Anda di halaman 1dari 8

CERPEN SEBAGAI MEDIA

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Martono
Dosen FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Email:martono_fkipuntan@yahoo.co.id

Abstrak: Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan


siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi cerpen berkaitan erat
dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta
kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Siswa
diharapkan mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan
karya sastra pada umumnya dan cerpen khususnya untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa. Diharapkan siswa mampu menikmati, menghayati,
memahami, dan memanfaatkan cerpen untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Membaca cerpen akan membantu siswa menjadi
manusia berbudaya yang responsif terhadap nilai-nilai luhur dalam kehidupan
bermasyarakat. Siswa yang berbudaya demikian diharapkan menjadi manusia
yang agung namun tetap sederhana, bebas tetapi mengontrol diri, kuat tetapi
penuh kelembutan.

Kata Kunci: Pembelajaran Cerpen, Media, Karakter, Siswa.

PENDAHULUAN dalam kesatuan esensial subjek dengan


Dalam Undang-Undang Nomor 20 perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Paradigma pembangunan pendidikan di
Nasional komitmen tentang pendidikan
karakter tertuang dalam Pasal 3 yang Indonesia, yaitu menempatkan peserta
menyatakan bahwa pendidikan nasional didik sebagai subjek pendidikan (learner-
berfungsi mengembangkan kemampuan centret education), serta mengarah kepada
dan membentuk watak serta peradaban pendidikan yang memanusiakan manusia
bangsa yang bermartabat dalam rangka secara holistik, mencakup aspek keimanan
mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ketakwaan, iptek, estetika, etika, serta
bertujuan berkembangnya potensi peserta kepribadian. Paradigma ini juga
didik agar menjadi manusia yang beriman mengedepankan pembentukan karakter dan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha wawasan kebangsaan peserta didik (nation
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, and charakter building) yang justru sangat
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga penting dalam memelihara persatuan dan
negara yang demikratis, serta bertanggung kesatuan bangsa pada saat ini.
jawab. Pendidikan di Indonesia diharapkan
Tujuan pendidikan adalah untuk tidak hanya membentuk insan Indonesia
pembentukan karakter yang terwujud yang cerdas, tetapi juga berkepribadian

1
atau berkarakter, sehingga akan lahir memanfaatkan karya sastra untuk
generasi bangsa yang tumbuh dan mengembangkan kepribadian, memperluas
berkembang dengan karakter yang wawasan kehidupan, serta meningkatkan
bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa serta pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
agama. Oleh karena itu, bidang studi yang Pengembangan karakter siswa
diberikan di sekolah harus bernilai. Satu hanya dapat dilakukan melalui
diantaranya bidang studi yang diberikan di pengembangan karakter individu
sekolah adalah bahasa dan sastra seseorang. Manusia pada dasarnya hidup
Indonesia. Bisakah bidang studi ini dalam lingkungan sosial dan budaya
digunakan untuk membentu karakter tertentu, maka pengembangan karakter
peserta didik? Materi apa dan bagaimana individu seseorang siswa dapat dilakukan
menyajikannya? dalam lingkungan sosial dan budaya yang
Pembelajaran bahasa dan sastra bersangkutan. Artinya pengembangan
Indonesia di sekolah dapat dipergunakan budaya dan karakter bangsa hanya dapat
untuk pembentuk karakter siswa sebagai dilakukan dalam suatu proses pendidikan
generasi penerus bangsa kita tercinta. yng tidak melepaskan peserta didik dari
Diharapkan siswa memiliki kemampuan lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan
menggunakan bahasa Indonesia untuk budaya bangsa. Budaya diartikan sebagai
meningkatkan kemampuan intelektual keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral,
(berpikir kreatif dan disiplin, menggunakan norma, dan keyakinan manusia yang
akal sehat, menerapkan pengetahuan yang dihasilkan masyarakat.
berguna, memahami dan menekuni konsep Sastra pada umumnya dan cerpen
abstrak, serta memecahkan masalah), khususnya memberikan peluang kepada
kematangan emosional dan sosial. kita selaku pembaca untuk menjadikannya
Berbahasa santun harus sudah sebagai sumber moral. Cerpen berpotensi
menjadi suatu tradisi yang dimiliki setiap besar sebagai sumber bagi upaya
individu sejak kecil. Anak perlu dibina dan pendidikan karakter karena dalam cerpen
dididik berbahasa santun sebab anak membicarakan soal manusia dan
merupakan generasi penerus yang akan kemanusiaan. Betapa pun besarnya peran
hidup sesuai dengan zamannya. Ingat cerpen untuk membentuk karakter
slogan “gunakanlah bahasa Indonesia yang pembacanya, harus tetap dikembalikan
baik dan benar”. Penekanannya adalah kepada kodratnya sebagai karya seni.
penggunaan bahasa secara baik kemudian
benar. Indikator baik adalah sopan dan PEMBAHASAN
indikator benar adalah kaidah bahasa 1. Pendidikan Karakter
Indonesia. Dalam makalah ini difokuskan Pendidikan adalah suatu usaha
pada pembelajaran sastra. yang sadar dan sistematis dalam
Pembelajaran sastra dimaksudkan mengembangkan potensi peserta didik.
untuk meningkatkan kemampuan siswa Pendidikan juga merupakan usaha
mengapresiasi karya sastra. Kegiatan masyarakat dan bangsa dalam
mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan mempersiapkan generasi mudanya untuk
latihan mempertajam perasaan, penalaran, keberlangsungan kehidupan masyarakat
dan daya khayal, serta kepekaan terhadap dan bangsa yang lebih baik di masa depan.
masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Keberlangsungan itu ditandai oleh
Siswa diharapkan mampu menikmati, pewarisan budaya dan karakter yang telah
menghayati, memahami, dan dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh

2
karena itu, pendidikan adalah proses manusia harus dikembangkan. Ini juga
pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi berarti, pada manusia terdapat bibit potensi
generasi muda dan juga proses kebenaran dan kebaikan yang harus
pengembangan budaya dan karakter didorong melalui pendidikan untuk aktual.
bangsa untuk peningkatan kualitas Menurut Koesoema (2007)
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa pendidikan karakter merupakan sebuah
mendatang. Sangat erat kaitan antara bantuan sosial agar individu itu dapat
pendidikan dan karakter, serta budaya. menghayati kebebasannya dalam hidup
Ada dua macam paradigma bersama dengan orang lain dalam dunia.
dalam pendidikan karakter. Pertama Pendidikan karakter bertujuan membentuk
memandang pendidikan karakter setiap pribadi menjadi insan yang
dalam cakupan pemahaman moral berkeutamaan. Pada akhirnya setiap
yang sifatnya lebih sempit. Kedua pribadi semakin menyadari dan
melihat pendidikan karakter dari menghayati individualitasnya, mampu
sudut pandang pemahaman isu-isu menggapai kebebasan yang dimilikinya
moral yang lebih luas, terutama tetapi tetap bertanggung jawab moral
melihat keseluruhan peristiwa dalam dengan memperhatikan keberadaan orang
dunia pendidikan itu sendiri lain. Pendidikan karakter bukan hanya
(Martono, 2010:115). berurusan dengan penanaman nilai untuk
Menurut Singh (2000:175) karakter siswa, melainkan merupakan sebuah usaha
adalah tabiat atau kebiasaan. Karakter bersama untuk menciptakan sebuah
dalam pandangan psikologi adalah sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap
sistem keyakinan dan kebiasaan yang individu dapat menghayati kebebasan yang
mengarah tindakan seorang individu. bermoral.
Wyne (dalam Sundusiah, 2009) Tiga komponen penting dalam
berpendapat karakter berasal dari bahasa pendidikan karakter, yaitu pengetahuan
Yunani yang berarti “to mark” (menandai) tentang moral atau moral knowing,
dan memfokuskan pada cara perasaan tentang moral atau moral feeling,
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam dan perbuatan moral atau moral action
bentuk tindakan atau tingkah laku. (Lickona,1992) . Hal ini diperlukan agar
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peserta didik mampu memahami,
karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai
kepribadian seseorang yang terbentuk dari kebajikan.
hasil internalisasi berbagai kebajikan yang Karakter sebagai suatu ’moral
diyakini dan digunakan sebagai landasan excellence’ atau akhlak dibangun di atas
cara pandang, sikap hidup, berpikir, dan berbagai kebajikan (virtues) yang pada
bertindak. gilirannya hanya memiliki makna ketika
Pendidikan karakter adalah dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku
pendidikan untuk membentuk kepribadian dalam budaya (bangsa). Karakter bangsa
seseorang melalui pendidikan budi pekerti Indonesia adalah karakter yang dimiliki
yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata warga negara bangsa Indonesia
seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai
jujur, bertanggung jawab, menghormati sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai
hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya yang berlaku di masyarakat dan bangsa
(Lickona, 1991). Hakikat dasar pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan
karakter adalah apa yang menjadi potensi Karakter Bangsa diarahkan pada upaya

3
mengembangkan nilai-nilai yang berakhlak mulia, hidup tertip dan disiplin
mendasari suatu kebajikan sehingga sesuai dengan peraturan yang ada, santun,
menjadi suatu kepribadian diri warga jujur dan rajin belajar, menghargai sesama
negara. manusia, serta peduli terhadap
Pendidikan karakter dapat lingkungannya.
dikatakan sebagai proses untuk
penyempurnaan kepribadian manusia. Ini Tujuan Pembelajaran Sastra
merupakan usaha manusia untuk Pembelajaran sastra dimaksudkan
menjadikan dirinya sebagai manusia yang untuk meningkatkan kemampuan siswa
berakhlak mulia. Pada dasarnya dalam diri mengapresiasi karya sastra. Kegiatan
manusia mengalir kebiasaan atau perilaku mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan
baik. Proses internalisasi nilai-nilai utama latihan mempertajam perasaan, penalaran,
atau nilai-nilai positif yang ada dalam diri dan daya khayal, serta kepekaan terhadap
manusia. masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.
Pendidikan karakter menanamkan Siswa diharapkan mampu menikmati,
kebiasaan yang baik. Kebiasaan baik menghayati, memahami, dan
dilakukan dan dipraktikkan secara memanfaatkan karya sastra untuk
berkesinambungan. Selain itu, aspek mengembangkan kepribadian, memperluas
perasaan sangat diperlukan dalam wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pendidikan karakter. Pada dasarnya pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
perbuatan moral merupakan hasil dari dua Atas dasar pemikiran ini juga
komponen karakter lainnya. Ada motivasi dikatakan bahwa kita perlu
yang mendorong seseorang berbuat baik. melaksanakan pendidikan sastra
Ada tiga aspek lain dari karakter yang yang humanistis, berorientasi
harus dilihat, yaitu: kompetensi, keinginan, kepada kebenaran, dan bersemangat
dan kebiasaan seseorang. cinta kepada kehidupan, alam dan
Pendidikan karakter akan Tuhan. Oleh sebab itu, pendidikan
memperluas wawasan para pelajar tentang sastra memerlukan materi
nilai-nilai moral dan etis yang membuat pembelajaran yang sesuai dengan
siswa semakin mampu mengambil tujuan di atas. Kegiatan penyusunan
keputusan yang secara moral dapat dan penggalian sastra yang memuat
dipertanggungjawabkan. Dalam konteks nilai-nilai budaya bangsa perlu
ini, pendidikan karakter yang diterapkan dilakukan (Keputusan Kongres
dalam lembaga pendidikan kita bisa Bahasa Indonesia V, 1988:9).
menjadi satu diantara sarana pembudayaan Diharapkan siswa mampu
dan pemanusiaan. Diharapkan dapat menikmati, menghayati, memahami, dan
tercipta sebuah lingkungan hidup yang memanfaatkan karya sastra untuk
menghargai hidup manusia, serta mengembangkan kepribadian, memperluas
menghasilkan pribadi yang memiliki wawasan kehidupan, serta meningkatkan
kemampuan intelektual dan moral yang pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
seimbang sehingga masyarakat akan Membaca karya sastra akan membantu
menjadi semakin manusiawi. siswa menjadi manusia berbudaya yang
Dalam konteks persekolahan, responsif terhadap nilai-nilai luhur dalam
pendidikan karakter mengantar siswa kehidupan bermasyarakat. Siswa yang
dengan potensi yang dimilikinya menjadi berbudaya demikian diharapkan menjadi
insan-insan yang beriman dan bertakwa, manusia yang agung namun tetap

4
sederhana, bebas tetapi mengontrol diri, termasuk cerpen merupakan cermin
kuat tetapi penuh kelembutan. kehidupan masyarakat.
Pembelajaran sastra merupakan Pemilihan cerpen yang bermutu
bagian dari mata pelajaran yang diberikan dalam pembelajaran di sekolah sangat
di sekolah. Pembelajaran sastra ditujukan bermanfaat untuk pendidikan karakter anak
untuk meningkatkan kemampuan siswa karena cerpen pada hakikatnya adalah alat
dalam menikmati, menghayati, dan mengajarkan kehidupan. Cerpen yang
memahami karya sastra. Menurut diberikan sebaiknya yang dapat
Widdowson (1979: 2) bahan pengajaran menggugah sikap dan kepribadian positif
sastra harus memiliki dua matra. Pertama, siswa. Oleh karena itu, cerpen yang
bahan pengajaran sastra harus diajarkan kepada siswa bertemakan: (a)
memperhatikan keberadaan teori religi, (b) persatuan/nasionalisme, (c)
kesastraan sebagai disiplin yang berkaitan kejujuran, (d) kasih sayang, (e)
dengan perangkat konsep, jalan pikiran, tanggung jawab, (f) disiplin, (g) kerjasama,
maupun penemuan sehubungan dengan (h) adil, (i) peduli.
keberadaan karya sastra. Kedua, bahan Nilai yang tercermin dalam
pengajaran sastra harus didudukan sebagai cerpen dapat dijadikan pembelajaran untuk
subjek yang ditata sesuai dengan disiplin menumbuhkan sikap positif siswa. Kutipan
dan prinsip dalam metodologi pendidikan. cerpen berjudul Robohnya Surau Kami
Pedidikan karakter melalui cerpen karya A.A. Navis di bawah ini dapat
menghindari terbentuknya manusia yang menumbuhkan dan meningkatkan karakter
berwajah garang, watak dan perilakunya religius siswa. Semakin dewasa seseorang
keras, brutal, dan agresif, selalu memusuhi harus dapat mengendalikan emosinya.
manusia lain, serta ingin menguasai dan Orang yang tidak dapat menahan marah
menindas yang lain. Melalui cerpen akan merugikannya. Segala perbuatan baik
diharapkan siswa dapat memahami, yang telah lama dilakukan akan sia-sia,
mengimplementasikan nilai-nilai yang bahkan iman dan ibadahnya juga akan
terkandung dalam cerpen yang dibacanya. berkurang.
Pengembangan pendidikan karakter
melalui cerpen pada hakikatnya merupakan “Marah? Ya, kalau aku masih
bagian dari upaya menyiapkan dan muda, tapi aku sudah tua. Orang
membentuk sebuah masyarakat yang tua menahan ragam. Sudah lama
berkelangsungannya didasarkan pada aku tak marah-marah lagi. Takut
prinsip-prinsip moral. aku kalau imanku rusak
karenanya, ibadahku rusak
Cerpen yang Diajarkan Kepada Siswa karenanya. Sudah begitu lama aku
Cerpen merupakan satu diantara berbuat baik, beribadat,
karya sastra. Sebagai karya sastra, cerpen bertawakal kepada Tuhan. Sudah
memiliki nilai yang berguna bagi begitu lama aku menyerahkan
pembacanya. Nilai-nilai yang terkandung diriku kepada_Nya. Dan Tuhan
dalam cerpen sebagai wujud dari akan mengasihi orang yang sabar
kehidupan yang terjadi di masyarakat. dan tawakal (Navis, 1991:9).
Permasalahan yang terjadi di kehidupan
bermasyarakat dijadikan bahan dalam Kutipan lain yang terdapat dalam
cerpen. Harus diingat, bahwa karya sastra cerpen berjudul Robohnya Surau Kami
karya A.A. Navis di bawah ini dapat

5
menumbuhkan dan meningkatkan karakter membongkokkan badannya. Baca kutipan
siswa. Pembelajaran yang dapat kita petik di bawah ini!
adalah manusia harus berusaha untuk Seorang lelaki bertubuh pendek
memenuhi kebutuhannya. Manusia jangan yang membawa linggis beserta
mementingkan diri sendiri, tetapi harus seorang muda sangat jangkung yang
peduli terhadap lingkungan sehingga memikul palu godam besar muncul
kebersamaan dalam bermasyarakat tetap dari balik batu. Sepejam mata
terjaga. Baca kutipan dibawah ini! memandangku, lalu spontan
“kalau ada, kenapa engkau mengangkat capingnya sampil
biarkan dirimu melarat, hingga membongkok sedikit: “maaf Romo!
anak cucumu teraniaya semua. Perkenankan kami lewat.”
Sedang harta bendamu (Mangunwijaya, 2000:18)
kaubiarkan orang lain Selain cerpen tersebut, cerpen
mengambilnya untuk anak cucu berjudul Demokrasi karya Putu Wijaya
mereka. Dan engkau lebih suka dapat digunakan untuk menanamkan
berkelahi antara kamu sendiri, karakter berdemokrasi siswa. Hidup di
saling menipu, saling memeras. negara yang menjunjung tinggi demokrasi
Aku beri kau negeri yang kaya- harus menghargai perbedaan pendapat.
raya, tapi kau malas. Kau lebih Dalam mengambil keputusan lebih
suka beribadat saja, karena mementingkan musyawarah untuk
beribadat tidak mengeluarkan mufakat. Tetapi menjadi masalah apabila
peluh, tidak membanting tulang. orang yang mengatakan dirinya sebagai
Sedang aku menyuruh engkau pendukung demokrasi merusak atau
semuanya beramal di samping mencemarkan demokrasi dengan menerima
beribadah. Bagaimana engkau imbalan dari seseorang. Baca kutipan
bisa beramal kalau engkau cerpen di bawah ini!
miskin. Engkau kira aku ini suka
pujian, mabuk disembah saja, Di RT yang saya pimpin itu,
hingga kerjamu lain tidak seluruh warga pro demokrasi.
memuji-muji dan menyembahku Mereka mendukung tanpa syarat
saja. Tidak. Kamu semua mesti pelaksanaan demokrasi. Dengan
masuk neraka. Hai, Malaikat, beringas mereka akan berkoar
halaulah mereka ini kembali ke kalau ada yang anti pada
neraka. Letakkan di keraknya. demokrasi. Dengan gampang saya
(Navis, 1991:15). bisa mengerahkan mereka untuk
Nilai sopan santun dapat juga maju demi mempertahankan
ditemukan dalam cerpen. Sikap demokrasi. Semua kompak kalau
menghormati orang yang lebih dewasa sudah membela demokrasi.
dapat ditemukan dalam cerpen berjudul Hanya salahnya sedikit, tak
Sungai Batu karya Mangunwijaya. Wujud seorang pun yang benar-benar
sopan santun yang terdapat dalam cerpen mengerti apa arti demokrasi.
dapat digunakan untuk membentuk (Wijaya, 1995:10).
karakter positif anak didik, yaitu sikap
menghormati orang yang lebih dewasa.
Wujud itu tampak saat seseorang akan
berjalan dihadapan Romo dengan

6
PENUTUP Tinggi. Dalam Rama Furqona (ed).
Pembelajaran sastra umumnya dan Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi
cerpen khususnya dimaksudkan untuk Anak & Remaja. Ciputat: PT. Logos
meningkatkan kemampuan siswa Wacana Ilmu.
mengapresiasi karya sastra. Kegiatan Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan
mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan Kompetensi Dasar Tingkat SMA/MA –
latihan mempertajam perasaan, penalaran, SMK/MAK Mata Pelajaran Bahasa
dan daya khayal, serta kepekaan terhadap Indonesia.
masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Berry, John W; Ype H. Poortinga; Mashall
Siswa diharapkan mampu menikmati, H. Segall; Pierre R. Dasen. Psikologi
menghayati, memahami, dan Lintas-Budaya: Riset dan Aplikasi.
memanfaatkan karya sastra untuk Terjemahan Edi Suhardono, 1999.
mengembangkan kepribadian, memperluas Jakarta: PT Gramedia.
wawasan kehidupan, serta meningkatkan Darma, Budi,1984. ‘Moral dalam Sastra’
pengetahuan dan kemampuan berbahasa. dalam Andy Zoeltom (editor). Budaya
Ini sejalan dengan pendidikan Sastra. Jakarta: Rajawali
karakter untuk membentuk kepribadian Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan
atau berakhlak seseorang siswa melalui Kompetensi Dasar Tingkat SMA/MA –
pendidikan karakter yang hasilnya terlihat SMK/MAK Mata Pelajaran Bahasa
dalam tindakan nyata seseorang, yaitu Indonesia.
tingkah laku yang baik, beriman, jujur, Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan
bertanggung jawab, adil, menghormati hak Karakter Strategi Mendidik Anak di
orang lain, kerja keras. Siswa dengan Zaman Global. Jakarta: PT. Grasindo.
potensi yang dimilikinya, dapat berlatih Leech, Geoffrey. 1983. Prinsip-Prinsip
berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D.
percaya diri, membangun kemandirian, Oka. 1993. Jakarta: UI Press.,
ikut melestarikan hasil karya budaya Lickona. T. 1992. Educating for
bangsa secara sendiri, serta Charakter, How Our School Can Tach
mengembangkan rasa persatuan dan Recpect and Responsibility. New York:
kebangsaan. Bantam Books.
Mangunwijaya, Y.B. 2000. Rumah Bambu.
Kumpulan Cerpen. Jakarta:
DAFTAR BACAAN Kepustakaan Populer Gramedia.
Martono, 2010. Pembentukan Karakter
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Generasi Muda Melalui Pembelajaran
Standar Isi. Jakarta. Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Novi Anoegrajekti, Sudartomo
Panduan Penyusunan Kurikulum Macaryus, dan Endry Boeriswati (Eds.)
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Idiosinkrasi. Jakarta: UNJ dan Kepel
Pendidikan Dasar dan Menengah. Press.
Jakarta. Navis, Ali Akbar. 1991. Robohnya Surau
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kami. Kumpulan Cerpen. Jakarta:
Contoh/Model Silabus Mata Gramedia Pustaka Utama.
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Pradopo, R. D. 1990. Pengkajian Puisi.
Daradjat, Zakiah. 2001. Pembinaan Akhlak Yogyakarta: Gajah Mada University
di Tingkat SMTA dan Perguruan Pres.

7
Singh, Agwan. 2000. Encyclopedia of The Wellek, R. dan Warren, A.1977. Teori
Holy Quran. New Delhi: Balaji Offset. Kesusastraan.Terjemahan Melani
Sumardjo, Jakob, & Saini K.M. 1991. Budiman. Jakarta: PT Gramedia.
Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Widdowson, H.G. 1979. Stylistic and The
Gramedia Pustaka Utama. Teaching of Literature. London:
Undang-Undang Republik Indonesia Longman.
Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Wijaya, Putu. 1995. Yel. Jakarta: Pustaka
Pendidikan Nasional. Firdaus.
Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Apresiasi
Puisi. Jakarta: Erlangga.

PROFIL
Nama : Dr. Martono
NIP. : 196803161994031014
Pekerjaan : Dosen FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
(Mengajar di (1) S1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
(2) S2 Pendidikan Bahasa Indonesia
Tugas Tambahan : Dekan
Alamat : Jln. Urai Bawadi, Gg. Tria 1, no. 1 Pontianak Kalimantan Barat
No. tlp. dan Hp : (0561) 767707, 081522523467, 081345520030
Email : martono_fkipuntan@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai