Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh: Hamsar Suci Amalia, SH., MH

Setiap bangsa di dunia pasti mempunyai sejarah panjang perjuangan

berdirinya negara tersebut, dimana di dalam sejarah perjuangan terdapat

nilai-nilai yang terikat erat dalam diri dan jiwa masing-masing individu

menjelma menjadi semangat perjuangan bangsa melahirkan sikap

heroik-patriotik, menumbuhkan kekuatan, kesanggupan, kesadaran,

kemauan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara

Secara teori, semangat perjuangan bangsa dimiliki oleh setiap individu, sebab

dalam semangat perjuangan bangsa tersebut terdapat nilai-nilai yang masih sangat

relevan digunakan hingga saat ini, salah satunya nilai yang digunakan untuk

memecahkan berbagai persoalan bangsa.

Kenyataannya, semangat perjuangan bangsa Indonesia saat ini dapat

dikatakan berada dalam kondisi memprihatinkan, mengalami penurunan hingga ke

titik kritis bahkan hilang dari dalam diri bangsa, terjadi perubahan pola pikir dan

mentalitas bangsa.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi penurunan semangat perjuangan bangsa, yaiu

faktor internal dan eksternal.

Internal:

a. Maraknya kasus korupsi, suap, penyalahgunan kekuasaan yang melibatkan

pejabat daerah maupun pusat, mengakibatkan turunnya tingkat kepercayaan

rakyat terhadap pemerintah.

b. Sikap keluarga dan lingkungan yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme,

sehingga anak-anak menirukan sikap tersebut.

c. Demokrasi yang melewati batas etika dan sopan santun, dan maraknya

unjuk rasa di kalangan pemuda, hilangnya optimisme, malas, egois dan

emosional.

d. Tidak merasa bangga akan bangsa dan negaranya, merasa negaranya kalah

modern dengan negara lain.

e. Etnosentrisme yaitu paham yang menganggap sukunya lebih baik dari suku

lain, lebih mengagungkan daerahnya daripada persatuan kesatuan bangsa.

Eksternal:

a. Arus globalisasi yang menggerus moral generasi muda

b. Paham liberalisme, yang terlihat dari sikap individualis, tidak mempedulikan

lingkungan sekitar, apatis terhadap pemerintahan


Globalisasi dan perkembangan (perubahan zaman) adalah dua hal yang tidak

dapat dipisahkan (faktor eksternal). Perkembangan zaman merupakan hal wajar

bahkan tidak bisa dicegah, bukan hanya di Indonesia melainkan di semua negara di

dunia. Namun yang membedakan adalah kesiapan menghadapinya.

Sebagai individu dan bangsa kita harus bijak dalam menyikapi sekaligus

menghadapi perkembangan zaman dengan semua dampaknya, baik negatif

maupun positif.

Kita harus memiliki kemampuan menilai, memisahkan dan mengimplementasikan

secara tepat, mana yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan mana yang tidak.

Pedoman hidup bernegara yang kuat dan baik akan mengarahkan kita pada

jalur kehidupan yang tepat dan tetap dapat menikmati perkembangan yang terjadi

di sekitar kita, seperti kecanggihan teknologi, kemudahan berkomunikasi,

mendapat informasi dan lain sebagainya tanpa harus kehilangan jati diri atau

identitas sebagai bangsa Indonesia.

Pedoman atau landasan atau pegangan dalam hidup bernegara sejatinya

sudah ditanamkan sejak kita dilahirkan ke dunia melalui keluarga (orang tua

utamanya).

Contoh: penananam sekaligus pemahaman nilai agama, moral, etika, sopan santun.
Seiring dengan pertambahan usia dan tingkat jenjang pendidikan, penanaman serta

pemahaman nilai-nilai tersebut semakin bertambah matang. Namun kita tidak bisa

menarik garis yang sama antar individu, sebab dalam kehidupan ada beberapa

faktor yang mempengaruhi karakter seseorang.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas

tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam keluarga, masyarakat dan

negara (Mansur Muslich 2010:70).

Faktor keluarga; faktor lingkungan sekitar; faktor pertemanan baik lingkungan

sekitar / sekolah / di luar itu semua; faktor lingkungan sekolah / perguruan tinggi /

universitas juga turut menyumbang pembentukan karakter seseorang.

Bagaimana seseorang bersikap,

Bagaimana seseorang bertingkah laku,

Bagaimana seseorang berpikir,

Bagaimana seseorang bertutur kata,

Bagaimana seseorang memperlakukan sesamanya

Character can refer to

(Lickona, 1991 dalam Hubungan Karakter dan Kepribadian Dr. Marzuki P2KPK –

LPPMP – UNY)

 Personality traits or virtues such as responsibility and respect for others


 Emotions such as guilt or sympathy

 Social skills such as conflict management or effective communication

 Behaviours such as sharing or helping, or

 Cognitions such as belief in equality or problem solving strategies

“Perubahan zaman tidak menunggu kesiapanmu.

Siaplah selalu untuk menghadapinya.

Bekali dirimu dengan pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai kehidupan.

Jadilah individu yang tetap mampu berjalan dalam derasnya arus

perubahan”
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran atau mata

kuliah yang dihadirkan guna menjawab tantangan perubahan zaman, menggugah

kesadaran warga negara dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan serta

bersaing dalam kancah global.

Penekanan Pendidikan Kewarganegaraan antara lain kesadaran berbangsa dan

bernegara, kesadaran bela negara, mengetahui sekaligus memahami hak,

kewajiban serta tanggung jawab sebagai WNI, mengetahui permasalahan yang

dihadapi bangsa serta mencari solusi bersama atas permasalahan tersebut.

Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bagi seluruh

peserta didik adalah menumbuhkan sikap mental cerdas dan penuh rasa tanggung

jawab.

Sikap ini disertai dengan perilaku yang dapat ditunjukan dalam aktivitas sehari-

hari yaitu:

(Heri Herdiawanto, dkk Cerdas, Kritis dan Aktif Berwarganegara, 2010: 4)


1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-

nilai falsafah bangsa

2. Berbudi pekerti luhur, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara

3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak serta kewajibannya

4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara

5. Aktif memanfaatkan IPTEK dan Seni untuk kepentingan kemanusiaan,

bangsa dan Negara

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

1. Media pembelajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar,

cerdas dan penuh tanggung jawab. Karena itu program Pendidikan

Kewarganegaraan memuat konsep-konsep ketatanegaraan, politik dan

hukum negara serta teori umum lain yang cocok dengan target tersebut.

(Aziz Wahab – Cholisin, 2008: 18)

2. Mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter

yang diamanatkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.


(PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah)

3. Penyiapan generasi muda untuk menjadi warga negara yang memiliki

pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartispasi

akif dalam masyarakatnya.

(Samsuri, 2011: 28)

4. Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga negara

berpikir kritis serta bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan

kesadaran pada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan

masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.

(Zamroni – TIM ICCE, 2005: 7)

5. Usaha membekali para peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan

dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta

pendidikan pendahuluan bela negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan

negara.

(Soemantri, 2001: 154)

6. Program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas

dengan sumber-sumber lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan

sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna

melatih para siswa berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak


demokratis dalam mempersiapkan hiup demokratis yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

(Soemantri, 2001 dalam Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan

Tinggi, RISTEKDIKTI)

Landasan dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Kaelan, 2004)

Landasan:

1. Landasan Ilmiah

a. Warga negara dituntut hidup berguna dan bermakna bagi negara dan

bangsanya, mampu mengantisipasi perkembangan serta perubahan masa

depan.

b. Diperlukan bekal IPTEK dan Seni berlandaskan nilai keagamaan, moral,

dan budaya bangsa.

c. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup

warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Sebagai perbandingan, sebab di berbagai negara juga dikembangkan

materi pendidikan umum (general education or humanities) sebagai

pembekalan nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku warga negara


2. Landasan Hukum

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alinea II dan IV

Pasal 27 ayat (1) dan (3)

Pasal 30 ayat (1)

Pasal 31 ayat (1)

b. Undang-undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

Pasal 9 ayat (1), (2), (3)

c. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 37 ayat (2)

d. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 Tentang

Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Dan Penilaian Hasil

Belajar Mahasiswa Pasal 10 ayat (1)

e. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 Tentang

Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi

Pasal 2 ayat (1) dan (2)

Pasal 6 ayat (1) dan (2)


f. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/Kep/2006

Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadian Di Perguruan Tinggi

Pasal 3 ayat (2) huruf b

Pasal 4 ayat (2)

Tujuan:

1. Tujuan Umum

a. Menumbuhkan kesadaran dan wawasan bernegara serta sikap dan

perilaku cinta tanah air yang berlandaskan kebudayaan dan Filsafat

Pancasila.

b. Membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggungjawab

c. Menjadi Warga Negara Indonesia yang baik dan demokratis

d. Mampu berpikir secara komprehensif, analitis dan kritis

e. Membentuk mahasiswa menjadi good and responsible citizen

2. Tujuan Khusus
a. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (DIRJENDIKTI) Nomor

38/DIKTI/Kep/2002 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi Pasal 3 ayat (3)

b. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (DIRJENDIKTI) Nomor

43/DIKTI/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi Pasal 1, Pasal 2, Pasal

Prof. Nina Lubis (2008)

“…. dahulu, musuh itu jelas: penjajah yang tidak

memberikan ruang untuk mendapatkan keadilan,

kemanusiaan yang sama bagi warga negara, kini, musuh

bukan dari luar, tetapi dari dalam negeri sendiri: korupsi

yang merajalela, ketidakadilan, pelanggaran HAM,

kemiskinan, ketidakmertaan ekonomi, penyalahgunaan


kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang

lain, suap-menyuap, dll”

“Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat

tergantung oleh kemampuan bangsa itu sendiri. Apakah Indonesia akan berjaya

menjadi negara yang adil dan makmur di masa depan? Apakah Indonesia akan

menjadi bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain? Semuanya

sangat tergantung kepada bangsa Indonesia”

“Masa depan Pendidikan Kewarganegaraan pun sangat ditentukan oleh eksistensi

Konstitusi Negara dan Bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan sangat

dipengaruhi oleh Konstitusi yang berlaku, pelaksanaan Konstitusi yang berlaku

dan perkembangan tuntutan kemajuan bangsa”

URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN?


SEJAUH MANA ANDA MEMAHAMI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN?

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN APA SAJA YANG SUDAH

ANDA LAKUKAN DALAM KEHIDUPAN?

Anda mungkin juga menyukai