Anda di halaman 1dari 6

Menanamkan Sikap Budaya Lokal di Era Globalisasi pada Anak SD

Denis Desfriyati¹, Arfi Purnama Nur Indah², Tin Rustini³, Muh.Husen Arifin⁴

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Daerah Cibiru ¹²³⁴

Email: denisdesfriyati09@upi.edu ¹, arfipurnama491@upi.edu ², tinrustini@upi.edu ³,


muhusenarifin@upi.edu ⁴

ABSTRAK
Di era globalisasi, karakter yang muncul pada anak SD yaitu anak-anak cenderung dipengaruhi oleh globalisasi.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan pola perilaku anak SD yang menunjukkan merosotnya nilai-nilai karakter dalam
tiap individu. Misalnya seperti kurang sopan santun, mencontek saat ujian, kurangnya kepekaan sosial dan lain
sebagainya. Metode yang digunakan untuk tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif dan studi literatur. Serta
dilakukan juga metode studi kepustakaan yang dilakukan yaitu dengan cara mengumpulkan data dengan
membaca dan menelaah literatur yang telah ditemukan oleh peneliti lain yang berhubungan dengan topik dan
masalah yang berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan topic “Menanamkan Sikap Mencintai
Budaya Lokal di Era Globalisasi Pada Anak SD”. Ditengah maraknya arus perkembangan zaman yang masuk ke
Indonesia, Seiring dengan kemajuannya zaman kebudayaan lokal yang ada disuatu daerah mulai dilupakan.
Kesadaran masyarat untuk mau menjaga kebudayaan yang mereka miliki masih terbilang minim. Karena anak-
anak pada zaman sekarang ini lebih tertarik dengan budaya asing yang sudah masuk ke wilayah yang dimilikinya,
karena budaya asing yang masuk tersebut lebih bersifat prakris dan sesuai dengan perkembangan zaman yang
sedang trend.
Kata kunci: Budaya Lokal, Globalisasi, Anak Sekolah Dasar, Budaya Lokal, Globalisasi.

ABSTRACT
In the era of globalization, the characters that appear in elementary school children, namely children tend to be
influenced by globalization. This can be shown by the behavior patterns of elementary school children which show
the decline in character values in each individual. For example, such as lack of manners, cheating on exams, lack of
social sensitivity and so on. The method used in this paper is descriptive qualitative and literature study. As well as
a literature study method is carried out, namely by collecting data by reading and reviewing the literature that has
been found by other researchers related to topics and problems related to problems related to the topic "Instilling
an Attitude of Loving Local Culture in the Era of Globalization in Elementary School Children. ". In the midst of
rampant currents of development that entered Indonesia, along with the progress of the times, local culture in an
area began to be forgotten. Public awareness to want to maintain the culture they have is still minimal. Because
children today are more interested in foreign cultures that have entered their territory, because the incoming
foreign cultures are more practical and in accordance with the times that are trending.

Keywords: Local Culture, Globalization, Elementary School Children.

~ 128 ~
PENDAHULUAN Oleh karena itu guru sebagai tenaga
Negara Indonesia merupakan negara pendidik harus memberikan penguatan
yang sarat akan keragaman dan kekayaan kepada anak kebudayaan harus senantiasa
budaya. Beragam suku bangsa mendiami dilestarikan. Jika budaya asing jika tidak di
pulau-pulau yang terbentang dari sabang filter dengan baik akan mengakibatkan
sampai merauke. Bentang alam yang luas budaya lokal akan semakin tertinggal dan
dan kaya akan keunikan jenis flora dan bahkan perlahan- lahan akan mulai
fauna. Hal ini membuat Indonesia menjadi dilupakan, hal tersebut tidak boleh terjadi
surga dunia yang memiliki keunikan dan karena sebagai generasi penerus bangsa
keberagaman. Akan tetapi, keberagaman itu yang seharusnya bisa memperkenalkan
dapat menjadi bumerang yang dapat budaya lokal kepada dunia.
merusak persatuan ketika tidak terawat
dengan baik, serta lebih mementingkan METODE PENELITIAN
masing-masing golongan. (Saidah et al., Metode yang digunakan untuk
2020) tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif dan
Saat ini, banyak kebudayaan- studi literatur. Pada hakikatnya, penelitian
kebudayaan asing masuk ke Indonesia deskriptif kualitatif adalah suatu metode
dengan mudahnya. Hal itu tidak bisa dalam meneliti status se- kelompok
dihindari, terlebih karena adanya pengaruh manusia, suatu objek dengan tujuan
globalisasi di zaman sekarang yang sudah membuat deskripsi, factual dan akurat
sangat maju perkembangan teknologinya. mengenai fakta-fakta yang diselidiki. Serta
Era globalisasi ditandai dengan adanya dilakukan juga metode studi kepustakaan
perkembangan teknologi, telekomunikasi, yang dilakukan yaitu dengan cara
dan transportasi, sejak awal abad ke-20. mengumpulkan data dengan membaca dan
Globalisasi memberikan kemudahan bagi menelaah literatur yang telah ditemukan
manusia di dunia untuk berinteraksi dan oleh peneliti lain yang berhubungan dengan
perlahan menghilangkan perbedaan yang topik dan masalah yang berhubungan
membatasi mereka. Menurut Gannon, dengan permasalahan yang berkaitan
globalisasi merujuk pada meningkatnya dengan topic “Menanamkan Sikap
ketergantungan antara pemerintah, Mencintai Budaya Lokal di Era Globalisasi
perusahaan bisnis, organisasi nirlaba, dan Pada Anak SD”.
penduduk secara individu.
Di era globalisasi, karakter yang HASIL DAN PEMBAHASAN (12pt)
muncul pada anak SD yaitu anak-anak 1. Kebudayaan Lokal
cenderung dipengaruhi oleh globalisasi. Hal Kebudayaan merupakan suatu
ini dapat ditunjukkan dengan pola perilaku pedoman hidup dalam suatu kelompok
anak SD yang menunjukkan merosotnya masyarakat untuk dijadikan acuan dalam
nilai-nilai karakter dalam tiap individu. bertingkah laku atau bertindak, maka
Misalnya seperti kurang sopan santun, kebudayaan itu cenderung menjadi suatu
mencontek saat ujian, kurangnya kepekaan warna atau tradisi yang turun menurun
sosial dan lain sebagainya. (Irmayati, 2016) dalam suatu masyarakat.

~ 129 ~
Menurut Koentjaraningrat (1990: Aktivitas sosial-budaya, tradisi dan
49), kebudayaan mengandung tujuh unsur, ritual perlu dipertahankan sebagai identitas
yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem budaya. Perkampungan yang unik dapat
ekonomi, organisasi sosial, sistem berfungsi sebagai ekoresor lengkap dengan
pengetahuan, religi dan kesenian. Oleh ekobudaya yang menghormati eksistensi
karena itu, melestarikan kebudayan bangsa pengetahuan tradisional, bahan baku serta
sendiri sangat penting demi keanekaragaman lokal. Daerah perkotaan
mempertahankan identitas bangsa itu yang khas seperti pecinan di Ketandan
sendiri. Sebagai bangsa Indonesia tentunya direvitalisasi, ditonjolkan rupa
harus dapat mempertahankan dan terus bentanglahannya beserta perangkat
melestarikan kebudayaannya. (Azima et al., kehidupannya. Kemudian,
2021) menumbuhkembangkan kembali sifat
Ditambahkan pula bahwa budaya gotong-royong dan rembug warga sebagai
local adalah budaya yang dimiliki oleh media pengikat nilai-nilai yang menjadi ciri
masyarakat yang menempati lokalitas atau khas masyarakat. (Soeroso & Susilo, 2007)
daerah tertentu yang berbeda dari budaya
yang dimiliki oleh masyarakat yang berada 2. Era Globalisasi
di tempat yang lain dan termasuk di dalam Menurut para sejarahwan di era
mengembangkan identitas budaya yang globalisasi ini berkembang nya teknologi
didasarkan pada hubungan langsung dan ilmu pengetahuan sangat lebih cepat
komunitas dan keluarga mereka, termasuk berkembang daripada 100 tahun yang lalu.
agama, bahasa, adat istiadat, dan tradisi Menurut Ameliola & Nugraha mengatkan
mereka.(Arifin, n.d.) bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan
Budaya lokal sendiri sudah ada sejak yang saat ini ada adalh dampak dari
turun-termurun, sebagai ciri khas sebuah kemajuan pesat , yang mereka percayai
kelompok masyarakat dalam berinteraksi bahwa kemjauan ini di tandai dengan
dan berperilaku di lingkungannya. kemajuan teknologi informasi yang sangat
Indonesia memiliki lebih dari 300 suku cepat berkembang di Indonesia. (Andriani et
bangsa yang berbicara dalam 250 bahasa al., 2021)
berbeda serta memiliki karakteristik budaya Era globalisasi ditandai dengan
lokal yang berbeda. adanya perkembangan teknologi,
telekomunikasi, dan transportasi, sejak awal
Budaya lokal di Indonesia sendiri abad ke-20. Globalisasi memberikan
terbentuk dari nilai-nilai agama, kebiasaan, kemudahan bagi manusia di dunia untuk
warisan nenek moyang atau adat istiadat. berinteraksi dan perlahan menghilangkan
Contoh budaya di Indonesia bagian Jawa perbedaan yang membatasi mereka.
pastinya akan berbeda dengan budaya lokal Menurut Gannon, globalisasi merujuk pada
di daerah Bali. Budaya suatu wilayah atau meningkatnya ketergantungan antara
kelompok masyarakat ini pun dipengaruhi pemerintah, perusahaan bisnis, organisasi
oleh beberapa faktor, mulai dari faktor nirlaba, dan penduduk secara individu.
geografis, agama, politik, ekonomi dan Dengan perkembangan teknologi
lainnya. informasi yang begitu pesat membuat
semua aspek kehidupan bergeser menjadi

~ 130 ~
era elektronik atau biasa disebut e-Global. disampaikan, perkembangan peserta didik,
Seperti yang kita ketahui pada dekade ini dan juga metode yang digunakan.
kita sering mendengar istilah e-education, e- (Wuryandani, 2010)
government, e-ktp, e-banking, hingga e-
bussiness yang menunjukkan bahwa semua 3. Budaya Lokal pada Anak Sekolah
aspek kehidupan telah bergeser ke era Dasar
elektronik atau cyber. (Lila Wijayanti Masa kanak kanak akhir sering
Saputri, 2008) disebut sebagai masa usia sekolah atau masa
Sehingga anak pada generasi sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada
sekarang dari lahir sudah mulai berpikir usia 6 tahun sampai masuk ke masa
secara modern. Begitu pula dengan anak pubertas dan masa remaja awal berkisar
kecil yang kisaran umurnya dari 5 tahun pada usia 11-13 tahun. Perkembangan Masa
sampai dewasa tidak bisa lepas dari kanak-kanak akhir meliputi perkembangan
teknologi misalnya handphone, karena fisik, perkembangan kognitif,
sedari kecil mereka sudah dihadapkan Perkembangan Bahasa, Perkembangan
dengan berbagai macam teknologi. Moral, Perkembangan Emosi,
Di era globalisasi, karakter yang Perkembangan Sosial. Dalam
muncul pada anak SD yaitu anak-anak perkembangan social, anak mulai
cenderung dipengaruhi oleh globalisasi. Hal memahami tentang diri dan lingkungannya.
ini dapat ditunjukkan dengan pola perilaku (Lila Wijayanti Saputri, 2008)
anak SD yang menunjukkan merosotnya Tetapi saat ini kita ketahui bahwa
nilai-nilai karakter dalam tiap inddividu. kegiatan bermainan dan belajar sudah
Misalnya seperti kurang sopan santun, sangat erat hubungan nya dengan gadget.
mencontek saat ujian, kurangnya kepekaan Dimana sebetulnya adalah gadget sendiri
sosial dan lain sebagainya. Saat ini anak belum masanya di berikan kepada seorang
cenderung bersikap atau berperilaku seperti anak-anak khususnya telepon genggam, hal
orang barat. ini berdampak kepada prilaku konsumtif
kepada anak-anak menurut para ilmuwan.
Untuk menghadapi derasnya aruss (Andriani et al., 2021)
globalisasi sekarang ini kepada siswa perlu Pemberian gadget tersebut tentunya
ditanamkan nilai-nilai nasionalisme. atas dasar campur tangan orang tua pribadi
Penanaman nilai-nilai nasionalisme ini ataupun keluarga terdekat dari anak-anak
diharapkan akan mampu membentuk tersebut. Ditengah maraknya arus
peserta didik yang memiliki rasa cinta perkembangan zaman yang masuk ke
terhadap budaya lokalnya sehingga tidak Indonesia, Seiring dengan kemajuannya
terkikis dengan derasnya arus globalisasi zaman kebudayaan lokal yang ada disuatu
sekarang ini. Salah satu cara yang dapat daerah mulai dilupakan. Kesadaran
dilakukan untuk melestarikan budaya lokal masyarat untuk mau menjaga kebudayaan
di Sekolah Dasar, guru dapat yang mereka miliki masih terbilang minim.
mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal (Minawati, 2020) Ada beberapa
dalam pembelajaran. Dalam nilai-nilai yang dapat diambil dari karifan
pengintegrasian ini tentunya harus lokal yaitu nilai religius, nilai psikologis,
disesuaikan dengan materi yang akan dan nilai social:

~ 131 ~
1) Nilai-nilai kearifan lokal dijadikan Tentunya sebagai seorang Guru
indikator untuk mengetahui potensi- harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai
potensi kearifan lokal pada budaya lokal di dalam pembelajaran baik di
pembelajaran di sekolah dasar. dalam model pembelajaran, media, alat ,
Pertama, masyarakat Indonesia tidak dan bahan ajar sehingga inovasi di dalam
terlepas dari nilai religius salah satunya pengelolaan pembelajaran dapat
yaitu aspek perilaku dalam kehidupan. diimplementasikan dengan optimal, dengan
Nilai religius yang dapat diambil dari Saat ini mulai bermunculan buku berbasis
kearifan lokal yang sestiap hari dilihat budaya lokal untuk memperkuat gerakan
dan dirasakan oleh siswa dalam literasi sekolah. Buku bacaan tersebut
kehidupan sehari-hari. Salah satu adat bergenre dongeng, buku fiksi, dan
istiadat yang dapat diambil nilai nonfiksi.Kehadiran buku-buku cerita anak
religius misalnya upacara pernikahan berbasis budaya lokal akan menampilkan
yaitu buka palang pintu. tradisi di lingkungan mereka yang kaya,
2) Nilai kearifan lokal yang kedua yaitu mereka akan bangga terhadap diri dan
nilai psikologis. Salah satu adat istiadat budaya mereka. Namun harus diingat bahwa
yang dapat diambil dan mengandung buku bacaan berbasis budaya lokal adalah
nilai psikologis adalah Upacara nujuh buku budaya yang tumbuh pada suku yang
bulanan pada ibu hamil.Pada proses ada di lingkungan tersebut. Bukan buku
pembelajaran siswa diajarkan untuk terjemahan (buku non budaya lokal) untuk
mengawali dan mengakhiri kegiatan dialih bahasakan menjadi berbahasa local.
pembelajaran dengan berdoa.
Kemudian siswa diajarkan untuk saling
peduli jika ada teman yang sakit atau PENUTUP
tertimpa musibah, mendoakan dan Kebudayaan merupakan suatu
menjenguk jika ada teman yang sakit, pedoman hidup dalam suatu kelompok
dan saling menghargai jika ada masyarakat untuk dijadikan acuan dalam
perbedaan pendapat di forum diskusi bertingkah laku atau bertindak, maka
kelas. kebudayaan itu cenderung menjadi suatu
3) Nilai yang ketiga yaitu nilai sosial. warna atau tradisi yang turun menurun
Dilihat dari aspek sosial, upacara nujuh dalam suatu masyarakat. Budaya lokal
bulanan ini memiliki nilai sosial yang sendiri sudah ada sejak turun-termurun,
tinggi. Ada beberapa integritas nilai- sebagai ciri khas sebuah kelompok
nilai budaya lokal yang diterapkan masyarakat dalam berinteraksi dan
pada pembelajaran di sekolah dasar. berperilaku di lingkungannya. Budaya lokal
Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai di Indonesia sendiri terbentuk dari nilai-
budaya lokal dan mata pelajaran nilai agama, kebiasaan, warisan nenek
Matematika mempunyai kaitan yang moyang atau adat istiadat. Contoh budaya di
sangat erat agar proses transfer Indonesia bagian Jawa pastinya akan
pengetahuan dapat terlaksana secara berbeda dengan budaya lokal di daerah Bali.
optimal. Budaya suatu wilayah atau kelompok
masyarakat ini pun dipengaruhi oleh
beberapa faktor, mulai dari faktor geografis,

~ 132 ~
agama, politik, ekonomi dan lainnya. Era Azima, N. S., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D.
globalisasi ditandai dengan adanya A. (2021). Pengaruh Masuknya Budaya
Asing Terhadap Nasionalisme Bangsa
perkembangan teknologi, telekomunikasi, Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal
dan transportasi, sejak awal abad ke-20. Pendidikan Tambusai, 5(3), 7491–7496.
Globalisasi memberikan kemudahan bagi https://jptam.org/index.php/jptam/article/vi
manusia di dunia untuk berinteraksi dan ew/2186
Irmayati, D. (2016). Peran Kearifan Lokal
perlahan menghilangkan perbedaan yang Dalam Pembentukan Karakter Pada Anak
membatasi mereka. Menurut Gannon, Usia Sekolah Dasar di Era Globalisasi.
globalisasi merujuk pada meningkatnya 4(1), 1–23.
ketergantungan antara pemerintah, Lila Wijayanti Saputri. (2008). Permainan
Tradisional Yogyakarta, Sebagai Filter
perusahaan bisnis, organisasi nirlaba, dan Dampak Negatif Budaya Luar Pada Masa
penduduk secara individu. Kanak-kanak Akhir.
Tentunya sebagai seorang Guru Minawati, M. (2020). Potensi Penerapan Nilai-
harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai Nilai Budaya Lokal Pada Pembelajaran
Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal
budaya lokal di dalam pembelajaran baik di Math-UMB.EDU, 7(2).
dalam model pembelajaran, media, alat , https://doi.org/10.36085/math-
dan bahan ajar sehingga inovasi di dalam umb.edu.v7i2.672
pengelolaan pembelajaran dapat Saidah, K., Aka Andri, K., & Damariswara, R.
(2020). Nilai-Nilai Kearifan Lokal
diimplementasikan dengan optimal, dengan Masyarakat Indonesia dan
Saat ini mulai bermunculan buku berbasis Implementasinya Dalam Pendidikan
budaya lokal untuk memperkuat gerakan Sekolah Dasar (R. Faishol (ed.); Vol. 4,
Issue 1).
literasi sekolah. Buku bacaan tersebut
Soeroso, A., & Susilo, S. . Y. (2007). Strategi
bergenre dongeng, buku fiksi, dan Pelestaian Kebudayaan Lokal Dalam
nonfiksi.Kehadiran buku-buku cerita anak Menghadapi Globalisasi Pariwisata: Kasus
berbasis budaya lokal akan menampilkan Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian
Bappeda Kota Yogyakarta, 1–55.
tradisi di lingkungan mereka yang kaya,
https://www.mendeley.com/catalogue/5cd
mereka akan bangga terhadap diri dan 669b6-1aea-319f-9792-
budaya mereka. Namun harus diingat bahwa d3cb03b16178/?utm_source=desktop&ut
buku bacaan berbasis budaya lokal adalah m_medium=1.19.8&utm_campaign=open
_catalog&userDocumentId=%7Bdcc13b0
buku budaya yang tumbuh pada suku yang
d-325c-4428-bd25-01da73a3220e%7D
ada di lingkungan tersebut. Bukan buku Wuryandani, W. (2010). Integrasi nilai-nilai
terjemahan (buku non budaya lokal) untuk kearifan lokal dalam pembelajaran untuk
dialih bahasakan menjadi berbahasa local. menanamkan nasionalisme di sekolah
dasar. Proceding Seminar Nasional
Lembaga Penelitian UNY, 1–10.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1017/CBO97811074153
24.004
Andriani, Y., Arifin, H. M., & Wahyuningsih,
Y. (2021). Dampak Negatif Penggunaan
Gadget Terhadap Perilaku Siswa Sekolah
Dasar di Era Globalisasi. VI, 175–185.
Arifin, H. M. (n.d.). EFEKTIVITAS PERANAN
BUDAYA LOKAL DAN PENGUATAN
KARAKTER SEBAGAI MEDIA
PENDIDIKAN RESOLUSI KONFLIK. 2,
32–37.
~ 133 ~

Anda mungkin juga menyukai