Anda di halaman 1dari 12

PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM

PENDIDIKAN KARAKTER
(STUDI DESKRIPSI DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR BANTEN TAHUN 2013)
Oleh: Ade Hidayat

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk (1) mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen-
didikan Universitas Mathla'ul Anwar Banten terhadap pendidikan karakter dalam pelaksanaan visi FKIP Unma
Banten, (2) mengetahui strategi penerapan visi FKIP Unma Banten, (3) mengetahui perilaku mahasiswa sebagai
proses dan hasil penerapan visi FKIP Unma Banten tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di FKIP UNMA Banten pada bulan Juli sampai September 2013. Penelitian
menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari mahasiswa, dosen dan
pimpinan FKIP Unma Banten. Teknik pengambilan responden yang digunakan yaitu teknik purposive sampling.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi langsung, wawancara, dan analisis
dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemahaman responden mengenai penjabaran visi unggul dan ber-
akhlakul karimah sangat beragam. Namun disepakati sebagai kriteria ideal dan normatif dalam kepribadian
pendidik, yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru. Penjabaran visi unggul dan ber-
akhlakul karimah berarti keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ yang diaplikasikan dalam pemikiran, sikap,
maupun perilaku keseharian yang mengarah pada perubahan positif bagi dirinya dan orang lain atau masyarakat.
(2) Untuk membentuk calon pendidik yang unggul dan ber-akhlakul karimah, pendidikan karakter dilaksanakan
secara bertahap melalui kurikulum, program dan kebijakan, pembentukan lingkungan yang sehat dan kondusif,
keteladanan serta pengawasan. Pendidikan karakter walau bukan suatu mata kuliah khusus, tetapi harus
terintegrasi dalam kurikulum dan pengajaran, dalam aplikasinya dibutuhkan figur dosen sebagai teladan bagi
mahasiswa. (3) Pendidikan karakter islami (akhlakul karimah) dalam segi fisik sudah dijalankan, seperti diatur
melalui kebijakan berpakaian, tetapi pendidikan karakter juga terhambat karena perilaku non-edukatif seperti
membuang sampah sembarangan, kecurangan mahasiswa dalam ujian dan tugas yang dianggap wajar, gratifikasi
kepada dosen maupun staf demi mendapat nilai yang diinginkan mahasiswa, perilaku vandalisme, sampai
plagiarisme. FKIP belum menetapkan kriteria resmi evaluasi pendidikan karakter, sehingga penilaian
keberhasilan hanya sampai pada pengamatan individual. Mahasiswa belum menerapkan nilai-nilai akhlakul
karimah secara optimal, karena kurang paham atas makna akhlakul karimah, belum terbentuknya kesadaran
pribadi ditambah belum ada contoh yang bisa diteladani, serta kurang ada sosialisasi lebih lanjut terkait
kebijakan dan program.

Kata kunci: Persepsi, Perilaku, Pendidikan Karakter, Mahasiswa

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu modal


dasar pembangunan nasional di setiap negara,
Krisis multi dimensi yang dialami bangsa termasuk di Indonesia. Pembangunan nasional
Indonesia saat ini telah memberi dampak yang di Indonesia dipahami memiliki dua dimensi
besar dalam berbagai tatanan kehidupan bangsa. global. Pertama yang berdimensi fisik material,
Banyak yang mengatakan bahwa masalah dan yang kedua berkaitan dengan aspek mental
terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah spiritual. Secara fisik material, pembangunan di
terletak pada aspek moral. Aksi kekerasan, teror, Indonesia dapat dikatakan sudah mencapai
korupsi, dan berbagai perilaku tidak jujur lainnya tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Namun
telah menjadi sebuah kelatahan kolektif. Melihat dalam hal mental spiritual, nampaknya harus
kondisi bangsa semacam itu, pendidikan yang terus ditingkatkan. Berbagai upaya untuk
menjadi basis dan wadah pembentukan karakter, meningkatkan keberhasilan pembangunan
jelas menghadapi tantangan yang makin rumit nasional di bidang mental spiritual ini
dan kompleks. dilaksanakan melalui sektor pendidikan.

JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013 || 1


Ade Hidayat

Undang-Undang RI No. 20/2003 tentang Sistem Adapun yang menjadi sumber nilai-nilai
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab II Pasal 2 tersebut menurut Balitbang Depdiknas adalah: 1)
yang menegaskan, bahwa pendidikan nasional Agama: nilai-nilai pendidikan budaya dan
bertujuan mengembangkan kemampuan dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-
membentuk watak serta peradaban bangsa yang nilai dan kaidah yang berasal dari agama. 2)
bermartabat dalam rangka mencerdaskan Pancasila: Pendidikan budaya dan karakter
kehidupan bangsa, bertujuan untuk bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa warga negara yang memiliki kemampuan,
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
dalam kehidupannya sebagai warga negara. 3)
menjadi warga negara yang demokratis dan
Budaya: tidak ada manusia yang hidup
bertanggung jawab.
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-
Isi ketentuan yuridis formal di atas
nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut.
mengandung indikasi tentang betapa pentingnya
Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar
pola pembinaan yang tidak hanya mengandalkan dalam memberi makna terhadap suatu konsep
kecerdasan saja, melainkan mengasah dan arti dalam komunikasi antaranggota
kemampuan kematangan di luar kecerdasan masyarakat tersebut.
kognitif seperti: keagamaan, moralitas, Tujuan Pendidikan Nasional; tujuan
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, pendidikan nasional adalah sumber yang paling
dan sebagainya. operasional dalam pengembangan pendidikan
Pada tahun 2010 Balitbang Kemendiknas, budaya dan karakter bangsa dibandingkan ketiga
merespon pentingnya wacana tersebut dalam sumber yang disebutkan di atas.
grand tema yang disebut, “Pengembangan Sedangkan Nilai-nilai dalam Pendidikan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”. Budaya dan Karakter Bangsa yang dikonsepsikan
Budaya yang dimaksud memiliki pengertian ke dalam delapan belas nilai oleh Balitbang
sebagai keseluruhan sistem berfikir, nilai, moral, Depdiknas. Kedelapan belas nilai tersebut
norma dan keyakinan (belief) manusia yang adalah: (1) Religius; (2) Jujur; (3) Toleransi; (4)
dihasilkan masyarakat. Sedangkan karakter Disiplin; (5) Kerja Keras; (6) Kreatif; (7) Mandiri;
adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian (8) Demokratis; (9) Rasa Ingin Tahu; (10)
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi Semangat Kebangsaan; (11) Cinta Tanah Air; (12)
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya Menghargai Prestasi; (13) Bersahabat/
dan digunakannya sebagai landasan untuk cara Komunikatif; (14) Cinta Damai; (15) Gemar
pandang, bersikap, dan bertindak Membaca; (16) Peduli Lingkungan; (17) Peduli
(Kemendiknas, 2010). Sosial; 18) Tanggung-jawab.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
adalah usaha bersama di berbagai tingkatan (FKIP) Universitas Mathla'ul Anwar (Unma)
pendidikan yang dilakukan secara bersama oleh Banten merupakan sebuah Lembaga Pendidikan
semua staf pengajar (guru dan dosen) dan Tenaga Kependidikan (LPTK), yang didirikan
pimpinan sekolah dan perguruan tinggi, melalui untuk mencetak tenaga-tenaga pendidik yang
semua mata pelajaran dan mata kuliah, dan handal dan profesional. Untuk menghasilkan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya tenaga pendidik yang baik maka diperlukan
sekolah dan kampus. Program ini mencoba untuk lembaga pendidikan yang baik pula. Kualitas
mengkombinasikan: olah pikir, olah hati, olah pendidikan ditandai oleh kualitas lulusan LPTK,
rasa/karsa, dan olah raga. Semua kombinasi sehingga kualitas LPTK harus senantiasa
“olah” ini bermuara terhadap nilai-nilai luhur dibangun dan dikembangkan agar menghasilkan
dan perilaku berkarakter. lulusan yang berkualitas pula. Dalam konteks

2 || JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013


Persepsi dan Perilaku Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter

membangun karakter calon generasi bangsa, Dalam penelitian ini, yang menjadi rumusan
penyiapan calon tenaga pendidik profesional masalah adalah (1) bagaimana persepsi
yang berkarakter tentunya memiliki korelasi mahasiswa terhadap pendidikan karakter dalam
yang tinggi. Sebab setiap calon pendidik dewasa pencapaian visi FKIP Unma Banten, (2)
ini dituntut memiliki kemampuan dalam bagaimana strategi penerapan pendidikan
membina karakter peserta didiknya, sehingga
karakter dalam upaya mencapai visi FKIP Unma
pembinaan karakter mahasiswa calon tenaga pen-
Banten (3) bagaimana perilaku mahasiswa di
didik harus merupakan bagian yang tidak ter-
pisahkan dari pendidikan profesional tenaga FKIP Unma Banten sebagai proses dan hasil
pendidik selama di lingkungan kampus. Oleh penerapan pendidikan karakter dalam upaya
karena itu FKIP Unma Banten mengusung visi mencapai visi FKIP UNMA Banten tersebut.
menjadi LPTK yang unggul dan berakhlakul Penelitian ini bertujuan untuk (1)
karimah dalam pengembangan sumberdaya mengetahui persepsi mahasiswa terhadap
manusia dan pengembangan masyarakat. pendidikan karakter dalam pelaksanaan visi
Nilai akhlakul karimah bersumber dari FKIP UNMA Banten; (2) mengetahui strategi
penerapan atau implementasi pendidikan
agama (Islam). Akhlakul karimah atau atau
karakter dalam upaya mencapai visi FKIP Unma
disebut juga akhlak islamiyah adalah suatu
Banten; (3) mengetahui perilaku mahasiswa
sistem akhlak yang berpedoman kepada Al- FKIP Unma Banten sebagai proses dan hasil
Qur'an dan Hadits. Dengan demikian kriteria penerapan pendidikan karakter dalam upaya
baik dan buruknya suatu perbuatan tidak lepas mencapai visi FKIP Unma Banten tersebut.
dari garis Al-Qur'an dan Hadits (Mulyadi, 1997:
9). TINJAUAN PUSTAKA
Akhlak juga sering disebut dengan tingkah
laku, perangai, budi pekerti. Menurut Yatimin Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
Abdullah, akhlakul karimah merupakan tanda pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
kesempurnaan iman seorang kepada Allah. pendidikan moral, pendidikan watak, yang
Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat- bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
sifat terpuji. (Abdullah, 2007: 40). didik untuk memberikan keputusan baik buruk,
Kriteria nilai-nilai akhlakul karimah memelihara apa yang baik, dan mewujudkan
menurut Said Agil Husin (2003: 42) terlihat pada kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
kebiasaan: (1) untuk melaksanakan shalat dengan sepenuh hati (Winataputra, 2010: 8).
berjamaah; (2) menegakkan sikap disiplin; (3) Pembentukan dan pengembangan karakter
memelihara kebersihan; (4) menjaga ketertiban; sebagai upaya pendidikan diharapkan dapat
(5) memelihara kejujuran; (6) bersikap saling memberikan dampak positif baik bagi individu
tolong menolong. secara personal maupun bagi lingkungannya. Hal
Grand design unggul dan ber-akhlakul ini sesuai pendapat Megawangi (2004) bahwa
karimah (berkarakter terpuji—kuat dan ideal) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk
seperti dalam kriteria di atas ternyata belum mendidik anak-anak agar dapat mengambil
dapat dilaksanakan dengan optimal. Realita di keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
lapangan masih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
penyimpangan-penyimpangan perilaku sebagai dapat memberikan kontribusi positif terhadap
bukti adanya kesenjangan antara indikator nilai lingkungan.
berkarakter kuat dan ideal dengan pelaksanaan Menurut Kementerian Pendidikan Nasional
praktis di lapangan. Dengan demikian penelitian (2010: 3) karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
jalannya proses pendidikan karakter dan hasil hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)
perilaku sebagai upaya mencapai visi akhlakul yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
karimah di FKIP Unma Banten. cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013 || 3


Ade Hidayat

Terminologi karakter sedikitnya memuat dua hal Akhlakul karimah atau akhlak mulia disebut
yaitu nilai-nilai (values) dan kepribadian. juga akhlak islamiyah adalah suatu sistem akhlak
Sebagai suatu cerminan dari kepribadian yang yang berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits.
utuh, karakter mendasarkan diri pada tata nilai Dengan demikian kriteria baik dan buruknya
yang dianut masyarakat. Tata nilai yang suatu perbuatan tidak lepas dari garis Al-Qur'an
mendasari pemikiran serta perilaku individu ini dan Hadits (Mulyadi, 1997: 9).
ditanamkan dengan proses internalisasi nilai Kata akhlak merupakan bentuk dari kata
yang sesuai dengan budaya yang dianut oleh khuluq dalam bahasa arab mempunyai asal kata
masyarakat. Proses internalisasi inilah yang yang sama dengan yang Khalik (Pencipta, Allah)
kemudian membentuk karakter seorang dan makhluk, semuanya itu berasal dari kata
individu. khalaqa (menciptakan). Dengan demikian kata
Sebagai upaya untuk meningkatkan kese- khuluq dan akhlak tidak hanya mengacu kepada
suaian dan mutu pendidikan karakter, Kemen- penciptaan atau kejadian manusia melainkan
terian Pendidikan Nasional mengembangkan mengacu juga pada konsep penciptaan alam
semesta sebagai makhluk.
grand design pendidikan karakter untuk setiap
Dari pengertian etimologis (bahasa) akhlak
jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan.
bukan saja merupakan tata aturan atau norma
Grand design menjadi rujukan konseptual dan
perilaku yang mengatur hubungan antar sesama
operasional pengembangan, pelaksanaan, dan
manusia dengan tuhan dan alam semesta. Selain
penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendi-
itu di dalam kata akhlak mencakup pengertian
dikan.
terciptanya keterpaduan antara kehendak Khalik
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
dengan perilaku makhluk. Artinya tata perilaku
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
seseorang terhadap orang lain dan
dikelompokan dalam: olah hati (spiritual and
lingkungannya disebut mengandung nilai
emotional development), olah pikir (intellectual
akhlak, manakala tindakan atau perilaku
development), olah raga dan kinestetik (physical
tersebut didasarkan kepada kehendak Allah
and kinesthetic development), dan olah rasa dan
SWT, karena itu sesuai tuntunan akhlak, segala
karsa (affective and creativity development).
motivasi tindakan (niat) harus mengacu kepada
Pengembangan dan implementasi pendidikan semangat takwa kepada Allah (taqwallah).
karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada Said Agil Husin (2003: 42) memberikan tips
grand design tersebut (Muslich, 2011). agar akhlakul karimah dapat terimplementasi
Pendidikan karakter bertujuan untuk dengan baik pada peserta didik, yaitu dengan
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil menanamkan kebiasaan: (1) untuk
pendidikan di sekolah yang mengarah pada melaksanakan shalat berjamaah; (2)
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak menegakkan sikap disiplin; (3) memelihara
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan kebersihan; (4) menjaga ketertiban; (5) me-
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. melihara kejujuran; (6) bersikap saling tolong
Melalui pendidikan karakter diharapkan menolong.
peserta didik mampu secara mandiri mening- Dalam konteks lembaga pendidikan, FKIP
katkan dan menggunakan pengetahuannya, Unma Banten merumuskan visi menjadi LPTK
mengkaji dan menginternalisasi serta mem- penghasil dan pengembang tenaga kependidikan
personalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak “yang unggul dan berakhlakul karimah” dalam
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari- pengembangan sumberdaya manusia dan
hari (Muslich, 2011). pengembangan masyarakat.

4 || JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013


Persepsi dan Perilaku Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter

Rumusan unggul dan berakhlakul karimah Pilar utama yang kedua, yaitu profesion-
mengandung cita-cita dan nilai yang merupakan alisme terwujud dalam: (1) passion for knowl-
proses sekaligus usaha, yang digambarkan edge, yaitu semangat untuk selalu menambah
dengan serangkaian kegiatan dan sasaran pengetahuan baik melalui cara formal maupun
lembaga, sehingga akan menghasilkan lulusan informal; (2) passion for business, yaitu
dalam bidang ilmu pendidikan dan keguruan
semangat untuk melakukan kegiatan secara
berkualitas yang cerdas intelektual, emosional,
sempurna dalam tugas dan misinya; (3) passion
spiritual, moral, dan sosial. Visi lembaga
for service, yaitu semangat memberikan
pendidikan akan menentukan sejauh mana
pelayanan terbaik terhadap pihak yang menjadi
program pendidikan karakter berhasil
tanggung jawabnya; dan (4) passion for people,
diterapkan di dalam lingkungan kampus. Visi
FKIP Unma Banten sebagai idealisme dan cita- yaitu semangat untuk mewujudkan pengabdian
cita yang secara konkret menjadi pedoman kepada orang lain atas dasar kemanusiaan.
perilaku dan sumber motivasi, sehingga setiap Pilar ketiga adalah etika yang terwujud
civitas akademika di FKIP Unma Banten semakin dalam karakter atau watak sekurang-kurangnya
tumbuh dan berkembang secara utuh. Untuk ada enam unsur esensial, yakni: (1)
merealisasikan visi tersebut, maka FKIP Unma truthworthiness, yaitu kejujuran atau dapat
Banten merumuskan misinya sebagai berikut: dipercaya dalam keseluruhan kepribadian dan
1)  Menyelenggarakan pendidikan tinggi perilakunya; (2) responsibility, tanggung jawab
berkualitas di bidang ilmu pendidikan dan terhadap diri, profesi dan lingkungannya
keguruan dengan kompetensi utama tenaga (keluarga, lembaga, bangsa, dan Tuhan); (3)
pendidik dan kependidikan yang unggul respect, sikap menghormati siapapun yang
2)  Mengembangkan Ipteks melalui penelitian terkait langsung ataupun tidak langsung dalam
mutakhir di bidang ilmu pendidikan dan tugas profesi; (4) fairness, melaksanakan tugas
keguruan. secara konsekuen sesuai dengan ketentuan
3)  Menerapkan dan mendayagunakan Ipteks peraturan yang berlaku; (5) care, yaitu penuh
pendidikan untuk mencapai kualitas pendi- kepedulian terhadap berbagai hal yang terkait
dikan Banten unggul dan berkelanjutan.
dengan tugas profesi; dan (6) citizenship, yaitu
Keunggulan bersama profesionalisme dan
menjadi warga negara yang memahami seluruh
etika (akhlak) menurut Mohamad Surya (2010)
hak dan kewajibannya serta mewujudkannya
merupakan tiga pilar utama untuk
dalam perilaku profesi.
mengembangkan profesionalitas pendidik.
Nursyam (2009) menggambarkan
Keunggulan meliputi empat hal, yaitu: (1) kepribadian dan akhlak mulia pada peserta didik
berkomitmen untuk senantiasa berada dalam meliputi kriteria: (1) Tanggung Jawab; (2)
koridor tujuan; (2) memiliki kecakapan dalam Kedisiplinan; (3) Percaya diri; (4) Kompetitif; (5)
bidangnya, baik kecakapan potensial maupun Sopan Santun; (6) Hubungan Sosial; (7)
kecakapan aktual; (3) memiliki motivasi kuat Kejujuran; (8) Kegiatan Ibadah. (9) Kesehatan;
untuk menjadi yang pertama dan terbaik dalam (10) Kebersihan. Kesepuluh kriteria tersebut
bidangnya; dan (4) senantiasa melakukan digunakan sebagai pedoman penskoran sebagai
perbaikan secara terus menerus. berikut:

JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013 || 5


Ade Hidayat

Tabel 1. Pedoman Penskoran Akhlak Mulia

No. Aspek Indikator


1. Tanggung Jawab melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan
melakukan upaya maksimal untuk hasil terbaik.
2. Kedisiplinan Tertib dalam berpakaian, tepat waktu melaksanakan
tugas, dan tidak pernah terlambat sesuai dengan tata
tertib.
3. Percaya Diri bertanya dan menyampaikan pendapat, tidak mudah
menyerah, dan bekerja mandiri dengan ke-
mampuannya.
4. Kompetitif berusaha untuk maju dan menunjukan semangat yang
tinggi, memiliki keingintahuan yang tinggi, serta
berani bersaing.
5. Sopan Santun santun dalam bersikap dan berbicara, sopan dalam
berpakaian, serta melaksanakan budaya senyum, sapa
dan salam.
6. Hubungan Sosial menjaga hubungan baik dengan teman,
pengajar/pegawai, selalu membantu/menolong
temannya, serta selalu bekerjasama dalam kegiatan
positif di sekolah atau kampus.
7. Kejujuran jujur dalam perkataan dan perbuatan, dan tidak mau
menyontek pada waktu ulangan atau ujian dalam
keadaan apa pun.
8. Kegiatan Ibadah melaksanakan ibadah keseharian baik yang diwajibkan
maupun yang dianjurkan sesuai dengan tuntunan
agama
9. Kebersihan menjaga kebersihan diri (dalam berpakaian,
kebersihan rambut, kuku, gigi, alat tulis, tas, dll), dan
lingkungan (tidak membuang sampah sembarangan,
tidak mencoret meja dan kursi, dll)
10. Kesehatan menjaga kesehatan dan senang berolahraga,
menghindari rokok dan narkoba demi kesehatan, dan
berpenampilan sehat dan bugar.
diolah dari Panduan Penilai Akhlak Mulia dan Kepribadian SMAN 78 Jakarta (Nursyam, 2009)

Visi FKIP Unma Banten untuk menjadi disusun strategi atau pendekatan untuk
LPTK penghasil dan pengembang tenaga melaksanakan pendidikan karakter sesuai
kependidikan “yang unggul dan ber-akhlakul dengan program dan kebijakan yang telah
karimah”, dijelmakan menjadi misi, sebagai ditetapkan. Dalam pelaksanaan inilah akan
rumusan operasional akan tujuan (goal) yang terlihat bagaimana perilaku mahasiswa dalam
ingin direalisasikan secara nyata. Visi dan misi
kehidupan kampus, sehingga dari keseluruhan
tersebut kemudian menjadi dasar penetapan
pelaksanaan pendidikan karakter yang meliputi
tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh FKIP
program maupun kurikulum dalam kehidupan
UNMA Banten.
Visi dan misi juga menjadi dasar acuan bagi kampus, akan menghasilkan output mahasiswa
penyusunan kebijakan dengan pendekatan yang unggul dan ber-akhlakul karimah,
pendidikan karakter yang menjunjung nilai-nilai sebagaimana disajikan gambar skema kerangka
keunggulan dan akhlakul karimah. Lebih lanjut, berpikir visi dan misi FKIP Unma Banten berikut.

6 || JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013


Persepsi dan Perilaku Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter

Visi dan Misi FKIP Unma Banten

Program dan Kebijakan Tujuan


FKIP Unma Banten FKIP Unma Banten

Strategi Visi Kurikulum


“Unggul dan Berakhlak Karimah” FKIP Unma Banten

Lingkungan Kampus Pelaksanaan dalam Dosen, Staf, Sarana


FKIP Unma Banten Kehidupan Kampus Prasarana, Fasilitas, dll.

Perilaku Mahasiswa

Lulusan FKIP yang


Unggul dan Berakhlakul Karimah

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

METODE Responden diambil dengan teknik purpo-


sive sampling, yakni memilih responden yang
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli dianggap mengetahui informasi dan masalah
sampai September 2013 dilakukan meng- yang akan diteliti secara mendalam dan dapat
gunakan pendekatan deskriptif kualitatif. dipercaya untuk menjadi sumber data yang
Sumber data berasal dari responden yakni (1) mantap. Teknik pengumpulan data dilakukan
mahasiswa, dosen, pimpinan fakultas (dekan dan dengan wawancara mendalam, observasi, dan
wakil dekan), pimpinan program studi (kaprodi), analisis dokumen.
staf dan karyawan FKIP Unma Banten; (2)
Validitas data menggunakan trianggulasi
perilaku atau aktivitas responden; (3) kondisi
sumber. Analisis data menggunakan teknik
dan situasi lingkungan FKIP Unma Banten; serta
(4) dokumen dan gambar yang terkait dengan analisis data interaktif yaitu dengan tahapan:
pelaksanaan pendidikan karakter dalam pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
pencapaian visi FKIP Unma Banten. penarikan kesimpulan, dan verifikasi.

JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013 || 7


Ade Hidayat

HASIL DAN PEMBAHASAN Program studi Pendidikan Bahasa dan


Sastra Indonesia (S1) berdiri berdasarkan SK.
FKIP Unma Banten dilihat dari lulusan dan Izin Penyelenggaraan dari Departemen
jumlah mahasiswa merupakan fakultas terbesar Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pen-
di Unma Banten. FKIP sebagai salah satu fakultas didikan dengan nomor 115/D/T/2001. Pada
perjalanannya, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
di lingkungan kampus Universitas Mathla'ul
telah tiga kali melakukan perpanjangan ijin,
Anwar Banten beralamatkan di Jl. Raya Labuan berdasarkan SK perpanjangan yang terdiri dari:
KM. 23 Cikaliung, Kecamatan Saketi Kabupaten (1) SK Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan
Pandeglang, Banten di mana fakultas ini letaknya Tinggi No.2509/D/T/2004 berlaku sampai
paling belakang atau di sebelah barat. Fakultas 2008; (2) SK. Depdiknas Koordinasi Perguruan
ini berbatasan selatan dengan gedung Fakultas Tinggi Swasta Wilayah IV No. 2250/D/T/K-
Teknologi Pertanian, kemudian sebelah IV/2009 berlaku sampai 2013; dan (3) SK.
Depdiknas Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
timurnya berturut-turut ada gedung
Wilayah IV No. 14326/D/T/K-IV/2013 berlaku
perpustakaan, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas sampai 2017. Program studi Pendidikan Bahasa
Ilmu Komputer. Saat ini di FKIP terdapat tiga (3) dan Sastra Indonesiatelah berhasil terakreditasi
program studi, sebagai berikut: oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
Program studi Pendidikan Matematika (S1) (BAN-PT) berdasarkan SK. BAN-PT Nomor:
berdiri berdasarkan SK. Izin Penyelenggaraan 039/BAN-PT/Ak-XIV/S1/2011.
dari Departemen Pendidikan Nasional Sesuai dengan rumusan masalah dalam
Direktorat Jendral Pendidikan dengan nomor penelitian ini, yang pertama yakni mengenai
4225/D/T/2004. yang telah dilakukan persepsi terhadap pendidikan karakter. Dari data
perpanjangan izin berdasarkan SK. Perpan- yang diperoleh menunjukkan bahwa pe-
jangan Kementerian Pendidikan Nasional dan mahaman responden baik mahasiswa, dosen,
Kebudayaan Koordinasi Perguruan Tinggi pimpinan program studi, dan pimpinan fakultas
Swasta Wilayah IV No. 3529/D/T/K-IV/2010 atas makna unggul dan akhlakul karimah sangat
berlaku sampai 2014. Program studi Pendidikan beragam. Namun mereka sudah mengarah pada
satu pemahaman, yakni bahwa sebagai sebuah
Matematika telah berhasil terakreditasi oleh
LPTK, rumusan visi dipahami sebagai kriteria
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
ideal yang harus melekat dalam kepribadian
(BAN-PT) berdasarkan SK BAN-PT Nomor:
seorang pendidik, yang diharapkan dapat
039/BAN-PT/Ak-XIV/S1/2011.
dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon
Program studi Pendidikan Bahasa Inggris
pendidik (guru), yang dapat memberikan
(S1) berdiri berdasarkan SK. Izin Penyeleng- kekhasan (keunggulan) pada dirinya, sehingga
garaan dari Departemen Pendidikan Nasional dapat dibedakan dengan mahasiswa dari fakultas
Direktorat Jendral Pendidikan dengan nomor lain. Namun warga kampus sebagai sasaran dari
1823/D/T/2005. Prodi Pendidikan Bahasa visi FKIP ini belum sepenuhnya mencerminkan
Inggris telah dua kali melakukan perpanjangan sikap yang unggul dan ber-akhlakul karimah.
izin, berdasarkan SK. Perpanjangan yang terdiri Seperti pengakuan salah seorang responden yang
dari: (1) SK. Depdiknas Direktorat Jendral mengaku sekedar mengetahui visi unggul dan
Pendidikan Tinggi No.1805/D/T/2008 berlaku berakhlakul karimah sebagai slogan teoritis saja,
sampai 2011; (2) SK. Kementerian Pendidikan namun belum mengetahui praksis apa yang harus
Nasional dan Kebudayaan Koordinasi Perguruan dilakukan sebagai konsekuensi aplikatifnya.
Tinggi Swasta Wilayah IV No. 10620/D/T/K- Inti dari rumusan ber-akhlakul karimah
IV/2012 berlaku sampai 2015. Program studi menurut para responden yang kemudian
Pendidikan Bahasa Inggris telah berhasil dipahami sebagai kriteria yang harus dimiliki
terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional oleh seorang pendidik, ialah keseimbangan
Perguruan Tinggi (BAN-PT) berdasarkan SK antara IQ, SQ, dan EQ di mana mampu
BAN-PT Nomor: 041/BAN-PT/Ak-XIV/S1/2011. mengaplikasikannya dalam pemikiran, sikap,

8 || JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013


Persepsi dan Perilaku Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter

maupun perilaku praksis terkait dengan Secara tidak langsung, FKIP melaksanakan
kebebasan yang bertanggungjawab dalam pendidikan karakter dengan cara menciptakan
memberikan keputusan dalam kehidupan sehari- lingkungan moral yang sehat. Hal ini, dilakukan
hari. Keseimbangan di antara ketiganya akan dengan penerapan disiplin kuliah. Seperti wajib
membentuk pribadi dengan mentalitas yang kuat mengikuti perkuliahan minimum 75 persen dari
dan perilaku yang mengarah pada perubahan jumlah minggu yang terjadwal dalam semester
positif baik bagi dirinya maupun bagi orang lain yang bersangkutan, khusus untuk kegiatan
di sekitarnya. praktikum mahasiswa harus mengikuti 100
Selanjutnya, rumusan masalah yang kedua persen kegiatan, kecuali ada kegiatan lain disertai
mengenai strategi penerapan pendidikan keterangan yang sah. Kemudian, mahasiswa yang
karakter, diintegrasikan melalui melalui mengikuti kegiatan perkuliahan dan memasuki
kebijakan yang programatik, maupun dengan lingkungan kampus diwajibkan berpakaian rapi,
keteladanan interpersonal serta penciptaan sopan dan bersepatu, dilarang memakai kaos
lingkungan yang sehat dan kondusif. oblong, celana robek dan Sandal. Untuk
Keteladanan merupakan hal yang sangat penting, mahasiswa putri yang beragama Islam wajib
di mana menjadi bentuk visual yang jelas sebagai mengenakan jilbab/kerudung yang rapih (tata
praksis pendidikan karakter. Keteladanan tertib mahasiswa FKIP Unma Banten, 2013).
Kedisiplinan pun tidak hanya diterapkan pada
merupakan bagian penting dalam rangka
mahasiswa saja, dosen pun dituntut untuk
membangun dan mengembangkan karakter
melaksanakan perkuliahan sesuai jadwal, dan
unggul dan ber-akhlakul karimah selain melalui
jika karena suatu hal dosen tidak dapat
proses pemberian pemahaman (understanding), melaksanakan sesuai jadwal, dosen wajib
penguatan (reinforcement), dan hukuman memberitahukan kepada mahasiswa dan
(punishment) (Santrock, 2007: 449). mengusahakan waktu lain sebagai pengganti
Keteladanan menurut responden, bukan hanya dengan sepengetahuan ketua Program studi
memberikan teladan, tetapi bagaimana bisa sehingga kehadiran dosen tetap 100 persen
menjadikan dirinya sebagai teladan. Dalam hal (Pedoman Akademik FKIP Unma Banten, 2013).
ini, dosen mengambil peran penting, namun Pendidikan karakter di FKIP melibatkan
banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi seorang kontrol dan pengawasan dari berbagai pihak,
dosen dalam pembelajaran di kelas maupun di baik dari pembuat kebijakan sendiri, maupun
luar kelas, terkadang membuatnya lalai dalam dari dosen sebagai pendidik. Pengawasan ini
tugasnya menjadi teladan bagi mahasiswanya. berupaya mengantisipasi tindakan-tindakan di
Hal ini dikemukakan oleh responden, bahwa luar nilai karakter yang diharapkan, serta
tidak semua dosen dapat dijadikan sebagai memberikan teguran awal bagi bentuk tindakan
tersebut.
teladan. Artinya ada dosen, satu atau beberapa
Selanjutnya, berdasarkan rumusan masalah
yang responden anggap belum bisa memenuhi kri-
yang ketiga, terkait dengan nilai-nilai karakter
teria sebagai sosok yang pantas untuk diteladani.
apa saja yang ingin ditanamkan FKIP kepada
Secara langsung, FKIP menciptakan sebuah para mahasiswanya, tidak dapat dilepaskan dari
pendekatan pendidikan karakter melalui situasi dan konteks sosial di mana pendidikan
kurikulum dan program yang disusun. Hal ini karakter tersebut diterapkan. Mengingat bahwa
sesuai dengan pendapat responden bahwa visi FKIP sebagai LPTK, yaitu lembaga pendidikan
unggul dan akhlakul karimah harus terintegrasi yang mendidik dan membelajarkan
dalam kurikulum setiap program studi. mahasiswanya untuk menjadi guru atau
Pendidikan karakter bukan berarti harus menjadi pendidik, maka nilai-nilai yang dipilih berkaitan
satu mata kuliah khusus. Melainkan kurikulum erat dengan kepribadian ideal dan normatif yang
harus mencakup mata kuliah-mata kuliah yang di diharapkan dapat dimiliki oleh seorang guru.
dalamnya berisi tentang pendidikan karakter Berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang
dengan nilai-nilai karakter prioritas yang ingin menjadi patokan di FKIP Unma Banten, serta
ditanamkan kepada mahasiswa. perilaku yang dilakukan oleh mahasiswa:

JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013 || 9


Ade Hidayat

Tabel 2. Indikator dan Nilai Karakter Prioritas di FKIP Unma Banten

Definisi Indikator
Komponen Indikator Nilai Karakter
Operasional Operasional
Kompetitif
Kecakapan Gemar membaca
Keunggulan Rasa ingin tahu
Kreatif
Kekhasan
Inovatif
Bersahaja
Kesederhanaan
Unggul dan Respek
Visi FKIP
Berakhlakul Keteladanan Bersahabat
Unma Banten Kedekatan
Karimah Komunikatif
Pelayanan Optimal Responsif
Tanggung Jawab
Kejujuran
Komitmen
Kepribadian Kerja keras
Displin
Cerdas Spiritual Religius

diolah dari hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen yang relevan

Secara personal, mahasiswa belum mampu Pendidikan karakter agar tetap berjalan
mengaplikasikan nilai-nilai karakter prioritas memerlukan adanya proses evaluasi untuk
yang diharapkan FKIP untuk mencapai memperbaiki kinerjanya selama ini. Penilaian
berkarakter unggul dan ber-akhlakul karimah pendidikan karakter di FKIP yang diakui belum
secara optimal, sehingga masih perlu beberapa mempunyai parameter secara pasti,
perbaikan. Hal ini terbukti dari munculnya menunjukkan sulitnya menilai keseluruhan
beberapa penyimpangan, salah satunya adalah proses belajar mahasiswa yang indikasinya
adanya perilaku non-edukatif seperti membuang adalah perkembangan kepribadian. Penilaian
sampah sembarangan, vandalisme dan perilaku terhadap pendidikan karakter di FKIP ialah
anarkis sebagian mahasiswa dalam melihat sejauh mana pengetahuan itu mengubah
menyampaikan tuntutan, kemudian adanya sikap, perilaku yang koheren dengan konsep
anggapan bahwa kecurangan yang merupakan sebuah lembaga yang mendidik. Pada
tindakan tidak jujur mahasiswa baik dalam ujian hakikatnya, pendidikan karakter membutuhkan
maupun tugas adalah hal yang wajar, bahkan tak penilaian dari individu sebagai bentuk refleksi
jarang sebagian mahasiswa melakukan upaya
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang
gratifikasi kepada dosen maupun staf untuk
diyakininya, serta dari komunitas yang menilai
memperbaiki nilai yang kurang, plagiarisme,
sejauh mana struktur lingkungan pendidikan
sampai meminta jasa pihak lain dalam
mampu menumbuhkan karakter moral setiap
pembuatan tugas artikel, karya ilmiah, hingga
individu dalam sistem tersebut.
skripsi. Masih kurang optimal mahasiswa dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai karakter tersebut Penilaian pendidikan karakter diarahkan
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pada perilaku dan tindakan, bukan sekedar
kekurangpahaman mahasiswa atas makna pengetahuan dan pemahaman yang dimengerti
keunggulan dan akhlakul karimah, belum dan dikatakan saja. FKIP sebagai pelaksana
terbentuknya kesadaran pribadi, belum adanya pendidikan karakter belum menetapkan kriteria
contoh yang bisa dijadikan teladan, dan kurang resmi penilaian pendidikan karakter, sehingga
adanya sosialisasi lebih lanjut terkait dengan setelah perjalanan kurang lebih 5 tahun
program maupun kebijakan. pendidikan karakter ini sejak dicetuskan,

10 || JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013


Persepsi dan Perilaku Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter

evaluasi keberhasilan pendidikan karakter hanya Pendidikan karakter juga terhambat karena
sampai pada pengamatan individual dosen dan budaya non-edukatif seperti anggapan bahwa
pembuat kebijakan, serta beberapa riset. Hasil kecurangan mahasiswa dalam ujian maupun
pengamatan tersebut diperoleh hasil bahwa telah tugas adalah hal yang wajar, kemudian
ada perbaikan-perbaikan yang ditunjukkan ditemukan adanya praktik gratifikasi sebagian
melalui perubahan perilaku yang lebih positif, mahasiswa kepada dosen maupun staf demi
seperti kesantunan dalam berpenampilan, tinda- mendapat nilai yang diinginkan, perilaku
kan curang responden yang berkurang, serta vandalisme dan perusakan fasilitas kampus
peningkatan kedisiplinan. Indikator yang ketika mahasiswa menyampaikan aspirasi,
ditetapkan kemudian sebagai nilai-nilai karakter plagiarisme, sampai praktik jual beli tugas akhir
(skripsi). FKIP juga belum menetapkan kriteria
prioritas yang ingin ditanamkan FKIP dalam diri
resmi evaluasi pendidikan karakter, sehingga
mahasiswanya menjadi satu-satunya pegangan
penilaian keberhasilan pendidikan karakter
bagi penilaian sejauh mana pendidikan karakter hanya sampai pada pengamatan individual.
berhasil dilaksanakan. Setelah mengadakan penelitian dan
pengkajian tentang pendidikan karakter di FKIP
PENUTUP
Unma Banten, peneliti memberikan saran-saran:
Sesuai temuan dari rumusan masalah yang 1. Bagi mahasiswa
pertama, ditemukan bahwa pemahaman Mahasiswa sebaiknya lebih memahami
responden mengenai penjabaran visi akhlakul posisinya sebagai seorang calon guru, terus
karimah sangat beragam. Namun visi ini memperbaiki diri dengan pembelajaran dan
disepakati sebagai kriteria ideal dan normatif pembiasaan sikap, tindakan dan perilaku yang
yang harus melekat dalam kepribadian seorang menunjukkan keunggulan dan karakter
pendidik, yang diharapkan dapat dimiliki oleh terpuji (akhlakul karimah) baik di lingkungan
mahasiswa FKIP sebagai calon guru. Berakhlakul pendidikan selama proses perkuliahan di FKIP
karimah dijabarkan sebagai keseimbangan maupun pada lingkungan masyarakat.
antara IQ, EQ, dan SQ yang mampu diaplikasikan
2. Bagi dosen
dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku
praksis yang mengarah pada perubahan positif Dosen perlu lebih merefleksi, mengevaluasi,
bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya. dan memperbaiki diri sehingga dapat
Pada rumusan masalah yang kedua, untuk menempatkan diri untuk menjadi figur
membentuk calon pendidik yang berakhlakul teladan bagi mahasiswa. Dosen juga perlu
karimah, dilaksanakan secara bertahap dan mengadakan pendekatan dan pengawasan
berkesinambungan dengan pendekatan yang lebih personal, bersahaja dan
pendidikan karakter melalui kurikulum, program bersahabat/komunikatif, sehingga menjadi
dan kebijakan, penciptaan lingkungan yang sehat pribadi yang menyenangkan dan disukai
dan kondusif, serta keteladanan. Pendidikan
mahasiswa.
karakter bukan merupakan satu mata kuliah
khusus, melainkan terintegrasi dalam 3. Bagi institusi
kurikulum. Dosen mengambil peran penting Baik staf kependidikan maupun pimpinan
dalam pelaksanaan pendidikan karakter, program studi dan fakultas perlu melakukan
terutama sebagai teladan (role model) bagi evaluasi diri terkait dengan pelaksanaan
mahasiswa, serta melakukan pengawasan. pendidikan karakter yang masih berjalan.
Kemudian rumusan masalah ketiga yakni Program dan kebijakan harus dilaksanakan
mahasiswa belum mampu mengaplikasikan dengan bentuk aturan yang jelas, agar dapat
nilai-nilai karakter prioritas yang diharapkan diterapkan secara lebih efektif. Pelaksanaan
FKIP untuk mencapai visi unggul dan ber-
pendidikan karakter perlu perbaikan sistem
akhlakul karimah secara optimal. Pendidikan
karakter belum dilaksanakan secara optimal di maupun lingkungan, sehingga pihak FKIP
FKIP Unma Banten, karena terhambat oleh sebaiknya menyusun sistem evaluasi yang
beberapa hal. Pelaksanaan pendidikan karakter dapat menilai keberhasilan pendidikan
masih terlalu menekankan pada segi fisik yang karakter agar selalu mengalami peningkatan
terlihat dari cara berpenampilan mahasiswa. dan kemajuan, penting adanya mekanisme

JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013 || 11


Ade Hidayat

reward and punishment yang jelas, tegas, dan Husaini, A. (2007). Pendidikan Karakter:
mendidik. Juga perlu diadakan sosialisasi Penting Tapi Tidak Cukup! [online].
lebih lanjut mengenai berbagai program dan Tersedia: http://www.academia.edu/
kebijakan yang dilaksanakan FKIP dalam 3779494/PENDIDIKAN_KARAKTER_Pent
proses pendidikan karakter. Jajaran Prodi dan
ing_Tapi_Tidak_Cukup [12 Mei 2013]
Fakultas harus mendukung proses
pelaksanaan pendidikan karakter, karena Husin, S.A. (2003). Aktualisasi Nilai-Nilai
lulusan FKIP merupakan calon guru yang Qur'ani, dalam system pendidikan Islam.
harus menjadi teladan bagi siswa, yang pada Jakarta: Ciputat Press.
akhirnya akan berdampak pada perbaikan Johnson, D.P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan
kualitas bangsa. Modern. Jakarta: Gramedia.
Secara paripurna, perlu ada skenario Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter
pembiasaan yang dilakukan secara terstruktur Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
dan sistemik dalam membangun kebiasaan
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
positif, tidak hanya bagi mahasiswa namun juga
Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Men-
bagi seluruh pimpinan, dosen dan karyawan.
jawab Tantangan Krisis Multidimensional.
Pembelajaran harus dimaknai tidak hanya
sebagai aktivitas perkuliahan di kelas, namun Jakarta: Bumi Aksara.
seluruh proses dan interaksi yang terjadi di dalam Nursyam. (2009). Panduan Penilaian Akhlak
maupun di luar kampus. Karenanya, interaksi di Mulia dan Kepribadian SMAN 78 Jakarta
luar kelas pun merupakan bagian inheren dari [online]. Tersedia: http://sman78-
peran dan eksistensi mahasiswa yang tak boleh jkt.sch.id/sumberbelajar/dokumen/PAN-
bertabrakan satu dengan yang lain sehingga DUAN%20PENILAIAN%20AKHLAK%20M
kesatupaduan pribadi (bukan split personality) ULIA%20DAN%20KEPRIBADIAN.pdf [12
mahasiswa dalam berpikir dan bertindak di Mei 2013]
dalam dan di luar kelas dapat terbangun.*** Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi (edisi
revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Ekonomi Universitas Indonesia.
Santrock, J. (2007). Lifespan Development
Abdullah, Y. (2007). Studi Akhlak Dalam (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Er-
Perspektif Al Qur'an. Jakarta: Sinar. Grafika langga.
Offset Surya, M. (2010). “Profesionalitas Guru Berbasis
Asmani, J.M. (2011). Buku Panduan Inter- Keunggulan dan Karakter”. Jurnal Wacana
nalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Pendidikan STKIP Garut, 5, (6), 1-4.
Yogyakarta: Diva Press. Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian
Badan Penelitian dan Pengembangan Kuriku- Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas
lum, Kementerian Pendidikan Nasional. Maret.
(2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah. (2009). Bandung: Focus Media.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kuriku- Penulis:
lum, Kementerian Pendidikan Nasional. Ade Hidayat, S.Fil., M.Pd.
(2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Alumnus Jurusan Ilmu Filsafat
Karakter (Berdasarkan Pengalaman di UGM (S1) dan Program Studi
Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Ke- Bimbingan dan Konseling
menterian Pendidikan Nasional. Sekolah Pascasarjana (S2) UPI
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Uni- Bandung. Sehari-hari sebagai
versitas Mathla'ul Anwar. (2013). Buku dosen di FKIP Universitas
Pedoman Akademik Fakultas Keguruan dan Mathla'ul Anwar Banten.
Ilmu Pendidikan tahun 2013/2014.

12 || JURNAL ETIKA DAN PEKERTI (ISSN: 2337-8271) – Volume I, no. 2, 2013

Anda mungkin juga menyukai