Anda di halaman 1dari 14

Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774

Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647


Page : 61-74

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN


(STUDI PADA KELUARGA SUKU BATAK TOBA)
Syurya Muhammad Nur1
Rasminto2
Khausar3

1Dosen Universitas Esa Unggul, Jalan Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta 11510,
Email : syurya.muhammadnur@esaunggul.ac.id
2Dosen Geografi FKIP Universitas Islam 45 Bekasi, Jalan Cut Meutia No 83-84, Bekasi

Email : rasminto45@unismabekasi.ac.id
3
Dosen STKIP Bina Bangsa Meulaboh Jl. Meulaboh-Tapak Tuan, Meurubo, Aceh Barat.
Email: saraja970@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui bagaimanakah pendidikan karakter yang ditanamkan melalui nilai-nilai
adat Suku Batak Toba, (2) Untuk mengetahui bagaimanakah media sosialisasi yang digunakan dalam pendidikan karakter
pada Suku Batak Toba. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan dan
pengolahan data melalui studi pustaka (library research).Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter
didalamkeluarga Batak Toba didasarkan pada nilai-nilai filosofis yang ditanamkan kepada generasi kegenerasi
penerusnya. Pendidikan karakter dalam budaya Batak Toba memiliki nilai-nilai filosofi luhurnya, yakni (1) mengharuskan
setiap keturunannya untuk berbuat baik kepada sesama, terutama dalam lingkup terdekat, yaitu keluarga. Perbuatan baik
tersebut bagi budaya Batak Toba diyakini akan membawa kebaikan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa;(2) nilai-nilai
semangat belajar dan kerja keras; (3) nilai-nilai luhur untuk hidup rukun di masyarakat dan yang memacu pengembangan
potensi diri menjadi seorang individu dengan kepribadian yang berkualitas baik.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Kebudayaan, Batak Toba

PENDAHULUAN.
Negara Indonesia adalah negara yang kaya kegenerasi melalui berbagai proses pembelajaran
akan budaya serta adat istiadat dari Sabang sampai untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling
Marauke dan setiap daerah memiliki nilai dan cocok dengan lingkungannya, potensi suberdaya
norma tersendiri yang berlaku secara umum untuk alam, dan sumberdaya manusia yang saling
membentuk karakter masyarakatnya sesuai dengan mendukung. Budaya terbentuk dari sekelompok
kebudayaannya. Dalam hal ini Koentjaraningrat orang terorganisasi yang mempunyai tujuan,
(2009:188), mengatakan masyarakat adalah suatu keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan diukur
kesatuan hidup manusia dan saling berinteraksi melalui pengaruhnya pada motivasi.
antar sesama menurut suatu sistem adat istiadat Untuk mengembangkan nilai-nilai
tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh kebudayaan suatu daerah terhadap generasinya,
suatu rasa identitas bersama. Selanjutnya Wibowo maka sangat diperlukan melalui pendidikan
(2007:15) mengatakan budaya merupakan kegiatan karakter, pendidikan merupakan suatu proses yang
manusia yang sistematis diturunkan dari generasi terjadi secara terus-menerus yang bertujuan untuk

61
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

mengubah jati diri seorang untuk lebih maju dan lalu misalnya, dilansir dari kompas.com, dari 447
berkembang dalam ilmu pengetahuan. orang terduga perusuh, terdapat di dalamnya 67
Berkembangnya zaman saat inidunia pendidikan anak di bawah umur. Lalu kasus pelaku begal,
harus terus mengalami perubahan secara signifikan pornografi dan lain sebagainya hampir rata-rata
sehingga akan banyak merubah pola pikir anak muda, Peristiwa ini merupakan potret kelam
seseorang, dari pola pikir yang sederhana atau akan karakter anak bangsa yang sedang mengalami
tradisional menjadi lebih modern. krisis.
Di zaman era digital ini yang penuh Oleh karena itulah hal ini yang
dengan kekuatiran para masyarakat apabila tidak menyebabkan menurunnya karakter
ditangani dengan baik, banyak sekolah-sekolah berkebangsaan generasi muda saat ini dan sangat
dan keluarga-keluarga yang sudah jarang diperlukannya pendidikan karakter di suatu
meyampaikan nilai-nilai adat kebudayaan dan masyarakat. Karakter adalah suatu sifat budi
nilai-nilai luhur pancasila terhadap para siswaserta pekerti seseorang yang menjadi ciri khas seseorang
anak-anaknya. Contoh yang paling mudah atau sekelompok orang serta nilai-nilai perilaku
didapatkan adalah murid yang tidak hormat kepada manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
gurunya serta kepada orang tuanya. Situasi dan Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan seperti ini akan menjadi faktor pemicu lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pembentukan karakter seorang siswa ke arah yang pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
adat dan Pancasila. Dalam kehidupan zaman krama, budaya, dan adat istiadat. Secara umum
kinidimana arus teknologi dan informasi tentu kita tahu, jika keluarga adalah tempat belajar
berkembang begitu pesat, semakin banyak seorang anak sebelum mengenal dunia luar. Setiap
muculnya berbagai macam permasalahan di keluarga di Indonesia memiliki latar belakang yang
masyarakat, mulai dari praktik KKN (korupsi, berbeda, baik dilihat dari suku, agama,
kolusi, nepotisme), perampokan, terorisme, kepercayaan maupun budayanya. Setidaknya latar
kekerasan atas nama agama, tindakan asusila, belakang keluarga khususnya budaya yang ada
perundungan di sekolah, hingga tawuran antar dalam keluarga turut berperan dalam membentuk
warga yang kerap terjadi di kehidupan sehari-hari. karakter individu seorang.
Di tengah kemajuan teknologi, melihat berbagai Menurut Deddy (2005:18) Budaya
peristiwa kejahatan di tanah air belakangan ini diartikan sebagai gaya hidup unik suatu kelompok
justru membuat miris, betapa buruknya kualitas manusia tertentu, budaya berkenaan dengan cara
karakter bangsa Indonesia. Belum lagi pelaku manusia hidup, dimana hal ini mencakup
kekerasan atau tindak kriminal yang kini kerap bagaimana manusia belajar berpikir, merasakan
dilakukan oleh anak di bawah umur, sebagai sesuatu, mempercayai hal-hal baru dan
contoh pada peristiwa kerusuhan 21-22 Mei 2019 mengusahakan apa yang patut menurut budayanya
62
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

sendiri. Kebudayaan yang dimiliki suatu daerah


berbeda dengan daerah lain hal ini membuat
Indonesia penuh akan keanekaragaman budaya
daerah. Secara harfiah pengertian budaya (culture)
berasal dari bahasa Latin Colere, yang berarti
mengerjakan tanah, mengolah, atau memelihara
ladang. Oleh Ashley Montagu dan Cristper
Dawson, kebudayaan diartikan sebagai way of life,
yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan
identitas tertentu pula dari suatu bangsa. Sementara
menurut Koentjoroningrat dalam Gering (2003),
budaya adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan segala hasil karya manusia dalam Sumber
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik grafik:https://databoks.katadata.co.id/datapublish
diri manusia dengan cara belajar. Jadi budaya /2018/10/29/jawa-mendominasi-40-persen-suku-
adalah gagasan serta tindakan manusia yang dalam bangsa-di-indonesia.
berinteraksi kepada masyarakat terdapat nilai-nilai Suku Batak sendiri memiliki enam sub
dan norma yangberlaku di masyarakat. suku, yang diantaranya adalah Batak Toba, Batak
Indonesia adalah negara yang multikultur Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak
dan banyak suku bangsa, berdasarkan data Badan Mandailing, dan Batak Angkola. Suku Batak di
Pusat Statistik pada Sensus Penduduk 2010 Indonesia tidak lepas dari stereotip pekerja keras
terdapat sekitar 1331 kategori suku yang dimana dan suka ‘ceplas-ceplos’ jika mengemukakan
sejumlah 1331 kategori tersebut merupakan kode pendapat, sehingga tidak jarang dianggap kasar
untuk nama suku, nama lain/klasifikasi suatu suku, oleh orang lain. Suku Batak juga kerap dikaitkan
nama sub suku, maupun sub dari sub suku.Hal ini dengan berbagai profesi seperti pengacara, tukang
menunjukkan bahwa begitu kaya dan beragamnya tambal ban, sopir, rentenir, hingga pencopet.
suku yang ada di Indonesia. Menurut data yang Terlepas dari streotip yang ada, suku Batak
disajikan oleh katadata.co.id (2018) selain suku sebenarnya memiliki nilai-nilai luhur yang
Jawa (40,22%) dan suku Sunda (15,5%), suku diajarkan pada setiap keturunannya seperti yang
Batak (3.58%) merupakan suku dengan jumlah juga diwariskan pada suku-suku bangsa lainnya.
persentase terbanyak ketiga di Indonesia dari Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
keseluruhan penduduk Indonesia yang berjumlah teknologi yang pesat telah mengakibatkan adanya
236,73 juta jiwa. perubahan pada budaya masyarakat yang
Grafik 1. Penduduk Indonesia menurut Suku berlangsung cepat, perubahan budaya tersebut juga
Bangsa berakibat pada perubahan pendidikan. Baik budaya
63
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

maupun pendidikan akan selalu berubah mengikuti Metode penelitian yang digunakan adalah
perkembangan zaman. Perkembangan pendidikan metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan
yang cepat juga membawa perubahan pada dan pengolahan data melalui studi pustaka (library
keghidupan masyarakat. Perkembangan yang research) sebagai bahan literatur yang dapat
begitu cepat membuat masyarakat tidak menyadari menyajikan data dan disertai dokumen pendukung
bahwa mereka juga mengalami perubahan. Budaya yang menjadi referensi penting dalam kajian ini.
dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena
pada hakekatnya pendidikan adalah proses PEMBAHASAN.
pembudayaan masyarakat. Tanpa kebudayaan Hakikat dan Permasalahan Pendidikan
yang kokoh suatu bangsa tidak akan dapat menjadi Karakter.
manusia yang berbudaya, manusia yang beraklah Dalam pembahasan ini penulis perlu
mulia, manusia yang dapat menjunjung tinggi kiranya menjelaskan terlebih dahulu apa itu
nilai-nilai luhur bangsanya. Karakter. Menurut Doni (2010: 80) memahami
Untuk mempertahankan nilai budaya dan karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian
adat leluhur suatu masyarakat, di perlukan suatu sesorang dianggap sebagai ciri, watak
sarana untuk menyalurkan serta menyampaikan karakteristik, gaya kehidupan, sifat khas dari diri
budaya beserta nilai-nilai yang terkandung di seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
dalamnya, sarana tersebut adalah pendidikan dan yang diterima dari lingkungan. Selanjutnya
lebih diutamakan pendidikan karakter. Melalui menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008 : 27),
pendidikan, penyampaian dan penyaluran budaya karakter mengacu kepada serangkaian sikap
dan nilai-nilai budaya akan mudah dilaksanakan. (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
Dalam pendidikan disekolah, dirumah maupun (motivations), dan keterampilan (skills).
dimasyarakat lingkungan harus dapat memberikan Karakter seseorang dapat dibentuk melalui
pemahaman pada peserta bahwa pentingnya penanaman nilai-nilai dan nilai-nilai tersebut
menjaga nilai-nilai luhur budaya. tentunya pendidikan. Dalam hal ini Ramli (2003 :
Dalam artikel ini penulis mencoba 15), mengatakan bahwa pendidikan karakter pada
menganalisa bagaimana penanaman pendidikan dasarnya memiliki esensi dan makna yang sama
karakter dalam budaya keluarga Batak Toba. dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak
Penulis berharap dari tulisan ini dapat memberikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi anak,
gambaran kepada pembaca bahwa karakter budaya supaya menjadi manusia yang baik, warga
batak merupakan warisan budaya bangsa masyarakat, dan warga negara yang baik. Menurut
Indonesia, karena bangsa Indonesia kaya dengan Heri (2009 : 207), pendidikan karakter
budayanya. digambarkan sebagai investasi nilai kultural yang
membangun watak, moralitas, dan kepribadian
METODE. masyarakat yang dilakukan dalam waktu panjang,
64
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

kontinyu, intens, konstan, dan konsisten. Selanjutnya Heri (2009 : 208), menyatakan
Selanjutnya Kemendiknas (2010) menjelaskan pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke
bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar dan dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga
terencana untuk membangun watak, tabiat, akhlak, membuat orang dan masayarakat jadi beradab.
atau juga kepribadian seseorang yang terbentuk Pendidikan bukan hanya merupakan sarana
dari hasil internalisasi sebagai kebajikan yang transfer ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih
diyakini dan mendasari cara pandang, berpikir, luas lagi dari pada itu, yaitu sebagai sarana
sikap, dan cara bertindak orang tersebut. pembudayaan sikap dan waktak serta penyaluran
Pendidikan merupakan suatu kewajiban nilai.
bagi setiap masyarakat baik yang muda maupun Suatu generasi haruslah mendapatkan
yang tua, tujuannya adalah untuk mencapai dan pendidikan yang berdasarkan dimensi
menjadikan masyarakat yang madani, yaitu madani kemanusiaan. Dimensikemanusiaan itu mencakup
secara spritual, ekonomi, sosial, politik dan sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar,
budaya. Khausar (2018 : 42). yaitu:
Dari pengertian yang sebelumnya, (1) Afektif, sikap yang memiliki
pendidikan karakter ini adalah sebuah jalan keimanan dan ketakwaa yang berbudi
pembelajaran yang panjang dan berkelanjutan. luhur;
Faktor internal maupun eksternal dari seorang (2) Kognitif, mempunyai pola fikir dan
individu, bagaimana caranya belajar kerap daya untuk terus menggali ilmu
kemudian akan sangat mempengaruhikarakternya. pengatahuan; dan
Karakter disini terdiri dari berbagai bagian yang (3) Psikomotorik, memiliki kemampuan
saling berkaitan satu sama lain, seperti misalnya dan kemauan yang kuat untuk
bagaimana cara pandang seseorang terhadap suatu mengembangkan potensi dalam diri.
peristiwa kekerasan, jika ia memandang kekerasan Singkatnya, pendidikan ini didasari pada
sebagai suatu tindakan yang wajar, tentu ia nilai-nilai kemanusiaan yang terdiri dari tiga tahap,
memiliki sikap yang berbeda terhadap individu yaitu afektif yang berkenaan dengan akhlak,
yang menganggap kekerasan adalah tindakan yang kognitif yang merupakan intelektualitas, dan
tidak seharusnya dilakukan. Pola yang berulang psikomotorik yang merupakan keterampilan
mengenai cara bersikap inilah yang nantinya kelak seseorang berperilaku sesuai akhlak dan
akan membentuk watak atau kepribadian intelektualitasnya.
seseorang. Baik-buruknya kualitas karakter setiap Pendidikan karakter tidak hanya sekedar
individu ini sangat bergantung pada bagaimana ia mengajarkan mana yang baik dan mana yang tidak
belajar dan nilai-nilai seperti apa yang ditanamkan baik kepada anak, akan tetapi lebih dari itu
pada proses belajarnya. pendidikan karakter menanamkan
kebiasaantentang yang baik, sehingga anak paham,
65
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

mampu merasakan, dan mau melakukan hal-hal etnis, pendapat, sikap dan tindakan
yangbaik. Pendidikan karakter pada orang lain yang berbeda dengan
dasarnyamembawa misi yang sama dengan dirinya.
pendidikan akhlak atau pendidikan moral d. Disiplin. Tindakan sesuai pada
berdasarkan nilai-nilai agam dan adat (Marzuki berbagai ketentuan dan peraturan.
2015),Selain lingkungan tempat tinggal dan e. Kerja keras. Perilaku yang
keluarga, pendidikan di sekolah juga turut menunjukkan sikap sungguh-sungguh
mengambil peran dalam pengembangan atau dalam menyelesaikan tugas dengan
penanaman pendidikan karakter. sebaik-baiknya.
Menurut Kemendiknas (2010), konteks f. Kreatif. Berpikir dan melakukan
pendidikan karakter di sekolah baik pengertian sesuatu yang menghasilkan cara atau
maupun penerapannya masih banyak salah tafsir di hasil baru berdasarkan apa yang telah
antara para guru sendiri. Ketidaktepatan itu dimiliki.
disebabkan pemahaman di antara pihak yang tidak g. Mandiri. Sikap yang tidak mudah
sama, oleh karena itu ditetapkan tujuan pendidikan tergantung pada orang lain dan
nasional yang bertujuan untuk mencerminkan berusaha sesuai dengan kemapuan
kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara sendiri.
Indonesia dan dikembangkan oleh berbagai h. Demokratis. Cara berpikir, bersikap
lembaga pendidikan di berbagai jenjang. Dalam dan bertindak yang menilai sama hak
tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai dan kewajiban dirinya dengan orang
kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warga lain.
negara Indonesia. Dari tujuan pendidikan nasional i. Rasa ingin tahu. Sikap yang selalu
tersebut, teridentifikasi delapan belas nilai karakter berupaya untuk mengetahui lebih.
sebagai berikut: j. Semangat kebangsaan. Cara berpikir,
a. Religius. Sikap dan perilaku yang bertindak, dan wawasan yang
patuh dalam melaksanakan ajaran menempatkan kepentingan bangsa dan
agama yang dianutnya, toleran negara di atas kepentingan diri dan
terhadap pelaksanaan ibdah agama kelompoknya.
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk k. Cinta Tanah Air. Cara berpikir,
agama lain. bersikap penghargaan yang tinggi
b. Jujur. Perilaku yang yang selalu dapat terhadap bahasanya.
dipercaya dalam perkataan, tindakan, l. Menghargai prestasi. Sikap dan
dan pekerjaan. tindakan yangmengakui dan
c. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghormati keberhasilan orang lain.
menghargai perbedaan agama, suku,
66
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

m. Bersahabat/komunikatif. Tindakan belanja ke pasar, Ayah bisa saja bertugas memasak,


yang memperlihatkan rasa senang dan anak-anak mengerjakan pekerjaan seperti
berbicara, bergaul, dan bekerja sama menyapu, mengepel, dan mencuci pakaian.
dengan orang lain. Pembagian dan tanggung jawab masing-masing ini
n. Cinta damai. Sikap, perkataaan dan akan berbeda situasinya pada setiap keluarga, juga
tindakan yang menyebabkan orang tergantung pada budaya yang mereka miliki.
lain merasa senang dan aman atas Menurut Helmawati (2013:36),
kehadiran dirinya. Pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran atau
o. Senang membaca. Kebiasaan proses transfer ilmu saja, hal yang terpenting dalam
menyediakan waktu untuk membaca pendidikan yaitu transformasi nilai dan
berbagai bacaan yang memberikan pembentukan kepribadian dengan segala aspek
kebajikan bagi dirinya. yang dimiliki manusia itu sendiri. Selanjutnya,
p. Peduli sosial. Sikap empati terhadap Helmawati juga menyebutkan bahwa dasar
sesama dan masyarakat yang pendidikan di Indonesia seharusnya dikembangkan
membutuhkan. dari nilai-nilai Pancasila. Dari lima dasar dalam
q. Peduli lingkungan. Sikap dan tindakan rumusan Pancasila secara implisit menunjukan
yang tidak semena mena dengan alam bahwa sila pertama digambarkan nilai yang
lingkungan seperti, tidak buang diyakini bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang
sampah sembarangan. Maha Esa, yang kemudian keempat sila lainnya
r. Tanggung jawab. Sikap dan perilaku juga dijiwai oleh sila pertama.
seseorang untuk melaksanakan tugas Hal ini menunjukkan bahwa dasar
dan kewajibannya, yang seharusnya pendidikan karakter di Indonesia yang terkandung
dia lakukan, terhadap diri sendiri, dalam UU No. 20 Tahun 2003 ini tidak bisa lepas
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dari peran ideologi bangsa, yaitu Pancasila.
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Adapun dasar perkembangan pendidikan budaya
Maha Esa. dan karakter bangsa adalah rumusan fungsi dan
Dengan adanya nilai-nilai karakter yang tujuan pendidikan nasionalyang tercantum pada
diajarkan di sekolah seperti di atas, berhasil atau Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tidaknya program pendidikan karakter tidak dapat Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
lepas dari peran keluarga. Dalam keluarga nilai- (UU Sisdiknas). Berikut ini adalah tujuan
nilai karakter bisa diajarkan atau dilatih dari hal- pendidikan budaya dan karakter bangsa :
hal kecil, misalnya pembagian tugas atau pekerjaan a. Mengembangkan potensi
rumah. Masing-masing anggota keluarga memiliki kalbu/nurani/afektif peserta didik
peran dan pekerjaannya masing-masing, misalnya sebagai manusia dan warga negara
pembagian tugas setiap akhir pekan, Ibu bertugas
67
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

yang memiliki nilai-nilai budaya dan poin yang dijabarkanbisa menjadi acuan dalam
karakter bangsa. penilaian karakter setiap individu. Adapun nilai-
b. Mengembangkan kebiasaan dan nilai yang diuraikan memiliki sifat-sifat yang
perilaku peserta didik yang terpuji dan universal, seperti kejujuran, keimanan, kreativitas,
sejalan dengan nilai-nilai universal kemandirian, hingga kesadaran akan tanggung
dan tradisi budaya bangsa yang jawab individu.
religius. Dalam implementasinya, pembentukan
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan karakter tentu merupakan perjalanan yang cukup
tanggung jawab peserta didik sebagai memakan waktu dan seharusnya berjalan secara
generasi penerus bangsa. berkelanjutan, sehingga perlu adanya sosialisasi
d. Meningkatkan kapasitas dan beserta media untuk mendukungnya. Heri
kemampuan peserta didik menjadi (2019:219), menjelaskan bahwa sosialisasi secara
manusia yang mandiri. sederhana adalah proses seorang individu untuk
e. Mengembangkan lingkungan mengenal dan menghayati sejumlah nilai-nilai
kehidupan sekolah sebagai lingkungan sosial, sehingga terbentuknya sikap dan perilaku
belajar yang aman, jujur, penuh yang sesuai ddengan tuntutan masyarakat.
kreativitas dan persahabatan, serta Sosialiasi yang dialami seseorang manusia
dengan rasa kebangsaan yang tinggi berlangsung secara terus menerus dari mulai
dan penuh kekuatan (dignity). lingkungan keluarga sampai individu tersebut
Adapun fungsi pendidikan budaya dan meninggal. Dalam proses sosialisasi seseorang
karakter bangsa, yaitu: diberikan nilai-nilai, norma dan sejumlah
a. Pengembangan: pengembangan pengetahuan untuk bertingkah laku yang sesuai di
potensi peserta didik untuk menjadi dalam masyarakatnya. Dalam hal ini nilai dan
pribadi berperilaku baik. norma menjadi unsur yang menentukan dalam
b. Perbaikan: memperkuat kiprah proses pembentukan karakter individu.
pendidikan nasional untuk Meskipun seseorang telah diajarkan nilai-
bertanggung jawab dalam nilai maupun norma di lingkungan hidupnya,
pengembangan potensi peserta didik keputusan untuk mau bertingkah laku sesuai
yang lebih bermartabat. ketentuan nilai maupun norma yang ada juga
c. Penyaring: untuk menyaring budaya tergantung pada keputusan pribadi tersebut.
bangsa sendiri dan budaya bangsa lain Menyangkut hal-hal yang memberntuk karakter ini
yang tidak sesuai dengan karakter memang cukup kompleks jika ingin ditelaah satu
bangsa. per satu, oleh karena itu untuk
Melihat fungsi dan tujuan pendidikan menyederhanakannya dalam kajian ini akan
nasional yang tercantum pada UU Sisdiknas, poin- berfokus pada salah satu media sosialisasi
68
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

pembentuk karakter yang menurut penulis menjadi anak. Menurut Desmita (2008:153), masa
media sosialisasi paling berpengaruh pada pertengahan dan akhir anak-anak merupakan
pendidikan karakter seorang individu. periode yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga
Selanjutnya Heri (2009:225), tiba saatnya individu menjadi matang secara
menyebutkan adalima media sosialisasi pembentuk seksual (pubertas).Menurut Seifert &Hoffnung
karakter, yaitu keluarga, kelompok bermain, media dalam Desmita (2008:183), sesuai dengan
massa, dan tokoh masyarakat. Pada kajian ini, perkembangan kognitifnya yang semakin matang,
media sosialisasi yang penulis bahasa adalah maka pada masa pertengahan dan akhir, anak
keluarga batak toba. Keluarga menurut Heri secara berangsur-angsur lebih banyak mempelajari
merupakan media awal dari suatu proses mengenai sikap-sikap dan motivasi
sosialisasi, melalui keluarga seseorang akan orangtuanya,serta memahami aturan-aturan
bersentuhan langsung dengan anggota keluarga keluarga, sehingga mereka menjadi lebih mampu
lain. Keluarga akan mentransferkan sejumlah nilai untuk mengendalikan tingkah lakunya. Perubahan
kepada anggota keluarganya masing-masing. ini mempunyai dampak yang besar terhadap
Disinilah proses sosialisasi mulai terjadi dan kualitas hubungan anatara anak-anak usia sekolah
dialami oleh individu. dan orangtua mereka.
Dalam masing-masing keluarga, nilai-nilai
yang diajarkan dan berlaku di rumah merupakan
integrasi antara budaya, agama, kebiasaan, dan Pendidikan Karakter pada keluarga Batak
norma serta ketentuan hukum yang berlaku di Toba.
masyarakat. Anak diajarkan dan dilatih untuk Dalam hal ini penerapan pendidikan
mematuhi nilai-nilai yang diajarkan. Jika perilaku karakter pada keluarga batak toba, sangat
menyimpang atau melanggar nilai-nilai yang mengedepankan betapa pentingnya pendidikan dan
diajarkan akan mendapat ganjaran, mulai dari pendidikan adat dan kebudayaannya supaya
pelanggaran ringan hingga yang berat. Selagi karakter budaya batak toba tidak meyeimpang.
perilaku yang menyimpang tidak bersinggungan Pendidikan dianggap sebagai harta yang tidak
dengan kasus hukum, tentu keluarga harus ternilai, untuk menjadi seorang yang beradab,
berperan untuk membimbing seorang individu agar bersekolah adalah suatu kewajiban. Orangtua akan
tidak melewati batas. Sebagai contoh misalnya bekerja keras demi bisa menyekolahkan
seorang anak malas belajar, keluarga khususnya anaknya.Tidak hanya itu, seorang anak juga
orangtua berperan untuk memotivasi si anak agar dituntut harus lebih baik dari orangtuanya, sebagai
menemukan semangat dalam belajar. contoh jika bapak atau ibu si anak pendidikan
Peran keluarga khususnya orangtua dalam terakhirnya adalah sarjana, maka si anak harus bisa
mendidik anak sangat diperlukan terutama pada meraih pendidikan magister hingga doktoral.
perkembangan masa pertengahan dan akhir anak-
69
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

Sebenarnya masyarakat Batak khususnya untuk mengerjakan sesuatu, jangan


Batak Toba sudah lama mengenal dan gegabah dibutuhkan kehatihatian.
melaksanakan pembinaan dan pengembangan f) Hotang hotari hotang pulogos, gogo
pendidikan karakter dari generasi kegenerasi ma mansari na dangol do napogos;
berikutnya. Hal ini dapat ditelusuri dari petuah- mengandung arti berusahalah sekuat
petuah yang sudah lama ada dalam masyarakat tenaga karena kemiskinan
Batak Toba dan dituntut untuk dilaksanakan menimbulkan penderitaan. Bekerja
sebagai pola hidup dalam komunikasi antar keras, belajar keras agar berhasil sukses
masyarakat, seperti berikut ini (Edward 2015) : jauh dari kemiskinan dan penderitaan.
a) Ditoru tangan mangido di ginjang g) Pakkat hotang tusi hamu mangalangka
tangan mangalehon; meminta bantuan tusi ma dapotan; maknanya adalah
harus dengan rendah hati dan mengakui kemana kamu pergi disitulah
kelebihan dari orang pada siapa kita hendaknya kamu mendapat rezeki.
meminta. Optimistis terhadap 30 Kasih dan
b) Mangangkat rap tu ginjang manimbuk kebesaran Tuhan, berkat dapat
rap tu toru; artinya ada rasa tanggung diperoleh dimana saja.
jawab bersama untuk meraih sesuatu h) Manatap tu jolo manaili tu pudi, berarti
secara bersama, tidak mementingkan memandang ke depan tapi jangan lupa
diri sendiri. Bekerjasama dan gotong masa lalu. Jangan lupa kacang akan
royong. kulitnya, selalu rendah hati, low profile
c) Disi tano ni dege disi langit ni jujung; tidak sombong/angkuh.
berarti orang Batak Toba toleran i) Ijuk di para-para hotang di panabian,
terhadap daerah atau suku lain, tidak nabisuk nampuna hata na oto dapotan
egois, dapat beradaptasi tapi tetap parulian. Orang cerdas, bijaksana
memiliki identitas. memiliki ilmu pengetahuan dan setiap
d) Jolo ni dilat bibir asa ni dok hata; orang termasuk yang bodoh
mengandung makna hatihati dan dipikir memperoleh atau mendapat berkah atau
dulu sebelum mengucapkan sesuatu rezeki.
supaya orang lain jangan tersinggung. j) Marbahul-bahul nabolon, artinya
Dalam bahasa Indonesia dikatakan penyabar, dapat mengendalikan atau
“mulutmu adalah harimaumu”. mengelola emosi, bukan pemarah dan
e) Ndang ikkat mambaen asa dijolo, bukan pendendam.
artinya bahwa berlari bukan jaminan k) Marsitijur tu langit madabu tuampuan,
membuat orang berhasil. Perlu analisa artinya ucapan atau perbuatan yang
tidak baik akan diterima sendiri
70
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

akibatnya, tangan menyincang bahu 3. Elek Marboru. Boru adalah kelompok


memikul. Berusahalah selalu berbuat orang dari saudara perempuan dan
baik dan berpikir positif. pihak dari suami saudara perempuan.
l) Ndang dao tubis sian bonana, artinya Pada istilah ini diajarkan untuk saling
perilaku atau sifat anak tidak jauh dari mengasihi agar hidup ini diberikan
perilaku atau sifat ayah dan ibunya atau berkat.
orang tuanya. Ada peniruan atau Dari filosofi diatas menjelaskan bahwa
keteladanan. suku bangsa batak penuh nilai-nilai yang sangat
Selain mengajarkan akan pentingnya kental dan sakral.Filosofi tersebut menghilangkan
mengenyam pendidikan dan menjadi orang yang stereotip yang selama ini kita dengar terhadap
sukses, suku Batak memiliki prinsip dasar dalam orang batak, orang batak pekerja keras, memiliki
hidup yang difilosofikan sebagai Dalihan Natolu suara yang keras dan suka ‘ceplas-ceplos’ jika
atau yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia mengemukakan pendapat, sehingga tidak jarang
adalah tungku dengan tiga penyangga. Ajaran dianggap kasar oleh orang lain. Suku Batak juga
dalam Dalihan Natolu dijelaskan dengan contoh kerap dikaitkan dengan berbagai profesi seperti
penerapan bersosial dalam adat Batak Toba yang pengacara, tukang tambal ban, sopir, rentenir,
dikutip dari gobatak.com adalah sebagai berikut hingga pencopet. Sifat pekerja keras, bertutur
(Gobatak. 2011) : ‘ceplas-ceplos’ dan karakter suara yang keras
1. Somba marhula-hula. Artinya hula- mungkin memang ada kaitannya dengan budaya
hula dalam adat suku Batak adalah Batak. Apabila kita analisa lirik lagu Anak Medan,
keluarga laki-laki dari pihak istri. salah satu lagu pop Batak yang berbunyi “Horas,
Dalam hidup beradat, seseorang pohon pinang tumbuh sendiri – tumbuhlah
haruslah menghormati hula-hulanya, menantang awan – biar kambing di kampung
tidak boleh bersikap sesuka hati. sendiri – tapi banteng di perantauan”. Lagu ini
2. Manat mardongan tubu. Dongan tubu menyiratkan bagaimana seorang “Anak Medan”
dalam adat Batak adalah sekelompok harus mandiri dan tumbuh (dalam hal pekerjaan
masyarakat dalam satu rumpun marga. dan atau pendidikan) setinggi mungkin, jika di
Gambaran dongan tubu adalah sosok kampung sendiri hidup biasa-biasa saja, maka jika
kakak/abang dan adik. Dalam filosofi harus merantau, hidup harus lebih baik.
ini seseorang diajarkan untuk Suku bangsa yang merantau tidak hanya
mengasihi saudaranya dan saling suku Batak saja tentunya, tetapi dengan prinsip
membantu satu sama lain, jangan hidupnya, suku Batak ini kerap merantau ke segala
sampai ada pertikaian yang dapat penjuru dunia dan memang cukup terkenal dengan
merusak persaudaraan. berbagai profesi yang kerap dikaitkan dengan latar
belakang budayanya. Seperti stereotip profesi
71
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

orang Batak sebagai pengacara, tukang tambal ban, suatu keluarga, hal ini dikarenakankajian
sopir, rentenir, hingga pencopet (profesi ini tidak pendidikan karakter menjadi tanggung jawab
untuk ditiru), pada hakikatnya orang Batak tidaklah institusi pendidikan, padahal keluarga sebagai
gengsi dalam mengerjakan pekerjaan apapun, tempat anak tumbuh dan berkembang pertama kali
mereka terlatih untuk hidup keras, demi turut memiliki andil yang besar terhadap
menghidupi diri sendiri maupun keluarga, mereka pembangunan karakter ini karna keluarga adalah
rela mengerjakan pekerjaan yang remeh sekalipun. sekolah pertama sebelum meranjak ke sekolah
Untuk profesi pengacara misalnya, mungkin formal.
memang lekat dengan orang Batak karena Pendidikan karakter didalam keluarga,
beberapa pengacara kondang di tanah air bersuku dalam hal ini keluarga Batak Toba didasarkan pada
Batak, sebut saja Hotman Paris Hutapea, Otto nilai-nilai filosofis yang ditanamkan kepada
Hasibuan, dan Ruhut Sitompul. Untuk menjadi generasi kegenerasi penerusnya. Pendidikan
seseorang yang berhasil dan sukses pastinya tidak karakter dalam budaya Batak Toba bisa dilihat dari
harus terlahir menjadi orang Batak,siapa pun dari filosofi luhurnya yang mengharuskan setiap
suku bangsa manapun juga memiliki kesempatan keturunannya untuk berbuat baik kepada sesama,
yang sama untuk meraih cita-cita. Tergantung pada yang dimana hal ini dimulai dari lingkup terdekat,
kemauan diri dan seberapa keras berusaha. yaitu keluarga. Dengan berbuat baik pada sesama,
dalam budaya Batak Toba diyakini akan membawa
SIMPULAN kebaikan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikankarakter merupakan Selain diajarkan untuk berbuat baik dan hidup
pendidikan yang mendorong kekuatan untuk rukun dalam kehidupan sosialnya, budaya Batak
menentukan pilihan yang terbaik dalam hidup Toba juga menanamkan setiap keturunannya untuk
seseoarang. Pembentukan karakter dipengaruhi mau belajar dan bekerja keras demi kemajuan di
oleh faktor keluarga dan lingkungan.Dalam masa depan. Pendidikan karakter dalam budaya
menangani krisiskarakter bangsa, memang Batak Tobahanyalah contoh kecil dari peranan
bukanlah pekerjaan yang mudah seperti keluarga dalam mengajarkan nilai-nilai luhur untuk
membalikan telapak tangan. Dalam penganann hidup rukun di masyarakat dan yang memacu
pendidikan karakter tidak hanya serta merta pengembangan potensi diri menjadi seorang
diserahkan kepada sistem pendidikan saja namun individu dengan kepribadian yang berkualitas baik.
sistem keluarga juga harus menjadi media dalam Pada dasarnya, penulis percaya bahwa setiap
pembentukan karakter dengan memberikan budaya bangsa di Indonesia ini mengajarkan nilai-
penanaman nilai-nilai adat dan budaya daerah nilai luhur yang begitu kaya akan makna
keluarga tersebut. Dalam hal ini penulis tidak kehidupan, walaupun tradisinya berbeda, nilai-
menemukan referensi yang menjelaskan nilai luhur ini kelak akan menjadi ‘roh’ yang hidup
bagaimana penanaman pendidikan karakter dalam bagi pembentukan karakter setiap individunya.
72
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

Koesoerna, Doni. (2010). Pendidikan Karakter :


SARAN. Strategi Mendidik Anak di Zaman
Berdasarakan uraian diatas, maka penulis Globaisasi. Jakarta : Grasindo
dapat akan menyampaikan beberapa saransebagai Marzuki. (2015). Konsep Dasar Pendidikan Karakter.

berikut : Bandung : Bumi Medika

1. Perlunya pendidikan karakter pada Mulyana, Dedy & Jalaluddin Rakhmat. (2005).

dalam keluarga pada generasi ke Komunikasi Antarbudaya: Panduan

generasi, untuk menjaga marwah adat Berkomunikasi Dengan Orang-Orang

dan budaya keluarga keluarga. Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja

2. Korelasi Pendidikan Karakter dengan Rosdakarya.

pendidikan kebudayaan harus Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Cerdas Melalui

digalakan demi menjaga identitas jati Bermain. Jakarta: Grasindo.

diri kebudayaan agar tidak tergerus Ramli. T. (2003), Pendidikan Karakter, Bandung :

oleh perkembangan zaman pada Angkasa.

generasi berikutnya. Supriyadi, Gering. Guna, Tri. (2003). Budaya

3. Pengembangan pendidikan budaya Kerja Organisasi Pemerintah Bahan Ajar

batak harus terus di lestarikan kepada Diklat Prajabatan Golongan III. Edisi

generasi kegenerasi sehingga karakter Revisi. Jakarta; Lembaga Administrasi

batak yang keras dan ceplas-ceplos itu Negara.

tidak menjadi sterotip buruk. Undang-Undang SISDIKNAS RI No. 20 Th.


(2003). Jakarta : Sinar Grafika.

Daftar Pustaka: Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta.

Buku. Rajawali Pers.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Jurnal.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Edward Purba. (2015). Keteladanan dan karakter

Helmawati. (2013). Pendidikan Nasional Dan dalam masyarakat. Jurnal Handayani,

Optimalisasi Majelis Ta’lim. Jakarta: Volume 3, Nomor 2, Tahun 2015.

Rineka Cipta. Khausar, K. (2018). Upaya dan peran institusi lokal

Heri.(2019). Kewarganegaraan dan Masyarakat (balee inong) dalam menanamkan nilai-

Madani. Jakarta: Prenamedia Group. nilai pendidikan islam bagi ibu-ibu dan

Kemendiknas. (2010). Kebijakan Nasional remaja Kota Banda Aceh. genta mulia:

Pembangunan Karakter Bangsa Tahun jurnal ilmiah pendidikan.

2010-2025. Jakarta : Kemendiknas. Link Berita.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Devina Halim. (2019). Perusuh 22

Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. Mei..https://nasional.kompas.com/read/20


73
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2 019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 61-74

19/06/10/21341501/dari-447-terduga-
perusuh-22-mei-ada-67-anak-dibawah-
umur. Diakses pada 24 Agutsus 2019.
GoBatak. (2011). Filsafah Orang Batak Dalam
Dalihan
Natolu.http://www.gobatak.com/filsafah-
orang-batak-toba-dalam-dalihan-natolu/.
Diakses pada 24Agustus 2019 .
Kata data. 2018.Jawa Mendominasi 40 Persen
Suku Bangsa di
Indonesia.https://databoks.katadata.co.id/
datapublish/2018/10/29/jawa-
mendominasi-40-persen-suku-bangsa-
diindonesia. Diakses pada 24 Agutsus
2019.
BPS. (2015). Mengulik Data Suku di
Indonesia.https://www.bps.go.id/news/20
15/11/18/127/mengulik-data-suku-di-
indonesia.html. Diakses pada 24 Agutsus
2019.
Muhammad Tazli. (2016). Marga Suku Batak di
Sumut, Ini Daftar Lengkapnya.
https://www.tribunnews.com/regional/201
6/08/01/ternyata-ada-400-lebih-marga-
suku-batak-di-sumut-ini-daftar-
lengkapnya?page=all. Diakses pada 24
Agutsus 2019.

74

Anda mungkin juga menyukai