Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA LITERASI

DISAJIKAN PADA:

KEGIATAN SEMINAR MGMP KORWIL I


KABUPATEN BREBES
TAHUN 2016

OLEH:
WURYANDARI, S.Pd.
NIP. 1970….
GURU BAHASA INGGRIS
SMP NEGERI 2 JATIBARANG
Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Literasi

Wuryandari, S.Pd.
SMP Negeri 2 Jatibarang Kabupaten Brebes Jawa Tengah

A. Pengantar
Maraknya tawuran pelajar, tindakan kekerasan peserta didik senior
terhadap yuniornya, dan menjamurnya penyalah gunaan narkoba dan
obat-obat terlarang di kalangan pelajar, serta berbagai tindak kriminal
yang dilakukan pelajar lainnya mengindikasikan telah tergesernya nilai-
nilai karakter yang selama ini kita agung-agungkan. Hal itu menjadikan
bahwa pendidikan telah kehilangan ruh dan etikanya. Dengan kata lain
bahwa konteks pendidikan telah kehilangan karakternya.
Salah satu sebab bergesernya nilai karakter ini karena pengaruh
dasyatnya gelombang arus globalisasi sebagai konsekuensi dari
gencarnya media informasi yang berkembang saat ini yaitu dengan
munculnya teknologi informasi yang semakin canggih sehingga
mengakibatkan hilangnya budaya dan nilai-nilai luhur bangsa yang sudah
tertanam sebelumnya.
Penguatan pendidikan karakter adalah merupakan salah satu solusi
untuk mencegah terjadinya tindakan dan perilkau yang sudah mengarah
pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dalam hal ini adalah pelajar itu
sendiri dan orang lain. Pendidikan karakter itu sendiri bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah
yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan (Wiyani, 2012: 11). Pengembangan pendidikan
karakter di sekolah sangatlah penting sebagai upaya untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan pendidikan
karakter di sekolah adalah dengan meningkatkan budaya literasi di
kalangan pesrta didik. Artikel ini berusaha menyajikan konsep pendidikan
karakter berbasis budaya literasi.

B. Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter berbasis budaya
literasi?
2. Mengapa harus pendidikan karakter berbasis budaya literasi?
3. Bagaimana konsep pendidikan karakter berbasis literasi?

C. Pembahasan dan Solusi


1. Pendidikan karakter berbasis literasi
Hakekat karakter memiliki dua pengertian yaitu karakter yang
menunjukkan bagaimana seseorang berperilaku dan karakter yang
berkaiatan dengan personality dimana mengarah pada tingkah laku
yang sesuai dengan kaidah moral.
Menurut Pusat Bahasa Kementrian Pendidikan Nasional, karakter
merupakan bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Dengan demikian
karakter bias diartikan sebagai serangkaian perilaku dan tingkah laku
yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan watak dan
kepribadiannya.
Pendidikan merupakan serangkaian proses penghayatan budaya
dalam diri seseorang dan masyarakat untuk menuju keadaan menjadi
lebih beradab.Pendidikan diharapkan tidak hanya sebatas transfer
knowledge saja melainkan sebagai sarana penyampaian budaya dan
penyaluran nilai budaya dan sosial. Terdapat tiga dimensi pendidikan
yang paling mendasar yang harus diberikan, yaitu:
a. Afektif atau sikap yang tercermin pada keimanan, ketakwaan,
akhlak mulia budi pekerti, pribadi yang unggul dan estetika;
b. Kognitif atau pengetahuan tercermin dalam kapasitas berpikir,
daya intelektualitas, dan penguasaan iptek;
c. Psikomotorik atau ketrampilan tercermin dalam kompetensi
mengembangkan ketrampilan teknis, kecakapan praktis, dan
kompetensi kinestetis.
Ketiga dimensi tersebut berkaitan dengan pendidikan karakter
peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, santun,
dan mampu berinteraksi dengan masyarakat.
Pendidikan karakter merupakan seperangkat sistem penanaman
nilai dan budaya yang meliputi komponen sikap, pengetahuan,
ketrampilan, kesadaran, dan tindakan untuk menuju individu yang utuh
sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Budaya menurut KBBI (2005), berarti sebuah pemikiran, adat
istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan
diturunkan dari kata budaya dimana cenderung menunjuk kepada cara
berpikir manusia. Literasi secara sempit diartikan sebagai sebuah
kemampuan membaca dan menulis, sedangkan secara luas dimaknai
sebagai kemampuan personal dalam mengolah segala potensi yang
ada dalam dirinya dan skill yang dimiliki selama hidupnya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa budaya literasi adalah cara berpikir individu
untuk mengolah kemampuan membaca dan menulis.
Pendidikan karakter berbasis budaya literasi adalah seperangkat
sistem penanaman nilai dan budaya melalui cara berpikir individu
untuk mengolah kemampuan membaca dan menulis.

2. Mengapa harus pendidikan karakter berbasis budaya literasi?


Laporan penelitian yang di bidang literasi dirilis oleh  Central
Connecticut State University di New Britain, Conn, Amerika Serikat
(2016), menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara.
Indonesia hanya setingkat lebih tinggi dari Botswana, sebuah negara
miskin di Afrika. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
keberaksaraan masyarakat Indonesia sangat rendah. Kondisi ini
mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia belum terbiasa
melakukan tindakan berdasarkan pemahaman dari membaca.
Masyarakat kita belum mampu mengaktualisasikan diri melalui dunia
tulis menulis. Budaya literasi pada masyarakat kita belum mengakar
kuat. Dalam bertindak masyarakat kita masih menggunakan cara
dengan mengedepankan apa yang mereka lihat dana pa yang mereka
dengar. Budaya literasi di kalangan masyarakat kita masih jauh dari
yang kita harapkan. Hal ini terjadi tidak hanya di masyarakat pada
umumnya tetapi mengkat kuat juga pada kalangan terpelajar atau
dunia pendidikan. Di lingkungan pendidikan itu sendiri, rendahnya
budaya literasi tidak hanya terjadi pada peserta didik saja tetapi di
kalangan pendidik (guru) dan tenaga kependidikan.
Pemerintah melalui Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti, dimana salah satu poinnya mewajibkan
peserta didik untuk membaca buku sebelum jam efektif belajar
mengajar dimulai selama 10 sampai 15 menit. Kebijakan ini disambut
positif oleh semua pihak terutama di dunia pendidikan. Langkah ini
juga sebagai langkah yang signifikan dari pemerintah untuk memulai
membudayakan gerakan literasi di dunia pendidikan. Kegiatan ini
dilakukan untuk menumbuhkembangkan minat membaca dan menulis
peserta didik serta sehingga pengetahuan dapat dikuasai secara lebih
baik. Disamping itu juga, kegatan ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan membaca peserta didik agar mampu memahami segala
hal yang telah mereka baca dengan harapan mereka mampu
menuliskaannya kembali dalam bentuk ringkasan sederhana.
Budaya literasi di sekolah perlu dikembangkan karena merupakan
sebuah upaya yang dilaksanakan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang seluruh
warganya menjadi warga yang literat sepanjang hayat.
(http://www.pediapendidikan.com/2016/07/tujuan-prinsip-literasi-
sekolah.html).
Tujuan dari gerakan ini antara lain:
a. Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
b. Membudayakan ekosistem literasi di sekolah
c. Mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
d. Mengaplikasikan pengelolaan pengetahuan
e. Menjaga keberlanjutan budaya literasi
Relevansi antara pendidikan karakter dengan budaya literasi
sangat berkaitan mengingat salah satu komponen penanam nilai
karakter adalah pengetahuan. Dalam hal ini tujuan budaya literasi
adalah menciptakan sekolah yang menyenangkan dan ramah anak
dimana seluruh warga menunjukkan empati, kepedualian, semangat
ingin tahu dan cinta pengetahuan, mampu berkomunikasi, serta dapat
memberikan kontribusi terhadap lingkungannya. Dengan demikian
maka keterkaitan budaya literasi dengan pendidikan karakter tidak
dapat dipisahkan, Karena untuk menciptakan generasi yang
berkarakter diperlukan generasi yang literat.

3. Konsep pendidikan karakter berbasis budaya literasi


Pemahaman konseptual pendidikan karakter sangat diperlukan
untuk mengetahui apa hakekat pendidikan karakter yang
sesungguhnya. Dengan pemahaman yang jelas dan benar maka hal
itu merupakan langkah awal dari praksis pendidikan karakter. Menurut
Koesoema (2007), terdapat tiga moment untuk memahami pendidikan
karakter yaitu:
a. moment historis, merupakan usaha pengalaman manusia untuk
menghidupi konsep dan praksis pendidikan khususnya dalam
mengembangkan pendidikan karakter bagi anak didik sesuai
zamannya;
b. moment reflektif, merupakan moment pemahaman intelektualnya
manusia mencoba mendefinisikan pengalamannya, memncoba
melihat persoalan metodologis, filosofis, dan prinsipil yang berlaku
bagi pendidikan karakter; dan
c. moment praktis yaitu melalui bekal pemahaman teoritis konseptual,
manusia menemukan cara agar proyek pendidikan karakter dapat
efektif terlaksana.
Untuk melengkapi pemahaman terhadap pendidikan karakter kita
harus mengetahui dan memahami rumusan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan karakter. Adapun rumusan nilai-nilai
yang terdapat dalam pendidikan karakter sesuai dengan Kementrian
Pendidikan Nasional dapat dilihat pada tabel berikut:
NO NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang yang berbeda dari dirinya
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilkau tertib dan
patuh pada berbagi ketentuan dan peraturan
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
sebaik-baiknya
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas
8. Demokratis Cara berpikir, bersiakp, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain
9. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
Tahu mengetahui lebih mendalam adan meluas dari
sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar
10. Semangat Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang
Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri dan kelompoknya
11. Cinta Tanah Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
Air menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fidik social, budaya, ekonomi, politik
12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
Prestasi untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain
13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
Komunikatif berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
orang orang lain
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya
15. Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
Membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
bagi dirinya
16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
Lingkungan mencegah kerusakan lingkungan alam
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
memperbaiki kerusakan alam yang terjadi
17. Peduli Sikap dan tindakan yang ingin memberi bantuan
Sosial pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan
18. Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk
Jawab melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukannya terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, social, budaya),
negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan tabel nilai di atas selanjuntnya dapat dikembangkan
sebuah konsep pendidikan karakter berbasis literasi. Konsep yang
dikembangkan tentu saja masih belum bisa mengakomodir semua
rumusan nilai yang ada tetapi ada beberapa nilai yang secara
langsung berkaitan dengan budaya literasi.
Adapun konsep pendidikan karakter berbasis budaya literasi yang
bisa dikembangkan adalah:
a. Memasukkan program pendidikan karakter berbasis literasi ke
dalam visi dan misi sekolah
Visi dan misi sekolah merupakan komponen yang sangat
penting untuk mencapai tujuan sekolah. Oleh Karena itu setiap
sekolah harus memiliki visi dan misi. Visi dan misi sekolah yang
baik akan bisa memberikan inspirasi, motivasi dan juga kan
memberikan kekuatan kepada seluruh warga dan komponen
sekolah serta semua pihak yang berkepentingan (stake holder).
Untuk dapat melaksanakan program pendidikan karakter
berbasis budaya literasi dengan baik tentunya dibutuhkan rencana
awal yang sangat matang salah satunya yaitu dengan
memasukkan program tersebut ke dalam visi dan misi sekolah.
Sebagai langkah awal tentunya visi dan misi tersebut harus
disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.
b. Menentukan tujuan dan target yang akan dicapai
Gambaran kualitas dan hasil penyelenggaraan pendidikan
yang ingin dicapai merupakan tujuan sekolah. Untuk dapat
melaksanakan program tersebut dengan baik maka harus
menentukan tujuan dan target. Tujuan dan target tersebut tentu
saja harus relevan dengan visi dan misi yang sudah ditentukan dan
sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan program tersebut.
c. Merencanakan kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
Untuk mematangkan tujuan dan target diperlukan sebuah
rencana yang baik dan matang. Rencan merupakan komponen
ayng sangat penting dalam pelaksanaan semua kegiatan. Adapun
rencana yang perlu disiapkan antar lain:
1) Menyusun program kegiatan
2) Menyusun rencana anggaran biaya
3) Menyusun jadwal kegiatan
4) Menyusun dan menyiapkan dokumen untuk pelaksanaan
kegiatan
5) Menyusun dan menyiapkan rencana tindak lanjut kegiatan
d. Melaksanakan program kegiatan yang sudah direncanakan
Hal yang sangat penting dalam sebuah kegiatan adalah
pelaksanaan kegiatan. Sebaik-baiknya visi dan misi, tujuan, dan
rencana tanpa dilaksanakan tentu saja kegiatan tersebut tidak akan
berhasil. Oleh sebab itu pelaksanaan harus dilakukan sebaik
mungkin dan tentu saja pelaksanaan program tersebut harus
disesuaikan dengan rencana yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan program pendidikan karakter berbasis budaya
literasi dapat dilksanakan melalui pembiasaan, antara lain:
1) Melaksanakan pembiasaan berupa pembacaan kitab suci di
sekolah sebelum pembiasaan yang lain dilaksanakan. Nilai
yang ditanamkan pada kegiatan ini berkaitan dengan nilai
religious, cinta damai, toleransi
2) Melaksanakan pembiasaan membaca buku, surat kabar,
majalah sebelum jam kegiatan belajar mengajar. Nilai yang
ditanamkan pada kegiatan ini berkaitan dengan nilai gemar
membaca, disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, cinta tanah
air, dan tanggung jawab.
3) Melaksanakan meresum atau meringkas sesuai dengan materi
apa yang mereka baca. Nilai yang ditanamkan pada kegiatan ini
berkaitan dengan nilai jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri,
demokratis, menghargai prestasi, kreatif dan gemar membaca.
e. Memonitor selama pelaksanaan kegiatan secara berkala
Monitoring merupakan kegiatan yang berfokus pada kegiatan
yang masih sedang berjalan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
cara menggali informasi secara berkala berdasarkan indicator yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Tujuan monitoring adalah untuk mengetahui apakah program
kegiatan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan yang sudah
dibuat atau belum. Singkatnya, kegiatan monitoring dilakukan
sementara kegiatan masih berlangsung untuk memastikan
kesesuaian proses dan capaian sesuai rencana atau tidak.
f. Mengevaluasi kegiatan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu
tahun
Evaluasi atau penilaian merupakan kegiatan yang berkaitan
erat dengan monitoring. Kegiatan ini bisa memakai data-data yang
dihasilkan selama proses monitoring. Evaluasi lebih diarahkan
pada kontrol dan pengendalian dari tujuan yang akan dicapai. Oleh
karenanya evaluasi lebih menekankan output atau hasil yang
dicapai. Dengan kata lain tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
apakah kegiatan yang sudah direncanakan tersebut telah
mencapai sasaran sesuai yang diharapkan atau tidak.
g. Merefleksikan kegiatan sesuai dengan pelaksanaan yang sudah
dilaksanakan secara periodik.
Refleksi adalah kegiatan penilaian atau umpan balik terhadap
segala rangkaian kegiatan yang sudah dilaksanakan. Adapun
tujuan refleksi antara lain untuk:
1) mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan yang sudah
dilaksanakan;
2) mengetahui kelebihan program kegiatan yang sudah dilakukan
3) mengidentifikasikan kekurangan program kegiatan sehingga
kelemahan tersebut dapat diperbaiki pada kegiatan berikutnya
4) mengidentifikasikan segala kebutuhan yang seharusnya
disiapkan tetapi tidak tercantum dalam dalam rencana kegiatan.
Secara ringkas konsep pendidikan karakter berbasis literasi dapat
digambarkan dengan bagan siklus sebagai berikut:

Visi dana
Misi
Sekolah
Refleksi Menentu
kan
tujuan

Pendidikan
Karakter
Berbasis
Perencan
Evaluasi Budaya Literasi aan

Monitorin Pelaksana
g an Program

Diakui atau tidak pendidikan karakter sekarang bagaikan Menara


gading yang nilai filosofi dan rancanngannya sangat indah dan bagus
tetapi pelaksanaannya masih sangat sulit dilaksanakan. Mudah-
mudahan konsep ini bisa menjadi salah satu masukkan bagi dunia
pendidikan.
D. Kesimpulan dan Harapan
1. Simpulan
Sebagai simpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa
pendidikan karakter berbasis budaya literasi adalah seperangkat
sistem penanaman nilai dan budaya melalui cara berpikir individu
untuk mengolah kemampuan membaca dan menulis.
Rendahnya karakter dan budaya literasi pada masyarakat
khususnya pelajar bisa diatasi dengan menanamkan konsep baru
kepada mereka sehingga mereka dapat melaksanakan dan
menimplementasikan karakter mereka lebih baik dan efektif.
2. Harapan
Sebagai harapan dari adalah bahwa pendidikan kaerakter dan
budaya literasi merupakan sebuah konsep yang ideal yang
implementasinya diperlukan komitmen dan dukungan dari semua
pihak baik warga sekolah, komite, pemerintah, serta stake holder
sehingga akan terwujud dan terciptanya generasi yang berkarakter
yang berbudaya literasi.

E. Daftar Pustaka
http://www.pediapendidikan.com/2016/07/tujuan-prinsip-literasi-
sekolah.html

KBBI, Tim Penyusunan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Koesoemo, D. A. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman
Modern. Jakarta: PT. Grasindo Pratama

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan


Takwa. Yogyakarta: Teras.

Anda mungkin juga menyukai