PENDAHULUAN
1
Untuk itu penulis menulis makalah ini, agar pembaca tahu betapa pentingnya
pendidikan karakter bagi semua orang, khususnya bagi bangsa Indonesia sendiri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Tantangan dalam membangun karakter suatu bangsa
4
mencakup juga penyebaran informasi secara mendunia melalui media cetak dan
elektronika berdampak tehadap ideologi, agama, budaya dan nilai-nilai yang dianut
manyarakat Indonesia. Pengaruh arus deras budaya global yang negatif menyebabkan
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dirasakan semakin memudar. Hal ini
tercermin dari perilaku masyarakat Indonesia yang lebih menghargai budaya asing
dibandingkan budaya bangsa, baik dalam cara berpakaian, bertutur kata, pergaulan
bebas, dan pola hidup konsumtif, serta kurangnya penghargaan terhadap produk
dalam negeri.
Berdasarkan indikasi di atas, globalisasi telah membawa perubahan terhadap pola
berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat
kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan
budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia.
Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi yang tepat agar masyarakat Indonesia dapat
tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa sehingga tidak kehilangan
kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
Kemampuan bangsa yang berdaya saing tinggi adalah kunci untuk membangun
kemandirian bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap
5
menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.
Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain pada ketersediaan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunan, kemandirian aparatur pemerintahan dan aparatur penegak hukum
dalam menjalankan tugasnya, pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam
negeri yang semakin kukuh, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok.
Namun hingga saat ini sikap ketergantungan masyarakat dan bangsa Indonesia masih
cukup tinggi terhadap bangsa lain. Konsekuensinya bangsa Indonesia dalam berbagai
aspek kurang memiliki posisi tawar yang kuat sehingga tidak jarang menerima
kehendak negara donor meskipun secara ekonomi kurang menguntungkan.
Kurangnya kemandirian, juga tercermin dari sikap masyarakat yang menjadikan
produk asing sebagai primadona, etos kerja yang masih perlu ditingkatkan, serta
produk bangsa Indonesia dalam beberapa bidang pertanian belum kompetitif di dunia
internasional.
Salah satu negara di Asia Timur ini menekankan nilai bahwa setiap insan harus
berguna untuk masyarakat, tidak merugikan orang lain, mengetahui teknik
berinteraksi, mengetahui emosi lawan bicara, mengurangi sifat egois, inginkan
bekerja sama, disiplin, dan tertib. Maka tidak heran masyarakat di negara ini terkanal
amat disiplin dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
Negara kincir angin ini lebih menyaksikan siswa sebagai pusat perhatian di sekolah
dikomparasikan bidang studi yang dipelajari. Itu sebabnya, materi latihan tidak
6
diputuskan untuk setahun ajaran, sampai-sampai tidak terdapat yang akan bermukim
kelas.
Ada enam nilai positif yang diajarkan di sekolah-sekolah Jerman, yakni kejujuran,
toleransi, kedisiplinan, gemar membaca, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Adapun tujuan mengajar siswa guna mempunyai sikap-sikap tersebut ialah agar
mereka dapat bermasyarakat dan menanam diri dengan baik.
7
mengembangkan sikap-sikap: kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan,
visioner, dan kemandirian. Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa
perbedaan, pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang
mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak
belajar, bagaimana toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam
menerima pendapat, dan berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita
juga bisa mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu
di dalam satu identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi
persoalan bagi mereka.
Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan
landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada
tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional
Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu
Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa
sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi
keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut
lebih diperkuat lagi melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara
Indonesia.
Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan
informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal.
Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan
karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan
implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis
dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya
dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan, budaya bangsa “Pendidikan
Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan dari
keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera
muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan
melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada
posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan
8
keagamaan. Pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas
implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol
atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa
Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita
sekali merdeka, tetap merdeka. (MuktionoWaspodo)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori yaitu:
Bangsa Indonesia melalui pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan karakter melalui berbagai program salah satunya melalui pembelajaran di
berbagai aspek pendidikan baik dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi
Karenanya, sebagai generasi penerus bangsa kita harus membentuk karakter kita
melalui sikap dan kepribadian kita dengan tidak melanggar aturan dalam hidup
berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau
masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan
bila pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan
sangat besar bagi bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-
negara lain.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan pada karya tulis ini adalah :
1. Kepada pemerintah agar dapat lebih memperhatikan tentang pendidikan karakter
untuk generasi muda Indonesia dengan berbagai program pemerintah salah satunya
pembelajaran tentang pendidikan karakter di berbagai aspek pendidikan dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi.
10
2. Kepada generasi muda seharusnya dapat memahami pentingnya pendidikan
karakter untuk pembentukan karakter bangsa dengan cara berpartisi dalam pendidikan
karakter di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-
kepribadian/
http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pola-asuh-dalam-membentuk-karakter-
anak/
http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-
usia-dini/
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/tantangan-pembentukan-karakter-3/
http://mjump.vip2ch.com/https://www.pelajaran.co.id
11