ang, diperkenalkan sipembuat kepada orang pertama yang
kepada Jepang pada periode Kamakura. merupakan sebuah kehormatan bagi si
Dalam kaitan dengan keadaan ini cha-no- penerima, sehingga teh tersebut harus
yu (upacara minum teh) membuka diminum.
peluang untuk mengedepankan selera 4. Waktu dan Kesadaran akan Waktu
estetika, untuk memperoleh nama di Kesadaran akan waktu berbeda
kalangan para tuan tanah feodal dan atara budaya yang satu dengan budaya
kalangan orang biasa tetapi kaya. Dari sisi yang lainnya. Sebagian orang pada
politik, upacara minum teh membuka budaya tertentu akan tepat waktu dan
peluang untuk mengadakan pembicaraan sebagian orang lainnya di budaya tertentu
rahasia. Sementara dari sisi sosial, mungkin akan merelatifkan waktu. Dalam
mengingat tingginya harga yang budaya Jepang, umumnya masyarakat
dikenakan untuk minum semangkuk teh Jepang sangat ketat untuk masalah waktu.
terbaik, mungkin diimpor dari Cina atau Masyarakat Jepang memiliki kedisplinan
diramu di Jepang, upacara itu yang sangat tinggi. Orang Jepang sangat
memungkinkan orang memamerkan menghargai waktu. Jika berjanji atau
kekayaan tanpa mencolok mata.14 Dalam mengadakan pertemuan dengan orang
sado atau cha-no-yu, tata cara yang diatur Jepang jangan melakukan kesalahan
sangat halus dan teliti dalam dengan datang terlambat karena mereka
menghidangkan dan meminum teh hijau, sangat tepat waktu. Batas waktu terlambat
dalam tradisi upacara minum teh ini hanya 2-3 manit, lewat dari 3 manit
terdapat rangkaian seni yang mendalam, mereka akan meninggal kan tempat. Jika
yang membutuhkan pengetahuan luas akan datang terlambat sebaiknya memberi
dan kepekaan yang sangat halus, selain itu tahu dari awal dengan mengemukakan
juga mencerminkan kebersamaan dengan alasan dan permohonan maaf bahwa anda
anggota keluarga atau kerabat. Upacara akan datang sedikit terlambat.

126
Fatonah
Belajar dari Karakeristik Bangsa Jepang dalam Menghargai Kebudayaan

Mengutip dari Nufransa (dalam menghargai orang lain. Misalnya, saat kita
blog Nurfransa.wordpress.com) dirunut (orang asing) menyapa dan mengajak
ke akarnya, ternyata sala satu budaya mereka mengobrol dalam bahasa Jepang,
displin waktu ini bermula dari budaya maka mereka akan membalas dengan
bercocok tanam padi pada jaman dahulu. sangat ramah dan sopan, entah kosa kata
Negeri sakura ini memiliki empat jenis dan tata bahasa Jepang kita benar atau
musim setiap tahunnya, sehingga mereka kurang sempurna ( dengan kata lain
hanya dapat memanen padi sekali masih belepotan) mereka tetap sangat
setahun. Dengan kondisi tersebut, para menghargai dan mereka tetap akan
petani padi Jepang zaman dahulu dipaksa memuji dan memberi semangat, biasanya
dan harus berdisiplin waktu agar padi mereka akan mengatakan “nihongo ga
yang mereka tanam sesuai dengan musim jouzu desu ne” dengan senyum tulus dan
panennya. Bila gagal panenya itu, berarti ramah. Ucapan tersebut merupakan
mereka tidak bisa makan nasi selama penghargaan atau pengakuan buat kita.
setahun. Kebiasaan bertahun-tahun dalam Untuk karyawan yang kinerjanya bagus
bercocok tanam membuatnya menjadi maka atasan orang Jepang tidak akan
suatu kebiasaan dan budaya bagi sungkan memberi penghargaan seperti
masyarakat Jepang. kenaikan pangkat, gaji atau pun memberi
Segala sesuatunya dibuat bonus. Contoh lain adalah masyarakat
berdasarkan waktu yang telah diatur. Jepang sangat menghargai guru. Berbeda
Jadwal kereta, bus, kapal, pesawat dan dengan kebanyak negara lain. Masyarakat
transportasi lainnya dibuat secara tepat Jepang sangat menghomati dan
waktu sehingga membuat kepastian bagi menghargai profesi guru. Sehingga
orang yang hendak berpergian dari suatu mereka memanggil guru/dosen dengan
tempat ke tempat lainnya. Di stasiun- sebutan “sensei” . Selain guru orang
stasiun kereta mau pun di jalan-jalan di Jepang juga sangat menghargai dan
Jepang akan terlihat semua orang berjalan menghormati orang yang lebih tua
dengan ritme yang cepat. Tidak ada yang darinya. Sehingga tercermin dari pola
berjalan santai apa lagi di jam-jam sibuk, bahasanya ada yang disebut dengan pola
masyarakat Jepang berjalan terlihat sonkeigo bentuk sopan digunakan untuk
seperti setengah berlari terutama di jam- berbicara kepada orang yang lebih tua
jam sibuk pagi hari. atau yang kedudukannya lebih tinggi dan
5. Penghargaan dan Pengakuan pola kenjougo digunakan merendahkan
Menurut Harris dan Moran, suatu diri pembicara didepan yang lebih tua
cara lain untuk menghormati suatu atau kepada yang lebih muda dari
budaya dengan memperhatikan cara dan pembicara untuk menunjukan kasih
metode memberikan pujian bagi sayang.
perbuatan-perbuatan baik dan berani, 6. Nilai dan Norma
lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain Menurut Hariris dan Moran.15
penyelesaian tugas. Bangsa Jepang sistem kebutuhan bervariasi, sebagaimana
termasuk bangsa yang pandai prioritas-perioritas yang melekat pada
menghargai. Orang Jepang sangat perilaku tertentu dalam kelompok.

127
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

Mereka yang menginginkan kelangsungan Supermarket, toko atau pun pasar saat
hidup, menghargai usaha-usaha mereka menyebutkan harganya dan kita
pengumpulan makanan, penyediaan kasih sejumlah uang seperti koin mereka
pakaian dan perumahan yang memadai, benar-benar mengambil sesuai dengan
sementara mereka yang mempunyai harga yang tertera, tidak akan mengambil
kebutuhan lebih tinggi menghargai lebih dari uang yang kita sodorkan. Jika
materi, uang, gelar-gelar pekerjaan, melaku kesalahan orang Jepang dengan
hukum dan keteraturan. Jepang adalah jujur akan mengakui. Orang Jepang
menganut nilai-nilai dan norma yang mengenal budaya malu oleh karena itu
tinggi. Jepang sangat menghargai waktu, terkadang untuk mengatasi hal tersebut
pekerjaan, hukum dan keteraturan. Hal mereka mengambil langkah harakiri
ini tercermin dari kehidupan masyarakat (bunuh diri ala Jepang).
Jepang yang tertib dan teratur serta Masyarakat Jepang juga memiliki
menjunjung tinggi nilai kejujuran. Jepang norma dan nilai kolektivitas. Dalam suatu
bisa dikatakan masyarakat yang paling perusahaan manager muda tidak akan
jujur. Hal ini terlihat dari pola tingkah mengambil keputusan tanpa terlebih
laku masyarakatnya yang sangat tertib dahulu berkonsultasi atau memberitahu
mulai dari antri, mesekipun mereka atasannya (para tetua di perusahan
sangat menghargai dan ketat dalam hal tersebut). Bukan berarti mereka tidak bisa
waktu tetapi mereka tidakan akan mengambil keputusan tapi karena mereka
menyerbot atau mengambil yang bukan menganut budaya kolektivitas
hak mereka. banyak contoh kasus menghormati (sedikit basa-basi) dan
misalnya ada barang yang tertinggal di mengutamakan pemikiran yang lebih tua,
kereta, bus atau di stasiun atau pun yang sudah berpengalaman. Sebagaimana
tempat umum lainnya tidak akan hilang, diungkapkan Mulyana bahwa, dalam
pemiliknya bisa kembali lagi ketempat masyarakat kolektivitas komunikasi antar
semula meskipun sudah beberapa hari, manusia lebih rumit daripada dalam
biasanya barang yang ditemukan akan masyarakat individualis, untuk menjaga
dititipkan kepada petugas stasiun, atau hubungan serasi dengan orang lain, orang
pada polisi. Alih-alih menggambil kolektivitas cenderung berbasa-basi, kalau
biasanya mereka dengan baik hati perlu berbohong, agar orang yang
bersedia mengantarkan atau mengirim dihadapinya merasa senang atau
kepada alamat yang punya tanpa ada setidaknya tidak tersinggung. Kolektivitas
pamrih. Orang Jepang juga terkenal di Jepang ini lebih kuat daripada di
dengan keramatamahannya dan tulus. Indonesia atau negara lain. Masyarakat
Jika bertanya tetentang alamat di Jepang koletivitas seperti Jepang ini menekankan
pada penduduk atau orang Jepang, komunitas, kolaborasi, kepentingan
mereka dengan sopan dan ramah akan bersama, harmoni, tradis, kebaikan
menjelaskan dan dengan suka rela mereka bersama, menjaga martabat dan terhindar
mengantarkan kita sampai ketempat yang dari rasa malu.
benar-benar kita faham (seperti stasiun) Norma lain yang juga dianut orang
atau ketempat tujuan. Jika berbelanja di Jepang adalah rasa terimakasih dan balas

128
Fatonah
Belajar dari Karakeristik Bangsa Jepang dalam Menghargai Kebudayaan

budi. Hal ini tercermin dari sikap orang perpaduan budaya tradisional di bawah
Jepang yang selalu mengucapkan pengaruh Asia dan budaya modern Barat.
terimakasih yang berlebih, seperti; Hal ini tercermin dalam keseharian
“terimakasih, maaf sudah merepotkan mereka yang sangat menghormati
anda” sambil membungkukan bandan. peninggalan sejarah hingga ke arwah
Hal ini akan diulang lagi ketika bertemu nenek moyang. Kelebihan bangsa Jepang,
laki ke esokan hari atau sore harinya, kemajuan teknologinya tidak membuat
mereka tetap akan mengucapkan lagi mereka meninggalkan tradisi leluhur
terimakasih terhadap apa yang sudah kita mereka, seperti festival obon, yang
lakukan. dimaksud untuk penghormatan dan
Melalui nilai dan norma keseharian pemanggilan arwah leluhur mereka pada
masyarakat Jepang, bisa dilihat bahawa waktu-waktu yang sudah ditentukan,
Bangsa Jepang terkenal sangat upacara minum teh (sado atau cha-no-yu),
menjunjung tinggi moralitas nilai seni merangkai bunga (ikebana), seni
kesetiaan, ketulusan kejujuran dan melipat kertas (origami), persembahan
pengabdian. Semua hal tersebut menjadi bunraku (teater boneka), teater kabuki,
suatu yang sangat dihormati dan festival hanami, serta makanan Jepang
diagungkan. dan lain sebagainya.
7. Kepercayaan dan Sikap Berkaitan dengan kepercayaan dan
Pandangan hidup suatu bangsa sikap ini dalam penelitian tesis saya yang
barkaitan erat dengan sistem kepercayaan berjudul “Pemaknaan Jimat sebagai
dan keanekaragamannya. Kita telah Simbol Religi bagi Mahasiswa Jepang”
menganut berbagai kepercayaan sejak kita terungkap bahwa, Prinsip hidup orang
lahir, yang ditanamkan oleh lingkungan Jepang menurut Sumiko menganut
kita, terutama keluarga. Misalnya, pemahaman pada “aminizumu” yaitu,
beberapa kepercayaan seperti; berdoa hidup selaras dengan alam, diantaranya;
membantu menyembuhkan penyakit, percaya pada kekuatan alam, air, angin,
tidak boleh mandi malam nanti kena api dan pepohonan. Sumiko memaparkan
reumatik, anak gadis tidak boleh duduk di bahwa:
depan pintu nanti jauh jodoh, memakai “orang Jepang umum tidak terlalu
baju warna hitam tanda berduka, dan lain mementingkan agama, bayak yang tidak
memiliki agama dan tidak mengerti tentang
sebagainya. agama yang mereka anut. Berbeda dengan
Jepang merupakan salah satu masyarakat di Indonesa yang beragama dan
bangsa di dunia yang sangat kuat rajin beribadah. Di Jepang bebas mau
menghargai tradisi dan kebudayaan yang mengikuti ritual agama mana saja. Seperti
pada waktu prosesi pernikahan, boleh secara
diwariskan oleh nenek moyang mereka. Kristen atau Budha, dan sehari-hari boleh
Sepanjang sejarahnya, Jepang telah mau mengikuti pemahaman agama apapun,
menyerap banyak gagasan dari negara- boleh juga tidak memilikinya tapi pada saat
meninggal biasanya menggunakan prosesi
negara lain termasuk teknologi, adat-
cara agama Budha. Orang Jepang pandangan
istiadat, dan bentuk-bentuk hidupnya, umumnya menganut pemahaman
pengungkapan kebudayaan. Gaya hidup aminizumu yaitu hidup selaras dengan alam,
orang Jepang dewasa ini merupakan percaya pada alam, air dan pohon”.16

129
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

Hal senada juga dikemukakan oleh sikap mereka yang santai dalam
Mai (21). Menurut Mai pandangan memanistasikan agama atau kerpercayaan
hidupanya adalah: berdasarkan ide genze riyaku.
“berusaha menjadi selalu menjadi baik. 8. Proses Mental dan Belajar
Karena Tuhan itu ada begitu banyak, seperti Sebagaimana kita ketahui beberapa
matahari, angin, dan roh-roh manusia kalau
sudah meninggal. Oleh karena itu ketika
budaya menekankan aspek
hidup harus menjadi orang baik.agar bisa perkembangan otak ketimbang lainnya.
menjadi Tuhan pada tingkatan yang lebih Sehingga menurut Harris dan Morgan,
tinggi, kalau jahat atau berkelakuan jelek saat orang dapat mengamati perbedaan-
mati akan menjadi Tuhan pada tingkatan
yang rendah. Hidup harus selaras dengan perbedaan yang mencolok dalam cara
alam, karena Tuhan seperti matahari, angin, orang-orang berpikir dan belajar.
pepohonan dan lain-lain akan melihat.nanti Antropolog Edward T. Hall.19
bisa dikutukNya.”17
berpendapat bahwa pikiran adalah
Meskipun Jepang merupakan
budaya yang terinternalisasikan, dan
bangsa yang modern dan maju dalam
prosesnya berkenaan dengan bagaimana
berbagai bidang, tetapi dalam religi atau
orang mengorganisasikan dan memproses
kepercayaan, sikap dan pandangan
informasi. Kehidupan dalam suatu
mereka memiliki keanekaragaman, dari
budaya tertentu menetapkan pahala atau
beberapa literatur dan hasil wawancara
hukum-hukum untuk mempelajari atau
peneliti dengan beberapa orang Jepang
tidak mempelajari informasi tertentu, dan
dan orang-orang Indonesia yang pernah
ini ini ditegaskan dan diperkuat oleh
berhubungan atau dekat dengan orang
kebudayaan yang mereka anut. Maka
Jepang, menghasil bahwa, sesungguhnya
masyarakat Jerman menekankan pada
agama di Jepang dipahami dan dihayati
Logika, sedangkan masyarakat Jepang
dengan ringan. Nyaris semua aktivitas
menolak sistem Barat. Seperti halnya,
beragama di Jepang bersandar pada ide
bangsa Jepang tidak menganggap perlu di
genze riyaku. Tidak peduli Budha atau
sekolah-sekolah kurikulum agama.
Shinto. Genze riyaku adalah praktek
Bangsa Jepang lebih pada penanam
beragama, beribadah, berdoa yang lebih
karakter sejak dini untuk membentuk
ditujukan demi keuntungan duniawi.
etika dan mental yang tangguh. Kita lihat
Sebagaimana dikemukan oleh Atniga
misalnya contoh kasus, di sekolah-sekolah
Tayadih,18 “Agama di Jepang dipahami
Jepang anak-anak harus kebersihan kelas,
dan dihayati dengan ringan. Enteng.
toilet dan lingkungan sekolahnya sendiri
Santai. Tidak beda dengan
setiap hari sebelum proses belajar. Dalam
memperlakukan dimensi kehidupan
hal ini, Anak- anak diajarkan memiliki
material yang lain.” Meskipun dalam
tanggung jawab pada tugasnya dan
kehidupannya orang Jepang bisa
niajarkan nilai kerja sama
melakukan beberapa ritual agama
bergotongroyong. Berbeda dengan pola
sekaligus namun tidak sedikit pula orang
pendidikan di sekolah-sekolah Indonesia,
Jepang yang tidak mempercayai
membersihkan kelas atau toilet
keberadaan Tuhan alias tidak memiliki
merupakan hukuman jika anak-anak
pegangan agama apapun dalam
melakukan kesalahan. Dari kasus diatas
keseharian mereka. Hal sebut dikarenakan

130
Fatonah
Belajar dari Karakeristik Bangsa Jepang dalam Menghargai Kebudayaan

terlihat bahawa bangsa Jepang aktivitas masyarakatnya membaca, dari


memanapkan nilai luhur untuk generasi tua hingga generasi muda. Hal
bertanggung jawab, menjaga ini, sangat ber bedah jauh dengan bangsa
keseimbangan dengan alam melalui kita Indonesia yang minat bacanya masih
kebersihan dan kerjasama team atau minim.
bergotong royong. Jika nilai-nilai tersebut 9. Hubungan-Hubungan
diajarkan sejak dini maka anak-anak Bangsa Jepang sangan menghargai
berlajar bertanggung jawab dengan hubungan baik, jangankan kepada
demikian akan menjadi karakter mereka manusia, bangsa Jepang terkenal menjaga
hingga dewasa dan membudaya hubungan baik dengan, hewan, arwah
selamanya. nenek moyang (melalui festival obon) dan
Menurut Fadhli Minat dan kecintaan alam. Mereka hidup selaras dengan alam,
bangsa Jepang terhadap ilmu membuat tidak merusak alam. Seperti yang
mereka merendahkan diri untuk belajar dipaparkan beberapa orang Jepang dalam
dan memanfaatkan apa yang telah mereka penelitian tesis saya terdahulu. Prinsip
pelajari. Ciri utama bangsa, yaitu hidup orang Jepang menurut Sumiko
kehausan yang tak pernah puas akan menganut pemahaman pada “aminizumu”
pengetahuan. Sebagai mana kita ketahui yaitu, hidup selaras dengan alam,
minat baca masyarakat Jepang sangat diantaranya; percaya pada kekuatan alam,
tinggi, sangat wajar jika bangsa Jepang air, angin, api dan pepohonan. Sumiko
sangat maju dalam bidang pendidikan. memaparkan bahwa: “orang Jepang
Terkait dengan minat baca Jepang umum tidak terlalu mementingkan
yang sangat tinggi ini, jika kita berada agama, bayak yang tidak memiliki agama
disudut mana pun kota-kota bahkan desa- dan tidak mengerti tentang agama yang
desa di Jepang, kita akan menemukan mereka anut. Orang Jepang pandangan
orang-orang yang diam sedang membaca, hidupnya, umumnya menganut
baik itu di taman, diterminal, di pemahaman aminizumu yaitu hidup
kendaraan umum seperti bus, kereta selaras dengan alam, percaya pada alam,
bahkan di pesawat pun kita akan melihat air dan pohon”.20
pemandangan yang tidak asing lagi, Tidak beda dengan orang Jepang
orang-orang Jepang sedang membaca lainnya, Mai juga mengungkapkan bahwa;
buku atau membaca lewat kecangihan “berusaha menjadi selalu menjadi baik.
smart phone mereka. mereka tidak akan Karena Tuhan itu ada begitu banyak, seperti
matahari, angin, dan roh-roh manusia kalau
membuang atau membiar wakatu mereka sudah meninggal. Oleh karena itu ketika
terbuang percuma atau sia-sia tanpa hidup harus menjadi orang baik.agar bisa
memanfaatkan waktu sebaik mungkin. menjadi Tuhan pada tingkatan yang lebih
tinggi, kalau jahat atau berkelakuan jelek saat
Membaca bagi kebanyakan orang Jepang
mati akan menjadi Tuhan pada tingkatan
bukan merupakan kegiatan yang yang rendah. Hidup harus selaras dengan
dipaksakan, tetapi karena dalam diri alam, karena Tuhan seperti matahari, angin,
mereka telah tertanam suatu sifat pepohonan dan lain-lain akan melihat.nanti
bisa dikutukNya.”21
kebutuhan akan bacaan. Akibatnya, tidak
Dari dua pernyataan tersebut
heran bila kita lihat disudut mana pun
terlihat bahwa orang Jepang mempercayai

131
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

adanya kehidupan setelah kematian


6Dikutip dari Deddy Mulyana. 2003.
(renkarnasi) oleh karena itu mereka sangat 7Mulyana (2006:18)
menjaga hubungan baik. Ketika hidup 8Gudykunst dan Kim, 1992: 13
9Liliweri, 2003: 7).
harus menjaga hubungan baik dengan
10Mulyana dan Rakhmat, 2006:18
manusia, hewan, alam dan roh nenek 11Komunikasi Efektif, 2004: 43.

moyang agar dikehidupan selanjutnya 12Fadhli, 2007: 97


13Fadhli, 2007: 97-98.
bisa menjadi yang lebih baik lagi. 14Beasley, 2003: 146.
15Mulyana, 2006
16Wawancara dengan Sumiko, UPT
Simpulan
Kebahasaan dan Kesenian UNPAD, Selasa, 24 April
Budaya mempengarui dan 2009 jam 10.00 – 11.30 wib.
dipengarui oleh setiap aktivitas manusia. 17Wawancara dengan Mai Namihira, di

Cara kita berpikirpun dapat tekondisikan kantin sakinah, Sabtu, 15 Agustus 2009 jam 17.00
wib.
dari kebudayaan itu sendiri. Budaya juga 18http ://blogguebo.blogspot.com
19Mulyana, 2006
merupaka suatu alat untuk memahami
20Wawancara dengan Sumiko, UPT
perilaku manusia diseluruh bumi mana Kebahasaan dan Kesenian UNPAD, Selasa, 24 April
pun termasuk di negeri sendiri. Dengan 2009 jam 10.00 – 11.30 wib.
21Wawancara dengan Mai Namihira, di
memahami kebudayaan suatu negara,
kantin sakinah, Sabtu, 15 Agustus 2009 jam 17.00
maka kita bisa memahami karakteristik Beasley, W. G. 2003. Pengalaman Jepang.
bangsa tersebut. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia dan
Karakteristik masyarakat Jepang Kabudayaan: Sebuah Esai Tentang Manusia. Jakarta:
mencerminkan bangsa yang memiliki Gramedia.
Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang
moralitas yang tinggi, mental dan etika
Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta: Pustaka
yang kuat, tercermin dalam nilai-nilai dan Utama Grafiti.
norma yang tinggi, memiliki budi bahasa Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi
Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada
yang sopan, sikap yang ramah tamah, University Press.
menjunjung tinggi kesetiaan, sangat Fadhli, Aulia. 2007. Menjadi Pemenang
Seperti Bangsa Jepang. Yogyakarta: Pinus Book
menjagga perasaan dan menghormati hak
Publisher.
orang lain, bangsa Jepang juga taat pada Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori
hukum, tata tertip, disiplin dan sangat Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.
Kuntowijoyo. 1987, Manusia dan Kebudayaan.
menghagai waktu dan bersikap jujur. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Gemar membaca dan senang menuntut Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Dalam
Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LkiS.
ilmu. Semua hal tersebut sudah menjadi
Mulyana, Deddy & Rakhmat, Jalaludin.
budaya bagi mereka. banyak hal positif 2006. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja
yang bisa kita terapkan sebagai pelajaran Rosdakarya.
----------------------. 2004. Komunikasi Efektif.
untuk menjadi bangsa yang berbudaya Bandung: Remaja Rosdakarya.
baik. ----------------------. 2004. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Referensi Reischauer, Edwin O. 1982. The Japanese.
Amerika: The Belknap Press of Haervard University
1Mulyana, 2006: 18. Press.
2Pujileksono,2015:24-25. Sudjianto. 2002. Kamus Istilah Masyarakat dan
3Liliweri,
2003: 12. Kebudayaan Jepang. Bekasi-Indonesia: Kesaint Blanc.
4Dikutip
dari Liliweri (2003) dalam Makna Wakaba. 1989. Jepang Dewasa Ini. Tokyo:
Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. International Society for Educational Information,
5Mulyana, 2003: 4. Inc.

132

Anda mungkin juga menyukai