Anda di halaman 1dari 6

B.

Hakikat Pendidikan Karakter


Terkait dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia benar-benar membutuhkan sumber
daya manusia yang bermutu dan berkualitas, hal ini dilakukan untuk mendukung terciptanya
pelaksanaan program pembangunan yang baik. Pendidikan dan pembelajaran di indonesa yang
berkualitas tentunya sangat diperlukan untuk mendukung realisasi dan cita-cita bangsa Indonesia
yang ingin memiliki sumber daya yang berkualitas ini. Pendidikan karakter dalam masa ini
merupakan hal yang sering dibahas dalam golongan pendidik. Pendidikan karakter dianggap memiliki
poin penting dalam peningkatan sumber daya manusia karena diharapkan mampu berpartisipasi
dalam kemajuan suatu bangsa.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter memiliki lima nilai
karakter, antara lain Nilai karakter religius, Nilai karakter nasionalis, Nilai karakter integritas, Nilai
karakter mandiri, dan Nilai karakter gotong royong. Suatu program prioritas dalam rangka merevolusi
karakter bangsa secara nasional.
Menurut komara (2018: 24) Pendidikan karakter adalah suatu kebiasaan seseorang
yang sering diterapkan sehari hari, maka agar kebiasaan itu bernilai positif perlu adanya
pembentukan dalam diri seseorang, dalam pembentukan itu perlu sebuah komunitas karakter, yang
terdiri atas keluarga, sekolah, keagamaan, media, pemerintah dan bebagai pihak yang bisa
mempengaruhi generasi muda, manfaat dari komunitas karakter yakni dapat memberikan keteladan,
investasi, pembiasaan secara konsisten dan penguatan, yang artinya dalam pembentukan karakter ini
memerlukan sebuah pengembangan dalam diri dan keteladan yang dapat ditularkan kepada orang lain
melalui pembelajaran, pelatihan serta pembiasaan dalam jangka panjang. Pengertian karakter sendiri
yaitu nilai-nilai sikap manusia yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri kita sendiri,
manusia, lingkungan dan kebangsaan, yang terwujud dalam sebuah pikiran, tingkah laku, perasaan,
kata-kata dan perbuatan yang bersumber pada agama, undang-undang, tata krama, budaya dan adat
istiadat.
Menurut Kurniasih & Sani (2017: 25) tujuan pendidikan karakter yaitu untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan
karakter atau sikap yang baik dari para siswa secara keseluruhan dan terintegrasi serta
seimbang dengan standard kompetensi kelulusannya. Melalui pendidikan ini diharapkan
pengetahuan para siswa dapat meningkat, dan mampu menanamkan sikap-sikap yang baik dan mulia
dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter juga bertujuan sebagai sistem penamaan
nilai-nilai kepribadian masyarakat sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, dan pemahaman
maupun kemauan serta aktivitas guna melakukan nilai-nilai tersebut baik terhadap tuhan yang maha
esa, diri sendiri, lingkungan ataupun kebangsaan sehingga dapat menjadi manusia yang sempurna.
Seluruh komponen yang terdapat di sekolah wajib bekerja sama untuk menciptakan
adanya budaya karakter. Sementara itu, menurut Nasrullah (2015: 483) pendidikan karakter
adalah pendidikan umum yang harus dilakukan secara terintegrasi dan konsisten dari semua
pihak yang terlibat serta tidak boleh hanya diberikan kepada pihak sekolah maupun guru saja.
Ini artinya bahwa penanaman nilai pendidikan karakter baru akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi
juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-pendidik disekolah maupun diluar sekolah harus
terlibat dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter ialah proses menanamkan beberapa karakter
sekaligus memberikan benih sehingga siswa dapat menumbuhkan karakter-karakter mereka selama
menjalani hidup.
Dari beberapa pendapat diatas Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
pembentukan watak seseorang yang di dilaksanakan dari tingkat dasar, dimulai dari PAUD, SD dan
SMP sampai dengan tingkat menengah atau SMA bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi, tentunya
dengan suatu wujud Tindakan yang baik, bisa berupa moral, etika dan nilai-nilai yang dapat
mengubah wujud karakter agar menjadi pribadi yang lebih baik.

HAKIKAT LITERASI
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2015
mengenai penumbuhan budi pekerti (Antoro. B., 2017: 15). Salah satu kegiatan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang wajib dilaksanakan oleh siswa adalah literasi non
pelajaran (berupa buku referensi ataupun buku pengayaan), novel, cerpen, puisi, drama, dan self
reminder dengan minimal 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Akan tetapi membaca dalam
perspektif tersebut perlu dimaknai secara luas dengan memperhatikan dimensi penalaran dan
hubungan antara teks serta konteks sebagai esensi dalam kegiatan literasi modern. Kegiatan membaca
tersebut bertujuan agar dalam diri siswa tertanamkan kebiasaan membaca. Walaupun durasi membaca
pendek akan tetapi jika dilakukan sering dan berkala akan lebih daripada durasi panjang tetapi hanya
sesekali dilakukan. Dengan adanya hal tersebut, kemampuan dalam berliterasi diharapkan menjadi
penghubung proses membentuk karakter siswa-siswi yang memiliki pola pikir komunikatif, kreatif,
dan berpikir kritis. Selain memiliki tujuan membentuk pendidikan karakter kegiatan literasi juga
menjadi jantung aktifitas sekolah yang berarti literasi merupakan suatu kegiatan yang wajib
dilaksanakan oleh warga sekolah.
Dengan adanya peraturan yang berkaitan dengan kegiatan literasi Abidin. Y., dkk (2017:172)
mengemukakan bahwa literasi adalah proses pelibatan seluruh aktivitas dan kemampuan
berpikir siswa dalam memahami dan mereproduksi sebuah wacana tertulis. Kemampuan dalam
berliterasi diharapkan menjadi penghubung dalam proses membentuk karakter siswa-siswi yang
memiliki pola pikir komunikatif, kreatif, dan berpikir kritis. Seorang guru sudah seharusnya
mempunyai kreatif agar dapat mengembangkan materi ajar sesuai dengan pendidikan karakter dalam
kegiatan literasi. Maka dari itu, sekolah juga perlu melakukan beberapa trobosan seperti mempercepat
penguasaan dalam literasinya agar menciptakan siswa-siswi yang kaya akan pengetahuan.
Kemampuan yang dimiliki oleh siswa siswi literasi bertujuan sebagai pusaran pendidikan yang
menjadi poros upaya peningkatan kualitas hidup dalam membaca dan menulis (Ali. N., dkk.,
2018: 1). Oleh karenanya literasi merupakan hak dasar dari manusia sebagai bagian esensial dari hak
pendidikan. Dengan terpenuhinya hak literasi memungkinkan kita dapat mengakses sains,
pengetahuan, teknologi, aturan hukum, serta mampu memanfaatkan kekayaan budaya dalam
mendayagunakan sosial media yang ada. Kemampuan literasi dalam abad 21 memiliki peran sangat
penting serta menjadi tuntunan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pelajar. Kemajuan
teknologi pada abad ini juga menjadi terobosan untuk terus melestarikan kegiatan literasi dalam
sebuah pendidikan.
Menurut Husba. Z. M., dkk (2018: 12) bahwa dunia literasi adalah sebuah praktik serta
hubungan sosial yang berkaitan dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. Literasi tidak hanya
mencakup membaca dan menulis, akan tetapi berkaitan pula dengan kemampuan seseorang dalam
mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektife dan
terorganisasi dalam mengomunikasikan informasi berupa pengetahuan, bahasa, serta budaya untuk
mengatasi berbagai persoalan tersebut yang ada di SMA. Selain memiliki tujuan membentuk
pendidikan karakter kegiatan literasi juga menjadi jantung aktifitas sekolah. Hal tersebut menjadikan
literasi suatu kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh warga sekolah.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan suatu proses dan kemampuan
seseorang dalam membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Dalam proses pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah, perlu ditanamkannya budaya literasi yang kokoh terhadap warga sekolah
sehingga dapat melahirkan alumni yang kokoh dalam kepribadian. Sekolah dengan kegiatan literasi
yang kokoh akan menghasilkan anak bangsa dengan kualitas yang tinggi. Dengan ilmu pengetahuan
dan wawasan yang luas, manusia akan memiliki pemikiran yang luas sehingga karakter yang tumbuh
akan baik. Pentingnya gerakan literasi sebagai penguatan pendidikan karakter bagi para pelajar dalam
dunia pendidikan nasional sebagai cara atau usaha yang cukup sederhana dalam membentuk pribadi
manusia yang berbudi pekerti yang baik sehingga dapat menjadi masyarakat dan membentuk
lingkungan kehidupan masyarakat yang baik.
F. Upaya dalam Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Literasi di SMA
Dalam proses implementasi penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan literasi di sekolah, pasti
ada banyak kendala-kendala yang dirasakan oleh bapak/ibu guru dan juga para siswa. Oleh Karena
itu, untuk meminimalisir kendala-kendala ini, ada berbagai upaya untuk mengatasinya, diantaranya
yaitu:
1. Solusi untuk guru yang tidak paham dengan teknologi masa kini maka harus banyak mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diadakan secara online maupun offline. Pelatihan ini bisa diselenggarakan
oleh pemerintahan maupun swasta. Selain itu, guru juga harus memahami aplikasi-aplikasi yang
sering digunakan sebagai media pembelajaran karena aplikasi-aplikasi ini dapat memudahkan dalam
pengajaran secara online. Dengan memanfaatkan media digital seperti buku elektronik, maka
pemahaman terhadap materi pelajaran akan mudah dicapai oleh para siswa. Peran internet bagi
seorang guru adalah memberikan informasi secara luas dan merupakan solusi yang tepat dalam
memudahkan penyampaian materi pelajaran kepada siswa.
2. Bagi siswa yang kurang antusias dalam membaca salah satunya karena mereka belum merasakan
kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan. Mereka masih beranggapan bahwa membaca sebagai
sebuah kewajiban. Para siswa sebagian besar hanya mau membaca apabila diperintah oleh guru saja,
bisa juga hanya membaca disaat akan ada ulangan saja. Bahkan sedikit sekali peserta didik yang
menggunakan waktu luangnya untuk membaca di perpustakaan. Salah satu solusinya guru dapat
memotivasi minat baca mereka dengan cara Meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah dari segi
sarana dan prasarana, selain itu guru juga bisa mewajibkan para siswanya untuk membaca buku, baik
itu buku pengetahuan popular maupun sastra. Kegiatan membaca merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah pembelajaran, oleh karena itu, dibutuhkan motivasi yang positif dan kompak dari
seluruh elemen terkait demi berkembangnya budaya membaca.
3. Solusi keterbatasan dana bos dalam peningkatan budaya membaca disekolah salah satunya bisa
diatasi dengan cara menjalin Kerjasama dengan pihak luar ataupun para alumni-alumni yang sudah
sukses. Ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan biaya pendidikan yang
bersumber dari Anggaran pemerintah yang berasal dari APBN, APBD dan sumber biaya pendidikan
yang lainnya, contohnya dari orang tua, swasta, dunia bisnis dan juga Para alumni (Atmaja, Harun &
Ibrahim, 2016).

RINGKASAN

HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER


• Menurut komara (2018: 24) Pendidikan karakter adalah suatu kebiasaan seseorang yang sering
diterapkan sehari hari, maka agar kebiasaan itu bernilai positif perlu adanya pembentukan dalam
diri seseorang, dalam pembentukan itu perlu sebuah comunities of character, yang terdiri atas
keluarga, sekolah, keagamaan, media, pemerintah dan bebagai pihak yang bisa mempengaruhi
generasi muda, manfaat dari communities of character yakni dapat memberikan keteladan,
investasi, pembiasaan secara konsisten dan penguatan, yang artinya dalam pembentukan karakter
ini memerlukan sebuah pengembangan dalam diri dan keteladan yang dapat ditularkan kepada
orang lain melalui pembelajaran, pelatihan serta pembiasaan dalam jangka panjang.
• Menurut Kurniasih & Sani (2017: 25) tujuan pendidikan karakter yaitu untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter atau sikap yang baik
dari para siswa secara keseluruhan dan terintegrasi serta seimbang dengan standard kompetensi
kelulusannya. Melalui pendidikan ini diharapkan pengetahuan para Siswa dapat meningkat, dan
mampu menanamkan sikap-sikap yang baik dan mulia dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
• Menurut Nasrullah (2015: 483) bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan umum yang harus
dilakukan secara terintegrasi dan konsisten dari semua pihak yang terlibat serta tidak boleh hanya
diberikan kepada pihak sekolah maupun guru saja.
• Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pembentukan watak
seseorang yang di dilaksanakan dari tingkat dasar, dimulai dari PAUD, SD dan SMP sampai dengan
tingkat menengah atau SMA bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi, tentunya dengan suatu wujud
Tindakan yang baik, bisa berupa moral, etika dan nilai-nilai yang dapat mengubah wujud karakter
agar menjadi lebih baik.

Upaya dalam Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Literasi di SMA
• Solusi untuk guru yang tidak paham dengan teknologi masa kini maka harus banyak mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diadakan secara online maupun offline. Pelatihan ini bisa diselenggarakan
oleh pemerintahan maupun swasta. Selain itu, guru juga harus memahami aplikasi-aplikasi yang
sering digunakan sebagai media pembelajaran karena aplikasi-aplikasi ini dapat memudahkan dalam
pengajaran secara online.
• Solusi bagi peserta didik yang kurang antusias dalam membaca yaitu Salah satunya guru dapat
memotivasi minat baca mereka dengan cara Meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah dari segi
sarana dan prasarana, selain itu guru juga bisa mewajibkan para siswanya untuk membaca buku, baik
itu buku pengetahuan popular maupun sastra.
• Solusi keterbatasan dana bos dalam peningkatan budaya membaca disekolah salah satunya bisa
diatasi dengan cara menjalin Kerjasama dengan pihak luar ataupun para alumni-alumni yang sudah
sukses. Ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan biaya pendidikan yang
bersumber dari Anggaran pemerintah yang berasal dari APBN, APBD dan sumber biaya pendidikan
yang lainnya, contohnya dari orang tua, swasta, dunia bisnis dan juga Para alumni (Atmaja, Harun &
Ibrahim, 2016).

Anda mungkin juga menyukai