HAKIKAT LITERASI
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2015
mengenai penumbuhan budi pekerti (Antoro. B., 2017: 15). Salah satu kegiatan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang wajib dilaksanakan oleh siswa adalah literasi non
pelajaran (berupa buku referensi ataupun buku pengayaan), novel, cerpen, puisi, drama, dan self
reminder dengan minimal 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Akan tetapi membaca dalam
perspektif tersebut perlu dimaknai secara luas dengan memperhatikan dimensi penalaran dan
hubungan antara teks serta konteks sebagai esensi dalam kegiatan literasi modern. Kegiatan membaca
tersebut bertujuan agar dalam diri siswa tertanamkan kebiasaan membaca. Walaupun durasi membaca
pendek akan tetapi jika dilakukan sering dan berkala akan lebih daripada durasi panjang tetapi hanya
sesekali dilakukan. Dengan adanya hal tersebut, kemampuan dalam berliterasi diharapkan menjadi
penghubung proses membentuk karakter siswa-siswi yang memiliki pola pikir komunikatif, kreatif,
dan berpikir kritis. Selain memiliki tujuan membentuk pendidikan karakter kegiatan literasi juga
menjadi jantung aktifitas sekolah yang berarti literasi merupakan suatu kegiatan yang wajib
dilaksanakan oleh warga sekolah.
Dengan adanya peraturan yang berkaitan dengan kegiatan literasi Abidin. Y., dkk (2017:172)
mengemukakan bahwa literasi adalah proses pelibatan seluruh aktivitas dan kemampuan
berpikir siswa dalam memahami dan mereproduksi sebuah wacana tertulis. Kemampuan dalam
berliterasi diharapkan menjadi penghubung dalam proses membentuk karakter siswa-siswi yang
memiliki pola pikir komunikatif, kreatif, dan berpikir kritis. Seorang guru sudah seharusnya
mempunyai kreatif agar dapat mengembangkan materi ajar sesuai dengan pendidikan karakter dalam
kegiatan literasi. Maka dari itu, sekolah juga perlu melakukan beberapa trobosan seperti mempercepat
penguasaan dalam literasinya agar menciptakan siswa-siswi yang kaya akan pengetahuan.
Kemampuan yang dimiliki oleh siswa siswi literasi bertujuan sebagai pusaran pendidikan yang
menjadi poros upaya peningkatan kualitas hidup dalam membaca dan menulis (Ali. N., dkk.,
2018: 1). Oleh karenanya literasi merupakan hak dasar dari manusia sebagai bagian esensial dari hak
pendidikan. Dengan terpenuhinya hak literasi memungkinkan kita dapat mengakses sains,
pengetahuan, teknologi, aturan hukum, serta mampu memanfaatkan kekayaan budaya dalam
mendayagunakan sosial media yang ada. Kemampuan literasi dalam abad 21 memiliki peran sangat
penting serta menjadi tuntunan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pelajar. Kemajuan
teknologi pada abad ini juga menjadi terobosan untuk terus melestarikan kegiatan literasi dalam
sebuah pendidikan.
Menurut Husba. Z. M., dkk (2018: 12) bahwa dunia literasi adalah sebuah praktik serta
hubungan sosial yang berkaitan dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. Literasi tidak hanya
mencakup membaca dan menulis, akan tetapi berkaitan pula dengan kemampuan seseorang dalam
mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektife dan
terorganisasi dalam mengomunikasikan informasi berupa pengetahuan, bahasa, serta budaya untuk
mengatasi berbagai persoalan tersebut yang ada di SMA. Selain memiliki tujuan membentuk
pendidikan karakter kegiatan literasi juga menjadi jantung aktifitas sekolah. Hal tersebut menjadikan
literasi suatu kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh warga sekolah.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan suatu proses dan kemampuan
seseorang dalam membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Dalam proses pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah, perlu ditanamkannya budaya literasi yang kokoh terhadap warga sekolah
sehingga dapat melahirkan alumni yang kokoh dalam kepribadian. Sekolah dengan kegiatan literasi
yang kokoh akan menghasilkan anak bangsa dengan kualitas yang tinggi. Dengan ilmu pengetahuan
dan wawasan yang luas, manusia akan memiliki pemikiran yang luas sehingga karakter yang tumbuh
akan baik. Pentingnya gerakan literasi sebagai penguatan pendidikan karakter bagi para pelajar dalam
dunia pendidikan nasional sebagai cara atau usaha yang cukup sederhana dalam membentuk pribadi
manusia yang berbudi pekerti yang baik sehingga dapat menjadi masyarakat dan membentuk
lingkungan kehidupan masyarakat yang baik.
F. Upaya dalam Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Literasi di SMA
Dalam proses implementasi penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan literasi di sekolah, pasti
ada banyak kendala-kendala yang dirasakan oleh bapak/ibu guru dan juga para siswa. Oleh Karena
itu, untuk meminimalisir kendala-kendala ini, ada berbagai upaya untuk mengatasinya, diantaranya
yaitu:
1. Solusi untuk guru yang tidak paham dengan teknologi masa kini maka harus banyak mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diadakan secara online maupun offline. Pelatihan ini bisa diselenggarakan
oleh pemerintahan maupun swasta. Selain itu, guru juga harus memahami aplikasi-aplikasi yang
sering digunakan sebagai media pembelajaran karena aplikasi-aplikasi ini dapat memudahkan dalam
pengajaran secara online. Dengan memanfaatkan media digital seperti buku elektronik, maka
pemahaman terhadap materi pelajaran akan mudah dicapai oleh para siswa. Peran internet bagi
seorang guru adalah memberikan informasi secara luas dan merupakan solusi yang tepat dalam
memudahkan penyampaian materi pelajaran kepada siswa.
2. Bagi siswa yang kurang antusias dalam membaca salah satunya karena mereka belum merasakan
kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan. Mereka masih beranggapan bahwa membaca sebagai
sebuah kewajiban. Para siswa sebagian besar hanya mau membaca apabila diperintah oleh guru saja,
bisa juga hanya membaca disaat akan ada ulangan saja. Bahkan sedikit sekali peserta didik yang
menggunakan waktu luangnya untuk membaca di perpustakaan. Salah satu solusinya guru dapat
memotivasi minat baca mereka dengan cara Meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah dari segi
sarana dan prasarana, selain itu guru juga bisa mewajibkan para siswanya untuk membaca buku, baik
itu buku pengetahuan popular maupun sastra. Kegiatan membaca merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah pembelajaran, oleh karena itu, dibutuhkan motivasi yang positif dan kompak dari
seluruh elemen terkait demi berkembangnya budaya membaca.
3. Solusi keterbatasan dana bos dalam peningkatan budaya membaca disekolah salah satunya bisa
diatasi dengan cara menjalin Kerjasama dengan pihak luar ataupun para alumni-alumni yang sudah
sukses. Ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan biaya pendidikan yang
bersumber dari Anggaran pemerintah yang berasal dari APBN, APBD dan sumber biaya pendidikan
yang lainnya, contohnya dari orang tua, swasta, dunia bisnis dan juga Para alumni (Atmaja, Harun &
Ibrahim, 2016).
RINGKASAN
Upaya dalam Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Literasi di SMA
• Solusi untuk guru yang tidak paham dengan teknologi masa kini maka harus banyak mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diadakan secara online maupun offline. Pelatihan ini bisa diselenggarakan
oleh pemerintahan maupun swasta. Selain itu, guru juga harus memahami aplikasi-aplikasi yang
sering digunakan sebagai media pembelajaran karena aplikasi-aplikasi ini dapat memudahkan dalam
pengajaran secara online.
• Solusi bagi peserta didik yang kurang antusias dalam membaca yaitu Salah satunya guru dapat
memotivasi minat baca mereka dengan cara Meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah dari segi
sarana dan prasarana, selain itu guru juga bisa mewajibkan para siswanya untuk membaca buku, baik
itu buku pengetahuan popular maupun sastra.
• Solusi keterbatasan dana bos dalam peningkatan budaya membaca disekolah salah satunya bisa
diatasi dengan cara menjalin Kerjasama dengan pihak luar ataupun para alumni-alumni yang sudah
sukses. Ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan biaya pendidikan yang
bersumber dari Anggaran pemerintah yang berasal dari APBN, APBD dan sumber biaya pendidikan
yang lainnya, contohnya dari orang tua, swasta, dunia bisnis dan juga Para alumni (Atmaja, Harun &
Ibrahim, 2016).