Anda di halaman 1dari 15

Definisi Budaya dan Kebudayaan

Secara umum pengertian budaya adalah adat atau suatu kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat.
Budaya menurut Koentjaraningrat memiliki maknsa yang sama dengan kata colere yang berkembang
menjadi kata culture. Kata culture yang memiliki arti segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah, mengubah alam.
Sedangkan kebudayaan menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan suatu sistem gagasan,
tindakan, serta hasil karya manusia dalam kehidupan. Kebudayan juga dijadikan milik diri tiap
manusia dengan belajar.

• Budaya adalah daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.

• Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar
beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.

https://ibnudin.net/pengertian-ciri-unsur-kebudayaan/

Fenomena Budaya

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini banyak dijumpai anak usia remaja yang
berpenampilan heboh atau berlebihan, mulai dari aksi panggung, kostum yang entertain dilengkapi segala
atribut yang menempel di badan, dandanan wajah dan gaya rambut yang boleh dikatakan spektakular. Mereka
berjoget dengan riang gembira senada dengan irama alunan lagu yang berkumandang. Suasana hingar-bingar
dalam ruangan salah satu stasiun televisi tersebut justru makin mengakrabkan mereka untuk saling
menunjukkan jiwa ke-entertain-an dan citra diri diantara masing-masing individu. Mereka tampak seperti
terhipnotis dengan alunan lagu yang membahana. Aksi goyangan panggung tampak menjadi salah satu cara
bagi mereka untuk menunjukkan eksistensi diri di dalam studio televisi yang gegap gempita. Setelah alunan
lagu dihentikan, mereka pun bersorak dan bertepuk tangan untuk saling memberikan dukungan kepada masing-
masing kelompok atas tampilan aksi kreatifnya.
Setelah melakukan upaya penelusuran dalam internet, penulis menemukan jawabannya. Kelompok anak usia
remaja dengan penampilan “heboh-mareboh” yang penulis saksikan dalam tanyangan hiburan di televisi diatas
itu dikenal dengan sebutan “anak alay.” Suatu fenomena baru terkait budaya yang berkembang di Indonesia.
Kemunculan anak alay ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kemajuan teknologi yang semakin
canggih.
https://www.kompasiana.com/isanoor/551fd27ba33311aa33b66cf0/fenomena-budaya-yang-menarik-di-
indonesia-kemunculan-anak-alay

Faktor Penentu Keunggulan Suatu Negara

Selain hanya untuk sebagai persiapan kebaikan moral penerus bangsa pendidikan karakter juga menjadi
salah satu syarat dan factor penentu keunggulan bangsa dan Negara, karena mempertahankan karakter, adat dan
sikap adalah salah satu keunggulan bangsa kelak jika para penerus diberikan pendidikan karakter sejak dini,
dengan begitu seorang anak tidak akan mudah terpengaruh oleh arus globalisasi dari barat yang tidak baik.

Karakter Bangsa
Pendidikan Karakter Bangsa

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.
Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang,
berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses
pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/ atau
kelompok yang unik baik sebagai warga negara.

Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam
kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir,
olah hati, olah rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-
nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Fungsi Pendidikan Karakter

o Pembentuk dan pengembang potensi: membentuk dan mengembangkan potensi


peserta didik untuk berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik
o Perbaikan dan penguatan: memperbaiki dan menguatkan peran satuan pendidikan,
masyarakat, dan pemerintah dalam mempertanggung jawabkan potensi peserta didik
yang lebih bermartabat
o Penyaring: menyaring/ memilih budaya bangsa Iain yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai budaya dan karakter budaya yang bermartabat

 Tujuan Pendidikan Karakter


o Mengembangkan potensi hati nurani peserta didik sebagai manusia dan warga negara
yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa
o Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
o Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan
o Menanamkan jiwa keteladanan, kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa
o Mengembangkan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreativitas, persahabatan serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi

 Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa


o Agama: artinya masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, sehingga nilai-
nilai karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari
agama
o Pancasila: artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai
yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni
o Budaya: artinya nilai-nilai komunikasi antar masyarakat mengharuskan budaya
menjadi sumber nilai dalam pendidikan karakter bangs
o Tujuan pendidikan nasional: adalah sumber paling operasional dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa
 Keterkaitan Nilai Karakter

Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/
berkomunikasi, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli social, Peduli lingkungan.

 Realisasi Pendidikan Karakter

Secara umum untuk mewujudkan pendidikan karakter bangsa dapat dilakukan melalui
pendidikan formal, non formal, dan informal yang saling melengkapi dan mempercayai dan
diatur dalam peraturan dan undang-undang. Contoh pada pendidikan formal:

Pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut mencakup pada
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, evokasi keagamaan dan khusus. Dalam
pelaksanaan pendidikan karakter bangsa dapat dilakukan melalui jenjang pendidikan yang
diimplementasikan pada kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang memuat pelajaran
normatif, adaptif, produktif, muatan lokal, dan pengembangan diri. Pendidikan karakter
bangsa di sekolah yang diimplementasikan pada pendidikan pengembangan diri antara lain;
melalui kegiatan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, semisal : pengurus OSIS, Pramuka,
PMR, PKS, KIR, Olahraga, Seni, Keagamaan dan lainnya. Dengan kegiatan ekstrakurikuler
ini sangat menyentuh, mudah dipahami, dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat
dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat dan bakat yang dapat dikembangkan
sebagai perwujudan pendidikan karakter bangsa.

http://dedi26.blogspot.com/2013/06/pendidikan-karakter-bangsa.html
Pembangunan Karakter Bangsa

Tujuan Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga
negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter bangsa
adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah
raga seseorang atau sekelompok orang. Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu
negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan
ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan
global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila
Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.  Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama
antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada
orang lain.
2.  Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat,hak,
dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena; terhadap orang lain; gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3.  Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan
Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap
menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi
atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
4.  Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat
dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk
mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
5.  Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

MEMBANGUN KARAKTER adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina,
memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia
(masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.
Ciri-ciri karakter bangsa Indonesia
1. Saling menghormati & saling menghargai
2. Rasa kebersamaan & tolong menolong
3. Rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa
4. Rasa peduli dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara
5. Adanya moral, akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama
6. Adanya perilaku dalam sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati & saling
menguntungkan
7. Adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai-nilai agama, nilai-
nilai hukum dan nilai-nilai budaya
8. Sikap dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebangsaan.
https://pembangunankarakterbangsa.blogspot.com/p/pembangunan-karakter-bangsa.html

Konsep Karakter Bangsa

Konsep pendidikan karakter

Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan
berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi "positif" bukan netral.2 Oleh karena itu Pendidikan
karakter secara lebih luas dapat diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai budaya dan
karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan
warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Oleh karena itu keberhasilan pendidikan
karakter ini menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat dan orangtua. Evaluasi dari
Keberhasilan pendidikan karakter ini tentunya tidak dapat dinilai dengan tes formatif atau sumatif
yang dinyatakan dalam skor. Tetapi tolak ukur dari keberhasilan pendidikan karakter adalah
terbentuknya peserta didik yang berkarakter; berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif
yang teraplikasi dalam kehidupan disepanjang hayatnya. Oleh karena itu tentu tidak ada alat evaluasi
yang tepat dan serta merta dapat menunjukkan keberhasilan pendidikan karakter.

https://www.kompasiana.com/mgjuzaili/5db3788e0d823058b401aef3/pengertian-dan-konsep-
pendidikan-karakter?page=all

Strategi Pembangunan Karakter Bangsa


1. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Sosialisasi

Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk membangkitkan kesadaran dan sikap
positif terhadap pembangunan karakter bangsa guna mewujudkan masyarakat yang berketuhanan
yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kunci utama pembentukan karakter bangsa adalah budaya yang lahir dari kebiasaan dan
disosialisasikan berulang-ulang. Sosialisasi sebagai salah satu strategi pembangunan karakter bangsa
dimaksudkan untuk membangun kesadaran masyarakat atau kelompok masyarakat tentang kondisi
negara dan bangsa, terutama yang terkait dengan karakter bangsa. Dalam sosialisasi, akan terjadi
proses penanaman, transfer nilai, dan pembakuan kebaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan

Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses
pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau
kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi
optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan merupakan tulang punggung strategi pembentukan karakter bangsa. Strategi


pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan dapat dilakukan dengan pendidikan, pembelajaran,
dan fasilitasi. Dalam konteks makro, penyelenggaraan pendidikan karakter mencakup keseluruhan
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian mutu yang melibatkan
seluruh unit utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan nasional.

3. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembangunan karakter bangsa yang diarahkan untuk
memampukan para pemangku kepentingan dalam rangka menumbuhkembangkan partisipasi aktif
mereka dalam pembangunan karakter.

Lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan karakter yang pertama dan utama. Oleh karena
itu orang tua perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan
pembinaan dan pengembangan karakter. Pemberdayaan dilingkup keluarga dilakukan melalui:

1. penetapan regulasi yang mendorong orang tua dapat berinteraksi dengan sekolah, dan lembaga
pendidikan yang terkait pembangunan karakter;
2. pemberian pelatihan dan penyuluhan tentang pendidikan karakter;
3. pemberian penghargaan kepada para tokoh-tokoh atau orang tua yang telah menunjukkan
komitmennya dalam membangun karakter di lingkungan keluarga;
4. peningkatan komunikasi pihak sekolah dan lembaga pendidikan terkait dengan orang tua.

4. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pembudayaan

Strategi pembangunan karakter bangsa melalui pembudayaan dilakukan melalui keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dunia usaha, partai politik, dan media massa. Strategi pembudayaan
menyangkut pelestarian, pembiasaan, dan pemantapan nilai-nilai baik guna meningkatkan martabat
sebuah bangsa. Strategi tersebut dapat berwujud pemodelan, penghargaan, pengidolaan, fasilitasi,
serta hadiah dan hukuman.

Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi seseorang. Pendidikan dalam
keluarga sangat berperan dalam mengembangkan karakter, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan
dan moral, serta keterampilan sederhana. Dalam konteks ini proses sosialisasi dan enkulturasi terjadi
secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk membimbing anak agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, tangguh, mandiri, kreatif, inovatif, beretos kerja, setia kawan, peduli akan
lingkungan, dan lain sebagainya.

Peran orang tua dalam membentuk karakter anak sangat penting. Salah satunya dengan mengajarkan
cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari kepada anak. Tentunya masih banyak contoh lain yang
bisa dikembangkan, yaitu pembiasaan-pembiasaan lainnya sesuai lingkungan/budaya masing-masing,
misalnya: membiasakan menghargai hasil karya anak walau bagaimana pun bentuknya dan tidak
membandingkan hasil karya anak sendiri dengan anak lain atau temannya.

Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan satuan pendidikan, perlu diterapkan totalitas pendidikan
dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan hal-hal baik melalui
berbagai tugas dan kegiatan. Pada dasarnya, pembudayaan lingkungan di satuan pendidikan dapat
dilakukan melalui:
1)penugasan,2)pembiasaan,3)pelatihan,4)pengajaran,5)pengarahan,6)keteladanan.

Semuanya mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan karakter peserta didik. Setiap
kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan. Hal itu antara lain dapat dijumpai dalam kegiatan.

5. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Kerjasama

Pada dasarnya, kunci akhir sebuah strategi ada pada kerjasama dan koordinasi. Berbagai kerjasama
dan kordinasi dapat dilakukan antarwarga negara, antarkelompok, antarlembaga, antardaerah, dan
bahkan antarnegara.
Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
yang telah disepakati. Hal itu dapat dimulai dengan saling terbuka, saling mengerti, dan saling
menghargai. Setelah kerjasama dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah koordinasi dan
evaluasi. Bentuk koordinasi yang dapat dilakukan antara lain:

1. koordinasi perencanaan kegiatan pendidikan karakter secara dinamis dari jenjang pendidikan usia
dini, dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi sesuai konteks kebutuhan dan perubahan zaman;
2. koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan karakter bangsa melalui nilai budaya dan karya
budaya;
3.koordinasi kegiatan satuan pendidikan dengan lembaga pendidikan di alam terbuka, antara lain
gerakan Pramuka, dalam hal penerapan silabi pendidikan karakter;
4.koordinasi lembaga, agen, dan pemerhati yang saling terkait dengan pendidikan dan pengembangan
karakter bangsa;
5.koordinasi secara teknikal dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi teknologi informasi
dan komunikasi, multimedia dalam pembuatan materi interaktif pendidikan karakter;
6.koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi jasmani (bidang olahraga) dalam
perencanaan pendidikan karakter bidang kompetensi olahraga;
7.koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi bidang psikologi dan komunikasi
dalam perencanaan model proses pembelajaran pendidikan karakter sesuai penciri warga negara agar
mampu mengadaptasikan dirinya dalam pluralitas karakter di lingkungan global.

APA ITU PENDIDIKAN KARAKTER?

Pendidikan karakter mempercayai adanya keberadaan moral absolute, yakni bahwa moral absolute
perlu diajarkan kepada generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik dan benar. Pendidikan karakter
kurang sepaham dengan cara pendidikan moral reasoning dan value clarification yang digunakan sebagai
strategi dasar pendidikan karakter di Amerika, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang bersifat
absolute (bukan bersifat relatif) yang bersumber dari agama-agama di dunia, yang disebutnya sebagai ―the
golden rule‖. Contohnya adalah berbuat hormat, jujur, bersahaja, menolong orang, adil dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan
salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi
pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan ―habit‖ atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekan atau
dilakukan.

Karakater menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur,
kejam, atau rakus, dapatlah dikatakan orang tersebut memanisfestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila
seseorang berperilaku jujur, bertanggung jawab, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan
karakter mulya. Istiah karakter juga erat kaitannya dengan ‘personality‘. Seseorang baru bisa disebut ‘orang
yang berkarakter‘ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Dengan
demikian, pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek ‖pengetahuan yang baik‖ (moral
knowing), tetapi juga ‖merasakan dengan baik‖ atau ‖loving the good‖ (moral feeling) dan ‖perilaku yang baik‖
(moral action).
Penekanan aspek-aspek tersebut di atas, diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan dan
mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan, tanpa harus didoktrin apalagi diperintah secara paksa.

http://dziauntaiancinta.blogspot.com/2016/05/strategi-pembangunan-karakter-bangsa.html

DISAIN INDUK PENDIDIKAN KARAKTER


Tujuan, Fungsi, Media Pendidikan Karakter
Fungsi Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan
potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup Pancasila.
2. Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara
Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga
negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring
nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar
menjadi bangsa yang bermartabat.

Tujuan Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran yang sangat peting karena perubahan perilaku
peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini.
Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat politik; pemerintah; dunia usaha; media massa

https://muhsinpamungkas.files.wordpress.com/2011/05/desain-induk-pendidikan-karakter-kemdiknas.pdf

KONFIGURASI NILAI (SOSIAL-KULTURAL-PSIKOLOGIS)


Karakter seseorang dalam proses perkembangan dan pembentukannya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
lingkungan (nurture) dan faktor bawaan (nature). Tinjauan teoretis perilaku berkarakter secara psikologis
merupakan perwujudan dari potensi Intellegence Quotient (IQ), Emotional Quentient (EQ), Spritual Quotient
(SQ) dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki oleh seseorang. Sedangkan seseorang yang berkarakter menurut
pandangan agama pada dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu: sidiq, amanah, fathonah, dan tablig.
Berkarakter menurut teori pendidikan apabila seseorang memiliki potensi kognitif, afektif, dan psikomotor
yang teraktualisasi dalam kehidupannya.
Perilaku seseorang yang berkarakter pada hakekatnya merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang
mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas
sosial kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung
sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan
dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan
Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity
development).
Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) tersebut secara holistik dan
koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, yang bermuara pada pembentukan karakter yang
menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur. Secara diagramatik, koherensi keempat proses psikososial tersebut
dapat digambarkan diagram Ven sebagai berikut.
Masing-masing proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) secara
konseptual dapat diperlakukan sebagai suatu klaster atau gugus nilai luhur yang di dalamnya
terkandung sejumlah nilai. Keempat proses psikologis tersebut, satu dengan yang lainnya saling
terkait dan saling memperkuat. Karena itu setiap karakter, seperti juga sikap, selalu bersifat multipleks
atau berdimensi jamak. Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan
perencanaan. Dalam proses intervensi (pembelajaran, pemodelan, dan penguatan) dan proses habituasi
(pensuasanaan, pembiasaan, dan penguatan) dan pada akhirnya menjadi karakter, keempat kluster
nilai luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-
masing individu.

Tahapan Pembentukan Karakter

1. Pengenalan Karakter Pada Anak


Pengenalan merupakam tahap pertama dalam proses pembentukan karakter. Untuk seorang anak, dia
mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan
lingkungan pertama tempat anak belajar dan membentuk kepribadiannya sejak kecil. Apabila anggota keluarga
memberi contoh yang baik, maka anak juga akan meniru perbuatan yang baik pula. Akan tetapi, apabila
keluarga memberi contoh yang tidak baik maka anak juga akan meniru yang tidak baik pula. Misalnya, orang
tua memberi contoh selalu disiplin dan tepat waktu dalam segala hal, maka secara tidak langsung si anak akan
meniru dan melakukan hal yang sama seperti orang tuanya, selalu tepat waktu dan bersikap disiplin dalam
segala hal. Akan tetapi apabila orang tua memberi contoh kepada anak untuk selalu menunda-nunda pekerjaan,
maka anak juga akan selalu menunda-nunda apa yang akan ia kerjakan. Maka dari itu keluarga mempunyai
peran penting dalam perkembangan kepribadian anak. Melalui tahap inilah seorang anak akan mengenal
kebiasaan.

2. Pemahaman Karakter Pada Anak


Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak mengenal dan melihat orang
tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul lima, selalu sarapan setiap pagi, berangkat ke sekolah
atau kerja tepat waktu, pulang sekolah atau kerja tepat waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang
tepat dan sebagainya, maka anak akan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa kita harus melakukan
semuanya dengan baik dan tepat waktu?” Setelah anak bertanya mengenai kebiasaan orang tuanya, kemudian
orang tuanya menjelaskan, “Apabila kita melakukan sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kita menghargai
waktu yang kita miliki, kita akan diberi kepercayaan oleh orang lain, dapat diandalkan, dan tidak akan
mengecewakan orang lain. Misalnya kalau ayah biasanya pulang kerja pukul empat dan ayah sebelumnya sudah
berjanji setelah ayah pulang kerja kita akan diajak jalan-jalan, tetapi pada saat itu ayah pulang kerja tidak
seperti biasanya pukul empat melainkan pukul tujuh malam dan kita tidak jadi jalan-jalan bersama, perasaan
adik bagaimana? Sedih dan kecewa kan! Maka dari itu kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu.” Dengan
penjelasan yang baik dan pelan-pelan maka si anak akan berpikir apabila dia pulang sekolah terlambat akan
membuat orang tuanya khawatir dan panik, sehingga ia akan berusaha tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan
begitu pemahaman telah ia dapatkan melalui penjelasan orang tuanya.

3. Penerapan Karakter Pada Anak


Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak akan mencoba menerapkan dan
mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Pada awalnya anak hanya sekedar
melaksanakan dan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak belum menyadari dan memahami bentuk karakter apa
yang ia terapkan.

4. Pembiasaan Karakter Pada Anak


Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap ia lakukan, maka secara tidak langsung si anak
akan terbiasa dengan kedisiplinan yang diajarkan oleh orang tuanya.Setelah setiap hari dia melakukan hal
tersebut hal itu akan menjadi kebiasaan yang sudah biasa ia lakukan bahkan sampai besar nanti.

5. Pembudayaan Karakter Pada Anak


Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini akan membudaya menjadi karakter.
Terminologi pembudayaan menunjukkan ikut sertanya lingkungan dalam melakukan hal yang sama.
Kedisiplinan seakan sudah menjadi kesepakatan yang hidup di lingkungan masyarakat, apalagi di lingkungan
sekolah. Ada orang yang senantiasa mengingatkan apabila seseorang telah melanggar peraturan.
6. Internalisasi Karakter Pada Anak
Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi untuk melakukan respon adalah dari
dalah hati nurani. Karakter ini akan semakin kuat apabila didukung oleh suatu ideology atau believe. Si anak
percaya bahwa hal yang ia lakukan adalah baik. Apabila ia tidak disiplin maka ia akan menjadi anak yang tidak
bisa menghargai waktu dan susah di komtrol.
https://www.kumpulanmakalah.com/2018/03/6-tahapan-pembentukan-karakter-pada-anak.html

Pendekatan
Keteladanan Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, satuan pendidikan formal dan nonformal
harus dikondisikan sebagai pendukung utama kegiatan tersebut. satuan pendidikan formal dan nonformal
harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan. Misalnya
toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, satuan pendidikan formal
dan nonformal terlihat rapi, dan alat belajar ditempatkan teratur. Keteladanan dalam pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari satuan pendidikan formal dan nonformal
yang berwujud kegiatan rutin atau kegiatan insidental: spontan atau berkala.

Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dan
nonformal, serta di luar satuan pendidikan.
a. Di kelas, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan
yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif,
konatif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk
mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai
tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar
membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan pendidik. Untuk pegembangan
beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya
pengondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan
nilai tersebut.
b. Di satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan
satuan pendidikan formal dan nonformal yang diikuti seluruh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Perencanaan dilakukan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke kalender akademik, dan dilaksanakan sehari-
hari sebagai bagian dari budaya satuan pendidikan formal dan nonformal.
c. Di luar satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan
formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam
kalender akademik.

Pengembangan Budaya Satuan Pendidikan


Budaya satuan pendidikan formal dan nonformal memiliki cakupan yang sangat luas, antara lain
mencakup kegiatan ritual, harapan, hubungan sosialkultural, aspek demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan, maupun interaksi sosial antarkomponen. Budaya
satuan pendidikan formal dan nonformal adalah suasana kehidupan satuan pendidikan formal dan nonformal di
mana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, pendidik dengan pendidik, pendidik/konselor dengan
peserta didik, pendidik dengan tenaga kependidikan, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta
didik, dan antaranggota kelompok masyarakat dengan warga satuan pendidikan formal dan nonformal.
Interaksi sosial kultural internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta
etika bersama yang berlaku di suatu satuan pendidikan formal dan nonformal. Jujur, bertanggung jawab,
cerdas, kreatif, sehat dan bersih, peduli, dan gotong royong merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam
budaya satuan pendidikan formal dan nonformal. Budaya satuan pendidikan formal dan nonformal
merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Yang terpenting adalah
iklim atau budaya satuan pendidikan formal dan nonformal. Jika suasana satuan pendidikan formal dan
nonformal penuh kedisiplinan, kejujuran, kasih sayang, hal ini akan menghasilkan karakter yang baik. Pada saat
yang sama, pendidik akan merasakan kedamaian dan suasana satuan pendidikan formal dan nonformal seperti
itu akan meningkatkan mutu pengelolaan pembelajaran. Dengan pengelolaan pembelajaran yang baik, akan
menyebabkan prestasi akademik yang tinggi. Sebuah temuan penting lainnya adalah bila peserta didik memiliki
karakter yang baik, akan berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik yang tinggi. Oleh karena itu,
langkah pertama dalam mengaplikasikan pendidikan karakter dalam satuan pendidikan formal dan nonformal
adalah menciptakan suasana atau iklim satuan pendidikan formal dan nonformal yang berkarakter yang akan
membantu transformasi pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan menjadi warga satuan pendidikan
formal dan nonformal yang berkarakter. Hal ini termasuk perwujudan visi , misi, dan tujuan yang tepat untuk
satuan pendidikan formal dan nonformal.

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah


Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, pengembangan karakter dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan terintegrasi dalam semua materi pembelajaran. Khusus, untuk materi pembelajaran Pendidikan
Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan--karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap,
pengembangan karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode
pendidikan karakter. Untuk kedua materi pembelajaran tersebut, karakter dikembangkan sebagai dampak
pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu untuk materi pembelajaran lainnya, yang secara formal
memiliki misi utama selain pengembangan karakter, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak
pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan harus mau mengembangkan diri terus-menerus (belajar secara disiplin sehingga mampu
bersaing dan mengikuti perubahan). Dalam lingkungan satuan pendidikan formal dan nonformal dikondisikan
agar lingkungan fisik dan sosiokultural satuan pendidikan formal dan nonformal memungkinkan para peserta
didik bersama dengan warga satuan pendidikan formal dan nonformal lainnya terbiasa membangun kegiatan
keseharian yang mencerminkan perwujudan karakter yang dituju.. Hal ini dapat dilakukan lewat komite
sekolah, pertemuan wali murid, kunjungan/kegiatan wali murid yang berhubungan dengan kumpulan kegiatan
sekolah dan keluarga. Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut.
Implementasi Pendidikan Karakter (lingkup sekolah)
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan awal dalam sistem pendidikan formal nasional. Karena
posisinya di awal, maka perannannya sangat penting dalam pendidikan siswa. Keadaan siswa tahapan
selanjutnya banyak dipengaruh oleh pendidikan pada masa awal yaitu di sekolah dasar.
Pendidikan meliputi 3 domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan pendidikan karrakter, diharapkan siswa menampilkan karakter tertentu ayang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Nilai-nilai karakter yang diitetapkan Depdiknas dalam pendidikan karakter ada 18 yaitu:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.Kedelapan belas nilai karakter itu "dijejalkan" oleh pemerintah kepada sekolah untuk diimplementasikan
dalam pembelajaran, yang tentunya bukan perkara yang mudah untuk mewujudkannya. Kesulitan ini lebih
banyak disebabkan oleh pesimisme dan apatisme yang berlatar belakang dari kenyataan bahwa sekolah
bukanlah satu-satunya pihak yang mempengaruhi perkembangan siswa.

https://www.kompasiana.com/kuswati/59b6ce69c3637645c97f4213/implementasi-pendidikan-karakter-di-
sekolah?page=all

Pembinaan Karakter Siswa melalui Kegiatan di Sekolah


Pembinaan karakter siswa melalui kegiatan di sekolah yang dimaksud di sini yaitu ekstrakurikuler.
kegiatan ekstrakulikuler (ekskul) merupakan wadah dan kegiatan bagi anak seolah yang sangat dituggu.
Mengapa? Karena disana anak sekolah akan belajar banyak dari organisasi sampai menyalurkan bakat mereka
yang harus terus menerus diasah.
Pelaksanaan kegaitan ekstakulikuler bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Seain itu, untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya
pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. Tujuan kegiatan ekskul memberikan
gambaran bagaimana karakter siswa dibangun secara baik.
Kegiatan ekskul juga memiliki beberapa fungsi, yaitu mengembangkan kemampuan dan kreativitas pelajar
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat. Ekskul juga memiliki fungsi sosial, yakni untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa.
Juga untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan bagi siswa yang menunjang
proses perkembangannya. Pada akhirnya, kegiatan ini berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir siswa.
Dengan adanya kegiatan ekskul di sekolah diharapkan sekolah mampu membentuk karakter siswa sesuai
dengan bakat dan minat siswa itu sendiri. Karakter bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya, di
mana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah dari
keluarga. Kalau seorang anak mendapat pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan
berkarakter baik. Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgen untuk dilakukan.
Namun, banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.
Jika kita peduli akan peningkatan mutu lulusan siswa, maka kita sebagai pendidik dan orang tua hendaknya
senantiasa mengaplikasikan pendidikan karakter siswa di situasi apapun, di manapun, dan kapanpun siswa
berada. Tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia untuk memajukan kualitas anak bangsa sebagai
penerus bangsa.
Sebagai contoh, melalui kegiatan ekskul pramuka di sekolah, siswa belajar menjadi seorang pemimpin di
hadapan teman-temannya dan guru-gurunya. Siswa juga disibukkan dengan perkemahan, baris berbaris, gotong
royong mendirikan tenda, pentas seni api unggun, uji nyali, dan ketangkasan. Kegiatan ini, dilaksanakan agar
siswa dilatih untuk memiliki sikap disiplin, kemampuan kerja sama, mandiri, serta bertanggung jawab.
Contoh lain kegiatan ekskul Palah Merah Remaja (PMR). Dalam kegiatan ini, siswa dilatih kepekaannya untuk
menolong sesama, seperti menolong seseeorang yang mengalami kecelakaan sebelum dibawa ke dokter atau
rumah sakit, memecahkan persoalan, menentukan pencegahan, dan pengobatan suatu kasus penyakit tertentu,
dan kemanusiaan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Melalui ekskul, siswa dapat menumbuhkan sikap cinta Tuhan, tanggung jawab, toleransi, rela berkorban,
displin, menghargai sesama, gotong royong, dan sebagainya. Diharapkan siswa menyadari pentingya kegiatan
ekskul, sehingga dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik demi menjadi pribadi yang berakhlak mulia.
Juga diharapkan pihak sekolah mampu menyadari peran ekskul demi menumbuhkan karakter siswa dengan
mengadakan berbagai ekskul yang mendukung perkembangan siswa.

https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/03/26/127639/menumbuhkan-karakter-siswa-melalui-kegiatan-
ekstrakurikuler
DAFTAR RUJUKAN

1. Dosen pembimbing mata kuliah umum pengantar pendidikan tahun 2020


2. https://ibnudin.net/pengertian-ciri-unsur-kebudayaan/
(tanggal akses Kamis, 30 Januari 2020)
3. https://www.kompasiana.com/isanoor/551fd27ba33311aa33b66cf0/fenomena-budaya-yang-menarik-
di-indonesia-kemunculan-anak-alay
(tanggal akses Sabtu 1 Februari 2020)
4. http://dedi26.blogspot.com/2013/06/pendidikan-karakter-bangsa.html/
(tanggal akses Rabu 29 Januari 2020)
5. https://pembangunankarakterbangsa.blogspot.com/p/pembangunan-karakter-bangsa.html
(tanggal akses Minggu 2 Februari 2020)
6. https://www.kompasiana.com/mgjuzaili/5db3788e0d823058b401aef3/pengertian-dan-konsep-
pendidikan-karakter?page=all
(tanggal akses Minggu 2 Februari 2020)
7. https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/03/26/127639/menumbuhkan-karakter-siswa-melalui-
kegiatan-ekstrakurikuler
(tanggal akses Minggu 2 februari 2020)
8. https://www.kompasiana.com/kuswati/59b6ce69c3637645c97f4213/implementasi-pendidikan-
karakter-di-sekolah?page=all
(tanggal akses Minggu 2 februari 2020)
9. https://www.kumpulanmakalah.com/2018/03/6-tahapan-pembentukan-karakter-pada-
anak.html
(tanggal akses Minggu 2 februari 2020)
10. https://muhsinpamungkas.files.wordpress.com/2011/05/desain-induk-pendidikan-karakter-
kemdiknas.pdf
(tanggal akses Minggu 2 februari 2020)
11. http://dziauntaiancinta.blogspot.com/2016/05/strategi-pembangunan-karakter-bangsa.html
(tanggal akses Minggu 2 februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai