Anda di halaman 1dari 24

KEARIFAN LOKAL “KASUR PASIR”, DESA LEGUNG

TIMUR KECAMATAN BATANG-BATANG SUMENEP-


MADURA
Wahida Inayatullaili dan V. Indah Sri Pinasti, M.Si.
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
Karangmalang Yogyakarta Telp. (0274) 548202, 586168
Email: Wahidainayatullaili@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya masyarakat Legung Timur dalam
mempertahankan “kasur pasir” sebagai budaya lokal bersamaan dengan
berkembangnya arus globalisasi dan modernisasi. Selain itu tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kesadaran masyarakat Legung Timur dalam
memepertahankan “kasur pasir” sebagai kearifan lokal budaya setempat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive.
Subjek dalam penelitian ini adalah: (1) masyarakat desa Legung Timur yang
memiliki dan terlibat langsung dalam kebudayaan kasur pasir; (2) perangkat
pemerintahan desa Legung Timur. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, upaya mempertahankan kasur pasir
dilakukan dengan cara tetap memanfaatkan kasur pasir dalam kehidupan sehari-
hari, melakukan perawatan kasur pasir, pewarisan budaya kasur pasir kepada
anak, peran perangkat desa, serta peran media. Kedua, tahapan-tahapan yang
menunjuk pada tingkat kesadaran masyarakat diketahui melalui pengakajian
terhadap pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang budayanya, sikap
masyarakat terhadap kelestarian budaya, dan pola perilaku (tindakan) masyarakat
seiring dengan berkembangnya globalisasi dan modernisasi.

Kata Kunci: Kearifan lokal, Upaya, Kesadaran

1
Kasur Pasir as a Local Wisdom of East Legung Village, Batang-Batang
District, Sumenep- Madura

ABSTRACT

The objectve f this study was to know the means of East Legung society to defend
„‟Kasur Pasir‟‟ as their local wisdom in their culture against modern and
globalization era. It is also aims to know their awareness.
This descriptive study was used quantitative approach. The researcher decide the
subject used purposive technique. There are (1) East Legung society district who
have and directly involved in Kasur Pasir culture. (2) the district administration of
East Legung. The data collection of this study were obtained through
interviewing, observing and documentation study.
The research results shows that, first, they defend „‟Kasur Pasir‟‟ through daily
life using, daily maintenance, „‟Kasur Pasir‟‟ inheritance to their childreen, the
role of district administration. Second, the awareness of the society shown through
the knowledge and the understanding of the society towards their own culture.
The society attitude concerning the culture wisdom, and the society attitude
pattern along with the globalization and modern era.

Key words: local wisdom, means, awareness

2
PENDAHULUAN Kearifan lokal merupakan bagian
dari budaya yang sesuai dengan
Menurut Soemardjan (1864 dalam karakteristik wilayah masing- masing,
Wibowo, dkk, 2002: 2) menyatakan yang mengandung nilai budaya luhur.
bahwa Indonesia memiliki bermacam- Kearifan lokal tersebut mempengaruhi
macam suku bangsa yang masing- seluruh unsur kehidupan masyarakat di
masing memiliki ciri-ciri suatu wilayah dan berpegang teguh pada
kebudayaannya, disebabkan oleh latar kearifan lokal tersebut, seperti potensi
belakang masing-masing yang juga sumber daya manusia, ekonomi,
berbeda satu sama lain. Hal tersebut keamanan dan hukum budaya. Hal
melatarbelakangi di setiap daerah di tersebut dapat terlihat melalui pola
Indonesia memiliki ciri khas hidup dan pola perilaku masyarakat
kebudayaannya sendiri. setempat. Sesuai dengan pendapat
(Schaefer, 2012: 61) “Budaya Wagiran (2012: 330) bahwa kearifan
adalah keseluruhan dari adat istiadat, lokal adalah bagian dari budaya.
pengetahuan, objek materi, dan perilaku Misalnya kearifan lokal Jawa tentu
yang dipelajari dan ditransmisikan bagian dari budaya Jawa, yang memiliki
secara sosial”. Budaya merupakan pandangan hidup tertentu. Berbagai hal
identitas bagi suatu kelompok tentang hidup manusia, akan
masyarakat yang menetap di suatu memancarkan ratusan bahkan ribuan
wilayah tertentu, sehingga pada kearifan lokal.
kenyataannya setiap karakteristik Bersamaan dengan
budaya menjelaskan ciri khas suatu berkembangnya ilmu pengetahuan dan
wilayah tertentu baik pola tingkah laku tekhnologi, budaya masyarakat semakin
maupun pola hidup masyarakat yang berkembang pula. Dimulai dari tren
menetap di wilayah tersebut. yang berkembang kemudian
Schaefer (2012: 61) menyatakan mempengaruhi tradisi masyarakat
bahwa masyarakat merupakan bentuk setempat. Gejala sosial tersebut
kelompok besar yang anggotanya merupakan gejala modernisasi yang
mempelajari budaya tersebut dan sudah banyak dibahas oleh para ahli.
melangsungkannya dari generasi ke Salah satunya Schoorl (1982: 1) yang
generasi berikutnya. Hal tersebut menjelaskan modernisasi dalam
dilakukan untuk mempertahankan masyarakat adalah suatu proses
kebudayaannya sebagai kearifan lokal transformasi, suatu perubahan
budaya di wilayah mereka bertempat masyarakat dalam segala aspek-
tinggal. aspeknya. Oleh karena itu modernisasi
Berdasarkan paparan di atas, merupakan transformasi pola hidup
untuk mempertahankan dan masyarakat dari tradisional menuju
mengembangkan budaya di Indoensia, modern. Proses penyebaran teknologi
membutuhkan kekuatan lokal untuk modern secara global disebut
mendukung kekuatan nasional yang globalisasi.
mampu membawa nama Indonesia ke Globalisasi dapat dianalisis secara
kancah Internasional, namun tetap kultural, ekonomi, politik, dan
dengan nilai-nilai luhur yang telah institusional. Untuk setiap jenis analisis,
dibangun oleh nenek moyang perbedaan mendasar adalah tentang
masyarakat Indonesia. Pengembangan apakah kita melihat semakin
budaya lokal ini, merupakan salah satu meningkatnya homogenitas atau
langkah pendukung pembangunan heterogenitas. Pada titik ekstremnya,
budaya, ekonomi, maupun sosio-kultural globalisasi budaya dapat dipandang
bangsa Indoensia. sebagai ekspansi berbagai aturan dan

3
praktik umum yang transnasional Salah satu situs komunitas wisata
(homogenitas) ataupun sebagai proses menyebutkan sebuah kebiasaan yang
yang di dalamnya banyak unsur budaya unik di salah satu kecamatan di
lokal dan global yang berinteraksi untuk Sumenep, lebih tepatnya di desa Legung
melahirkan semacam pastiche, atau Timur Kecamatan Batang-batang, yaitu
percampuran, yang mengarah pada budaya masyarakat Legung yang
terwujudnya beragam paduan budaya melakukan aktivitasnya di atas
(heterogenitas) (Ritzer, 2012: 976-977). gundukan pasir seperti bermain di atas
Tjondronegoro (Sajogyo, 1985: pasir, mengobrol antar tetangga, dan
16-17) mengelompokkan 3 (tiga) tidur di atas kasur pasir
pengertian modernisasi, sebagai berikut: (News.flyontiket, petualanganpulau,
a. Modernisasi diartikan sebagai agendaindonesia. Dalam Cerita
westernisasi, dalam hal ini Pariwisata Negeriku Indonesia, 2014).
mengartikan bahwa masyarakat Hal tersebut merupakan warisan nenek
lebih banyak menggunakan moyang mereka. Alamsyah (2014)
teknologi dari Barat. Masuknya dalam skripsinya menjelaskan tentang
budaya Barat tidak terlalu “manusia pasir”, yaitu sebutan bagi
mempersoalkan bagaimana masyarakat yang bermukim di Desa
pandangan masyarakat setempat di Legung Barat, Legung Timur, dan
suatu wilayah. Dapenda Kecamatan Batang-batang,
b. Pembangunan disamakan dengan Kabupaten Sumenep, Madura. Sebutan
modernisasi, dalam hal ini unsur itu muncul lantaran aktivitas sehari-hari
teknologi masih diutamakan dan yang dilakukan di atas pasir. Mulai dari
diasumsikan bahwa kebaikan- tidur, bermain, bersantai, berjual-beli
kebaikan teknologi akan bermanfaat bahkan berhubungan suami-istri dan
bagi masyarakat. melahirkan bayi pun dilakukan di atas
c. Pembangunan adalah perubahan pasir. Kamar tidur setiap rumah di desa
susunan dan pola masyarakat, unsur tersebut terdapat kolam pasir berbentuk
ini yang didahulukan adalah persegi berukuran sekitar dua x dua
susunan masyarakat. Perubahan (2x2) meter dan kolam pasir tersebut
dalam susunan tersebut akan dipakai untuk alas tidur, mereka
merangsang lapisan-lapisan menyebutnya kasur pasir.
masyarakat berproduksi. Dengan Seiring dengan berkembangnya
perubahan tersebut sarana globalisasi, masyarakat Legung masih
pembagian dalam masyarakat akan mempertahankan budaya tersebut.
berubah, perataan hasil (Alamsyah, 2014) uniknya terdapat
pembangunan dimantapkan. kasur kapuk atau kasur busa di dalam
Teknologi akan menyusul kamar, namun masyarakat lebih memilih
perubahan ini. Juga diduga tidur di atas pasir dan kasur tersebut
pertumbuhan ekonomi akan lebih bagi masyarakat hanyalah sebagai
pesat akibat produsen utama yang hiasan rumah saja, dan hampir seluruh
memiliki tenaga kerja mendapat halaman depan rumah dan jalan-jalan
kejutan dan rangsangan baru. desa penuh dengan pasir. Menjadi suatu
Kabupaten Sumenep merupakan hal yang unik dan berbeda di antara
salah satu kabupaten di Pulau Madura keragaman budaya yang dimiliki oleh
Provinsi Jawa Timur, yang menjadi Indonesia. Untuk mempertahankan
salah satu penyumbang kekayaan keunikan tersebut dibutuhkan upaya
Indonesia dengan kearifan budaya pelestarian budaya oleh seluruh pihak.
setempat. Ketika keunikan tersebut dipertahankan
akan menjadi kekuatan lokal yang

4
mendukung melestarikan keberagaman sebagai kearifan lokal budaya
nasional. Melalui pelestarian kearifan setempat?
lokal maka budaya “Desa Kampung
Pasir” menampilkan karakteristiknya LANDASAN TEORI
sebagai desa yang berbudaya beserta Kajian Teori
nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat 1. Kearifan Lokal
setempat. Kearifan lokal “Desa (Wagiran, 2012) Kearifan Lokal
Kampung Pasir” tersebut menjadi sarana dalam bahasa asing disebut sebagai
bagi masyarakat setempat untuk kebijakan setempat (local wisdom).
mempertahankan hidupnya, karena Kearifan lokal merupakan karya hasil
segala aktivitasnya dilakukan di atas terjemahan dari nalar jernih, budi yang
pasir. baik, memuat hal-hal positif, perasaan
Masyarakat setempat yakin akan mendalam, tabiat, perangai, dan anjuran
pasir yang bermanfaat bagi kesehatan.. untuk kemuliaan manusia.
Pasir merupakan bagian dari hidup Wagiran (2012: 330) menjelaskan
mereka dan mempunyai arti yang bukan pula definisi kearifan lokal yang
hanya sebagai hiasan pantai belaka, memuat beberapa konsep, yaitu:
melainkan menurut keyakinan mereka, a. kearifan lokal merupakan hasil dari
pasir ibarat tanah dan manusia pengalaman panjang yang menjadi
diciptakan dari tanah dan akan kembali petunjuk bagi perilaku masyarakat
pada tanah. Filosofi tersebut mereka setempat;
yakini dan mereka pegang sampai saat b. kearifan lokal tidak lepas dari
ini (Alamsyah, 2014). lingkungan pemiliknya; dan
Saat ini modernisasi terus c. kearifan lokal bersifat dinamis,
memberikan inovasi di dalam kehidupan terbuka dan senantiasa
manusia, globalisasi terus-menerus menyesuaikan dengan zaman.
menawarkan kemudahan melalui Hal tersebut menyiratkan bahwa
tekhnologi yang semakin canggih. kearifan lokal tidak terlepas dari
Masyarakat, perangkat desa, pemerintah kehidupan manusia dan lingkungannya.
daerah dan seluruh eselon yang Kearifan lokal juga menjadi filter atau
menyadari tentang pengembangan penjaga iklim global dalam kehidupan
kearifan lokal ini merupakan aspek masyarakat.
terpenting dalam pengembangan (Wagiran, 2012: 331) Dalam
kearifan lokal “Desa Kampung Pasir” ruang lingkup kearifan lokal, karifan
Legung, Kecamatan Batang-batang, lokal lebih menekankan pada tempat dan
Kabupaten Sumenep, Madura. lokalitas. Kearifan lokal tidak bersifat
Berdasarkan latar belakang di tradisional karena dia dapat mencakup
atas, maka dapat diidentifikasi beberapa kearifan masa kini. Kearifan lokal
masalah, sebagai berikut: dibedakan dalam dua aspek, yaitu:
1. Bagaimana upaya masyarakat a. gagasan, pemikiran, akal budi yang
Legung Timur dalam bersifat abstrak; dan
mempertahankan “kasur pasir” b. kearifan lokal yang berupa hal-hal
sebagai budaya lokal bersamaan konkret, dapat dilihat.
dengan arus globalisasi dan Warren (Sukari, 2008: 329)
modernisasi yang terus menjelaskan kearifan lokal yang disebut
berkembang? sistem pengetahuan lokal merupakan
2. Bagaimana kesadaran masyarakat pengetahuan yang khas milik
Legung Timur dalam masyarakat tertentu yang telah
mempertahankan “kasur pasir” berkembang lama, dan sebagai hasil dari

5
proses hubungan timbal balik antara penjuru dunia. Schoorl juga
manusia dan lingkungannya. menyebutkan bahwa modernisasi dalam
Sukari (2008: 329) dalam masyarakat merupakan proses
penelitiannya menjelaskan kearifan transformasi berupa perubahan
lokal sebagai pengetahuan yang secara masyarakat dalam aspek-aspeknya.
turun menurun dimiliki oleh masyarakat Misalnya di bidang ekonomi,
petani garam dan tambak ikan yang modernisasi berarti tumbuhnya
mengelola dan memanfaatkan kompleks industri yang besar dengan
lingkungan alamnya. produksi barang-barang konsumsi dan
alat produksi diadakan secara massal.
(Pratiwi, 2012: 13) Kearifan lokal Modernisasi di bidang politik, Schoorl
adalah sikap, pandangan, dan menjelaskan bahwa ekonomi modern
kemampuan suatu komunitas di dalam memerlukan adanya masyarakat
mengelola lingkungan rohani dan nasional dengan integrasi yang baik, dan
jasmaninya, yang memberikan kepada integrasi ini bisa terjalin dimungkinkan
komunitas itu daya tahan dan daya karena adanya kemajauan teknologi.
tumbuh di dalam wilayah di mana Dalam masyarakat modern,
komunitas itu berada. Cara pandangan bermunculan kelompok-kelompok
hidup dan ilmu pengetahuan serta dengan posisi sosial dan ekonomi yang
berbagai strategi kehidupan yang memiliki kepentingan yang sama. Pola
berwujud aktivitas itu dilakukan oleh konsumsi dan pola pemakaian jasa
masyarakat lokal dalam menjawab anggota masyarakat tinggi. Sistem
berbagai masalah dalam pemenuhan kepercayaan lebih universal. Bahkan di
kebutuhan mereka. Kearifan lokal pada dalam masyarakat modern
dasarnya dapat dipandang sebagai perkembangan kebudayaan nasional
landasan bagi pembentukan jati diri mendapat dukungan dari undang-
bangsa secara nasional. undang.
Wasino (2014: 47) menjelaskan
Sartini (Pratiwi, 2011: 13) bahwa faktor terpenting terjadinya
menjelaskan bahwa kearifan lokal dapat modernisasi yang saat itu terjadi pada
disimpulkan sebagai kepribadian, budaya Jawa yaitu pada masa
identitas kultural masyarakat yang pemerintahan Mangkunegaraan adalah
berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, peranan elite pembaru. Lahirnya
adat-istiadat dan aturan-aturan khusus pembaruan masyarakat yang masih
yang diterima oleh masyarakat dan tradisional dipengaruhi oleh dua faktor,
dapat bertahan secara terus-menerus. yaitu faktor internal dan faktor
Hamengku Buwono X (Dwiyanto, eksternal. Faktor-faktor yang berasal
2009: 4 dalam Pratiwi, 2011: 14) dari diri sendiri berkaitan dengan watak,
menyatakan bahwa kearifan lokal sikap, pandangan dunia, atau
merupakan usaha manusia dengan kepribadian dari elite. Sedangkan faktor
menggunakan akal budinya untuk luar yang merangsang terjadinya
bersikap dan bertindak terhadap sesuatu pembaruan adalah kondisi sosial
yang terjadi dalam ruang tertentu. budaya, sosial politik dan sosial
2. Modernisasi ekonomi negara atau masyarakat
Schoorl (1982) menjelaskan setempat hidup.
bahwa modernisasi sebagai gejala sosial (Wasino, 2014) Mangkunegaran
yang dalam prosesnya pertama kali VI disebutkan sebagai pembongkar
nampak di Inggris pada abad ke-18 yang tradisi, hal tersebut terjadi dikarenakan
bernama revolusi industri. Kemudian lingkungan budaya dan lingkungan
gejala sosial tersebut terjadi di segala sosial yang membentuk kepribadiannya

6
adalah dua kultur, yaitu kultur Jawa dan modernisasi yang kemudian
kultur Barat. Pada Kultur Jawa ia melahirkan golongan cendekiawan
mendapat pendidikan yaitu ajaran etiket dan produk kebudayaan.
hidup orang Jawa yang meliputi ajaran 3. Globalisasi
tentang tata krama, kesetiaan seorang Thomas (2007) menjelaskan bahwa
abdi, kecintaan pada praja (tanah air), globalisasi adalah penyebaran praktik,
kerohanian, dan lain sebagainya. relasi, keasadaran, dan organisasi di
Sedangkan manajemen yang diajarkan seluruh penjuru dunia. Hampir setiap
adalah manajemen Barat dalam bangsa dan hidup jutaan orang di
mengelola keuangan praja, termasuk di seluruh penjuru dunia mengalami
dalamnya pengelolaan sumber-sumber transformasi, sering kali secara
keuangan lainnya. Disana diajarkan dramatis, yang disebabkan globalisasi
prinsip efektivitas, kedisiplinan, dan (Ritzer, 2012: 976).
kecermatan dalam bertindak. Prinsip-
prinsip ini banyak mempengaruhi cara Pandangan Thomas di atas
dan gaya kepemimpinan beserta menunjukkan bahwa globalisasi
kebijakan-kebijakannya. merupakan proses penyebaran pengaruh
(Sajogyo, 1985: 13-14) dalam di segala bidang. Tidak jauh berbeda
pengertian modernisasi perlu dengan modernisasi, globalisasi
membedakan 4 (empat) hal sebagai merambah ke segala aspek kehidupan
berikut: masyarakat, namun modernisasi dan
a. Berdasarkan berbagai pertimbangan globalisasi tetaplah berbeda.
pada abad ke-18 yang terjadi pada Sebagaimana Robinson (2007)
masyarakat yakni kesenjangan menjelaskan bahwa teori globalisasi
antara industrialisasi awal di Inggris juga muncul akibat serangkaian
dan demokratisasi awal di Perancis, perkembangan di dalam teori sosial,
menyebabkan “tingkat terutama reaksi menentang beberapa
keterbelakangan” menjadi hambatan perspektif sebelumnya, seperti teori
atau suatu tantangan bagi modernisasi (Ritzer, 2012: 976).
modernisasi.
b. Bagi masyarakat pengikut tanpa Globalisasi dapat dianalisis secara
filter mengambil segala aspek-aspek kultural, ekonomi, politik, dan
yang menjadi syarat-syarat bagi institusional. Untuk setiap analisis,
perkembangan negara maju. perbedaan mendasar adalah tentang
Sedangkan aspek-aspek yang apakah kita melihat semakin
digunakan tersebut belum terjamin meningkatnya homogenitas atau
dapat digunakan di negara-negara heterogenitas. Pada titik ekstremnya,
yang lain, dan kemudian dapat globalisasi budaya dapat dipandang
menimbulkan efek-efek yang sebagai ekspansi berbagai aturan dan
menentang modernisasi. praktik umum yang transnasional
c. Hal terpenting selanjutnya adalah (homogenitas) ataupun sebagai proses
ketika pemerintah ikut berperan yang di dalamnya banyak unsur budaya
penting dalam modernisasi lokal dan global yang berinteraksi untuk
masyarakat, dan berpengaruh pada melahirkan semacam pastiche, atau
jalannya pemerintahan. percampuran, yang mengarah pada
d. Berkembang dan lancarnya terwujudnya beragam paduan budaya
komunikasi dalam masyarakat maju (heterogenitas) (Ritzer, 2012: 976-977).
dan masyarakat pengikut,
menyebabkan dihargainya Maka dari itu globalisasi
“pendidikan” sebagai alat merupakan proses pesebaran nilai-nilai

7
modern yang dilihat dari tingkat menyebabkan masyarakat industri
pengaruh persebarannya. lebih cepat perubahannya
Peter L. Berger (Raho, 2014) dibandingkan masyarakat agraris
menyebutkan empat ciri utama yang menggunakan tekhnologi
modernisasi, antara lain: sederhana.
a. Melemahnya kelompok masyarakat b. Perubahan sosial bisa direncanakan,
tradisional yang tergambar dalam namun bersamaan bisa
solidaritas antar anggota- menyebabkan perubahan sosial lain
anggotanya. yang tidak direncanakan. Para
b. Setiap individu bebas memilih gaya ilmuwan sudah banyak menemukan
hidupnya sendiri. tekhnologi-tekhnologi canggih yang
c. Pola-pola kepercayaan yang digunakan oleh manusia, seperti alat
beraneka-ragam. transportasi, alat kesehatan/ media,
d. Orientasi masa depan dan keadaran alat komunikasi. Namun bersamaan
akan waktu yang sangat tinggi dengan berkembangnya alat-alat
4. Perubahan Sosial tersebut, berkembang pula
Menurut Zubaedi (Shahab, 2013) perubahan yang tidak direncanakan
perubahan sosial lebih bersifat khusus misalnya, berkembangnya alat
karena merupakan bagian dari komunikasi menyebabkan budaya
perubahan kebudayaan, dan perubahan silaturrahmi dengan bertenu
sosial bisa bersifat cepat maupun langsung menurun, banyak kesalah
lambat. Sebagai contoh masyarakat desa pahaman ketika terjadi salah tafsir
sekarang sudah mengenal perdagangan antakomunikan.
modern, alat-alat transportasi, media Raho (2014: 309-310)
elektronika atau informatika, serta jasa menyebutkan sumber dari perubahan
penemuan industri asing. sosial tersebut diantaranya adalah proses
(Macionis, 1987: 615 dalam budaya, struktur sosial, ide-ide,
Raho, 2014: 305-306) Perubahan sosial lingkungan alam, dan kependudukan.
adalah proses transformasi yang terjadi 5. Budaya
di dalam struktur masyarakat dan di Budaya (culture) adalah keseluruhan
dalam pola pikir dan pola tingkah laku dari adat istiadat, pengetahuan, objek
yang berlangsung dari waktu ke waktu. materi, dan perilaku yang dipelajari dan
Raho juga menjelaskan bahwa ditransmisikan secara sosial. Budaya
perubahan sosial berkaitan dengan tiga termasuk ide, nilai, dan artefak
aspek yaitu manusia, waktu, dan tempat. (misalnya DVD, komik dan alat
(Raho, 2014: 306-307) Ciri-ciri pengontrol kehamilan) dari suatu
perubahan sosial: kelompok orang (Schaefer, 2012: 61).
a. Perubahan sosial bersifat universal Schaefer (2012: 61) menjelaskan
tetapi serentak bervariasi. Hampir bahwa dalam kenyataannya budaya
setiap tempat mengalami perubahan dapat mendefinisikan suatu kelompok
dari waktu ke waktu, namun bukan masyarakat yang hidup bersama. Ia juga
berarti terjadi dengan intensitas yang menyebutkan tentang budaya universal,
sama. Ada wilayah atau kelompok yaitu ketika semua masyarakat
masyarakat yang mengalami mengembangkan praktik dan
perubahan yang sangat mencolok, kepercayaan budaya yang sama,
namun ada pula yang mengalami misalnya makan, tidur, olahraga, dan
perubahan yang lamban. Kunci aktivitas lainnya yang semua orang
cepatnya perubahan tersebut adalah melakukannya.
penggunaan tekhnologi yang
semakin canggih. Hal tersebut

8
yang dapat dijadikan pelajaran berharga
Kerangka Pikir bagi pengembangan konsep teori.
Penelitian kualitatif dieksplorasi dan
Kasur Pasir diperdalam dari fenomena sosial atau
lingkungan sosial yang terdiri atas
pelaku, kejadian, tempat, dan waktu.
Budaya B. Teknik Pengambilan Sampel
Nazir (2013: 240) menjelaskan
populasi adalah kumpulan dari individu
dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah
Modernisasi Globalisasi ditetapkan, yang dinamakan variabel.
Keterangan mengenai populasi dapat
dikumpulkan melalui dua cara.
Pertama,tiap unit populasi dihitung,
Kearifan yang disebut sensus. Kedua, perhitungan
Lokal dilakukan pada bagian unit populasi
saja.teknik ini disebut survei sampel.
Upaya Kesadaran
Jadi sampel adalah bagian dari
Mempertahankan Masyarakat sebagai populasi, di mana hanya sebagian dari
Kearifan Lokal Upaya populasi yang diambil dan dipergunakan
Mempertahankan
“Kasur Pasir” untuk menentukan sifat serta ciri yang
Kearifan Lokal
“Kasur Pasir” dikehendaki dari populasi.
Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah desa Legung Timur
METODE PENELITIAN Kecamatan Batang-Batang Kabupaten
A. Desain Penelitian Sumenep-Madura Provinsi Jawa Timur.
Metode Penelitian yang Sampel yang digunakan adalah
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang mengambil
metode deskriptif dengan menemukan unit sampling sesuai dengan tujuan
data-data lapangan dengan penelitian (Nawawi, 2007).
menuliskan/menggambarkan keadaan C. Lokasi Penelitian
subyek/obyek penelitian berdasarkan Penelitian ini dilaksanakan di
fakta-fakta yang tampak dan apa adanya, Desa Legung Timur Kecamatan Batang-
dengan jenis data kualitatif. batang, Kabupaten Sumenep, Madura,
(Usman dan Purnomo, 2011: 78) Jawa Timur.
Metode kualitatif lebih berdasarkan pada D. Sumber Data
filsafat fenomenologis yang Menurut Lofland dan Lofland
mengutamakan penghayatan (dalam Moleong, 2006: 157) sumber
(verstehen). data utama dalam penelitian kualitatif
Ghony dan Almanshur (2012: 25) adalah kata-kata dan tindakan,
menjelaskan pengertian penelitian selebihnya adalah tambahan seperti
kualitatif dapat menunjukkan kehidupan dokumen dan lain-lain.
masyarakat, sejarah, tingkah laku, Sumber data dalam penelitian ini
fungsionalisasi organisasi, pergerakan adalah lokasi penelitian, latar belakang
sosial, dan hubungan kekerabatan. sosial, pelaku kegiatan yang diteliti,
penelitian kualitatif juga menekankan perangkat desa, dan dokumen-dokumen
pada quality atau hal terpenting suatu yang memperkuat sumber data.
barang atau jasa, yaitu berupa kejadian, E. Waktu Penelitian
fenomena, dan gejala sosial yang Penelitian yang berjudul Kearifan
menjelaskan makna di balik kejadian Lokal “Kasur Pasir”, Desa Legung

9
Timur Kecamatan Batang-Batang atau tersamar dalam melaksanakan
Sumenep-Madura ini dilakukan pada observasi, hal ini untuk menghindari
bulan Maret-Oktober 2016. kalau suatu data yang dicari merupakan
F. Teknik Pengumpulan Data data yang masih dirahasiakan.
Teknik pengumpulan data dalam Kemungkinan kalau dilakukan dengan
penelitian ini menggunakan wawancara, terus terang,peneliti tidak akan diizinkan
observasi, dan studi dokumentasi. untuk melaksanakan observasi.
(Moleong, 2006) Wawancara G. Teknik Analisis Data
adalah pengumpulan data dengan Moleong (2006: 247) menjelaskan
mengajukan pertanyaan secara langsung bahwa tahap awal dalam analisis data
oleh pewawancara kepada responden, adalah menelaah seluruh sumber, dari
dan jawaban-jawaban responden dicatat wawancara, pengamatan yang sudah
atau direkam dengan alat perekam. dicatat, dokumen pribadi, dokumen
Observasi berarti pengamatan dengan resmi, dan lain-lain yang dapat dibaca,
menggunakan indera pengihatan yang dipelajari, dan ditelaah. Kemudian
berarti tidak mengajukan pertanyaan- dilakukan reduksi data, yaitu usaha
pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti membuat rangkuman yang inti, proses,
ada kalanya akan menggunakan dan pernyataan-pernyataan yang perlu
observasi partisipan yang berarti peneliti dijaga. Kemudian menyusunnya dalam
ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang satuan-satuan yang dikategoringan lalu
dilakukan oleh subjek yang diteliti atau dibuat koding, dan tahap terakhir
yang diamati, seolah-olah merupakan melakukan uji keabsahan data.
bagian dari mereka. Dan di suatu Menurut Ghony dan Almanshur
kondisi tertentu peneliti akan (2012: 247) analisis data untuk
menggunakan observasi non partisipan, penelitian kualitatif adalah upaya yang
jadi peneliti berada di luar subjek yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
diamati dan tidak ikut dalam kegiatan- data, mengorganisasikan data, memilih-
kegiatan yang mereka lakukan. Dengan memilahnya menjadi satuan unit yang
demikian, pengamat akan lebih mudah dapat dikelola, mensintesiskannya,
mengamati kemunculan tingkah laku mencari dan menemukan pola,
yang diharapkan. Sedangkan pada Studi menemukan apa-apa yang penting dan
Dokumenter merupakan teknik apa-apa yang dipelajari, dan
pengumpulan data yang tidak langsung memutuskan apa-apa yang diceritakan
ditujukan kepada subjek penelitian. kepada orang lain.
Dokumen yang diteliti dapat berupa Analisis data meliputi:
berbagai macam, tidak hanya dokumen 1. Proses Reduksi Data
resmi. Reduksi data merupakan suatu
Penelitian kearifan lokal “kasur proses pemilihan, pemusatan perhatian
pasir” ini menggunakan observasi terus pada penyederhanaan, pengabstrakan,
terang atau samar. Sebagaimana dan transformasi data “kasar” yang
dijelaskan oleh Ghony dan Almashur muncul dari catatan-catatan tertulis di
(2012: 173) pada jenis observasi, ia lokasi penelitian. Analisis yang
menjelaskan bahwa dalam jenis dikerjakan peneliti selama proses
observasi terus terang atau samar berarti reduksi data misalnya melakukan
peneliti dapat mengumpulkan data pemilohan bagian data yang akan
menyatakan terus terang kepada subjek dikode, mana yang dibuang, pola-pola
penelitian sebagai sumber data, bahwa mana yang meringkas sejumlah bagian
dia sebagai peneliti yang sedang yang tersebar, dan cerita-cerita apa yang
melakukan penelitian. Tetapi, dalam sedang berkembang. Semua itu juga
suatu saat peneliti juga tidak terus terang disebut pilihan-pilihan analitis.

10
2. Proses Penyajian Data 1. Lokasi Penelitian
Penyajian data di sini merupakan Secara administrasi Desa
sekumpulan informasi tersusun yang Legung Timur terletak sekitar 6,7 km
memberi kemungkinan adanya dari ibu kota Kecamatan Batang-
penarikan kesimpulan dan pengambilan batang, kurang lebih 27,7 km dari
tindakan. Yang perlu diperhatikan oleh
Kabupaten Sumenep. Adapun
peneliti bahwa bentuk penyajian ddata
yang paling sering digunakan dalam pembagian wilayah pemerintahan
penelitian kualitatif adalah dengan teks Desa Legung Timur terdiri atas 8
naratif. Dusun dengan 46 Rukun Tetangga
3. Proses Menarik Kesimpulan (RT).
Pada proses ini peneliti mulai Luas wilayah Desa Legung
mencari arti benda-benda, mencatat Timur sebesar 368,63 Ha. Luas lahan
keteraturan, pola-pola, penjelasan, untuk fasilitas umum diantaranya
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, luas lahan untuk jalan, kuburan,
alur sebab-akibat, dan proposisi. sungai, dan lain-lain 2,5 Ha. Luas
H. Validitas Data lahan untuk bangunan umum 52,00
Neuman (dalam Herdiansyah,
Ha. Untuk aktifitas kegiatan
2011: 190) mendefinisikan validitas
yang diartikan sebagai kesesuaian antara perekonomian masyarakat pada
alat ukur dengan sesuatu yang hendak umumnya yaitu pertanian yang
diukur, sehingga hasil ukur yang didapat terdiri dari Lahan Sawah, Ladang/
akan mewakili dimensi ukuran yang tegalan.
sebenarnya dan dapat 2. Informan Penelitian
dipertanggungjawabkan. Informan dalam penelitian ini
(Moleong, 2006) keabsahan data merupakan masyarakat asli Legung
merupakan konsep penting yang Timur. Para informan tersebut adalah
diperbaharui dari konsep kesahihan masyarakat desa yang memiliki dan
(validitas) dan keandalan (realibilitas) terlibat langsung dalam kebudayaan
menurut versi „positivisme‟ dan
Kasur Pasir. Hal ini dapat dilihat
disesuaikan dengan tuntutan
pengetahuan, kriteria dan paradigmanya berdasarkan data monografi sebagai
sendiri. Kriteria keabsahan data yaitu berikut.
derajat kepercayaan, keteralihan, a. Kependudukan
kebergantungan, dan kepastian. Teknik Berdasarkan data administrasi
pemeriksaan keabsahan data. pemerintahan desa, jumlah penduduk
Kredibilitas (derajat kepercayaan) yang yang tercatat secara administrasi,
diperoleh melalui: jumlah total 4.610 jiwa. Dengan
1. Perpanjangan keikutsertaan rincian penduduk kelamin laki-laki
2. Keajegan pengamatan berjumlah 2.138 jiwa, sedangkan
3. Triangulasi perempuan berjumlah 2.472 jiwa
4. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
(Sumber: Data Survey Sekunder
5. Analisis kasus negatif
6. Pengecekan anggota yang terlibat Desa Legung Timur Kecamatan
dalam proses pengumpulan data Batang-batang, Januari, tahun 2015).
7. Uraian rinci Dari data tersebut diketahui
8. Auditing bahwa usia >60, tahun memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN prosentase yang tinggi. Dengan
A. Deskripsi Lokasi dan Informan komposisi penduduk usia tua yang
Penelitian cukup banyak dimungkinkan bahwa

11
tradisi Kasur Pasir di Desa Legung menyebabkan masyarakat Legung
Timur masih kuat. Hal ini Timur khususnya dusun Paseser
dikarenakan orang tua masih Timur, dusun Paseser Barat dan
memegang betul kebudayaan nenek dusun Samburat masih
moyang secara turun temurun. mempertahankan kebudayaan yang
(Hussein, 2012 dalam Nasrullah, sudah mendarah daging di wilayah
2011) Kearifan lokal masyarakat, tersebut.
terutama masyarakat adat, B. Deskripsi Temuan Utama
merupakan warisan yang diturunkan Dari penelitian Kasur Pasir,
dari satu generasi ke generasi Legung Timur, Kabupaten Sumenep,
penerusnya dan telah berlangsung dapat dideskripsikan temuan
dalam kurun waktu yang tidak penelitian yang diperoleh dari
sebentar. informasi warga masyarakat Dusun
b. Pendidikan Paseser Timur, Paseser Barat, dan
Berdasarkan data monografi data Dusun Samburat, Desa Legung
survey sekunder desa Legung Timur Timur, Kecamatan Batang-batang,
kecamatan Batang-batang, Januari Kabupaten Sumenep.
tahun 2015 dapat diketahui bahwa 1. Upaya Masyarakat Legung
tingkat pendidikan masyarakat Desa Timur dalam
Legung Timur masih rendah. Tingkat Mempertahankan “Kasur
pendidikan yang masih rendah inilah Pasir” Sebagai Budaya Lokal
yang menyebabkan pola hidup Bersamaan dengan
masyarakat cenderung kurang Berkembangnya Arus
dinamis. Sehingga masyarakat lebih Globalisasi dan Modernisasi
memilih untuk menjalankan tradisi (Kodiran, 2004: 10-11) Pada
yang sudah ada, dan dianggap suatu hakikatnya, kebudayaan adalah
kenyamanan bagi kehidupan mereka. warisan sosial. Dalam arti bahwa
c. Mata Pencaharian kebudayaan diturunkan dari generasi
Berdasarkan data survey ke generasi berikutnya melalui suatu
sekunder desa Legung Timur proses pembelajaran, baik secara
kecamatan Batang-Batang, Januari formal maupun secara informal.
tahun 2015 teridentifikasi di Desa Pada masyarakat Legung
Legung Timur jumlah penduduk Timur yang mempertahankan kasur
yang mempunya mata pencaharian pasir, mewariskan kebudayaan kasur
adalah 72,78%. Penduduk yang tidak pasir tersebut secara informal. Para
bekerja menduduki prosentase yang orang tua mensosialisasikan
tinggi. Selanjutnya petani dan kebudayaan kasur pasir ini melalui
nelayan memiliki prosentase tinggi kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
dari mata pencaharian penduduk terus-menerus di rumah, sehingga
Desa Legung Timur. anak bisa melihat, dan terlibat dalam
Penduduk Desa yang berada di kebiasaan-kebiasaan orang tuanya
daerah pesisir lebih banyak tersebut. Adapun bentuk upaya
bermatapencaharian sebagai nelayan. mempertahankan kasur pasir tersebut
Oleh karena itu banyak penduduk sebagai berikut:
yang sampai usia lanjut menetap di a. Pemanfaatan kasur pasir
Desa Legung Timur. Hal inilah yang dalam kehidupan sehari-hari

12
Kasur Pasir memiliki fungsi perbedaan lebih besar pada perilaku,
yang digunakan oleh masyarakat nilai-nilai, dan lainnya. Seperti
Legung Timur seperti sebagai tempat halnya yang terjadi pada masyarakat
tidur, berkumpul dengan keluarga Legung Timur yang masih
maupun tetangga, sebagai halaman mempertahankan kasur pasir, mereka
rumah, gang-gang kecil dan dapur. mewariskan budaya tersebut kepada
Pemanfaatan pasir oleh anak-anaknya. Melakukan beberapa
masyarakat Legung Timur ini aktivitas di atas kasur pasir, seperti
menjadi salah satu upaya dalam tidur, bermain, ataupun berkumpul
mempertahankan kasur pasir. dengan tetangga. Kebiasaan yang
b. Perawatan kasur pasir berulang itulah yang akan menjadi
Masyarakat Legung Timur tradisi yang dilakukan oleh anak-
tidak hanya memanfaatkan kasur anak Legung Timur, sehingga
pasir, namun masyarakat juga menjadi budaya yang terus bertahan
melakukan perawatan terhadap kasur secara turun temurun.
pasir. Dalam proses pembuatan awal Anak akan melihat kebiasaan
mereka memilih jenis pasir yang orang tuanya dan meniru kebiasaan
nyaman, bersih, dan layak dipakai. tersebut. Oleh karena itu seperti
Pasir diayak untuk menghasilkan penjelasan Schaefer di atas, kesukaan
pasir yang bersih, dan lembut. Hal anak, kebiasaannya, bahkan pola
itu dilakukan setiap satu tahun satu pikir dipengaruhi pula oleh
kali, atau satu tahun dua kali. Ketika lingkungan sekitarnya.
pasir sudah berkurang, kemudian Para orang tua dalam
ditambah, ada juga yang diganti mewariskan budaya kasur pasir dapat
dengan yang baru. Ada pula yang diamati dengan beberapa hal:
diayak setiap hari seperti yang 1) Kelengkapan Rumah Tangga
diungkapkan oleh ibu Tohandia Sebagian besar masyarakat
(CHW 01, 10 Mei 2016). Legung Timur memiliki kasur pasir
Proses perawatan ini di rumah mereka, baik yang berada
merupakan salah satu upaya untuk di dalam kamar tidur ataupun di
menjadikan kasur pasir tetap halaman sekitar rumah. Bahkan
dipertahankan oleh masyarakat beberapa masyarakat yang
Legung Timur. mempunyai rumah khusus untuk
anak ketika tumbuh dewasa, sudah
c. Pewarisan kepada anak disiapkan kamar yang berisi tempat
Schaefer (2012: 91) tidur dari pasir disebut kasur pasir.
menjelaskan hasil penelitian yang 2) Kegiatan sehari-hari
dilakukan oleh Holden (1987) Masyarakat Legung Timur
tentang anak kembar yang sudah terbiasa terlibat dengan pasir,
dibesarkan di keluarga yang berbeda, mulai dari kegiatan tidur sampai
dengan pewarisan budaya yang kegiatan memasak. Anak-anak
berbeda pula. Hasilnya Schaefer terbiasa melakukan aktifitas di atas
mengatakan bahwa pewarisan dan pasir, seperti bermain ataupun tidur.
lingkungan saling memengaruhi. Ia Mereka dibiasakan untuk terlibat
juga menjelaskan bahwa kembar dengan pasir.
identik yang secara terpisah memiliki d. Peran Perangkat Desa

13
Perangkat desa merupakan dari yang terendah sampai dengan
salah satu perwakilan masyarakat yang tertinggi, antara lain:
yang dipercaya untuk mengatur pengetahuan, pemahaman, sikap,
perkembangan desa melalui pola perilaku (tindakan).
kebijakan-kebijakan desa yang a. Pengetahuan dan Pemahaman
dibuat. Secara tertulis belum ada Masyarakat
kebijakan khusus untuk budaya 1) Pengetahuan dan Pemahaman
kasur pasir di desa Legung Timur Masyarakat dalam
ini. Namun ada beberapa usaha Pemanfaatan Kasur Pasir
untuk mulai memperhatikan budaya Aktivitas di atas pasir yang
kasur pasir ini, sebagaimana kutipan dilakukan oleh masyarakat Legung
di atas perangkat desa mulai Timur daerah pesisir, merupakan
membawa permasalahan kasur pasir aktivitas yang turun-temurun, seperti
ini kepada Dinas Pariwisata dan tidur, bersilaturrahmi dengan
Kebudayaan Kabupaten Sumenep. tetangga, hingga melahirkan di atas
e. Peran Media pasir. Hal ini dilakukan karena
Secara tidak langsung media mereka kebudayaan yang menurut
berperan dalam meningkatkan mereka mudah dilakukan dan tidak
kebanggaan masyarakat terhadap apa membutuhkan dana yang terlampau
yang menjadi ciri khas budaya mahal. Berdasarkan hasil wawancara
lokalnya. Bahkan menyebabkan dengan masyarakat dan perangkat
pemerintah daerah ataupun desa sekitar tentang alasannya
pemerintah provinsi tertarik untuk mempertahankan kasur pasir adalah
menunjukkan perhatiannya terhadap kenyamanan. Tidur di atas pasir
budaya kasur pasir ini. lebih dingin di bandingkan dengan
Media yang hadir dan tidur di atas kasur biasa. Beberapa
mengekspos kasur pasir ini berasal narasumber menjelaskan pula bahwa
dari pihak eksternal. Upaya ketika mereka merasakan linu, saat
masayarakat yang bisa dilakukan dimasukkan ke dalam pasir, rasa linu
adalah sikap terbuka terhadap itu hilang.
pengunjung ataupun media yang Berdasarkan hasil observasi
berkunjung dan menginformasikan (HOL, 10 MEI 2016) peneliti saat
ke masyarakat luar tentang budaya tinggal bersama masyarakat,
lokal kasur pasir ini. merasakan suhu udara saat malam
2. Kesadaran Masyarakat hari dan tidur di kasur biasa, terasa
Legung Timur dalam lebih panas. Berdasarkan keterangan
Mempertahankan Kasur Pasir kondisi umum desa (RPJM Desa,
Sebagai Kearifan Lokal 2015: 18) angka curah hujan rata-rata
Budaya Setempat cukup rendah, sebesar 93,00 mm. Di
Menurut Soekanto (1990 dalam sebuah artikel (neraca.co.id, 2012)
Jumanti, 2014: 24) menyatakan dijelaskan bahwa di beberapa tempat
bahwa terdapat empat indikator di Indonesia, seperti pantai di daerah
kesadaran yang masing-masing Lombok, Spa Alameda yang berada
merupakan suatu tahapan bagi di Hotel JW Marriott Jakarta
tahapan berikutnya dan menunjuk menerapkan terapi yang bahan
pada tingkat kesadaran tertentu mulai alaminya dari pasir. Hal ini

14
dikarenakan bagi beberapa orang, melestarikan segala aktivitas di atas
pasir dipercaya mengandung mineral kasur pasir, dan mensosialisasikan
dan zat yodium yang bisa membantu kepada generasi berikutnya.
pengobatan beberapa jenis peyakit. Berdasarkan hasil wawancara,
Hanya dengan menanam bagian ada pula anak-anak dari beberapa
tubuh di dalam pasir dan sesekali narasumber yang tidak menyukai
dilakukan pemijatan ringan. aktivitas tidur di atas kasur pasir.
2) Pengetahuan dan Pemahaman Seperti yang diungkapkan oleh ibu
tentang Potensi Kasur Pasir Tohandia (CHW 01, 10 Mei 2016)
Masyarakat pada dasarnya sang anak yang sedang menempuh
sudah mengetahui bahwa budaya pendidikan di salah satu pondok
kasur pasir ini adalah suatu budaya pesantren di luar Desa Legung
yang mulai diperhatikan oleh Timur, tidak suka tidur di atas kasur
masyarakat Indonesia melalui media pasir.
sosial. Perangkat desa pun mulai Hal ini dikonfirmasi oleh salah
menyadari bahwa kasur pasir yang satu perangkat desa Hanafi bahwa
menjadi salah satu kearifan lokal di hal itu terjadi pada remaja atau orang
Indonesia membutuhkan perhatian dewasa yang sedang bekerja atau
lebih, seperti kebijakan-kebiajakan berdomisili jauh dari Legung Timur
yang dapat meningkatkan dalam jangka panjang, seperti
kesejahteraan masyarakat. bekerja, atau sedang menempuh
b. Sikap Masyarakat pendidikan di daerah lain (CHW 07,
Menurut keterangan salah satu 17 Mei 2016).
perangkat desa bahwa kesadaran c. Pola Perilaku (Tindakan)
akan kasur pasir yang merupakan Pada masyarakat Legung
kearifan lokal Desa Legung Timur Timur memiliki hubungan yang
dimulai semenjak media sosial masih guyub antartetangga, nilai
memberitakan tentang kebudayaan gotong royong masih dijunjung
kasur pasir yang berada di Desa tinggi, serta menghormati tamu
Legung Timur (CHW 05, 14 Mei dengan jamuan makan besar adalah
2016). kebiasaan sebagian masyarakat
Perangkat desa menyadari sekitar.
bahwa kasur pasir merupakan salah Masyarakat legung timur sudah
satu kearifan lokal di Desa Legung banyak terakses oleh nilai-nilai
Timur. Hal ini juga disadari oleh modern, terlihat peralatan hidup
pemerintah Kabupaten Sumenep masyarakat pada umumnya yang
bahkan pemerintah Provinsi Jawa mulai beragam, cara berpakaian pada
Timur. Namun sampai saat ini belum generasi tua masih menggunakan
ada upaya khusus dari masyarakat kebaya ataupun samper batik. Tapi
untuk menjadikan kampung kasur untuk generasi muda, tradisi
pasir sebagai destinasi wisata. berpakaian seperti itu sudah
Masyarakat pada umumnya mulai berkurang. Melihat dari beberapa
menyadari bahwa kampung kasur perubahan tersebut, dapat diketahui
pasir Legung Timur dikenal di sebagian masyarakat Legung Timur
Indonesia. Usaha mempertahankan terbuka dengan budaya baru, namun
kebudayaan tersebut dengan tetap

15
tetap memegang nilai-nilai luhur panjang yang menjadi
yang dipegang masyarakat. petunjuk bagi perilaku
C. Pembahasan Temuan masyarakat setempat;
Penelitian b. kearifan lokal tidak lepas dari
Kasur pasir hadir bermula dari lingkungan pemiliknya; dan
cerita nenek moyang masyarakat c. kearifan lokal bersifat
pesisir yang dulunya belum memiliki dinamis, terbuka dan
tempat tidur yang terbuat dari kapuk senantiasa menyesuaikan
ataupun jenis isi kasur yang lain. dengan zaman.
Mereka tidur di atas pasir. Ada upaya yang dilakukan
Sebagaimana yang di sampaikan untuk mempertahankan kasur pasir
oleh ibu Tohandia (CHW 01, 10 Mei tersebut. Manusia adalah aktor utama
2016) bahwa masyarakat Legung dalam hal ini.
timur yang tinggal di daerah pesisir a. Upaya Masyarakat Legung
tidur dan beraktivitas di atas pasir, Timur
karena belum memiliki kasur dan Masyarakat adalah hal pokok
saat itu adalah masa-masa sulit bagi dalam menentukan bertahan atau
mereka. tidaknya kearifan lokal tersebut.
Sebutan kasur muncul karena Walaupun kasur pasir ini bersifat
pasir yang mereka miliki di gunakan turun temurun, namun saat ini
untuk tidur sebagaimana layaknya masyarakat masih memandang baik
kasur di jaman modern seperti ini. tradisi ini. Oleh karena itu setiap
Walaupun sebenarnya ada aktifitas keluarga memiliki cara sendiri untuk
lain yang dilakukan di atas pasir merawat kasur pasir ini. Walaupun
selain aktivitas tidur. generasi muda yang berdomisili di
Nama kasur pasir muncul luar Desa Legung Timur ada
setelah diberi nama oleh pemerintah sebagian yang tidak begitu menyukai
daerah kabupaten Sumenep, dan desa kasur pasir ini. Namun penduduk
yang berada di area kasur pasir diberi yang menetap di Desa Legung Timur
nama “Kampung Kasur Pasir”. tersebut masih melestarikan kasur
Sebelumnya masyarakat luar yang pasir ini. Para orang tua masih
mengetahui adanya kampung ini menyediakan pasir di rumahnya,
menyebutnya sebagai “manusia pada bagian dalam rumah dibuatkan
pasir”, “kampung pasir”, dan sebutan kamar khusus untuk diisi tempat
lainnya yang beredar di media sosial. tidur dari kasur pasir.
1. Upaya Masyarakat dan b. Perangkat Desa
Perangkat Desa Legung Timur Perangkat desa adalah salah
dalam Mempertahankan satu bagian dari masyarakat yang
Kasur Pasir cukup menentukan tentang
Sebagaimana yang kebijakan-kebijakan yang diambil di
disampaikan oleh Wagiran (2012: daerah yang dipimpinnya.
330) mengenai definisi kearifan lokal Berhubungan dengan kasur pasir,
yang memuat beberapa konsep, perangkat desa pada dasarnya sudah
yaitu: menyadari akan ketertarikan
a. kearifan lokal merupakan masyarakat luar desa Legung Timur
hasil dari pengalaman terhadap budaya kasur pasir ini. Hal

16
ini diakui oleh beberapa narasumber sebagaimana yang disampaikan
yang menjadi perangkat di desa Weber. Mereka mempertahankan
Legung Timur tersebut. kasur pasir karena hasil berpikir
Pada dasarnya perangkat desa rasional masyarakat, namun tetap
sudah mengetahui potensi desanya. berpegang pada nilai-nilai
Namun sampai saat ini, belum ada keluhurannya.
strategi khusus untuk lebih Secara material, budaya kasur
menampilkan Kampung Kasur Pasir pasir dipertahankan karena mereka
sebagai desa pariwisata. Hal ini masih merasakan manfaatnya,
diungkpakan oleh Hanafi bahwa kenyamanannya. Secara non-
belum ada kebijakan khusus, dan material, dalam budaya masyarakat
masih diserahkan kepada masyarakat kampung kasur pasir masih
yang memiliki kasur pasir dengan memegang betul nilai-nilai
kebijakan pribadinya. Hal tersebut kesopanan, gotong royong,
diakui oleh Hanafi karena masih menghormati tamu, dan saling
butuh persiapan yang lebih untuk bertegur sapa antar tetangga.
membangun Kampung Kasur Pasir Masyarakat menerima pengunjung
melambung sampai Internasional. dengan ramah, dan dengan bangga
Masyarakat dan perangkat desa memperkenalkan kasur pasir milik
sampai sekarang masih menerima mereka.
pengunjung saja, dan kemudian yang Pada masyarakat Legung
membuat terkenal kasur pasir adalah Timur, pada awalnya begitu mudah
para pengunjung yang datang dan mengambil pasir dari pantai, namun
para budayawan tersebut (CHW 07, saat ini masyarakat yang
17 Mei 2016). menggunakan kasur pasir
Weber (Siahaan, 1986: 200) menggunakan jasa angkut untuk
menjelaskan tentang tindakan membeli pasir, tidak mengambil
manusia dan alas an-alasannya yang pasir sendiri. Karena dirasa lebih
subyektif, disebut Verstehende efisien jika menggunakan jasa
Sociologie. Dengan kata lain angkut (CHW 03, 10 Mei 2016).
verstehende adalah suatu metode Dalam hal ini menunjukkan
pendekatan yang berusaha untuk bahwa peran manusia sudah mulai
mengerti makna yang mendasari dan tergantikan oleh peran teknologi.
mengitari peristiwa sosial dan Transportasi yang semakin maju
historis. Weber memisahkan empat membantu masyarakat sehingga
tindakan sosial di dalam lebih mudah mendapatkan pasir,
sosiologinya, yaitu: namun masyarakat juga harus
a. Zweck rational mengorbankan uang untuk
b. Wert rational memenuhi kebutuhannya.
c. Affectual 2. Kesadaran Masyarakat dan
d. Tradisional Perangkat Desa Legung Timur
Tindakan sosial yang dilakukan dalam Mempertahankan
oleh masyarakat Legung Timur Kasur Pasir
khususya dalam upaya
mempertahankan kasur pasir,
merupakan tindakan wert rational,

17
a. Pengetahuan Masyarakat berpengaruh pada sistem
Legung Timur tentang kepercayaan, sistem pendidikan,
Lingkungannya sistem matapencaharian, pola pikir
Dalam prespektif budaya yang dan pola tingkah laku masyarakat.
seperti dijelaskan oleh Schaefer Akibat pengaruh modernisasi
(2016: 61) bahwa dalam masyarakat lebih berpikir rasional
kenyataannya budaya dapat dan banyak berinteraksi dengan
mendefinisikan suatu kelompok masyarakat luar. Bersamaan dengan
masyarakat yang hidup bersama. adanya pengaruh globalisasi,
Masyarakat mengembangkan praktik masyarakat memiliki kebudayaan
dan kepercayaan budaya yang sama. yang semakin beragam, dan memiliki
Masyarakat Legung Timur pola hidup yang lebih dinamis.
dengan aktivitas di atas pasirnya Pengaruh modernisasi dan
dapat mendefinisikan pola kehidupan globalisasi ini menyebabkan
mereka dengan kebiasaan yang sama. berkembangnya fenomena
Sehigga msyarakat luar pun dapat masyarakat yang banyak melakukan
memberikan identitas bagi kebiasaan aktivitas di atas pasir menjadi
mereka seperti sebutan “manusia dikenal sebagai ciri budaya khas
pasir”, “kampung pasir”, dan telah masyarakat Legung Timur
diresmikan dengan nama “kampung Kabupaten Sumenep. Media sosial
kasur pasir”. Maka kebiasaan tidur di banyak mengekspose kebudayaan
atas pasir inilah terlihat sebagai pola kasur pasir ini. Sehingga penduduk
kehidupan masyarakat Legung Timur Indonesia semakin banyak
daerah pesisir, dan menjadi mengetahui salah satu kebudayaan
kebudayaan yang khas bagi mereka. khas Indonesia ini. Kasur pasir pun
Pada saat ini, kemajuan berkembang, saat ini tidak hanya
tekhnologi sudah berkembang. Hal menjadi tempat tidur yang pokok
ini telah dijelaskan oleh Schrool bagi masyarakat. Setiap orang sudah
(1982) bahwa modernisasi dalam memiliki kasur modern yang terbuat
masyarakat merupakan proses dari kapuk ataupun jenis lainnya
transformasi berupa perubahan yang terbungkus rapi.
masyarakat dalam aspek-aspeknya. Di Indonesia memiliki banyak
Berkembangnya modernisasi di inovasi di dalamnya, teknologi yang
masyarakat Legung Timur, semakin canggih, pakaian manusia
berkembang pula globalisasi pada yang semakin beragam, akses
kebudayaan masyarakat kasur pasir transportasi yang semakin mudah.
tersebut. Ritzer (2012: 976) Hal ini berpengaruh pula pada
mengatakan bahwa globalisasi dapat kehidupan masyarakat Legung Tiur,
dianalisis secara kultural, ekonomi, setiap masyarakat memiliki televisi
politik dan institusional. Untuk setiap dan alat komunikasi, bahkan
analisis, perbedaan mendasar adalah transportasi semakin mudah untuk
tentang apakah kita melihat semakin menghubungkan akses komunikasi
meningkatnya homogenitas atau dengan masyarakat Kota.
heterogenitas. Dari pembahasan di atas
Pada masyarakat Legung mengenai perubahan sosial akibat
Timur. Modernisasi tersebut modernisasi dan globalisasi, tidaklah

18
luput masyarakat mengalami dampak pengetahuan lokal yaitu merupakan
yang menurun. Perubahan tersebut pengetahuan yang khas milik
berpengaruh pada nilai-nilai masyarakat tertentu yang telah
kehidupan secara universal, berkembang lama.
sedangkan perubahan budaya secara Begitu pula yang terjadi pada
material tidak terlalu terlihat pada masyarakat Desa Legung Timur
masyarakat Legung Timur. daerah pesisir. Kasur pasir yang
Adang dan Anwar (2013: 252) awalnya merupakan pewarisan nenek
mnejelaskan bahwa modernisasi moyang yang berkembang lama
suatu kelompok atau masyarakat dengan filosofi bahwa manusia
berkenaan dengan upaya untuk tercipta dari tanah dan akan kembali
menciptakan masyarakat yang sadar ke tanah, tumbuh menjadi budaya
dan kondusif terhadap tuntutunan masyarakat sekitar yang khas. Hal
dari tatanan kehidupan yang semakin ini menjadi identitas tersendiri bagi
mengglobal saat ini dan mendatang. masyarakat Legung Timur daerah
Diharapkan dari proses modernisasi pesisir, yang masih memanfaatkan
ini, manakal dihadapkan pada arus pasir sebagi media dibeberapa
globalisasi tatanan kehidupan aktivitas kesehariannya.
manusia, suatu masyarakat teetentu Pengetahuan penduduk
tidaklah sekedar memperlihatkan mengenai lingkungannya membuat
suatu fenomena kebengongan masyarakat lebih bijak menentukan
semata, tetapi diharapkan mampu aturan-aturan yang bijak bagi kondisi
merespon, melibatkan diri dan alam dan kehidupan masyarakat itu
memanfaatkannya secara signifikan sendiri.
bagi eksistensi dirinya, sesamanya Pada umumnya masyarakat
dan lingkungan sekitarnya. Legung Timur mengetahui potensi
Manusia memiliki peran sentral daerahnya, salah satu contoh
sebagai dalam menciptakan menurut pernyataan beberapa
keharmonisan antara kebudayaan narasumber mereka menyadari
lokal yang sarat akan kearifan- bahwa mereka hidup di Desa Legung
kearifan budaya dengan modernisasi Timur bagian pesisir, sedangkan
dan globalisasi yang terus sebagian wilayah di Desa Legung
berkembang. Timur di daerah bagian selatan
Kearifan budaya ini memiliki merupakan daerah agraris, memiliki
aturan-aturan yang membentuk pola banyak potensi pertanian.
kehidupan masyarakat setempat, dan b. Pemanfaatan Lingkungan dan
menyatukan antara rasionalisasi Pemeliharaannya
masyarakat beserta pengembangan Berdasarkan pengetahuan
kebudayaan lokal masyarakat. mereka tentang lingkungannya,
Aturan tersebut berupa kebijakan kemudian masyarakat memiliki cara
pengelolaan sumber alam dan tersendiri dalam merawat serta
lingkungan hidup masyarakat memanfaat potensi yang sudah ada.
sekitar. c. Simbol-Simbol Identitas
Kebijakan pengelolaan sumber Pemakaian bahasa sebagai
alam ini disebut sebagai kearifan simbol signifikan yang menjelaskan
lokal, yang disebut pula sistem identitas suatu kelompok atau

19
individu. Berdasarkan hal tersebut, hamper semua (sebagian besar)
bahasa menjadi identitas masyarakat sudah permanen. Disamping itu,
Legung Timur. Berkaitan dengan rumah-rumah di Legung Timur
bahasa daerah, bahasa yang tampak padat, tampak halaman yang
digunakan untuk komunikasi dalam semkain sempit, dan luas bangunan
kehidupan sehari-hari adalah bahasa tidak seluas dulu, karena lahan
Madura. Dalam penggunaannya juga pekarangan makin sempitdengan
mengenal tingkatan, yaitu bahasa semakin padatnya penduduk.
enggi- bunten dan enje’-iye. Enggi- Menurut pengamatan halaman
bunten digunakan ketika mereka rumah penduduk dihubungkan
berbicara dengan orang-orang yang dengan gang-gang kecil yang
lebih tua, atau orang yang dihormati. dipenuhi dengan tumpukan pasir.
Sedangkan untuk bahasa enje’-iye Secara umum penataan ruang rumah
digunakan ketika mereka berbicara tangga memiliki ruang tamu, ruang
dengan orang-orang yang usianya tidur, ruang dapur, kamar mandi.
hamper sama ataupun kepada orang Saat ini ruang tidur dengan tempat
yang lebih muda. tidur yang beralaskan pasir dan
d. Adat Istiadat ruang tidur yang berisi kasur biasa
Nilai, norma, etika, terdapat di ruangan yang berbeda.
kepercayaan, dan aturan-aturan yang Hal ini disebabkan Karena di
di pegang oleh masyarakat Legung beberapa keluarga, ada anggota
Timur pun menjadi salah satu bagian keluarga yang tidak suka untuk tidur
dalam kajian kearifan lokal, yaitu di kasur pasir.
banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai Kesadaran adalah bagian dari
dari organisasi keislaman Nahdatul sikap atau perilaku. Pengertian
Ulma (NU). Walaupun tradisi kesadaran yang ada sebagian dari
kejawen masih diterapkan oleh sikap menjadi benar jika setiap
sebagian besar golongan tua, seperti perilaku yang ditunjukkan terus
acara petik laut, yang dilaksanakan bertambah dan menjadi sifat
sebagai bentuk syukur kepada Tuhan hidupnya. Contoh yang dikaitkan
Yang Maha Esa telah memberikan dengan lingkungan yaitu terdapatnya
sagere atau lautan dengan sumber larangan untuk tidak membuang
daya alam yang melimpah di sampah ke sungai/saluran, maka
dalamnya, biasanya masyarakat sebagai manusia yang sadar
menenggelamkan sesajen yang berisi lingkungan harus mentaati larangan
banyak makan dan kambing ke tersebut dengan tidak membuang
tengah laut. sampah ke sungai. Dikatakan
e. Kelengkapan Rumah demikian karena menurut teori
Tangga kesadaran adalah pengetahuan dan
Rumah bagi masyarakat merupakan bagian dari sikap atau
Legung Timur berfungsi sebagai tindakan (Maftuchah Yusuf).
tempat tinggal. Mengenai bentuknya
tidak mempunyai ciri khusus dan Durkheim dalam kajiannya
kondisi bangunan sekarang tidak tentang kesadaran sosial
jauh berbeda dengan rumah menyebutkan ada dua macam
penduduk diperkotaan. Bahkan kesadaran yaitu collective

20
consciousness dan individual a. Pengetahuan dan Pemahaman
consciousness. Dalam hal ini Masyarakat
masyaarakat Legung Timur memiliki 1) Pengetahuan dan Pemahaman
kesadaran kolektif tentang budaya Masyarakat dalam
kasur pasir ini. Dari hasil wawancara Pemanfaatan Kasur Pasir
masyarakat dan perangkat desa Aktivitas di atas pasir yang
memiliki kesepakatan di luar dilakukan oleh masyarakat Legung
kontrak-kontrak sosial secara tertulis Timur daerah pesisir, merupakan
bahwa kasur pasir itu akan tetap ada aktivitas yang turun-temurun, seperti
sampai akhir hayat. Mereka tidur, bersilaturrahmi dengan
berkeyakinan budaya kasur pasir itu tetangga, hingga melahirkan di atas
tidak akan punah, hanya saja pasir. Hal ini dilakukan karena
teknologi yang mempengaruhi mereka kebudayaan yang menurut
perlengkapan hidup mereka yang mereka mudah dilakukan dan tidak
berkembang seiring dengan membutuhkan dana yang terlampau
modernisasi dan globalisasi. mahal. Berdasarkan hasil wawancara
dengan masyarakat dan perangkat
Simpulan desa sekitar tentang alasannya
Penelitian ini mengkaji tentang mempertahankan kasur pasir adalah
Kearifan Lokal “Kasur Pasir”, Desa kenyamanan. Tidur di atas pasir
Legung Timur Kecamatan Batang- lebih dingin di bandingkan dengan
Batang Sumenep-Madura. tidur di atas kasur biasa. Beberapa
Berdasarkan hasil penelitian dan narasumber menjelaskan pula bahwa
pembahasan yang telah dilakukan ketika mereka merasakan linu, saat
diperoleh kesimpulan berikut: dimasukkan ke dalam pasir, rasa linu
1. Upaya Masyarakat Legung itu hilang.
Timur dalam Mempertahankan 2) Pengetahuan dan Pemahaman
“Kasur Pasir” Sebagai Budaya tentang Potensi Kasur Pasir
Lokal Bersamaan dengan Berdasarkan pernyataan
Berkembangnya Arus Globalisasi narasumber bahwa masyarakat pada
dan Modernisasi dasarnya sudah mengetahui bahwa
Adapun bentuk upaya budaya kasur pasir ini adalah suatu
mempertahankan kasur pasir tersebut budaya yang mulai diperhatikan oleh
sebagai berikut: masyarakat Indonesia melalui media
a. Pemanfaatan kasur pasir dalam sosial. Perangkat desa pun mulai
kehidupan sehari-hari menyadari bahwa kasur pasir yang
b. Perawatan kasur pasir menjadi salah satu kearifan lokal di
c. Pewarisan kepada anak Indonesia membutuhkan perhatian
d. Peran Perangkat Desa lebih, seperti kebijakan-kebiajakan
e. Peran Media yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2. Kesadaran Masyarakat Legung d. Sikap Masyarakat
Timur dalam Mempertahankan Menurut keterangan salah satu
Kasur Pasir Sebagai Kearifan perangkat desa bahwa kesadaran
Lokal Budaya Setempat akan kasur pasir yang merupakan
kearifan lokal Desa Legung Timur

21
dimulai semenjak media sosial sebagian masyarakat Legung Timur
memberitakan tentang kebudayaan terbuka dengan budaya baru, namun
kasur pasir yang berada di Desa tetap memegang nilai-nilai luhur
Legung Timur. yang dipegang masyarakat.
Perangkat desa menyadari Saran
bahwa kasur pasir merupakan salah Budaya merupakan kekayaan
satu kearifan lokal di Desa Legung yang mewarnai kehidupan
Timur. Hal ini juga disadari oleh masyarakat. Maka jadikan
pemerintah Kabupaten Sumenep berkembangnya jaman sebagai
bahkan pemerintah Provinsi Jawa sarana untuk mempertahankan
Timur. Namun sampai saat ini belum budaya berdasarkan nilai luhur yang
ada upaya khusus dari masyarakat sudah ada.
untuk menjadikan kampung kasur (Anwar dan Adang, 2013: 252)
pasir sebagai destinasi wisata. Adapun spesifikasi sikap mental
Masyarakat pada umumnya mulai seseorang atau kelompok yang
menyadari bahwa kampung kasur kondusif untuk mengadopsi dan
pasir Legung Timur dikenal di mengadaptasi proses modernisasi
Indonesia. Usaha mempertahankan adalah:
kebudayaan tersebut dengan tetap a. Nilai budaya atau sikap mental
melestarikan segala aktivitas di atas yang senantiasa berorientasi ke
kasur pasir, dan mensosialisasikan masa depan dan dengan cermat
kepada generasi berikutnya. mencoba merencanakan masa
e. Pola Perilaku (Tindakan) depannya.
Pola perilaku yang ada di b. Nilai budaya atau sikap mental
masyarakat Legung Timur pada yang senantiasa berhasrat
umunya dipengaruhi oleh mengeksplorasi dan
kebudayaan Sumenep pada mengeksploitasi potensi-potensi
umumnya. Pada masyarakat Legung sumber daya alam, dan terbuka
Timur memiliki hubungan yang bagi pengembangan inovasi
masih guyub antartetangga, nilai bidang iptek. Dalam hal ini,
gotong royong masih dijunjung memang iptek bisa dibeli,
tinggi, serta menghormati tamu dipinjam dan diambil alih dari
dengan jamuan makan besar adalah iptek produk asing, namun dalam
kebiasaan sebagian masyarakat penerapannya memerlukan
sekitar. proses adaptasi yang sering lebih
Masyarakat legung timur sudah rumit daripada mengebangkan
banyak terakses oleh nilai-nilai iptek baru.
modern, terlihat peralatan hidup c. Nilai budaya atau sikap mental
masyarakat pada umumnya yang yang siap milai tinggi suatu
mulai beragam, cara berpakaian pada prestasi dan tidak menilai tinggi
generasi tua masih menggunakan status sosial, karena status ini
kebaya ataupun samper batik. Tapi seringkali dijadikan suatu
untuk generasi muda, tradisi predikat yang bernuansa gengsi
berpakaian seperti itu sudah pribadi yang sifat normatif,
berkurang. Melihat dari beberapa sedangkan penilai objektif hanya
perubahan tersebut, dapat diketahui bisa didasarkan pada konsep

22
seperti apa yang dikemukakan Kodiran. (2004). Pewarisan Budaya dan
oleh D.C. Mc Clelland Kepribadian. Humaniora. Vol.16,
(Koentjaraningrat, 1985), yaitu 10-16.
achievement-oriented.
Nilai budaya atau sikap mental Moleong, Lexy J. (2006).
yang bersedia menilai tinggi usaha Metodologi Penelitian Kualitatif
pihak lain yang mampu meraih (edisi revisi). Bandung: PT
prestasi atas kerja kerasnya sendiri. Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. (2013). Metode


Daftar Pustaka
Penelitian. Bogor: Ghalia
Alamsyah, V. K. (2014). Penciptaan
Indonesia.
Program Televisi Dokumenter
"Manusia Pasir" Dengan Gaya Pratiwi, Ari. (2011). Kearifan Lokal
Expository. Skripsi S1. Tidak dan Fungsi Kesenian Rodat di
diterbitkan. INSTITUT SENI Desa Bateh, Kecamatan
INDONESIA YOGYAKARTA. Candimulyo, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Skripsi
Anwar, Yesmil dan Adang. (2013).
S1. Tidak diterbitkan. Universitas
Sosiologi untuk Universitas.
Negeri Yogyakarta.
Bandung: PT Refika Aditama.
Raho, B. (2014). Sosiologi. Flores:
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Penerbit Ledalero.
Sumenep.
http://sumenepkab.bps.go.id/linkT Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi:
abelStatis/print/id/4. di akses pada Dari Sosiologi Klasik Samppai
tanggal 5 Januari 2016. Perkembangan Terakhir
Postmodern (Edisi Kedelapan
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan
ed.). (S. Pasaribu, R. Widada, &
Almanshur. (2012). Metode
E. Adinugraha, Penerj.)
Penelitian Kualitatif. Jogjakarta:
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ar-Ruzz Media.
Sajogyo, P. (1985). Sosiologi
Herdiansyah, Haris. (2012).
Pembangunan. Jakarta: Fakultas
Metodologi Penelitian Kualitatif:
Pasca Sarjana IKIP Jakarta
untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
bekerjasama dengan Badan
Salemba Humaika.
Koordinasi Keluarga Berencana
Indonesia, C. P. (2014, Desember 6). Nasional.
Cerita Pariwisata Negeriku
Schaefer, R. T. (2012). Sosiologi. (A.
Indonesia. Dipetik Oktober 24,
Novenanto, & D. T. Dwiandini,
2015, dari
Penerj.) Jakarta: Salemba
http://m.facebook.com/jejakkuInd
Humanika.
onesia/post508531639263472?_e
_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C296 Schoorl, J. W. (1982). Modernisasi.
2378118 (R. G. Soekadijo, Penerj.) Jakarta.

23
Shahab, K. (2013). Sosiologi
Pedesaan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Sukari, dkk. (2004). Kearifan Lokal


Di Lingkungan Masyarakat
Tengger Pasuruan Jawa Timur.
Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata, Deputi Bidang
Pelestarian dan Pengembangan
Kebudayaan, Balai Kajian Sejarah
dan Nilai Tradisional Yogyakarta,
Proyek Pemanfaatan Kebudayaan
Daerah.

Wagiran. (2012). Pengembangan


Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Hamemayu Hayuning Bawana
(Identifikasi Nilai-nilai Karakter
Berbasis Budaya). Jurnal
Pendidikan Karakter, 329.

Wasino. (2014). Modernisasi Di


Jantung Budaya Jawa. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.

Wibowo, Adrianto, A., Sumarno,


Munawaroh, S., & Nurwanti, Y.
H. (2002). Tatakrama Suku
Bangsa Madura. Yogyakarta:
Badan Pengembangan
Kebudayaan dan Pariwisata.

24

Anda mungkin juga menyukai