Anda di halaman 1dari 11

Implementasi Pendidikan Nilai Moral

dalam Pembelajaran PKN di SD

Abstrak:

Isu tentang degradasi moral di Indonesia menjadi catatan penting


bagi dunia pendidikan. Sekolah sampai saat ini dianggap ikut bertanggung
jawab dalam mencetak generasi penerus bangsa yang lebih baik. Sekolah
dasar sebagai institusi menjadi pondasi awal dalam penanaman moral.
Bagaimana sekolah dasar memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Peran
guru dalam proses pembelajaran di SD sangat menentukan masa depan siswa.
Pendidikan moral di SD bisa dilakukan dengan berbagai metode baik
langsung maupun tidak langsung dengan pembelajaran yang komprehensif.
Menciptakan iklim kelas yang baikmenjadifaktor penentu keberhasilan
pendidikan moral.

Kata Kunci: Pendidikan Moral, Sekolah Dasa

Pendahuluan

Definisi Gide, 1967 dalam (Anggraeni et al., 2021) pendidikan


kewarganegaraan atau Pkn adalah upaya dalam sadar atau sebuah rencana dan
mencerdaskan warga dengan berbagai cara menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa agar mampu berpartisipasi dan aktif dalam pembelaan negaranya,
Pendidikan kewargaan negara mengajarkan kepada peserta didik tentang nilai
moral dan norma dengan menerapkan nilai moral dan norma mulai dari sekolah
dasar maka akan terciptanya karakter yang disiplin dalam diri siswa. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil
dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia diharapkan mampu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia (Odah et al., 2020).

Tercapainya tujuan pembelajaran tidak lepas dari peran utama seorang


guru. Seorang guru tidak hanya dituntut sekedar menyampaikan ilmu, tetapi juga
harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga proses
pembelajaran dapat belangsung secara aktif. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta
siswa secara menyeluruh sehingga kekuatan belajar mengajar tidak hanya
didominasi oleh siswasiswa tertentu saja.

Adapun tugas pendidikan kewarganegaraan dengan paradigma barunya


yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi dengan tiga fungsi pokok, yaitu
mengembangkan kecerdasan warga negara, melatih keterampilan dan membentuk
kepribadian warga negara. Selanjutnya, dalam pengembangan masyarakat yang
demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan misi dan pendekatan
pembelajaran dengan metode tertentu yang sesuai dengan paradigma baru
pendidikan kewarganegaraan.6 Selain aspekaspek tersebut PKn juga
mengembangkan pendidikan nilai dan moral. Pada faktanya pendidikan moral
yang terjadi saat ini, pada peserta didik sudah mulai melenceng dari UUD 1945
dan juga memprihatinkan. Adapun pelajaran pendidikan kewarganegaraan ini
menjadi dasar yang sangat penting bagi siswa sekolah dasar. Tetapi pada
kenyataannya kesadaran akan negara dan moral di Indonesia sangatlah
memprihatinkan. Dengan demikian, kita sebagai calon guru sekolah dasar
selayaknya juga ikut berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Selebihnya kita harus menjadi guru yang professional, dalam
memberikan pendidikan karakter yang baik pada siswa sekolah dasar dengan
melatih peserta didik aktif dan tanggap dalam proses pembelajaran (Mawardini,
2021).

Pembelajaran PKn perlu mengintegrasikan aktivitas lingkungan sosial


moral, mental, fisik, dan spiritual. Dengan PKn sebagai pendidikan nilai – nilai,
pendidikan keilmuan, dan kepribadian, untuk pengembangan keterampilan
kewarganegaraan benar – banar harus dapat diwujudkan secara utuh,
komprehensif, powerful dan bermakna yang berlandaskan prinsip – prinsip
konstruktivisme belajar dan pembelajaran kontekstual, pembelajaran yang
berbasis pengembangan kecakapan hidup dan pembelajaran yang menyenangkan.
Mempelajari pendidikan kewarganegaraan di berbagai kalangan atau tingkat
pendidikan dasar adalah sebuah tantangan yang begitu berat yang harus segera di
tindak lanjuti agar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan bukan hanya mata
pelajaran yang ditakuti bagi siswa – siswi di tingkat Sekolah Dasar. Tidak mudah
untuk membawa para siswa mampu memahami konsep dan maknanya.

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang bersifat sosial


karena di dalam pendidikan kewarganegaraan banyak nilai – nilai moral dapat
menuntun siswa agar menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan warga
negara mengetahui dan Ruminiati berpendapat bahwa “ warga negara yang baik
yaitu warga yang mengetahui dan menyadarinya melaksanakan hak dan kewajiban
warga negara” Jika seorang siswa sungguh – sungguh dalam mempelajari
pendidikan kewarganegaraan, Maka akan sedikit banyaknya siswa akan mengerti
kewajiban sebagai warga negara, terciptalah siswa yang bernilai moral dan norma
budi pekerti yang baik sesuai harapan pendidikan nasional agar tujuan tercapai
pendidikan dapat maksimal banyak faktor juga yang mempengaruhi harus
diperhatikan salah satunya yaitu keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran merupakan sebuah titik awal yang akan menuju tercapainya
pendidikan.

Pendidikan moral menjadi isu penting akhir-akhir ini di Indonesia. Banyak


hal yang melatar belakangi mengapa pendidikan moral harus mendapatkan porsi
besar dalam kurikulum Sekolah Dasar di Indonesia. Sekolah Dasar sebagai
institusi pendidikan formal mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
menanamkan pendidikan moral. Sampai sekarang insititusi pendidikan masih
dipercaya sebagai medium strategis untuk mengenalkan diri dan menanamkan
nilai-nilai moral kepada anak. Namun, tak dapat disangkal, beragam masalah yang
masih mendera di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia dalam memfasilitasi
anak untuk melatih diri dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral belum
terpenuhi. Sehingga ada ungkapan bahwa lembaga pendidikan dianggap telah
gagal dalam membentuk anak bangsa yang memiliki akhlak, moral dan budi
pekerti.

Pendidikan moral merupakan salah satu pendekatan yang dianggap


sebagai gerakan utama dalam pendidikan nilai secara komprehensif. Pendidikan
moral mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan mengatasi
konflik, dan perilaku yang baik, jujur, dan penyayang (kemudian dinyatakan
dengan istilah ”bermoral”). Tujuan utama pendidikan moral adalah menghasilkan
individu yang otonom, memahami nilai-nilai moral dan memiliki komitmen untuk
bertindak konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan moral mengandung
beberapa komponen yaitu pengetahuan tentang moralitas, penalaran moral,
perasaan kasihan dan mementingkan kepentingan orang lain, dan tendensi moral
(Fathurrohman, 2019).

Implementasi pembelajaran nilai moral dan sosial di pendidikan anak usia


dini. Pendapat Zubaidi dalam (Maimunah, 2021) menyebutkan bahwa nilai moral
dan sosial pada pendidikan anak usia dini berarti to mark (menandai) dan
memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku. Dalam konteks ini, karakter erat kaitannya dengan personality
atau kepribadian seseorang. Ada pula yang mengartikannya sebagai identitas diri
seseorang. Karakter tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu
moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral
behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang
kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the good),
dan berbuat kebaikan (doing the good). Oleh karena itu, diperlukan pembiasaan
dalam pemikiran (habitsof the mind), pembiasaan dalam hati (habits of the heart),
dan pembiasaan dalam tindakan (habits of the action).

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan kali ini, penelitian menerapkan bahwan metode


kualitatif atau deskriptif, memiliki tujuan untuk mengkaji suatu permasalahan
secara lebih mendalam dengan cara menganalisis teori – teori tanpa melakukan
sebuah perhitungan persentase, bahwa penelitian deskriptif tidak hanya berhenti
pada pengumpulan sebuah data analisis, pengorganisasian, dan penarikan
interprestasi serta penyimpulan, tetapi dilanjutkan juga dengan pembandingan,
mencari kesamaan perbedaan dan hubungan kasual dalam berbagai hal.

Hasil dan Pembahasan

Pendidikan kewargaan PKn yaitu salah satu atau bentuk pendidikan nilai
dan moral dalam penyampaiannya perlu ditampilkann beberapa model pendidikan
norma dan moral. Beberapa model akan membantu untuk memahami pendidikan
norma dan moral sekaligus membantu murid untuk melatih mengamalkan nilai
norma dan moral pancasila yang dipelajari di Sekolah Dasar. Menurut Depdiknas
Pendidikan kewarganegaraan PKn adalah untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam penjelasan UU
20/2003 tentang sisdiknas pada pasal 37 ayat Menurut Winataputra (1987)
( Dalam AP, 2017) mengemukakan bahwa untuk membantu pemahamannya
tentang umum perspektif model pendidikan moral dan norma perlu pemahaman
yang menjadi hubungan antara perhatian dan kepedulian atau perhatian seseorang
untuk memperhatikan atau menolong orang lain yang di dorong oleh tingkap
perasaan tertentu, menolong orang lain tidak terlepas darinalar dengan naar atau
pertimbangan masalah moral sering menempatkannya kesejahteraan orang lain
yang menjadi taruhan sedangkan tindakan sebagai moral yaitu kualitas perhatian.
Walaupun tindakan bukan suatu kategori dalam moral namun kesempatan untuk
bertindak akan menghambat proses perkembangan dalam moral.

Pendidikan kewarganegaraan sebenaarnya dilakukan dan dikembangan di


seluruh dunia dengan berbagai macam dan istilah atau nama. Pendidikan
kewarganegaraan memiliki paragdima baru di dalam penyempurnaan kurikulum,
yaitu pendidikan kewarganegaraan berbasis pancasila, tujuan pendidikan yang
tertuang dalam Permendiknas RI No.19 Tahun 2005, pasal 1 ayat 2 yang
menyatakan bahwa : “pendidikan adalah jalur yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengar, dan pendidikan tinggi”
dari pernyataan tersebut dapat di simpulkan bahwa pendidikan yaitu sarana untuk
meningkatkan potensi sebagai individu yang terstuktur dan berjenjang.
menyatakan bahwa memiliki semangat dalam melakukan nilai pendidikan moral
dan norma dalam pembelajaran PKn dengan menggunaka metode pembiasaan dan
menerapkan (Odah et al., 2020).

Menurut gagne dalam gredller Penerapan model pembelajaran PKn dapat


ditingkatkan dengan hasil pengetahuan kewarganegaraan siswa yang lebih baik
dapat di signitifkan dibandingkan dengan penerapan model pemelajaran
konvensional penerapan moel pembelajaran dapat mengfokuskan perhatian dan
motivasi belajar yang lebih baik dibanding dengan penerapan belajar
konvensional model pembelajaran yang fokus terhadap perhatian siswa lebih
besar meningkatkan motivasi belajar yang leih baik. Mengungkapkan (Jl et al.,
2022) nilai pendidikan moral dan norma berhubungan denga perilaku suatu
negera. Dan memiliki kewajiban tangung jawab terutama dalam pembangunan
pembentukan perilaku seseorang memerlukan proses kebiasaan dan keteladanan.
Koesoema (2007) menjelaskan bahwa pendidikan moral dan norma berhubungan
dengan karakter karena menempatkan nilai kebebasan untuk kinerja individu
menyempurnakan dirinya sendiri berdasarkan nilai moral yang semakin
mendalam dan bermutu hal ini pendidikan nillai norma dan morall merupakan
sebuah usaha dari individu yang semakin membentuk dirinya sediri sehingga
dapat menjadi pribadi yang bermoral.

Penerapan model pembelajaran PKn dapat ditingkatkan dengan hasil


pengetahuan kewarganegaraan siswa yang lebih baik dapat di signitifkan
dibandingkan dengan penerapan model pemelajaran konvensional penerapan moel
pembelajaran dapat mengfokuskan perhatian dan motivasi belajar yang lebih baik
dibanding dengan penerapan belajar konvensional model pembelajaran yang
fokus terhadap perhatian siswa lebih besar meningkatkan motivasi belajar yang
leih baik. Mengungkapkan (Jl et al., 2022) nilai pendidikan moral dan norma
berhubungan denga perilaku suatu negera. Dan memiliki kewajiban tangung
jawab terutama dalam pembangunan pembentukan perilaku seseorang
memerlukan proses kebiasaan dan keteladanan. Koesoema (2007) menjelaskan
bahwa pendidikan moral dan norma berhubungan dengan karakter karena
menempatkan nilai kebebasan untuk kinerja individu menyempurnakan dirinya
sendiri berdasarkan nilai moral yang semakin mendalam dan bermutu hal ini
pendidikan nillai norma dan morall merupakan sebuah usaha dari individu yang
semakin membentuk dirinya sediri sehingga dapat menjadi pribadi yang bermoral.

Pendidikan moral dan norma ruang lingkupnya adalah kondisi batin


seseorang. Kata moral mengacu pada baik atau buruknya manusia sebagai
manusia pengertian moral mengasu pada baik buruknya saja. Norma - norma
moral sebagai tolak ukur untuk menentukan bentul salahnya setiap tindakan dilhat
dari segi baik atau buruknya manusia bukan sebagai pelaku peran tertentu hanya
terbatas. Tindakan moral adalah kempuan untuk melakukan sebuah keputusan dan
perasaan moral ke dalam perilaku nyata. Tindakan moral agar tercipta
perkembangan dalam pergaulan sehari – hari dan pembinaan moral merupakan
tanggung jawab bersama baik keluarga, lingkungan kondusif dan sekolah.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang


terdapat dalam kurikulum sekolah. PKn berusaha untuk membina perkembangan
moral anak didik dengan nilai pancasila adar pendidikan lebih dimanfaatkan untuk
menjealskan sikap, sikap tingkah laku dan nilai moral dalam kehidupan, dan
menyatakan belum semua di Sekolah Dasar menerapkan pembelajaran nilai yang
layak dalam pembelajaran PKn.

Pendidikan moral dapat disampaikan dengan metode langsung atau tidak


langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik
dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran tersebut melalui
mendiskusikan, mengilustrasikan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung
tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan tetapi dengan
menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan.
Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan
perilaku yang baik bagi anak didik.

Metode kedua yang digunakan dalam pendidikan moral juga harus


komprehensif. Termasuk didalamnya inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian
teladan, dan penyiapan generasi muda agar dapat mandiri dengan mengajarkan
dan memfasilitasi pembuatan keputusan moral secara bertanggungjawab dan
keterampilan-keterampilan hidup yang lain. Generasi muda perlu memperoleh
penanaman nilai-nilai tradisional dari orang dewasa yang menaruh perhatian
kepada mereka, yaitu para anggota keluarga, guru, dan masyarakat. Mereka juga
memerlukan teladan dari orang dewasa mengenai integritas kepribadian dan
kebahagiaan hidup. Demikian juga mereka perlu memperoleh kesempatan yang
mendorong mereka memikirkan dirinya dan mempelajari keterampilan
keterampilan untuk mengarahkan kehidupan mereka sendiri.

Ketiga, pendidikan moral hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses


pendidikan, seperti di kelas, dalam kegiatan ekstra kurikuler, dalam proses
bimbingan dan penyuluhan, dalam upacara-upacara pemberian penghargaan, dan
dalam semua aspek kehidupan. Contoh-contoh mengenai hal tersebut misalnya
tercermin dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa seperti belajar kelompok,
penggunaan bahan-bahan bacaan dan topik-topik tulisan mengenai kebaikan.
Penggunaan klarifikasi nilai dan dilema moral, pemberian teladan tidak merokok,
tidak korup, tidak munafik, dermawan, kejujuran, menyayangi sesama mahluk
ciptaan Tuhan, dan lain sebagainya. Keempat, pendidikan moral hendaknya
terjadi melalui kehidupan dalam masyarakat. Orang tua, lembaga keagamaan,
aparat penegak hukum, polisi, organisasi kemasyarakatan, semua perlu
berpartisipasi dalam pendidikan nilai. Konsistensi semua pihak dalam
melaksanakan pendidikan nilai mempengaruhi kualitas moral generasi muda.

Tercaoainya tujuan pendidikan nilai dan moral secara komprehensif ada berbagai
cara yang dapat dilakukan. di Amerika Serikat untuk merealisasikan pendidikan
nilai, berbagai metode, program, dan kurikulum telah dikembangkan dalam
rangka menolong generasi muda agar dapat mencapai kehidupan yang secara
pribadi lebih memuaskan dan secara sosial lebih konstruktif. Dilihat dari
substansinya, ada empat pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama dalam
pendidikan nilai yang komprehensif yaitu realiasi nilai, pendidikan watak,
pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan moral.

Tujuan tercapainya pendidikan nilai dan moral secara komprehensif ada berbagai
cara yang dapat dilakukan. Di Amerika Serikat untuk merealisasikan
pendidikan nilai, berbagai metode, program, dan kurikulum telah
dikembangkan dalam rangka menolong generasi muda agar dapat mencapai
kehidupan yang secara pribadi lebih memuaskan dan secara sosial lebih
konstruktif. Dilihat dari substansinya, ada empat pendekatan yang dianggap
sebagai gerakan utama dalam pendidikan nilai yang komprehensif yaitu
realiasi nilai, pendidikan watak, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan
moral.
Pendidikan harus berpusat pada anak, bukan pada kurikulum ataupun
guru. Karena pengetahuan terletak di dalam human being, tujuan pembelajaran
adalah untuk menemukan cara untuk membentangkan pengetahuan yang
tersembunyi. Pestalozzi mendukung bahwa pengalaman langsungadalah
metode yang paling baik. Dia juga mendukung spontanitas dan aktivitas
pribadi; hal ini berlawanan dengan metode yang berbasis kurikulum, metode
berpusat pada guru yang dulu berlaku.
Guru seharusnya tidak mengajar melalui kata demi kata,
misalnya memberikan anak dengan jawaban yang siap dipakai, namun
anak harus menemukan jawabannya sendiri. Tidak ada yang lebih baik dari
pengalaman sensory. Dengan demikian, Pestalozzi menganjurkan untuk tidak
menggunakan buku bagi pendidikan awal, tetapi menganjurkan belajar melalui
pengalaman.
Metode induksi, di mana anak pertama belajar mengamati,
mengoreksi kesalahan sendiri, menganalisa dan menggambarkan obyek
penyelidikan. Anak mulai dengan obyek sederhana dan melakukan
observasi sederhana, setelahitu berkembang pada obyek yang lebih
kompleks, serta hal-hal abstrak. Hanya setelah mereka benar-benar menguasai
tiga hal itu anak mulai diperkenalkan penggunaan buk. Untuk memberikan
kesempatan anak memperoleh pengalaman yang banyak tentang alam,
Pestalozzi memperluas kurikulum sekolah dasar meliputi geografi, ilmu
pengetahuan alam, seni lukis, dan musik.
Pendidikan moral sebenarnya dapat diterapkan dalam suatu proses
pembelajaran dengan memasukan ketiga unsur yang saling berkaitan pada
topik-topik atau tema yang sedang dipelajari. Melalui tiga kerangka berpikir
tersebut hasil pembentukan sikap atau karakter anak dapat dilihat. Masing-masing
aspek dalam tiga kerangka pembentukan moral anak yang dikemukakan Lickona
memiliki unsur atau aspek-aspek tersendiri. Aspek konsep moral (moral
knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness), pengetahuan
nilai moral (knowing moralvalue), pandangan ke depan (perspective taking),
penalaran moral (moralreasoning), pengambilankeputusan (decision making),
dan pengetahuan diri (selfknowledge). Aspek sikap moral (moral feeling)
meliputi: kata hati (conscience), rasa percaya diri (self esteem), empati (emphaty),
cinta kebaikan (loving thegood), pengendalian diri (self control), dan kerendahan
hati (huminity). Aspek perilaku moral (moral behavior) mencakup:
kemampuan (compalance), kemauan (will), dan kebiasaan (habbit).

Kesimpulan
Pendidikan nilai, moral dan norma ini perlu diterapkan di setiap jenjang
pendidikan terlebih di sekolah dasar, karena pendidikan nilai moral, dan norma
memiliki tujuan untuk menghidupkan kembali moral dan norma atau khususnya di
indonesia yang sejalan dengan nilai – nilai yang ada dalam pancasila, diantaranya
adalah nilai ketaqwaan, keimanan, kepedulian, kejujuran serta nilai etika atau
sopan santun. Salah satu mata pelajaran yang tepat untuk menerapkan nilai nilai
pendidikan moral dan norma yaitu pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan
kewarganegaraan dikatakan tepat karena di dalamnya memuat pembelajaran yang
bisa menghasilkan peserta didik untuk menjadi warga negera atau penduduk yang
baik dan mempunyai moral dan norma yang selaras dengan nilai yang termuat
dalam pancasila. Namun dalam proses pengimplementasian pendidikan nilai
norma dan moral dalam pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi, baik faktor yang mendukung maupun yang
menghambatnya. Norma adalah salah satu hal penting bagi siwa atau siswi di era
globalisasi dengan penerapan norma dalam diri siswa akan sangat penting untuk
membentuk suatu karakter yang baik saling menghargai dan menghormati.

Implementasi pendidikan moraldi SD dilakukan dengan pendidikan


berpusat pada anak. Anak didorong untuk memiliki pengalaman
langsung dalam pendidikan moral. Pembelajaran secara komprehensif untuk
menghasilkan anak yang bermoralmenjadi penting dalam perkembangan sekarang
ini. Guru harus bisa menciptakan lingkungan belajar di sekolah seperti
lingkungan kehidupan keluarga. Kasih sayang dan kepedulian seorang ibu
kepada anaknya dalam kehidupan keluarga,juga terjadi dalam kehidupan di
kelas. Peran orangtua dalam menanamkan pendidikan moral akan berdampak
positif terhadap tingkah laku anak di sekolah

Daftar Pustaka

Anggraeni, P. N., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Implementasi


Pendidikan Nilai Moral dan Norma dalam Pembelajaran PKn di SD. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(2004), 7908–7912.
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/2265%0Ahttps://jptam.org/
index.php/jptam/article/download/2265/1974

Fathurrohman, F. (2019). Implementasi Pendidikan Moral Di Sekolah Dasar.


Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 3(1), 79–86.
https://doi.org/10.21067/jbpd.v3i1.2929

Maimunah. (2021). Implementasi Pembelajaran Nilai Moral Dan Sosial di


Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Kewarganegaraan, 11(1), 17–27.

Mawardini, I. dewi. (2021). Implementasi Pembelajaran PKN Sebagai Pendidikan


Karakter di MI. Junral of Social Science and Education, 1(2), 79–87.

Odah, S. ’, Riswanti, C., Maspupah, N., Nuryani, N., & Sohiah, S. (2020).
Implementasi Nilai-Nilai Norma Dalam Pembelajaran Ppkn Sd. Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1), 117–128.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara

Sanjaya, D. B., Made Ardana, I., & Arini, N. W. (2018). Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Dasar di Bali. Seminar Nasional Riset
Inovatif, 7, 267–273.
https://eproceeding.undiksha.ac.id/index.php//senari/article/download/
1575/10 11

Anda mungkin juga menyukai