Secara umum pengertian budaya adalah adat atau suatu kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat.
Budaya menurut Koentjaraningrat memiliki maknsa yang sama dengan kata colere yang berkembang
menjadi kata culture. Kata culture yang memiliki arti segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah, mengubah alam.
Sedangkan kebudayaan menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan suatu sistem gagasan,
tindakan, serta hasil karya manusia dalam kehidupan. Kebudayan juga dijadikan milik diri tiap
manusia dengan belajar.
• Budaya adalah daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
• Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar
beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
https://ibnudin.net/pengertian-ciri-unsur-kebudayaan/
Fenomena Budaya
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini banyak dijumpai anak usia remaja yang
berpenampilan heboh atau berlebihan, mulai dari aksi panggung, kostum yang entertain dilengkapi segala
atribut yang menempel di badan, dandanan wajah dan gaya rambut yang boleh dikatakan spektakular. Mereka
berjoget dengan riang gembira senada dengan irama alunan lagu yang berkumandang. Suasana hingar-bingar
dalam ruangan salah satu stasiun televisi tersebut justru makin mengakrabkan mereka untuk saling
menunjukkan jiwa ke-entertain-an dan citra diri diantara masing-masing individu. Mereka tampak seperti
terhipnotis dengan alunan lagu yang membahana. Aksi goyangan panggung tampak menjadi salah satu cara
bagi mereka untuk menunjukkan eksistensi diri di dalam studio televisi yang gegap gempita. Setelah alunan
lagu dihentikan, mereka pun bersorak dan bertepuk tangan untuk saling memberikan dukungan kepada masing-
masing kelompok atas tampilan aksi kreatifnya.
Setelah melakukan upaya penelusuran dalam internet, penulis menemukan jawabannya. Kelompok anak usia
remaja dengan penampilan “heboh-mareboh” yang penulis saksikan dalam tanyangan hiburan di televisi diatas
itu dikenal dengan sebutan “anak alay.” Suatu fenomena baru terkait budaya yang berkembang di Indonesia.
Kemunculan anak alay ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kemajuan teknologi yang semakin
canggih.
https://www.kompasiana.com/isanoor/551fd27ba33311aa33b66cf0/fenomena-budaya-yang-menarik-di-
indonesia-kemunculan-anak-alay
Selain hanya untuk sebagai persiapan kebaikan moral penerus bangsa pendidikan karakter juga menjadi
salah satu syarat dan factor penentu keunggulan bangsa dan Negara, karena mempertahankan karakter, adat dan
sikap adalah salah satu keunggulan bangsa kelak jika para penerus diberikan pendidikan karakter sejak dini,
dengan begitu seorang anak tidak akan mudah terpengaruh oleh arus globalisasi dari barat yang tidak baik.
Karakter Bangsa
Pendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.
Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang,
berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses
pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/ atau
kelompok yang unik baik sebagai warga negara.
Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam
kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir,
olah hati, olah rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-
nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/
berkomunikasi, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli social, Peduli lingkungan.
Secara umum untuk mewujudkan pendidikan karakter bangsa dapat dilakukan melalui
pendidikan formal, non formal, dan informal yang saling melengkapi dan mempercayai dan
diatur dalam peraturan dan undang-undang. Contoh pada pendidikan formal:
Pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut mencakup pada
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, evokasi keagamaan dan khusus. Dalam
pelaksanaan pendidikan karakter bangsa dapat dilakukan melalui jenjang pendidikan yang
diimplementasikan pada kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang memuat pelajaran
normatif, adaptif, produktif, muatan lokal, dan pengembangan diri. Pendidikan karakter
bangsa di sekolah yang diimplementasikan pada pendidikan pengembangan diri antara lain;
melalui kegiatan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, semisal : pengurus OSIS, Pramuka,
PMR, PKS, KIR, Olahraga, Seni, Keagamaan dan lainnya. Dengan kegiatan ekstrakurikuler
ini sangat menyentuh, mudah dipahami, dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat
dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat dan bakat yang dapat dikembangkan
sebagai perwujudan pendidikan karakter bangsa.
http://dedi26.blogspot.com/2013/06/pendidikan-karakter-bangsa.html
Pembangunan Karakter Bangsa
Tujuan Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga
negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter bangsa
adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah
raga seseorang atau sekelompok orang. Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu
negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan
ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan
global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila
Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama
antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada
orang lain.
2. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat,hak,
dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena; terhadap orang lain; gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan
Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap
menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi
atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat
dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk
mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
MEMBANGUN KARAKTER adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina,
memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia
(masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.
Ciri-ciri karakter bangsa Indonesia
1. Saling menghormati & saling menghargai
2. Rasa kebersamaan & tolong menolong
3. Rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa
4. Rasa peduli dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara
5. Adanya moral, akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama
6. Adanya perilaku dalam sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati & saling
menguntungkan
7. Adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai-nilai agama, nilai-
nilai hukum dan nilai-nilai budaya
8. Sikap dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebangsaan.
https://pembangunankarakterbangsa.blogspot.com/p/pembangunan-karakter-bangsa.html
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan
berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi "positif" bukan netral.2 Oleh karena itu Pendidikan
karakter secara lebih luas dapat diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai budaya dan
karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan
warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Oleh karena itu keberhasilan pendidikan
karakter ini menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat dan orangtua. Evaluasi dari
Keberhasilan pendidikan karakter ini tentunya tidak dapat dinilai dengan tes formatif atau sumatif
yang dinyatakan dalam skor. Tetapi tolak ukur dari keberhasilan pendidikan karakter adalah
terbentuknya peserta didik yang berkarakter; berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif
yang teraplikasi dalam kehidupan disepanjang hayatnya. Oleh karena itu tentu tidak ada alat evaluasi
yang tepat dan serta merta dapat menunjukkan keberhasilan pendidikan karakter.
https://www.kompasiana.com/mgjuzaili/5db3788e0d823058b401aef3/pengertian-dan-konsep-
pendidikan-karakter?page=all
Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk membangkitkan kesadaran dan sikap
positif terhadap pembangunan karakter bangsa guna mewujudkan masyarakat yang berketuhanan
yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kunci utama pembentukan karakter bangsa adalah budaya yang lahir dari kebiasaan dan
disosialisasikan berulang-ulang. Sosialisasi sebagai salah satu strategi pembangunan karakter bangsa
dimaksudkan untuk membangun kesadaran masyarakat atau kelompok masyarakat tentang kondisi
negara dan bangsa, terutama yang terkait dengan karakter bangsa. Dalam sosialisasi, akan terjadi
proses penanaman, transfer nilai, dan pembakuan kebaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses
pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau
kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi
optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembangunan karakter bangsa yang diarahkan untuk
memampukan para pemangku kepentingan dalam rangka menumbuhkembangkan partisipasi aktif
mereka dalam pembangunan karakter.
Lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan karakter yang pertama dan utama. Oleh karena
itu orang tua perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan
pembinaan dan pengembangan karakter. Pemberdayaan dilingkup keluarga dilakukan melalui:
1. penetapan regulasi yang mendorong orang tua dapat berinteraksi dengan sekolah, dan lembaga
pendidikan yang terkait pembangunan karakter;
2. pemberian pelatihan dan penyuluhan tentang pendidikan karakter;
3. pemberian penghargaan kepada para tokoh-tokoh atau orang tua yang telah menunjukkan
komitmennya dalam membangun karakter di lingkungan keluarga;
4. peningkatan komunikasi pihak sekolah dan lembaga pendidikan terkait dengan orang tua.
Strategi pembangunan karakter bangsa melalui pembudayaan dilakukan melalui keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dunia usaha, partai politik, dan media massa. Strategi pembudayaan
menyangkut pelestarian, pembiasaan, dan pemantapan nilai-nilai baik guna meningkatkan martabat
sebuah bangsa. Strategi tersebut dapat berwujud pemodelan, penghargaan, pengidolaan, fasilitasi,
serta hadiah dan hukuman.
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi seseorang. Pendidikan dalam
keluarga sangat berperan dalam mengembangkan karakter, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan
dan moral, serta keterampilan sederhana. Dalam konteks ini proses sosialisasi dan enkulturasi terjadi
secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk membimbing anak agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, tangguh, mandiri, kreatif, inovatif, beretos kerja, setia kawan, peduli akan
lingkungan, dan lain sebagainya.
Peran orang tua dalam membentuk karakter anak sangat penting. Salah satunya dengan mengajarkan
cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari kepada anak. Tentunya masih banyak contoh lain yang
bisa dikembangkan, yaitu pembiasaan-pembiasaan lainnya sesuai lingkungan/budaya masing-masing,
misalnya: membiasakan menghargai hasil karya anak walau bagaimana pun bentuknya dan tidak
membandingkan hasil karya anak sendiri dengan anak lain atau temannya.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan satuan pendidikan, perlu diterapkan totalitas pendidikan
dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan hal-hal baik melalui
berbagai tugas dan kegiatan. Pada dasarnya, pembudayaan lingkungan di satuan pendidikan dapat
dilakukan melalui:
1)penugasan,2)pembiasaan,3)pelatihan,4)pengajaran,5)pengarahan,6)keteladanan.
Semuanya mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan karakter peserta didik. Setiap
kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan. Hal itu antara lain dapat dijumpai dalam kegiatan.
Pada dasarnya, kunci akhir sebuah strategi ada pada kerjasama dan koordinasi. Berbagai kerjasama
dan kordinasi dapat dilakukan antarwarga negara, antarkelompok, antarlembaga, antardaerah, dan
bahkan antarnegara.
Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
yang telah disepakati. Hal itu dapat dimulai dengan saling terbuka, saling mengerti, dan saling
menghargai. Setelah kerjasama dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah koordinasi dan
evaluasi. Bentuk koordinasi yang dapat dilakukan antara lain:
1. koordinasi perencanaan kegiatan pendidikan karakter secara dinamis dari jenjang pendidikan usia
dini, dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi sesuai konteks kebutuhan dan perubahan zaman;
2. koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan karakter bangsa melalui nilai budaya dan karya
budaya;
3.koordinasi kegiatan satuan pendidikan dengan lembaga pendidikan di alam terbuka, antara lain
gerakan Pramuka, dalam hal penerapan silabi pendidikan karakter;
4.koordinasi lembaga, agen, dan pemerhati yang saling terkait dengan pendidikan dan pengembangan
karakter bangsa;
5.koordinasi secara teknikal dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi teknologi informasi
dan komunikasi, multimedia dalam pembuatan materi interaktif pendidikan karakter;
6.koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi jasmani (bidang olahraga) dalam
perencanaan pendidikan karakter bidang kompetensi olahraga;
7.koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi bidang psikologi dan komunikasi
dalam perencanaan model proses pembelajaran pendidikan karakter sesuai penciri warga negara agar
mampu mengadaptasikan dirinya dalam pluralitas karakter di lingkungan global.
Pendidikan karakter mempercayai adanya keberadaan moral absolute, yakni bahwa moral absolute
perlu diajarkan kepada generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik dan benar. Pendidikan karakter
kurang sepaham dengan cara pendidikan moral reasoning dan value clarification yang digunakan sebagai
strategi dasar pendidikan karakter di Amerika, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang bersifat
absolute (bukan bersifat relatif) yang bersumber dari agama-agama di dunia, yang disebutnya sebagai ―the
golden rule‖. Contohnya adalah berbuat hormat, jujur, bersahaja, menolong orang, adil dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan
salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi
pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan ―habit‖ atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekan atau
dilakukan.
Karakater menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur,
kejam, atau rakus, dapatlah dikatakan orang tersebut memanisfestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila
seseorang berperilaku jujur, bertanggung jawab, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan
karakter mulya. Istiah karakter juga erat kaitannya dengan ‘personality‘. Seseorang baru bisa disebut ‘orang
yang berkarakter‘ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Dengan
demikian, pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek ‖pengetahuan yang baik‖ (moral
knowing), tetapi juga ‖merasakan dengan baik‖ atau ‖loving the good‖ (moral feeling) dan ‖perilaku yang baik‖
(moral action).
Penekanan aspek-aspek tersebut di atas, diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan dan
mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan, tanpa harus didoktrin apalagi diperintah secara paksa.
http://dziauntaiancinta.blogspot.com/2016/05/strategi-pembangunan-karakter-bangsa.html
1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan
potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup Pancasila.
2. Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara
Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga
negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring
nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar
menjadi bangsa yang bermartabat.
Tujuan Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran yang sangat peting karena perubahan perilaku
peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini.
Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat politik; pemerintah; dunia usaha; media massa
https://muhsinpamungkas.files.wordpress.com/2011/05/desain-induk-pendidikan-karakter-kemdiknas.pdf
Pendekatan
Keteladanan Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, satuan pendidikan formal dan nonformal
harus dikondisikan sebagai pendukung utama kegiatan tersebut. satuan pendidikan formal dan nonformal
harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan. Misalnya
toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, satuan pendidikan formal
dan nonformal terlihat rapi, dan alat belajar ditempatkan teratur. Keteladanan dalam pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari satuan pendidikan formal dan nonformal
yang berwujud kegiatan rutin atau kegiatan insidental: spontan atau berkala.
Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dan
nonformal, serta di luar satuan pendidikan.
a. Di kelas, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan
yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif,
konatif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk
mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai
tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar
membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan pendidik. Untuk pegembangan
beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya
pengondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan
nilai tersebut.
b. Di satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan
satuan pendidikan formal dan nonformal yang diikuti seluruh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Perencanaan dilakukan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke kalender akademik, dan dilaksanakan sehari-
hari sebagai bagian dari budaya satuan pendidikan formal dan nonformal.
c. Di luar satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan
formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam
kalender akademik.
https://www.kompasiana.com/kuswati/59b6ce69c3637645c97f4213/implementasi-pendidikan-karakter-di-
sekolah?page=all
https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/03/26/127639/menumbuhkan-karakter-siswa-melalui-kegiatan-
ekstrakurikuler
DAFTAR RUJUKAN