amochamadrizky@gmail.com
ABSTRACK
Pendidikan karakter bukan hal baru dalam pendidikan di indonesia. Pendidikan karakter berbasis
kerarifan lokal bagi peserta didik disekolah. Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang dilakukan
dalam dunia pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang karakter pada
peserta didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupanya sehari-hari. Penguatan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
bagi peserta didik disekolah dapat dilakukan dengan cara, yaitu mengitergrasikan pengembangan materi
pembelajaran setiap mata pelajaran pada setiap mata pelajarna dengan kearifan lokal yang ada di
masyarakat tempatnya. Dan selain itu prosesnya pembentukan karakternya harus perlu dukungan dari
berbagai pihak, sekolah, keluarga, dan masyarakat agar peserta didik memiliki karakter yang utuuh
dengan lebih nilai-nilai yang luhur. Metode penelitian ini menggunakan Studi pustaka bersumber dari
berbagai jurnal jurnal
ABSTRACT
Character education is not new in education in Indonesia. Character education based on local wisdom for
students at school. Character education is an effort made in the world of education to instill character
values in students whose character includes knowledge, awareness or willingness and action to implement
these values in their daily lives. Strengthening local wisdom-based character education for students in
schools can be done by integrating the development of learning materials for each subject in each subject
with local wisdom in the local community. And apart from that the process of building character must
need support from various parties, schools, families, and society so that students have intact character
with more noble values. This research method uses literature studies sourced from various journals
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai hidup, baik terhadap
Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, alam dan lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter menggarap berbagai aspek dari pendidikan moral,
pendidikan kewarganegaraan, dan juga pengembangan karakter
Persoalan degradasi moral dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan
itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara,
dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli,
dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter
bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan
yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa,
kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik
pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif
penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan
hukum yang lebih kuat.
Menurut Doni Koesoema Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara individu dan sosial
dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri.2 Segala
usaha baik yang formal di sekolah ataupun informal dalam keluarga dan lingkungan yang memberi
kebebasan seseorang untuk berkembang merupakan proses pendidikan dalam arti luas. Dari sinilah
karakter individu terbentuk, terutama dalam lingkungan keluarganya sebagai lingkungan pertama bagi
tumbuh kembang seseorang.
Menurut Ramdani (2012) mengatakan bahwa dengan adanya kearifan lokal yang dimiliki setiap
daerah yang mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa.
Selain itu, menurut Yunus (2014) bahwa jati diri bangsa merupakan watak kebudayaan (cultural
character) yang berfungsi sebagai pembangunan karakter bangsa (national and character building) karena
berhubungan dengan proses membina, memperbaiki, mewarisi warga negara tentang konsep perilaku dan
nilai luhur budaya Indonesia yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang- Undang 1945.
Hal ini menunjukkan masih banyaknya perilaku amoral yang dilakukan oleh anak. Perilaku amoral
tersebut merupakan bukti lunturnya karakter pada anak. Padahal, karakter merupakan aspek penting bagi
suatu bangsa. Karakter menjadi landasan fundamental yang dibutuhkan dalam membangun sebuah
bangsa. Bangsa yang baik ialah bangsa yang dibangun dengan mendahulukan segi karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai hidup, baik terhadap
Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, alam dan lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter menggarap berbagai aspek dari pendidikan moral,
pendidikan kewarganegaraan, dan juga pengembangan karakter
Pembentukan karakte yang mulia disebut dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah, keluarga,
dan masyarakat. Khusus pada pendidikan di sekolah diharapkan pembentukan karakter dapat
menumbuhkan dan membelajarkan peserta didik untuk belajar menjadi pribadi yang unggul karena
sekolah tidak hanya dituntut untuk menciptakan peserta didik yang memiliki prestasi yang tinggi,
melainkan juga memiliki perilaku yang baik sehingga dapat menjadi kebanggaan orang tua, sekolah, dan
masyarakat.
Diknas (2010) menyatakan bahwa terdapat delapan belas nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang
disisipkan ke dalam mata pelajaran yang ada diseluruh tingkat pendidikan di Indonesia. Kedelapan belas
nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Dikdas (2010) yaitu sebagai berikut:
1. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
2. ujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja keras tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentu dan di tempat-tempat
tertentu yang mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa
(Ramdani, 2018).
Menurut Rachmadyanti (2017) juga menyatakan bahwa kearifan lokal merupakan segala bentuk
kebijaksanaan yang diperoleh dari nilai–nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga
keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama (secara turun-temurun) oleh sekelompok orang
dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka.
Sedangkan definisi dari Kearifan local itu sendiri adalah terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom)
atau kebijaksanaan; dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah gagasan setempat yang
bersifat bijaksana penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Menurut Gobyah nilai terpentingnya adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
daerah. Secara konseptual kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang
bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional
Berdasarkan visualisasi budaya atau kearifan local ditinjau dari sudut stuktur dan tingkatannya.
Berikut adalah penjelasannya :
1. Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh: kebudayaan
nasional
2. Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau daerah.
Contoh : Budaya Sunda;
3. Subculture, merupakan kebudyaan khusus dalam sebuah culture, namun kebudyaan ini
tidaklah bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong royong
4. Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture yaitu merupakan bagian turunan
dariculture, namun counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh :
budaya individualism.
Jadi Kearifan lokal dapat diajarkan secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi,
dimulai dari kelauarga hingga di dalam masyarakat. Kearifan lokal dapat diwujudkan dalam bentuk benda
(tangible) dan tak benda(intangible), misalnya bahasa, sastra, kesenian, upacara, adat istiadat, keris, dan
sebagainya (Iswatiningsih, 2016). Sebagai contoh kearifan lokal dapat diwujudkan dalam bentuk bahasa.
Berbahasa bukan sebatas berkata-kata untuk menyampaikan maksud dan pesan yang diwadahinya
Dinamika kehidupan masyarakat telah membentuk tatanan nilai tersendiri yang dianut warganya
berdasarkan kebudayaan yang diciptakan, dihormati dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Dalam
lingkup kebangsaan, interaksi kebudayaan-kebudayaan lokal melahirkan nilai-nilai budaya baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat nilai-nilai sosial
yang membentuk kearifan lokal (local wisdom) dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia berhadapan dengan kearifan lokal membentuk suatu
tatanan baru dalam masyarakat. Misalnya, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah untuk mufakat, dan
tepa selira (toleransi) dalam perbedaan kebudayaan. Kearifan itu muncul dari kesadaran diri masyarakat
tanpa paksaan sehingga telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari.
Hal penting yang mendasari pendidikan karakter di sekolah adalah penanaman nilai karakter bangsa
tidak akan berhasil melalui pemberian informasi dan doktrin belaka. Karakter bangsa yang berbudi luhur,
sopan santun, ramah tamah, gotong royong, disiplin, taat aturan yang berlaku dan sebagainya, perlu
metode pembiasaan dan keteladanan dari semua unsur pendidikan di sekolah. Semua stakeholder
pendidikan diharapkan andilnya dalam memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian kebudayaan
lokal di daerah khusunya bagi kalangan pemuda sebagai penerus budaya bangsa. Pemberian pengarahan
dan penghargaan kepada para guru juga dianggap perlu dalam upaya memotivasi dan meningkatkan
pemahaman para guru dalam mengaplikasikan serta memberikan teladan mengenai pendidikan karakter
berbasis kearifan budaya lokal.
Contoh implementasi kecil yang dapat kita realisasikan di sekolah misalnya dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan kesiswaan yang menekankan pada pengenalan budaya lokal yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan
pembangunan daerah setempat yang perlu diajarkan kepada para pemuda. Pengadaan sanggar seni budaya
di sekolah-sekolah sebagai sarana merealisasikan bakat juga sebagai hiburan para pelajar, juga. dipandang
perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan para pemuda pada kebudayaan lokal di daerahnya
sendiri. Permainan-permainan tradisional yang hampir punah juga sebaiknya diekspos kembali. Gasing,
misalnya. Sebagai permainan tradisional, gasing dapat membawa banyak manfaat dan perlu dilestarikan
karena mengandung nilai sejarah, dapat dijadikan simbol atau maskot daerah, dijadikan cabang olahraga
yang dapat diukur dengan skor dan prestasi dan mengandung nilai seni.
Selain itu, penggunaan bahasa lokal dipandang perlu diaplikasikan paling tidak satu hari dalam enam
hari proses pembelajaran di sekolah. Disamping itu, diharapkan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
berbasis kebudayaan lokal mulai diadakan di sekolah-sekolah. Kegiatan seperti perlombaan majalah
dinding sekolah, dengan isi yang menekankan pada pengenalan budaya lokal, lomba cerdas cermat antar
pelajar mengenai lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah
setempat, dan sebagainya.
Contoh implementasi lainnya yang dapat kita terapkan di luar sekolah adalah dengan aktif
mengadakan seminar (workshop) tentang pendidikan karakter dan kearifan budaya lokal kepada para
pemuda. Tentunya serangkaian kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan metode yang sesuai dengan
gaya pemuda masa kini agar lebih menarik dan terkesan tidak kuno. Pendirian komunitas pemuda peduli
budaya juga dapat menjadi inovasi dan memberikan motivasi bagi para pemuda dalam menerapkan
pendidikan karakter berbasis kearifan budaya lokal. Disamping itu, tradisi-tradisi yang menekankan pada
kegotong royongan dianggap perlu diaplikasikan dan disisipkan pada kegiatan-kegiatan kesiswaan di
sekolah. Kemudian, untuk mendukung proses pembelajaran para pemuda terhadap sejarah dan
kebudayaan lokal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebaiknya dapat bekerja sama dengan Dinas
Pendidikan untuk mendirikan museum sejarah kebudayaan dan wahana handicraft yang berisikan pernak-
pernik kerajinan tangan hasil karya mereka.
banyak manfaat dan perlu dilestarikan karena mengandung nilai sejarah, dapat dijadikan simbol atau
maskot daerah, dijadikan cabang olahraga yang dapat diukur dengan skor dan prestasi dan mengandung
nilai seni. Dan masih banyak lagi permainan-permainan tradisional yang mengandung unsur kekompakan
tim, kejujuran, dan mengolah otak selain berfungsi sebagai hiburan juga untuk menanamkan kecintaan
pelajar pada budaya lokal di daerah
KESIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam dunia pendidikan untuk
menanankan nilai- nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk pendidikan karakter yang patut diaplikasikan adalah dengan penanaman nilai-nilai kearifan
lokal. Di Indonesia, kearifan lokal begitu beragam dimiliki oleh setiap daerah. Agar eksistensi budaya
tetap kukuh dan karakter anak bangsa tetap terjaga, maka kepada generasi penerus dan pelurus perjuangan
bangsa perlu ditanamkan rasa cinta akan kebudayaan lokal. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
dengan cara mengintegrasikan dan mengaplikasikan secara optimal nilai-nilai kearifan budaya lokal
dalam proses pembelajaran, ekstra kurikuler, atau kegiatan kesiswaan di sekolah melalui porgam
Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Budaya Lokal.
Daftar pustaka
http://nurfadillah.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15287/2017/10/Jurnal-Penanaman-
Pendidikan-Karakter-Berbasis-Kearifan-Lokal-Di-Sekolah-Dasar_Nur-Fadillah_16108241093_PGSD-
3E
Permendikbud 2013 No 67, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar / Madrasah
Ibtidaiyah.
Fajarini, Ulfah. “Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal Sosio
Didaktika, Vol.1, No.2, Des 2014. H.124
Akbar, E, Pendidikan Islami dalam Nilai-Nilai Kearifan Lokal Didong, (dalam Jurnal AlTahrir,
2015)
Kemendiknas, Panduan Pendidikan Karakter, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Kebukuan
Kemendiknas, (2011).
http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Buku_Implementasi_Pendidikan_Karakter
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
(2011)
Aslan, Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Budaya Pantang Larang Suku Melayu Sambas, ((dalam
Jurnal Ilmu Ushuluddin, 2017)
http://www.pesantrenciganjur.org/page.php