Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Pendidikan Karakter dan Multikulturalisme NKRI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi dan Desain Pembelajaran

Dosen Pengampu:

Bey Arifin Sidon, S .Hum, M.Pd.

Disusun Oleh:

Choirul Anwar

Maul

Danu

Kelas PAI 5F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG BANYUWANGI

November 2020

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Karakter bangsa adalah ciri khas dan sikap suatu bangsa yang tercermin pada tingkah laku
dan pribadi warga suatu negara. Sikap tersebut dapat dipengaruhi oleh sesuatu yang given
(sudah ada dari sananya atau kodrat) dan dapat pula karena willed (yang diusahakan) demi
kemajuan bangsa dan negara. Oleh sebab ituk, karakter bangsa sangat bergantung pada
political will pemerintah atau penguasa suatu negara yang dibangun sesuai dengan visi suatu
negara. Sejarah telah menunjukkan bahwa para founding father telah meletakkan fondasi dan
dasar negara yang menjadi karakter bangsa dan jati diri bangsa yang sangat penting untuk
dikembangkan dan ditransformasikan agar menjadi milik seluruh warga bangsa Indonesia.
Ada tiga tiang utama jati diri bangsa Indonesia yang tidak boleh digerogoti dengan cara
apapun (Hasyim Djalal, 2007: 21), yaitu: pertama, Indonesia sebagai suatu kebangsaan.
Hal ini dicapai sejak Sumpah Pemuda 1928 yang menegaskan bahwa Indonesia adalah satu
bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa. Dengan demikian bangsa Indonesia bukanlah
kelompok-kelompok tertentu, tetapi adalah semua warga yang mendiami seluruh tanah air
Indonesia. Kedua, Indonesia adalah suatu negara yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945. ini berarti manusia-manusia Indonesia menyatakan dirinya hidup dalam satu negara,
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu tidak mungkin ada negara lagi
di dalam NKRI tersebut. Ketiga, Indonesia adalah satu kewilayahan, dalam arti bahwa orang-
orang Indonesia yang telah menjadi suatu bangsa itu, berdiam di dalam satu kesatuan
kewilayahan, yaitu satu kesatuan Indonesia yang mencakup wilayah darat, laut, udara, dan
kekayaan alam. Sehingga bermacam-macam suku bangsa, budaya, dan agama telah diikat
oleh suatu semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang menjadi representasi normatif yang
menjadi acuan dalam mengelola kemajemukan sehingga Indonesia yang multikultural ini
menjadi kekuatan bangsa.Cita-cita bersama untuk mewujudkan demokrasi menuntut adanya
apresiasi terhadap keberagaman budaya sehingga perlu pengelolaan keragaman secara
sinergis. Jika dikelola dengan baik, maka bila ada persinggungan budaya, agama, dan etnik
akan mendatangkan masalah dan solusi bagi konsolidasi demokrasi. Konflik yang tak jarang
melanda tanah air dan rakyat Indonesia kita dapat diminimalkan melalui kemampuan
mengelola keragaman yang ada.Akhir-akhir ini muncul kesadaran masif bahwa diperlukan
kepekaan terhadap kenyataan yang multikultural, majemuk, dan pluralitas bangsa, baik dalam

2
etnis, agama, budaya, kemampuan ekonomi/status hingga politik. Pendidikan multikultural
dianggap salah satu cara yang tepat untuk dapat menanamkan kemampuan masyarakat hidup
dalam keberagaman. Inti dari multilkulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan tanpa mempermasalahkan perbedaan budaya, etnik, jender,
bahasa ataupun agama (Parekh, 2001). Konsep multikulturalisme merujuk pada pluralitas
kebudayaan dan cara tertentu untuk merespon pluralis itu. Oleh sebab itu, multikulturalisme
bukanlah doktrin politik pragmatik melainkan sebagai cara pandang kehidupan manusia.

Rumusan Masalah

1. Apa hakekat pendidikan nilai dan karakter?

2. Bagaimana pengaruh budaya terhadap nilai dan karakter Pendidikan?

3. Apa pengertian multikulturalisme dan monokulturalism?

Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang pendidikan nilai dan karakter.

2. Untuk mempelajari tentang pengaruh budaya terhadap nilai dan karakter pendidikan.

3. Untuk mengetahui tentang pengertian multikulturalisme dan monokulturalism.

B.PEMBAHASAN

1. Hakekat Pendidikan Nilai dan Karakter


Nilai berasal dari Bahasa latin valu’ere yang artinya berguna, mampu akan, berdaya,
berlaku sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau sekolompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat
orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. Nilai merupakan istilah yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan. Dalam gagasan pendidikan nilai dikemukakan Kniker, nilai
selain ditempatkan sebagai inti dari proses dan tujuan pembelajaran, setiap huruf yang
terkandung dalam value dirasionalisasikan sebagai tindakan-tindakan pendidikan.Menurut
Hill, ia mengatakan hakikat pendidikan nilai adalah mengantar peserta didik mengenali,
mengembangkan, dan menerapkan nilai-nilai, moral dan keyakinan agama untuk memasuki
kehidupan budaya zamannya.

3
Wynne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa yunani yang
berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai
kebaikan dalam tindakan nyata atau kehidupan sehari- hari.19 Bila dilihat dari asal katanya,
istilah karakter berasal dari bahasa yunani “karasso” yang berarti “cetak biru”, “format
dasar”, atau “sidik” seperti dalam sidik jari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter
diartikan sebagai tabiat,watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-
nilai yang inik-baik yang terpatri dalam diri dan tercermin dari perilaku (Kementrian
Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dimaknai sebagai tahu
nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.Menurut Ryan dan Bohlin
karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Dalam
pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum dalam sederet sifata-sifat baik.
Dengan demikian, maka pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing
perilaku manusia menuju standar-standar baku.

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter di atas, maka karakter dapat
dimaaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, baik karena pengaruh
hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta di
wujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengaruh Budaya terhadap Nilai dan Karakter Pendidikan

Sebelumnya telah disebutkan bahwa pendidikan tidak dapat dan tidak boleh
dipisahkan dari kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses
pembudayaan adalah proses pendidikan. Demikian pula dalam proses membangun karakter
siswa, salah satu strateginya dapat dilakukan melalui proses pembudayaan di lingkungan
sekolah atau melalui budaya sekolah. Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan karakter yang
dirancang Kemendiknas (2010) strategi pengembangan pendidikan karakter dapat dilakukan
melalui transformasi budaya sekolah ( school culture ) dan habituasi melalui kegiatan
pengembangan diri. Hal ini sejalan dengan pemikiran Berkowitz, yang dikutip oleh Elkind
dan Sweet ( 2004 ) serta Samani ( 2011 ) yang menyatakan bahwa: implementasi pendidikan
karakter melalui transformasi budaya dan perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif
daripada mengubah kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan karakter dalam
muatan kurikulum. Pendidikan karakter memerlukan contoh atau teladan sebagai model yang

4
pantas untuk ditiru. Sesuatu yang akan ditiru oleh siswa, disertai dengan pengetahuan
mengapa seseorang perlu melakukan apa yang ditiru tersebut. Untuk itu perlu ada penjelasan
mengapa sesuatu harus dilakukan. Melakukan sesuatu itu harus secara sungguh-sungguh,
sebagai bentuk kerja keras. Dalam melaksanakan sesuatu harus mempertimbangkan
lingkungan, baik sosial maupun fisik. Artinya, seseorang harus sensitive atas kondisi dan
situasi yang ada di sekitarnya. Sikap dan perilaku yang dilaksanakan harus dinikmati,
dikerjakan dengan penuh makna, sehingga memberikan pengalaman bagi diri pribadi.
Pengalaman inilah yang bisa memberikan makna atau spiritual atas apa yang dilakukan.
Dengan demikian perilaku tersebut terinternalisasi pada diri yang akan menjadi kebiasaan.
Akhirnya semua itu dilakukan dengan harapan yang tinggi, bahwa perilaku tersebut
mewujudkan hasil terbaik. Proses pendidikan dan pembudayaan merupakan satu rangkaian
proses humanisasi, sehingga keduanya tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan. Proses
pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan.
Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan
nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia.

3.Hakekat Multikulturalisme dan monoculturalism

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang


sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia
yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan
dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu
(Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki
makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti
apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.

Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai
sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki
kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat
dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-
masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.Dari sinilah muncul istilah
multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya

5
multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan
terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian
diwujudkan dalam “politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum
mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan, dan
penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan
bahwa inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap
suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang
ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa
membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Pada dasarnya,
multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural
maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia
memiliki banyak pulau di mana setiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang
membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan
mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan
yang sangat banyak dan beraneka ragam.Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan
yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta
mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia.
Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi
terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

Monokultural merupakan budaya tunggal yang telah diyakini oleh penduduk atau masyarakat
dan pemerintah berlaku sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan.

3.Penutup

Kesimpulan

Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai,
berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. karakter
diartikan sebagai tabiat,watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-
nilai yang inik-baik yang terpatri dalam diri dan tercermin dari perilaku.

6
Proses pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah proses
pendidikan. Demikian pula dalam proses membangun karakter siswa, salah satu strateginya
dapat dilakukan melalui proses pembudayaan di lingkungan sekolah atau melalui budaya
sekolah.Pendidikan karakter memerlukan contoh atau teladan sebagai model yang pantas
untuk ditiru. Sesuatu yang akan ditiru oleh siswa, disertai dengan pengetahuan mengapa
seseorang perlu melakukan apa yang ditiru tersebut. Untuk itu perlu ada penjelasan mengapa
sesuatu harus dilakukan. Melakukan sesuatu itu harus secara sungguh-sungguh, sebagai
bentuk kerja keras.

Monokultural merupakan budaya tunggal yang telah diyakini oleh penduduk atau masyarakat
dan pemerintah berlaku sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan.

Multikulturalisme merupakan suatu kumpulan yang terdapat berbagai macam- macam


budaya yang berkeinginan adanya persatuan.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi, 2007. “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme


Indonesia”,http://www.kongresbud.budpar.go.id/58%20ayyumardi%20azra.htm.
Bhiku Parekh. 1996. The Concept of Multicultural Education in Sohen Modgil, et.al.(ed)
Hasyim Djalal. 2007. Jati Diri Bangsa dalam Ancaman Globalisasi, Pokok-Pokok Pikiran
Guru Besar Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press.

7
8

Anda mungkin juga menyukai