Anda di halaman 1dari 45

Nama: Mendy Feila Maryam

Kelas: 02SAKP002

NIM: 201011250155

PERTEMUAN 1

KONSEP DAN URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan

Berikut adalah pengertian pendidikan kewarganegaran:

1) Menurut Samsuri (2011:28), kewarganegaraan didefinisikan sebagai mempersiapkan generasi


muda untuk menjadi warga negara dengan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalammasyarakat.

2) Menurut Winataputra (2017: 53) Pendidikan kewarganegaraan sebagai “penelitian


interdisipliner”, yaitu ilmu sosial dengan bidang dasar ilmu politik, dasar pemikiran kebangsaan,
pendidikan terorganisasi, dan psikologi untuk tujuanpendidikan.

3) Dalam Pasal 39 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan
bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan hubungan antara warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahulu bela negara agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara (Pasal 20 ayat (1) UU No. 20 Tahun2003).

Atas dasar beberapa pendapat tersebut, maka bisa dirumuskan bahwa pendidikan
kewarganegaraan meliputi pendidikan politik, demokrasi, pendidikan hukum, dan pendidikan
mora/karakter pada upaya buat menciptakan rakyat negara yg kritis, cerdas dan bertanggungjawab yang
sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya.

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Eucation) merupakan sarana pendidikan yang efektif dan
strategis bagi negara-negara demokratis baru untuk melahirkan generasi muda dan masyarakat luas
tentang pengetahuan, nilai-nlai, dan keterampilan yang diperlukan dalam mentransformasikan,
mengaktualisasikan, dan melestarikan demokrasi, serta penghormatan dan penegakan HAM. Dengan
demikian Pendidikan Kewarganegaraan bisa menjadi pilar (the estate) bagi tegaknya nilai demokrasi
yang berkeadaban. Pendidikan Kewarganegaraan dengan demikian harus mampu menjadikan dirinya
sebagai salah satu instrumen pendidikan politik yang mampu melakukan empowerment bagi
masyarakat, terutama masyarakat kampus melalui berbagai program pembelajaran yang mencerminkan
adanya rekonstruksi sosial (social reconstruction). Dengan cara demikian, berbagai patologi sosial
(penyakit masyarakat) dapat dianalisis untuk kemudian dicarikan solusi atau terapinya. Selain itu
Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat dijadikan wahana dan instrumen untuk melakukan social
engineering dalam rangka membangun social capital yang efektif bagi tumbuhnya kultur demokrasi
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta tumbuhnya masyarakat madani (civil
society).

Secara umum pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan di berbagai negara bertujuan untuk
mengarahkan warga bangsa untuk mendalami nilai-nilai dasar, sejarah, dan masa depan bangsa itu
sendiri sesuai dengan nilai-nilai fundamental yang dianutnya. Seperti penjelasan Chamim (2003:xxxvii)
yang dikutip oleh Tukiran, 2006:357) dalam tulisan yang berjudul “Materi Pendidikan Kewarganegaraan
di PT dalam Menghadapi Tantangan Era Global” bahwa apa pun model atau bentuk pendidikan
kewarganegaraaan yang dikembangkan, hendaknya nilai-nilai yang ada di masyarakat perlu
dikembangkan sesuai dengan dinamika perubahan sosial sehingga nilai-nilai fundamental tersebut
menemukan relevansinya untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemecahan masalah
(problem solving) suatu masyarakat.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang memiliki wawasan
kenegaraan, menanamkan rasa cinta tanah air, dan kebanggaan sebagai warga negara Indonesia dalam
diri para generasi muda penerus bangsa. Pendidikan ini tentunya harus dipadukan dengan penguasaan
ilmu dan teknologi, sehingga terciptalah generasi masa depan yang kelak bisa memberikan sumbangsih
dalam pembangunan bangsa.

Dengan pendidikan kewarganegaraan ini para generasi muda diharapkan memiliki kesadaran
penuh akan demokrasi dan HAM. Dengan bekal keadaran ini, mereka akan memberikan kontribusi yang
berarti dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa, seperti konflik dan kekerasan yang
terjadi dalam masyarakat Indonesia, dengan cara-cara yang damai dan cerdas.

1. Sumber Historis Pendidikan Kewarganegaraan

Presiden Soekarno dahulu kala pernah berkata bahwa "Jangan sekali-sekali meninggalkan
sejarah." Hal tersebut kemudian memiliki sebuah makna dimana dalam setiap sejarah terdapat berbagai
macam fungsi yang dimana penting dan akan sangatlah berguna dalam rangka untuk membangun
sebuah kehidupan karena dengan sejarah maka kita akan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama
dikemudian hari. Dalam konteks tersebut maka sebuah sejarah akan berguna untuk membangun
kehidupan pada sebuah bangsa untuk dapat melihat jalan yang dimana lebih bijaksa di masa depan.

Kemudian, sebuah sejarah jugalah sebuah guru pada kehidupan. Dalam pendidikan
kewarganegaraan kemudian diharapkan siswa akan mendapatkan berbagai macam inspirasi yang
dimana dapat digunakan untuk berpartisipas dalam sebuah kegiatan untuk melakukan pembangunan
bangsa yang dimana sesuai dengan apa yang mereka sukai dengan menghindari berbagai macam
perilaku yang bernuansa untuk tidak mengulangi kembali kesalahan sejarah.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Kewarganegaraan

Sosiologi kemudian adalah sebuah ilmu yang dimana mempelajari kehidupan antar manusia.
Dalam sebuah ilmu sosisologis maka kemudian didalamnya sendiri terdapat kajian yang dimana tedapat
latar belakang, susunan, dan berbagi pola dari sebuah kehidupan sosial yang dimana terdapat dari
berbagai macam golongan dan juga kelompok yang dimana ada pada masyarakat, kemudian disamping
itu pula terdapat berbagai macam masalah sosial, perubahan, dan juga berbagai embaharuan yang
dimana terdapat ldi dalam masayrakat. Dari pendekatan sosiologis ini kemudian diharapkan untuk dapat
melakukan sebuah kajian terhadap struktur sosial, proses sosial, dan berbagai macam perubahan sosial
dan berbagai masalah sosial untuk dapat diselesaikan secara bijaksana dengan menggunakan nilai-nilai
Pancasila.

3. Sumber Politis Pendidikan kewarganegaraan

Sumber politis kemudian berasal dari fenomena yang dimana terjadi pada kehidupan berbangsa
di Indonesia itu sendiri yang dimana tujuannya adalah agar kita mampu unutk melkaukan formulasi
terhadap berbagai macam saran tentang upaya dan juga sebuah usaha yang dimana kemudian akan
berguna untuk melakukan perwujudan dari kehidupan politik yang dimana ideal dan juga sesuai dengan
nilai Pancasila.

3. Dinamika dan tantangan pendidikan kewarganegaraan

Suatu kenyataan bahwa pendidikan kewarganegaraan telah mengalami beberapa kali


perubahan, baik tujuan, orientasi, sunbstansi materi, metode pembelajaran bahkan sistem evaluasi.
Semua perubahan tersebut dapat teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang pernah berlaku di
Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini. Seperti, pada masa Orde Lama, pendidikan
kewarganegaraan tersebut mengajarkan tentang warga negara yang baik adalah warga negara yang
berjiwa “revolusioner”, anti imperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme.

Pada masa Orde Baru, warga negara yang baik adalah warga negara yang Pancasilais, manusia
pembangunan, dan sebagainya. Sejalan dengan visi Pendidikan Kewarganegaraan era Reformasi, misi
atau tujuan pendidikan ini adalah meningkatkan kompetensi seseorang agar mampu menjadi warga
negara yang berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang demokratis. Tujuan
dari pendidikan kewarganegaraan ini ialah untuk mewjudkan sikap toleransi, tenggang rasa, memelihara
persatuan dan kesatuan, tidak memaksakan pendapat, dll yang dirasionalkan demi terciptanya stabilitas
nasional sebagai prasyarat bagi kelangsungan pembangunan. Uraian diatas merupakan gambaran umum
dinamika pendidikan kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu materi ajar pendidikan karakter memiliki peran
penting dalam membangun kepribadian masyarakat. Ada tiga komponen utama pendidikan
kewarganegaraan, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition). Namun pada
kenyataannya peran dan komponen tersebut belum sepenuhnya terealisasikan. Sehingga rasa
nasionalisme bangsa semakin luntur. Dapat kita lihat dari lemahya penegakan hokum yang terjadi
sekarang ini, korupsi yang semakin merebak dengan wajah baru, kolusi dan nepotisme dengan wajah
demokrasi, primordialisme, etika politik kalangan elit kita terutama para penyelenggara Negara saat ini
sangat mengecewakan masyarakat. Oleh sebab itulah dibutuhkan sebuah sinergitas dalam menyikapi
tantangan ini. Sinergitas yang dimaksudkan ialah konseptual yang ada dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan harus dikolaborasikan dengan metode penyampaian pendidik dengan baik dan
terarah, agar konsep serta tujuan pembelajaran ini bisa menjadi salah satu solusi pemecahan
permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa dinamika pendidikan kewarganegaraan itu pun
terus berubah. Oleh sebab itu, pendidikan kewarganegaraan ini harus selalu menyesuaikan sejalan
dengan dinamika dan tantangan sikap serta prilaku warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
PERTEMUAN 2

IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI DETERMINAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

1. Pengertian Identitas Nasional

Identitas nasional secara etimologis berasal dari dua kata “identitas” dan “nasional”. Kata
Identitas berasal dari bahasa Inggris yaitu “identity”, yang berarti ciri, tanda, atau identitas yang melekat
pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dari orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
“nasional” adalah ciri-ciri suatu kelompok yang memiliki ciri-ciri fisik, misalnya budaya, bahasa, maupun
ciri-ciri non-fisik, misalnya tujuan, keinginan, dan ideologi. Dengan kata lain, “identitas nasional”
merupakan sutau ciri khas yang dimiliki suatu negara yang menjadi pembeda dengan negara lain. Jadi,
setiap negara memiliki identitasnya masing-masing berdasarkan filosofinya.

Dengan memahami jati diri bangsa, maka dapat pula mengembangkannya dan menjadi kebanggaan
sebagai suatu bangsa (Ismail dan Sri Hartati, 2020:24). Adapun definisi identitas nasional menurut ahli,
sebagai berikut:

1) A. Mix & Sandra M. Hawley, Identitas nasional adalah setiap perilaku manusia dengan landasan
bertindak menurut aturan tertentu dan diakui secara global (di negara lain) dengan cara yang
realistis dan tidak ambigu.

2) Koenta Wibisono (2005) Pengertian identitas nasional adalah upaya untuk melaksanakan
tindakan yang dibentuk dengan mengungkapkan nilai-nilai budaya seseorang setiap kali dia
memulai hidupnya sampai akhir hayatnya. Identitas dalam pengertian ini diartikan sebagai
atribut yang diperoleh sejak lahir.

3) Wodak.,dkk (1999), Identitas nasional adalah struktur yang tersampaikan dalam wacana,
khususnya dalam narasi budaya nasional. Oleh karena itu, identitas nasional adalah produk dari
sebuah wacana.

2. Karakteristik Identitas Nasional

Setiap negara memiliki sifat dan identitas yang unik. Indonesia adalah unik dibandingkan dengan
negara lain. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia adalah negara tropis.
Indonesia adalah negara dengan beragam adat istiadat, agama dan bahasa yang berbeda. Kondisi inilah
yang membuat bangsa Indonesia menjadi istimewa, dan juga bisa menjadi ciri pembeda dari negara lain
di dunia.

Dalam kehidupan masyarakat, terdapat berbagai karakteristik yang membentuk identitas bangsa, yaitu;

1) Budaya: Ada nilai budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan yang
mereka amalkan. Oleh karena itu, proses pembentukan identitas etnik dapat dialami oleh setiap
individu melalui nilai-nilai budaya yang diimpor sejak lahir.
2) Ras : Ras adalah cerminan karakteristik identitas nasional, dan bagi semua komunitas rasa
primitivisme ini selalu hadir dalam kehidupan mereka. Kebanggaan terhadap suatu kelompok
etnis secara tidak langsung dapat mendorong terciptanya identitas nasional suatu masyarakat.

3) Agama: Agama yang dipertahankan sebagai suatu kepercayaan dapat menciptakan identitas
yang universal. Sifat dan perilaku seseorang tercermin dari sikapnya yang mengamalkan agama.
Ini adalah norma agama, dan dianggap norma penting bagi seseorang untuk diikuti.

4) Sejarah: adalah salah satu ciri identitas nasional, dan ada kesamaan sejarah yang secara
langsung dapat memberikan pandangan yang sama tentang mimpi, keinginan, dan harapan. Bagi
warga negara, sejarah mendapatkan momentum dalam pembentukan identitas nasional.

5) Bahasa: bahasa merupakan ciri identitas bangsa. Bahasa menjadi alat komunikasi antar manusia.
Bahasa juga digunakan untuk memberikan semangat persatuan dan membangun persatuan.

3. Sejarah Kelahiran Faham Nasionalisme Indonesia

Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para bangsawan
terdidik saja.Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi juga karena hanya
kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah kolonial. Mereka menyadari
bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan
cara tradisional sebagaimana perlawanan rakyat sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi modern
bagi perjuangan kebangsaan.

Ada beberapa faktor dari dalam yang menyebabkan lahirnya nasionalisme Indonesia antara lain sebagai
berikut:

1) Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah
kekuasaan kolonial Belanda. Ironisnya adalah eksploitasi Barat itu justru mampu menyatukan
rakyat menjadi senasib sependeritaan.

2) Munculnya kelompok intelektual sebagai dampak sistem pendidikan Barat. Kelompok inilah
yang mampu mempelajari beragam konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan
dalam melawan kolonialisme Barat.

3) Beberapa tokoh pergerakan mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa lalu (Sriwijaya,
Majapahit, dan Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan meningkatkan rasa
percaya diri rakyat di dalam berjuang menghadapi kolonialisme Barat.

Kondisi itulah yang mampu memompa harga diri bangsa untuk bersatu, bebas, dan merdeka dari
penjajahan.Meskipun begitu, harus diakui bahwa munculnya kesadaran berbangsa itu juga merupakan
dampak tidak langsung dari perluasan kolonialisme.Oleh karena itu, para mahasiswa yang menjadi
penggerak utama nasionalisme Indonesia bisa disebut sebagai tokoh penggerak dari masyarakat.
Nasionalisme Indonesia muncul sebagai reaksi dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang ditimbulkan
oleh adanya kolonialisme.Oleh karena itu, gerakan nasionalisme pada awal abad XX tidak bisa
dipisahkan dari praktik kolonialisme sebab keduanya merupakan hubungan sebab akibat. Hanya saja,
pada tahap awal nasionalisme berkembang pada tingkat elite yaitu kelompok bangsawan terpelajar.

4. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa Indonesia

Identitas Nasional adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu bangsa yang membedakannya
dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. ldentitas nasional ini sendiri melingkupi segenap ciri, keunikan
juga karakter yang melekat utuh pada suatu bangsa sebagai bagian dari kepribadian dan jati dirinya.

Nasional ini berperan sebagai tanda pengenal yang mencerminkaan seluruh kepribadian sebuah
bangsa. contoh identitas nasional yang merupakan karakter bangsa adalah Pancasila yang merangkum
Keberagaman yang ada di Indonesia menjadi satu. Keberagaman ini sangat tinggi dan menjadikan
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan kaya akan adat-istiadat dan budaya.

5. Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional Indonesia

Perjalanan negara-bangsa ini jelas masih jauh dari pada selesai. Bahkan, boleh jadi tidak akan
pernah selesai. Negara/bangsa Indonesia tampaknya masih harus bergulat kembali dengan hal-hal yang
dasar dalam kehidupan kebangsaan. Dalam konteks ini, salah satu tantangan berat bangsa di hari kini
dan ke depan adalah memperkuat kembali identitas bangsa atau identitas nasional yang mulai bangkit
sejak Kebangkitan Nasional 1908. Lalu, menemukan bentuknya pada Sumpah Pemuda 1928 dan
mengalami kristalisasi dengan tercapainya kemerdekaan. Identitas nasional jelas tidak statis. Proses
'mengindonesia' mendapat tantangan bukan hanya secara eksternal, tetapi juga secara internal. Secara
eksternal, arus globalisasi yang terus meningkat dalam berbagai bidang kehidupan; sejak dari ekonomi,
politik, sampai budaya, secara signifikan telah mengubah lanskap Indonesia. Akibatnya, secara internal
terjadi perubahan yang tidak selalu menguntungkan penguatan identitas nasional. Dalam dasawarsa
terakhir, kita bisa menyaksikan terjadinya disorientasi dan dislokasi ekonomi, politik, dan sosial-budaya,
baik pada tingkat nasional maupun lokal. Euforia politik dan demokrasi dengan berbagai eksesnya terus
berlanjut, mengakibatkan menguatnya rasa kecewa dan frustasi di kalangan masyarakat. Rasa terpuruk
akibatnya terus bertahan mengancam identitas nasional.
PERTEMUAN 3

INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

1. Pengertian Integrasi Nasional

Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “national integration”. "Integration"
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari bahasa latin “integer”, yang berarti utuh
atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran
hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. “Nation” artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari
orang-orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan
politik (Dirjen Dikti,2016).

Secara etimologi sesuai dengan sudut pandang para ahli. Dapat menemukan titik kesamaaannya
bahwa integrasi dapat berarti penyatuan, pembauran, keterpaduan, sebagai kebulatan dari unsur atau
aspek aspeknya. Lalu unsur atau aspek apa sajakah yang dapat disatukan dalam konteks integrasi
nasional itu? Dalam hal ini kita dapat membedakan konsep integrasi dalam beberapa jenis yang pada
intinya hendak mengemukakan aspek-aspek apa yang bias disatukan dalam kerangka integrasi nasional.

2. Jenis-Jenis Integrasi

Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner yang dikutip Ramlan Surbakti (2010) lebih cocok
menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional. Menurutnya integrasi politik adalah
penyatuan masyarakat dengan sistem politik. Integrasi politik dibagi menjadi 5 (lima) jenis, yaitu:

1.) Integrasi Bangsa

Integrasi bangsa menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional.

2.) Integrasi Wilayah

Integrasi wilayah menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di
atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial budaya masyarakat
tertentu.

3.) Integrasi Nilai

Integrasi nilai menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang diperlukan
dalam memelihara tertib sosial.

4.) Integrasi Elit-Massa


Integrasi elit massa menunjuk pada masalah penghubungan antara pemerintah dengan yang
diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan
massa.

5.) Integrasi Tingkah laku (Perilaku integratif)

Integrasi tingkah laku (perilaku integratif), menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang
terintegrasi dan yang diterima demi mencapai tujuan bersama (Surbakti, 2010; Dirjen Dikti, 2016).

3. Potensi Disintegrasi di Indonesia

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dan memiliki keanekaragaman suku, agama,
ras, budaya, dan etnis. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang dalam
kondisi sedang mengalami krisis persatuan dan kesatuan. Cikal bakalnya sudah nampak dengan
seringnya muncul di media masa beberapa golongan bahkan individu-individu yang lebih mementingkan
kepentingan pribadi dan kepentingan kelompoknya daripada kepentingan umum ataupun kepentingan
masyarakat luas, sehingga krisis berkurang dan hilangnya persatuan dan kesatuan ini dapat berakibat
menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disintegrasi
bermakna hilangnya keutuhan atau persatuan.

Sejak pertengahan 1997 terjadi krisis moneter yang disertai krisis ekonomi dan politik di
Indonesia yang berlangsung membawa implikasi ganda bersifat positif maupun negatif bagi masa depan
politik Indonesia. Aspek positif dari krisis tersebut adalah timbulnya gelombang tuntutan reformasi total
khususnya di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998
telah memberikan kesempatan emas bagi rakyat dan bangsa Indonesia untuk menata kembali sistem
politik, ekonomi, dan hukum ke arah yang lebih sehat, adil, dan demokratis.

Masalah disintegrasi politik akhir-akhir ini menjadi perhatian sekaligus sumber kekhawatiran
yang luas, baik di kalangan masyarakat, intelektual, maupun kalangan pemerintah. Kekhawatiran itu
tidak hanya bersumber dari tuntutan pemisahan diri sebagian rakyat, tetapi juga lantaran maraknya
kerusuhan sosial di beberapa kota besar dan kecil selama akhir-akhir ini.

4. Strategi Integrasi diIndonesia

integrasi bangsa dapat dilakukan dengan dua strategi kebijakan yaitu “policy assimilasionis” dan
“policy bhinneka tunggal ika” (Sjamsudin, 1989). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifatsifat
kultural utama dari komunitas kecil yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional. Asimilasi
adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga
membentuk kebudayaan baru. Apabila asimilasi ini menjadi sebuah strategi bagi integrasi nasional,
berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur- unsur
budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan
identitas budaya kelompok atau budaya lokal. Lalu bagaimana mengembangkan integrasi di Indonesia
saat ini? Kebijakan strategi yang sebaiknya dilakukan di Indonesia,yaitu;
1.) Memperkuat nilai bersama

2.) Membangun fasilitas

3.) Menciptakan musuh bersama

4.) Memperkokoh lembaga politik

5.) Membuat organisasi untuk bersama

6.) Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok

7.) Mewujudkan kepemimpinan yang kuat

8.) Menghapuskan identitas-identitas lokal

9.) Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal

10.)Menguatkan identitas nasional


PERTEMUAN 4

DINAMIKA DAN TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DI


INDONESIA

1. Pengertian Negara dan Konstitusi

a. Negara

Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang
melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu. Negara juga merupakan suatu wilayah
yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independen.

b. Konstitusi

Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam konstitusi itu
mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum
dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.

2. Unsur, Bentuk dan Tujuan Negara

a. Unsur Negara

Unsur Unsur Terbentuknya sebuah Negara adalah terdiri dari:

1. Rakyat

Rakyat dalam suatu negara adalah semua orang yang secara nyata berada dalam wilayah suatu
negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan dalam negara tersebut.

2. Wilayah

Wilayah adalah unsur mutlak dari suatu negara. Wilayah adalah landasan material atau landasan
fisik negara. Luas wilayah suatu negara ditentukan oleh perbatasannya. Di dalam batas tersebut, negara
wajib menjalankan yuridiksi territorial tersebut.

3. Pemerintahan yang Berdaulat

Unsur-unsur terbentuknya negara yang ketiga adalah pemerintahan yang berdaulat. Adanya
suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya dan segenap rakyatnya merupakan syarat
mutlak keberadaan negara. Kekuasaan itu disebut sebagai kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat negara itu.

4. Pengakuan dari Negara Lain

Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang memperkuat terbentuknya sebuah negara.
Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang menerangkan bahwa suatu negara telah berdiri
sehingga negara tersebut dikenal oleh negara-negara lain.

Pengakuan dari negara lain dibagi menjadi dua yaitu de facto dan de jure. De facto adalah
pengakuan berdasarkan kenyataan yang ada atau fakta yang sungguh-sungguh nyata tentang berdirinya
suatu negara. Sedangkan pengakuan de jure adalah pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut
hukum internasional.

b. Bentuk Negara

Bentuk suatu negara dapat dibedakan menjadi, negara kesatuan dan serikat (federal).

1.) Negara Kesatuan

Dalam negara kesatuan, kedaulatan negara bersifat tunggal dan di dalamnya tidak terdapat
negara bagian. Negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi. Sementara
wilayah-wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah
pusat untuk didelegasikan.

2.) Negara Serikat (federal)

Kedaulatan di negara serikat atau federal berasal dari negara bagian dimana sebagian
kedaaulataan tersebut diserahkan kepada negara federal. Sehingga, pada hakikatnya kedaulataan
berada pada negara bagian.

c. Tujuan Negara

Secara umum, tujuan negara adalah pedoman arahan segala kegiatan negara, mulai dari
menyusun dan mengendalikan alat perlengkapan negara, hingga kehidupan rakyatnya. ... Mencerdaskan
kehidupan bangsa, Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial sebagai mana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

3. UUD NRI Tahun 1945 Sebagai Konstitusi di Indonesia

UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki kedudukan sebagai hukum
tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum tertinggi negara, UUD NRI Tahun 1945 menduduki
posisi paling tinggi dalam jenjang norma hukum di Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD NRI Tahun
1945 merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang- undangan di bawahnya.
Jenjang norma hukum di Indonesia terwujud dalam tata urutan peraturan perundang-undangan. Tata
urutan ini menggambarkan hierarki perundangan mulai dari jenjang yang paling tinggi sampai yang
rendah. Dalam sejarah politik hukum di Indonesia, tata urutan peraturan perundang-undangan ini
mengalami beberapa kali perubahan, namun tetap menempatkan UUD NRI Tahun 1945 sebagai hukum
tertinggi.
PERTEMUAN 5

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN
PERUNDANG- UNDANGAN DI BAWAH UUD NRI 1945

1. Sejarah Konstitusi di Indonesia

Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia Undang-Undang Dasar atau konstitusi
negara republik Indonesia disahkan dan ditetapkan oleh panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 18 agustus 1945 diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam perjalanan sejarah, konstitusi
Indonesia telah beberapa kali mengalami pergantian baik nama maupun substansi materi yang
dikandungnya. Berikut perjalanan sejarahnya:

a) Undang-Undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 27 Desember 1949.

b) Konstitusi RIS dengan masa berlakunya sejak 27 Desember 1949 -17 Agustus 1950.

c) Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 yang masa berlakunya sejak
17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959.

d) Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama


Indonesia dengan masa berlakunva seiak Dekrit Presiden 5 juli 1959 - sekarang

Perubahan perubahan konstitusi diatas dilakukan dengan menggunakan paradigma sebagai berikut:

1.) Perubahan hanya dilakukan pada batang tubuh tidakpada pembukaan;

2.) Perubahan dilakukan pada pasal-pasal tertentu yang dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan
dan tuntutan bernegara,dan;

3.) Bahwa pasal-pasal yang diamandemen masih merupakan bagian dari UUD aslinya.

2. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Dalam konteks negara hukum, terdapat berbagai jenis dan jenjang kebijakan publik yang
dituangkan dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2011, definisi Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum. Peraturan Perundang-undangan dibentuk dan ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
PeraturanPerundang-undangan.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam UUNo.12 Tahun 2011. Berdasarkan UU No.
12 Tahun 2011, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan sesuai urutan dari yang tertinggi
adalah:

1.) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD 1945 adalah hukum dasar dalam PeraturanPerundang-undangan. UUD 1945 merupakan
peraturan tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.

2.) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TapMPR)

Tap MPR adalah putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR meliputi Ketetapan MPR
Sementara dan Ketetapan MPR yang masih berlaku.

3.) Undang-Undang atau Perppu Undang-Undang

adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dengan persetujuan bersama Presiden. Perppu adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.

4.) Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden


untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP berfungsi untuk menjalankan perintah Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

5.) Peraturan Presiden (Perpres)

Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk


menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.

6.) Peraturan Daerah (Perda) Provinsi

Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

7.) Peraturan Daerah (perda)Kabupaten/Kota

Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
Kabupaten atau Kota dengan persetujuan bersama Bupati atau Walikota.
3. Perilaku Berkonstitusional

Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak
pada aturan-aturan penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional
juga dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Perilaku konstitusional Wajid
dimiliki oleh semua warga negara, karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaanyang
tertib, disiplin, dan sesuai dengan hukum.
PERTEMUAN 6

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

1. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa olehnya. Sedangkan kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang
semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban dengan demikian
merupakan sesuatu yang harus dilakukan.

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Pengikut utilitarisme
mengatakan ada hubungan timbal balik sesuai dengan kolerasi. Menurut mereka, setiap kewajiban
seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa kita
baru dapat berbicara tentang hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu, hak yang tidak ada
kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak. Hal ini sejalan dengan filsafat kebebasannya
Mill (1996) yang menyatakan bahwa lahirnya hak Asasi Manusia dilandasi dua hak yang withering
central, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Seseorang tidak boleh memanipulasi haknya sehingga
merugikan orang lain. Bebas bukan berarti melakukan berbuat bebas, terserah sendiri, apa yang
dilakukan harus positif.

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945.

Ketentuan tentang hak dan kewajiban warga negara Indonesia tersebuat termuat dalam Pasal
26 hingga 34. Berikut hak dan kewajiban warga negara dalam UUD 1945, hasil amandemen.

Pasal 26 UUD 1945, hak atas kewarganegaraan

Hak atas kewarganegaraan, negara Indonesia memberi jaminan atas status


kewarganegaraannya yang bersifat tidak dapat dicabut semena-mena di dalam Pasal 26 UUD 1945, yang
ditegaskan menyebutkan tentag siapa yang menjadi warga negara dan penduduk Indonesia.

26 ayat 3 UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut:

1.) Yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2.) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal diIndonesia.

3.) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan Undang- undang.

Pasal 34 UUD 1945, hak kesejahteraan sosial:

1.) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

2.) mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah
dan tidak mampu sesuai denagn martabat kemanusiaan.

3.) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.

4.) Ketentuan kebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang- undang.

3. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Warga Negara

Pengaturan dengan undang-undang mengenai pertahanan dan keamanan negara merupakan


konsekuensi logis dari prinsip yang menempatkan urusan pertahanan dan keamanan sebagai
kepentingan rakyat. Upaya pertahanan keamanan atau upaya bela negara dapat diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Perwujudan upaya ini, dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan negara.

A. Lingkungan Keluarga Upaya pertahanan dan keamanan dalam lingkungan keluarga dapat diwujudkan
dengan menampilkan sikap-sikap sebagai berikut:

1.) Setiap anggota keluarga menjalankan tugasnya dengan tertib.

2.) Setiap anggota keluarga berusaha menjaga nama baik keluarga.

3.) Setiap anggota keluarga menjaga kerukunan hidup.

B. Lingkungan Sekolah. Upaya pertahanan dan keamanan dalam lingkungan sekolah dapat diwujudkan
melalui berbagai sikap sebagai berikut:

1.) Menaati tata tertib sekolah.

2.) Hidup rukun sesama warga sekolah.

3.) Menjalin kerjasama antarsiswa tanpa pandangbulu.

4.) Menyelesaikan tugas dengan baik.


C. Lingkungan Masyarakat. Upaya pertahanan dan keaman di lingkungan masyarakat dapat diwujudkan
melalui berbagai sikap sebagaiberikut;

1.) Ikut bergotong royong dalam masyarakat

2.) Ikut menjaga keamanan lingkungan

3.) Tidak membuang sampah sembarang tempat

4.) Menjalin hubungan yang baik sesama anggota masyarakat

5.) Tidak membuat keonaran dimasyarakat

D. Lingkungan Kenegaraan. Upaya pertahanan dan keamanan di lingkungan kenegaraan dapat


ditampilkan melalui berbagai sikap berikut:

1.) Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2.) Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila dan UUD1945

3.) Rela berkorban untuk bangsa dan negara.

4.) Menjaga kelestarian tanah air indonesia.

5.) Mempetaruhkan diri untuk kejayaan bangsa dan negara

6.) Mencegah adanya terorisme.

7.) Mencegah sikap radikalisme.

8.) Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9.) Tidak main hakim sendiri.

10.) Membela negara sampai titik penghabisan.

Keikutsertaan upaya ini dalam lingkungan setempat, akan menciptakan adanya keamanan dan
ketertiban lingkungan, ketenangan dan ketentraman hidup, suasana kehidupan menjadi teratur,
kehidupan masyarakat menjadi sejuk dan tidaknya suatu kerusuhan dan kekacauan.
PERTEMUAN 7

DEMOKRASI

1. Pengertian Demokrasi

Demokrasi berarti bentuk pemerintahan dimana semua warga negara memiliki hak setara
dalam pemgambilan keputusan. Demokrasi sendiri berasal dari kata dalam bahasa yunani yaitu
"demos" yang artinya rakyat dan "kratos" yang artinya kekuatan atau kekuasaan. Seperti yang
disampaikan Abraham Lincoln “Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
buat rakyat” (government by the people). Karena “rakyat” adalah pusatnya, maka demokrasi
menurut Pabottinggi (2002) diperlakukan menjadi pemerintahan yang memiliki paradigma
“otocentricity” atau autocentricity, yaitu rakyat yang harus sebagai kriteria dasar demokrasi.

2. Prinsip dan Nilai Demokrasi

berikut prinsip atau pilar Demokrasi Pancasila:

1.) Kedaulatan rakyat

2.) Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah

3.) Kekuasaan mayoritas

4.) Hak-hak minoritas

5.) Jaminan hak-hak asasi manusia

6.) Pemilihan yang bebas dan jujur

7.) Persamaan di depan hukum

8.) Proses hukum yang wajar

9.) Pembatasan pemerintahan secara konstitusional

10.)Pluralisme sosial, ekonomi dan politik

11.)Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat


nilai-nilai demokrasi adalah adanya kebebasan dalam mengemukakan pendapat, menghormati
pendapat orang lain, terbuka, saling menghargai, dan yang sangat penting yaitu mampu berkerjasama
serta dapat menjunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaan.

Nilai -nilai demokrasi antara lain:

1.keseimbangan

2.menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan suka rela

3.memahami keaneka ragaman

4.pecaya diri dan mengekang diri

5.menegakkan keadilan

6.komitmen dan tanggung jawab

3. Menggali Sumber Sejarah, Sosiologis dan Politik tentang Demokrasi Pancasila

1. Sumber Nilai yang Berasal dari Demokrasi Desa

Nilai-nilai demokrasi dalam taraf tertentu sudah berkembang dalam budaya Nusantara, dan
dipraktikkan setidaknya dalam unit politik terkecil, seperti desa di Jawa, nagari di Sumatra Barat, dan
banjar di Bali (Latif, 2011). Pertama, paham kedaulatan rakyat sebenarnya sudah tumbuh sejak lama di
Nusantara. Di alam Minangkabau, misalnya pada abad XIV sampai XV kekuasaan raja dibatasi oleh
ketundukannya pada keadilan dan kepatutan. Ada istilah yang cukup tekenal pada masa itu bahwa
"Rakyat ber-raja pada Penghulu, Penghulu berraja pada Mufakat, dan Mufakat ber-raja pada alur dan
patut". Dengan demikian, raja sejati di dalam kultur Minangkabau ada pada alur (logika) dan patut
(keadilan). Kedua, tradisi demokrasi asli Nusantara tetap bertahan sekalipun di bawah kekuasaan
feodalisme raja-raja Nusantara karena di banyak tempat di Nusantara, tanah sebagai faktor produksi
yang penting tidaklah dikuasai oleh raja, melainkan dimiliki bersama oleh masyarakat desa. Karena
pemilikan bersama tanah desa ini, yang mendorong tradisi gotong royong dalam memanfaatkan tanah
bersama. Adat hidup seperti itu membawa kebiasaan bermusyawarah menyangkut kepentingan umum
yang diputuskan secara mufakat (kata sepakat).

2. Sumber Nilai yang Berasal dari Islam

Nilai demokratis yang berasal dari Islam bersumber dari akar teologisnya. Inti dari keyakinan
Islam adalah pengakuan pada Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid, Monoteisme). Dalam keyakinan ini,
hanya Tuhanlah satu-satunya wujud yang pasti. Sikap pasrah kepada Tuhan, yang memutlakkan Tuhan
dan tidak pada sesuatu yang lain, menghendaki tatanan sosial terbuka, adil, dan demokratis (Madjid,
1992) Kelanjutan logis dari prinsip Tauhid adalah paham persamaan (kesederajatan) manusia dihadapan
Tuhan, yang melarang adanya perendahan martabat dan pemaksaan kehendak antar sesama manusia.
Seorang utusan Tuhan mendapat tugas hanya untuk menyampaikan kebenaran (tabligh) kepada umat
manusia, bukan untuk memaksakan kebenaran kepada mereka. Dengan prinsip persamaan manusia di
hadapan Tuhan itu, tiap-tiap manusia dimuliakan kehidupan, kehormatan, hak-hak, dan kebebasannya
yang dengan kebebasan pribadinya itu manusia menjadi makhluk moral yang harus bertanggung jawab
atas pilihan - pilihannya. Dengan prinsip persamaan, manusia juga didorong menjadi makhluk sosial yang
menjalin kerjasama dan persaudaraan untuk mengatasi kesenjangan dan meningkatkan mutu kehidupan
bersama (Latif, 2011). Sejarah nilai-nilai demokratis sebagai pancaran prinsip-prisip Tauhid itu
dicontohkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. sejak awal pertumbuhan komunitas politik Islam di Madinah.

3. Sumber Nilai yang Berasal dari Barat

Masyarakat Barat (Eropa) mempunyai akar demokrasi yang panjang. Pusat pertumbuhan
demokrasi terpenting di Yunani adalah kota Athena, yang sering dirujuk sebagai contoh pelaksanaan
demokrasi patisipatif dalam negara-kota sekitar abad ke-5 SM. Selanjutnya muncul pula praktik
pemerintahan sejenis di Romawi, tepatnya di kota Roma (talia), yakni sistem pemerintahan republik.
Model pemerintahan demokratis model Athena dan Roma ini kemudian menyebar ke kotakota lain
sekitamya, seperti Florence dan Venice. Model demokrasi ini mengalami kemunduran sejak kejatuhan
Imperium Romawi sekitar abad ke-5 M, bangkit sebentar di beberapa kota di Italia sekitar abad ke-11 M
kemudian lenyap pada akhir "zaman pertengahan" Eropa. Setidaknya sejak petengahan 1300 M, karena
kemunduran ekonomi, korupsi dan peperangan, pemerintahan demokratis di Eropa digantikan oleh
sistem pemerintahan otoriter (Dahl, 1992). Pemikiran-pemikiran humanisme dan demokrasi mulai
bangkit lagi di Eropa pada masa Renaissance (sekitar abad ke-14- 17 M), setelah memperoleh stimuls
baru, antara lain, dari peradaban Islam. Tonggak penting dari era Renaissance yang mendorong
kebangkitan kembali demokrasi di Eropa adalah gerakan Reformasi Protestan sejak 1517 hingga
tercapainya kesepakatan Whestphalia pada 1648, yang meletakan prinsip co-existence dalam hubungan
agama dan Negara-yang membuka jalan bagi kebangkitan Negara-bangsa (nation-state) dan tatanan
kehidupan politik yang lebih demokratis.
PERTEMUAN 8
INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

1. Pengertian Negara Hukum

negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel).
Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli
hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo-Saxon
menggunakan istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan
dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno, 2007).

2. Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum danPrinsip-Prinsipnya

Negara Indonesia adalah negara hukum. Demikian bunyi Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945. Yang
dimaksud negara hukum merupakan negara yang di dalamnya terdapat banyak sekali aspek peraturan-
peraturan yang bersifat memaksa dan mempunyai sanksi tegas jika dilanggar. Maka, arti Indonesia
menjadi negara hukum merupakan segala aspek kehidupan pada wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus didasarkan dalam aturan dan segala produk perundang-undangan serta turunannya
yang berlaku pada daerah NKRI. Negara aturan sendiri berdiri di atas hukum yang mengklaim keadilan
bagi seluruh masyarakat negara. Untuk Indonesia, negara aturan didasarkan dalam nilai-nilai Pancasila
yang adalah etos bangsa dan sumber berdasarkan segala sumber hukum. Adapun produk turunan
undang-undang dapat berupa Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Instruksi Presiden, Peraturan
Daerah, Peraturan Gubernur, dan berbagai peraturan lainnya. Hukum di Indonesia harus dilandasi
dengan semangat menegakkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan
sebagaimana yang terkandung dalam Pancasila.

Prinsip-prinsip negara hukum pada Indonesia. Negara hukum Indonesia menurut Undang-Undang Dasar
1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

1.) Norma hukumnya bersumber pada Pancasila menjadi dasar dan adanya hierarki jenjang
kebiasaanhukum.
2.) Sistem konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya membentuk kesatuan sistematuran.

3.) Kedaulatan masyarakat atau prinsip demokrasi. Hal ini tampak pada Pembukaan UUD 1945:
“kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan” dan Pasal 1A
ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945: “kedaulatan berada pada tangan rakyat dan dilaksanakan
berdasarkan undang-undangdasar.”

4.) Prinsip persamaan kedudukan pada aturan dan pemerintahan (Pasal 27A ayat (1) UUD1945).

5.) Adanya organ pembentuk undang-undang (DPR danPresiden).

6.) Sistem pemerintahannya adalahpresidensiil.

7.) Kekuasaan kehakiman yang bebas berdasarkan kekuasaan lain(eksekutif).

8.) Hukum bertujuan melindungi buat melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang dari kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilansosial.

9.) Adanya jaminan akan hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28A - 28J UUD1945).

3. Hubungan Negara Hukum dengan HAM

Hak Asasi Manusia adalah suatu hak fundemental yang dimiliki manusia yang merekat pada
seseorang dari lahir, HAM tersebut juga tidak dapat dirampas dan dicabut keberadaannya selain itu
untuk kehormatan, HAM juga harus dihargai, dipelihara, dan dijaga oleh negara, hukum, pemerintah
dan semua orang. Hubungan antara HAM dan negara hukum sangat erat dan saling berhubungan serta
tidak dapat dipisahkan karena suatu hukum berfungsi untuk melindungi hak asasi manusia itu, selain itu
semua perilaku manusia disuatu negara selalu berdasarkan hukum. Semua hak terikat oleh hukum dan
ada bukti bahwa hukum yang mengikatnya. Sebagai warga negara kita harus mengetahui pentingnya
hubungan HAM dengan hukum yang mengatur agar dapat terhindar dari pelanggaran HAM. Metode
yang diterapkan yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bukti bahwa hukum sangat berpengaruh dan penting dalam penegakan HAM, hal ini karena
hukum sebagai penunjang dan mengikat setiap orang serta memberikan sanksi bagi yang melanggarnya,
sehingga adanya hubungan antara rule of law dengan HAM sangat jelas. Setiap individu membutuhkan
hak asasinya dengan adanya kepastian hukum. Di dalam hukum terhadapat pengaturan tentang hak,
dan dalam hak manusia tertulis perlindungan hukumnya. Jadi hubungan keduannya berhubungan satu
sama lain dan saling melengkapi. Untuk itu, kita harus memahami relevansi HAM dan hukum agar kita
juga dapat terhindar dari pelanggaran HAM.
PERTEMUAN 9

PENEGAKKAN HAK AZASI MANUSIA

1. Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional

Sesuai dengan UUD 1945, negara (termasuk di dalamnya Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya) dalam melaksanakan tindakantindakannya harus dilandasi oleh peraturan hukum
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Negara bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan dan kecerdasan seluruh warganya. Sifat dari negara hukum dapat terlihat jika alat-alat
perlengkapan negara bertindak sesuai dengan aturan hukum yangberlaku.

Negara hukum mempunyai ciri sebagai berikut:

1.) Pengakuan dan perlindungan HAM;

2.) Peradilan yang bebas dan tidak memihak;

3.) Didasarkan pada rule of law (Budiardjo,1989:57).

Jadi, dalam negara hukum harus ada jaminan dan perlindungan HAM yang didasarkan pada ketentuan-
ketentuan hukum dan bukan berdasarkan kemauan pribadi atau kelompok. Di dalam Undang-Undang
Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999 ditegaskan dalam Pasal 4 sebagai berikut:

“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut berdasarkan hukum yang berlaku surut adalah hak asasi yang tak
dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”. (UU No.39 Tahun1999).

Dilihat dari kebijakan pemerintah, sejak 1993 perhatian terhadap HAM sudah tampak. Misalnya, dalam
GBHN maupun pelembagaan HAM melalui Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993. Pada tahun 1998 Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia (RAN HAM) dicanangkan melalui Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998, yang
kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004. Langkah-langkah ini
kemudian diikuti dengan ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1998 dan Konvensi Anti Diskriminasi Ras melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999.

2. Penegakkan dan Perlindungan HAM di indonesia

Negara Indonesia adalah negara hukum yang selalu menjunjung tinggi keadilan dan juga
kepastian hukum bagi seluruh masyarakatnya. Hukum diciptakan untuk mengendalikan dan
mentertibkan masyarakat serta agar masing-masing subjek hukum dapat menjalankan kewajibannya
dengan baik dan mendapatkan haknya. Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum
dibagi menjadi dua yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum respresif.
Perlindungan hukum preventif bertujuan agar mencegah adanya sengketa. Perlindungan hukum represif
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Penegakan hukum yaitu proses yang dilakukan agar tegak dan berfungsinya norma-norma
hukum dalam kenyataan sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hukum harus ditegakkan karena nilai-nilai keadilan yang
terkandung di dalamnya sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Penegakan dan perlindungan
tentang hak asasi manusia di Indonesia sangatlah penting bagi rakyatnya, karena hak asasi manusia
berkaitan dengan harkat dan martabat manusia sebagai manusia seutuhnya. Hak asasi manusia di
Indonesia sangat berhubungan berat dengan landasan negara Indonesia yaitu pancasila, yang mana
tercantum dalam sila ke- dua. Hak asasi manusia di negara Indonesia sangat dijunjung tinggi, karena
merupakan salah satu ciri dari negara Indonesia sebagai negara hukum yang selalu menjaga harkat dan
martabat dari rakyat Indonesia. Oleh karena itu, penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia sangat
dijaga dan dijunjungtinggi.

Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemajuan pada tanggal
06 Nomber 2000, di mana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-undang Nomor 26
Tahun 2000 mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) yang diundangkan pada tanggal 23
November 2000. Undang-undang ini menjadi dasar adanya pengadilan hak asasi manusia yang
berwenang mengadili para pelaku pelanggaran hak asasi manusia berat. Undang- undang ini mengatur
tentang beberapa kekhususan atau pengaturan yang berbeda dengan pengaturan dalam hukum acara
pidana, perbedaan ini di mulai dari tahap penyelidikan oleh Komnas HAM, sampai pengaturan tentang
majelis hakim yang komposisinya berbeda dengan pengadilan pengadilan biasa.

Penegakan hak asasi manusia diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999. Dalam
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 di dalamnya terdapat hak dasar manusia yang dijelaskan
terperinci dalam BAB III dengan judul HAM dan dasar kebebasan dasar manusia dalam Pasal 9 - 66.
Permasalahan hak asasi manusia sebagai pembangunan sosial juga telah diatur oleh pemerintah yang
mana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005.

3. Penegakkan dan Perlindungan HAM Sebagai Perwujudan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pancasila adalah landasan dari negara Indonesia yang menjadi dasar dari cita- cita bangsa
Indonesia untuk meraih tujuan negara. Nilai-nilai dalam sila-sila pancasila lahir dan tumbuh dalam
kepribadian bangsa Indonesia yang merupakan perwujudan dari adanya budaya dan tradisi masyarakat
Indonesia. Pancasila dalam setiap silanya mengandung nilai-nilai luhur yang patut dijunjung tinggi oleh
bangsa dan masyarkat Indonesia.

Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti tentang kesadaran dan sikap serta
perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama berdasarkan atas tuntutan mutlak dari
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Perwujudan nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah pengakuan hak asasi manusia, yang mana manusia harus diakui dan
diperlakukan sebagaimana manusia seutuhnya sesuai dengan harkat dan martbatnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Lestari dan Arifin, 2019).

Hak asasi manusia sebagai perwujudan sila yang kedua menempatkan manusia pada mana ia
harus mendapatkan kedudukan yang sama terutama di bidang hukum, karena negara Indonesia
merupakan negara hukum. Seperti apa yang dijelaskan, sebagai negara hukum hak asasi manusia sangat
dihargai dan Perlu ditegakkan di dalam pelaksanaan kenegaraan. Penegakan hak asasi manusia apabila
terealisasi akan mewujudkan nilai dari sila yang kedua. Apabila penegakan hak asasi manusia terealisasi
maka kehidupan masyarakat Indonesia dapat dipastikan akan sejahtera dan tidak akan ada keresahan
yang timbul karena adanya pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini selaras dengan apa yang telah di
bahas dalam Pasal 28A - 28J, bahwa terdapat semua hakhak dasar manusia sebagai manusia seutuhnya
(Lestari dan Arifin,2019).

Penegakan hak asasi manusia merupakan perwujudan dari sila kemanusiaan yang beradap yang
memberikan kesamaan perlakuan dan harkat martabat kepada semua masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali, tanpa melihat apa jabatan, apa warna kulit, apa agamanya, dan masih banyak lagi.
Penegakan hak asasi manusia dapat ditegakkan dengan diperkuatnya karakter rakyat sebagai faktor
penting penegakan hak asasi manusia di Indonesia dengan nilai-nilai sila Pancasila. Apabila ditelaah lebih
secara lebih dalam hak asasi manusia dapat tercermin dalam setiap nilai-nilai dari sila-sila pancasila.
Mulai dari kebebasan memluk agama, hak untuk mendapatkan kehormatan dari manusia lainnya, hak
untuk ikut mepersatukan bangsa, hak untuk kebebasan mengemukakan pendapat dan juga hak untuk
mendapatkan keadilan tanpa terkecuali. Apabila penegakan hukum hak asasi manusia di Indonesia tidak
ditegakkan kekacauan akan terjadi dimana-mana, dan juga tidak akan adanya peri kemanusiaan yang
dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.
PERTEMUAN 10
WAWASAN NUSANTARA

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Latar belakang muculnya konsep Wawasan Nusantara adalah karakteristik wilayah Nusantara
sebagai suatu wilayah Negara yang berasaskan Negara kepualauan. Konsep Negara kepulauan pada
awalnya dianggap asing oleh kebanyakan Negara di dunia ini, namun melalui usaha yang gigih dan
konsisten, pada akhirnya Konsepsi Negara Kepulauan diakui oleh Banyak Negara dalam Konvensi Hukum
Laut Internasional di akui sebagai bagian ciri khas tersendiri dari yurisdiksi suatu Negara, meliputi laut
terotorial, perairan pedalaman, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen.

Jadi, Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa mengenai diri dan lingkungan
yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan tujuan
mencapai tujuan nasional.

Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan
indrawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang berarti memandang, meninjau, atau melihat, atau
cara melihat. Sedangkan istilah nusantara berasal dari kata ‘nusa’ yang berarti diapit diantara dua hal.
Istilah nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau
Indonesia yang terletak diantara samudra Pasifik dan samudra Indonesia, serta diantara benua Asia dan
benua Australia.

Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan
kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya. Sedangkan wawasan
nusantara memiliki arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang
menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-citanasionalnya.

2. Faktor Kewilayahan yang Mempengaruhi WawasanNusantara

a) Asas Kepulauan ( Archipelagic Principle )


Kata ‘archipelago’ dan ‘archipelagic’ berasal dari kata Italia ‘archipelagos’.Akar katanya adalah
‘archi’ berarti terpenting, terutama, dan pelagos berarti laut atau wilayah lautan. Jadi, archipelagic dapat
diartikan sebagai lautan terpenting.Istilah archipelago antara lain terdapat dalam naskah resmi
perjanjian antara Republik Venezza dan Michael Palaleogus pada pada tahun 1268.

b) Kepulauan Indonesia

Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlandsch Oost Indishe
Archipelago.Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah negara Republik
Indonesia.Bangsa Indonesia sangat mencintai nama ‘ Indonesia’ meskipun bukan dari bahasanya sendiri,
tetapi ciptaan orang berat. Nama Indonesia mengandung arti yang tepat, yaitu kepulauan India.Dalam
bahasa Yunani “ Indo” berarti India dan “nesos”berarti pulau.Indonesia mengandung makna spiritual,
yang di dalamnya terasa ada jiwa perjuangan menuju cita-cita luhur, negara kesatuan, kemerdekaan dan
kebesaran.Sebutan “Indonesia” merupakan ciptaan ilmuan J.R. Logan dalam Journal of the Indian
Archipelago and East Asia (1850).Sir W.E.Maxwell, seorang ahli hukum, juga memakai dalam
kegemarannya mempelajari rumpun Melayu.Melalui “perhimpunan Indonesia”yang sering menggunkan
kata “Indonesia” di Belanda hingga akhirnya melalui peringatan Sumpah Pemuda tahun 1928 nama
Indonesia telah digunakan setelah sebelumnya Nederlandsch Oost Indie.Kemudian sejak proklamasi
kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Indonesia menjadi nama resmi negara dan bangsa Indonesia sampai
sekarang.

c) Konsepsi tentang Wilayah Lautan

Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa mengenai pemilikan dan penggunaan
wilayah laut sebagai berikut :

1. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.

2. Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak dapat dimiliki
oleh masing-masing negara.

3. Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.

4. Mare Clausum ( The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan bahwa laut sepanjang laut saja yang
dapat dimiliki oleh suatu negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu itu kira- kira 3 mil).

5. Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar dalam Konvensi PBB
tentang hukum laut.

Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indnesia sebagai negara kepulauan memiliki
Laut Toritorial, Perairan Pedalaman, Zone Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen.

d) Karakteristik Wilayah Nusantara

Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan benua Australia
dan diantara samudra Pasifik dan samudra Indonesia, yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupu
kecil.Jumlah pulau yang sudah memiliki nama adalah 6.044 buah. Kepulauan Indonesia terletak pada
batas-batas astronomi sebagai berikut :

Utara : ± 6° 08’ LU

Selatan : ± 11° 15’ LS

Barat : ± 94° 45’ BT

Timur : ± 141° 05’BT

Jarak utara – selatan sekitar 1.888 Kilometer, sedangakan jarak barat – timur sekitar 5.110 Kilometer.Bila
diproyesikan pada peta benua Eropa, maka jarak barat – timur tersebut sama dengan jark antara London
(Inggris) dan Ankara (Turki).Bila diproyeksikan pada peta Amerika Serikat, maka jarak tersebut sama
dengan jarak antara pantai barat dan pantai timur Amerika Serikat. Luas wilayah Indonesia seluruhnya
adalah 5. 193.250 km2,yang terdiri dari daratan seluas 2. 027. 087 km2dan perairan 127 3. 166. 163
km2. Luas wilayah daratan Indonesia jika dibandingkan dengan negara – negara Asia Tenggara
merupakan yang terluas.

3. Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia meliputi tanah (daratan) dan air (lautan) serta udara di
atasnya.

1.) Wilayah Daratan

Wilayah daratan adalah daerah di permukaan bumi dalam batas-batas tertentu dan di dalam t anah
permukaan bumi. Untuk menentukan batas wilayah daratan biasanya dilakukan dengan negara-negara
yang berbatasan darat. Batas-batas dapat dibuat dengan sengaja atau dapat pula ditandai dengan
benda-benda alam, seperti gunung, hutan, dan sungai. Indonesia memiliki wilayah daratan yang
berbatasan dengan Malaysia (Serawak dan Sabah), Papua Nugini, dan Timor Leste.

2.) Wilayah Perairan

Wilayah Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan dan perairan
pedalaman. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut yang diukur dari
garis pangkal kepulauan Indonesia. Perairan kepulauan Indonesia adalah semua perairan yang terletak
pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari
pantai. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air
rendah dari pantai- pantai Indonesia, termasuk ke dalamnya semua bagian dari perairan yang terletak
pada sisi darat dari suatu garis penutup. Penentuan batas perairan khususnya yang berbatasan dengan
negara tetangga dilakukan dengan perjanjian bilateral. Contoh; Indonesia dengan Malaysia, Indonesia
dengan Filipina.
3.) Wilayah Udara

Wilayah udara adalah wilayah yang berada di atas wilayah daratan dan lautan (perairan) negara itu.
Dalam menentukan seberapa jauh kedaulatan negara terhadap wilayah udara di atasnya, terdapat
banyak aliran atau teori. Batas udara wilayah Indonesia ditentukan oleh garis tegak lurus 90o yang
ditarik dari batas wilayah daratan danperairan.

3. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara

3 (tiga) unsur penting Wawasan Nusantara yaitu, unsur wadah, unsur isi dan tata laku.

1.) Wadah

Wawasan Nusantara sebagai wadah meliputi tiga komponen yaitu:

a. Wujud wilayah

Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang didalamnya terdapat gugusan ribuan
pulau yang saling dihubungkan oleh dalamnya perairan. Baik laut maupun selat serta di atasnya
merupakan satu kesatuan ruang wilayah. Oleh karena itu nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan
serta dihubungkan oleh perairan dalamnya.

b. Tata Inti Organisasi

Bagi Indonesia, tat inti organiasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk dan
kedaulatan negara, kekuasaan pemerintahan, sistem pemerintahan dan sistem perwakilan. Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Kedaulatan berada di tangan rakyat yang
dilaksanakan menurut Undang-Undang.

c. Tata Kelengkapan Organisasi

Tata kelengkapan organisai adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang harus dimiliki oleh
seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan organnisasi masyarakat, kalangan pers serta
seluruh aparatur negara.

2.) Isi wawasan Nusantara.

Isi Wawasan Nusantara tercermin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesia dalam eksistensinya
yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu.

a. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam pembukaan UUD 1945 yang meliputi: (1) Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, (2) Rakyat Indonesia yang berkehidupan
kebangsaan yng bebas, dan (3) Pemerintaahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesiadan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh menyeluruh yang
meliputi: (1) Satu kesatuan wilayah Nusantra yang mencakup daratan, perairan dan digantara secara
terpadu, (2) Satu kesatuan politik, dalam arti UUD dan politik peelaksanaannyaserta satu ideologi dan
identitas nasional, (3) Satu kesatuan sosial budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat Indonesia
atas dasar “BhinekaTunggal Ika”, satu tertib sosil dan satu tertib hukum. Satu kesatuan ekonomi dengan
berdasarkan atas asas usaha bersama dan asas kekelurgaan dalam satu sistem ekonomi kerakyatan, (4)
Satu kesatuan pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata), fdan (5) Satu kesatuan
kebijakan nasional dalam arti pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya yang mencakup aspek
kehidupan nasional.

3.) Tata Laku Wawasan Nusantara

Tata laku wawasan nusantara mencakup 2 (dua) segi, yaitu batiniah dan lahiriah.

a. Tata laku batiniah berdasarkan falsafah bangsa yang membentuk sikap mental bangsa yang memilki
kekuatan batin.

b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan kata dan karya,
keterpaduan pembicaraan, pelaksanaan, pengawasan dan pengadilan.
PERTEMUAN 11

GEOPOLITIK INDONESIA DALAM WUJUD WAWASAN NUSANTARA

1. Konsepsi Geopolitik

Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederic Ratzel (1844-1904) sebagai ilmu bumi politik
(Political Geogrephy). Istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh sarjaan ilmu politik Swedia,
Rudolph Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1964) dari Jerman menjadi Geographical Politic
dan disingkat Geopolitik. Perbedaan dari dua istilah di atas terletak pada titik perhatian dan tekanannya,
apakah pada bidang geografi ataukah politik. Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari
fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari
aspekgeografi.

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang
menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri
sendiri atau negara; dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum warga negara
suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195).

Sebagai acuan bersama, geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap
kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu bumi politik (political geography), Rudolf Kjellen menyebut
geographical politic dan disingkat geopolitik.

Teori Geopolitik

1. Teori Geopolitik Friedrich Ratzel

Pokok-pokok teori Ratzel, disebut Teori Ruang, menyebutkan bahwa:

a. Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme (makhluk hidup), yang memerlukan
ruang hidup (lebensraum) cukup agar dapat tumbuh dengan subur melalui proses lahir, tumbuh,
berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan mati.
b. Kekuatan suatu negara harus mampu mewadahi pertumbuhannya.

c. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam di
mana hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup.

d. Apabila ruang hidup negara sudah tidak dapat memenuhi keperluan, ruang itu dapat diperluas
dengan mengubah batas-batas negara baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau perang.

2. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen

Pokok-pokok teori Kjellen dengan tegas menyatakan bahwa negara dalam sudut pandang geopolitik
adalah suatu organisme hidup.

3. Teori Geopolitik Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan

Pokok teori kedua ahli tersebut menganut "konsep kekuatan maritim" dan mencetuskan Wawasan
Bahari, yaitu kekuatan di lautan.

4. Teori Geopolitik William Mitchell, Albert Saversky, Giulio Douhet, dan John Frederick Charles Fuller

Keempat ahli geopolitik ini melahirkan teori Wawasan Dirgantara, yaitu kekuatan di udara.

5. Teori Geopolitik Sir Halford Mackinder

Pokok teori Mackinder menganut "konsep kekuatan darat" dan mencetuskan Wawasan Benua.

1.2. Teori Kekuasaan dan Geopolitik Indonesia

Ajaran Wawasan Nasional indonesia dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional secara
universal. Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh Paham Kekuasaan bangsa Indonesia dan
Geopolitik Indonesia.

a. Paham Kekuasaan bangsa Indonesia

Menganut paham tentang “perang dan damai” yaitu : “Bangsa Indonesia cinta damai, tetapi
lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatannya”. Artinya bahwa hidup di antara sesama warga bangsa dan
bersama bangsa lain di dunia merupakan kondisi yang terus menerus perlu diupayakan. Sedangkan
penggunaan kekuatan nasional dalam wujud perang hanyalah digunakan untuk mempertahankan
kemerdekaan, kedaulatan, martabat bangsa dan integritas nasional, serta sedapat mungkin diusahakan
agar wilayah nasional tidak menjadi ajang perang.

b. Paham Geopolitik Indonesia

Pemahaman tentang negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu paham yang
dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman archipelago di negara-
negara Barat pada umumnya. Menurut paham Barat, laut berperan sebagai ‘pemisah” pulau.
Sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah “penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu
kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut “Negara Kepulauan”.

1.3. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia

Geopolitik bertumpu pada geografi sosial (hukum geografis), mengenai situasi, kondisi, atau
konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi
suatuNegara. Sebagai Negara kepulauan, dengan masyarakat yang berbhinneka, Negara Indonesia
memiliki unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan
geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada wujud
kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air,
sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara ini. Dorongan kuat untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan Indonesia tercermin pada momentum sumpah pemuda tahun 1928 dan
kemudian dilanjutkan dengan perjuangan kemerdekaan yang puncaknya terjadi pada saat proklamasi
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilainilai Ketuhanan dan Kemanusiaan
yang luhur dengan jelas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. bangsa Indonesia adalah bangsa yang
cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdeklaan. Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan,
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan.

Konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas geopolitik bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki
pandangan sendiri mengenai wilayah yang dikaitkan dengan politik/kekuasaan. Wawasan Nusantara
sebagai wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik bangsa Indonesia
(HAN, Sobana : 2005). Wawasan Nusantara dapat dikatakan sebagai penerapan teori geopolitik dari
bangsa Indonesia. (Chaidir Basrie : 2002).

2. Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara

adanya konsepsi Wawasan Nusantara wilayah Indonesia menjadi sangat luas dengan beragam isi
flora, fauna, serta penduduk yang mendiami wilayah itu. Namun demikian, konsepsi wawasan nusantara
juga mengajak seluruh warga negara untuk memandang keluasan wilayah dan keragaman yang ada di
dalamnya sebagai satu kesatuan. Kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan
dalam kehidupan bernegara merupakan satukesatuan.

Luas wilayah Indonesia tentu memberikan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mengelolanya. Hal ini
dikarenakan luas wilayah memunculkan potensi ancaman dan sebaliknya memiliki potensi keunggulan
dan kemanfaatan. Anda secara kelompok telah mengidentifikasi potensi positif dan negatif dari wilayah
Indonesia yang berciri nusantara.

2.1 Esensi dan Urgensi Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara yang pada awalnya sebagai konsepsi kewilayahan berkembang menjadi
konsepsi kebangsaan. Artinya wawasan nusantara tidak hanya berpandangan keutuhan wilayah, tetapi
juga persatuan bangsa. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang heterogen. Heterogenitas bangsa
ditandai dengan keragaman suku, agama, ras, dan kebudayaan.

Konsep Wawasan Nusantara menciptakan pandangan bahwa Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah
merupakan satu kesatuan politik, sosial- budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Atau
dengan kata lain perwujudan wawasan nusantara sebagai satu kesatuan politik, sosial-budaya, ekonomi
dan pertahanan dan keamanan. Pandangan demikian penting sebagai landasan visional bangsa
Indonesia terutama dalam melaksanakan pembangunan.

2.2. Implementasi wawasan Nusantara

Wawasan nusantara yang dimiliki bangsa Indonesia memberikan pembahruan dan perkembangan di
segala bidang yang ada. Ini diwujudkn dalam implementasi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia
yang memiliki beragam macam budaya, adat istiada, bahasa, agama, masyarakat yang majemuk dan
heterogen.

1. implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim penyelenggaraan
negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat, aspiratif,
dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.

2. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi
yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata. Di samping itu, implementasi wawasan nusantara pada asepek ekonomi
mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan
masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

3. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah
dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan.
Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu
tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan
status sosialnya.

4. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan akan menumbuhkan
kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap
warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi
modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menghadapi
setiap bentuk ancaman.
PERTEMUAN 12

URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI INDONESIA DALAM
MEMBANGUN KOMITMEN KOLEKTIF KEBANGSAAN

1. Pengertian dan Konsep Ketahanan Nasional dan Bela Negara

1.1. Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional (Tannas) adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia, yang berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin
identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta untuk mencapai perjuangan
nasionalnya (Suradinata, 2005: 47).

Dalam pengertian tersebut, ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus
diwujudkan. Kondisi tersebut harus terus diusahakan sejak dini, dibina dan bisa dimulai dari pribadi,
keluarga, lingkungan, daerah, dan nasional. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional adalah
konsep geostrategi Indonesia.

1.2. Konsepsi Ketahanan Nasional

Konsepsi Ketahanan Nasional adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui


pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang serasi, selaras dalam seluruh
aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan
wawasan nusantara. Dengan kata lain, konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman (sarana)
untuk meningkatkan (metode) keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan (Soemarsono,
dkk, 2001:106).

1.3. Pengertian Bela Negara


Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan istilah “bela” sebagai menjaga baik-baik,
memelihara, merawat, melepaskan dari bahaya, memihak untuk melindungi dan mempertahankan
sesuatu. Sesuatu yang harus dijaga, dipelihara, dirawat, dilindungi dan dipertahankan dalam konteks ini
adalah negara. Tegasnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Dengan demikian “membela negara” dapat diartikan sebagai
menjaga, memelihara, melindungi dan mempertahankan eksistensi negara bahkan melepaskannya dari
bahaya. Kemudian muncul pertanyaan: “Mengapa negara harus dibela?” Jawabannya sederhana, yaitu
karena negara sebagai kesatuan politik masyarakat memegang peran dan fungsi yang sangat besar dan
penting bagi setiap dan segenap warganya dalam kerangka pengembangan dirinya sebagai manusia
maupun sebagai bangsa.

2. Sifat Ketahanan Nasional dan Nilai Bela Negara

2.1. Sifat Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat dalam landasan Asas-
asas,yaitu:

a.) Mandiri

Kertahanan nasional adalah untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri dan kekuatan dengan
keuletan dan ketangguhan tanpa mudah mengundurkan diri dan menjaga nilai-nilai identitas, integritas
dan identitas nasional. Independence juga berarti memiliki kemampuan untuk bertindak dan berpikir
bahwa lebih dewasa dan bisa bertanggung jawab untuk setiap tindakan.

b.) Dinamis

Kertahanan nasional tidak tetap, tetapi dinamis atau dapat ditingkatkan atau menurun tergantung pada
situasi dan kondisi bangsa dan negara dan kondisi lingkungan strategis yang terjadi.

c.) Wibawa

Keberhasilan sistem keamanan nasional Indonesia yang tangguh, kuat dan tangguh dalam terus
menerus, berkelanjutan dan seimbang akan meningkatkan kemampuan bangsa dan kekuatan yang
dapat menjadi perhatian orang lain. Semakin tinggi dan kuat pertahanan nasional Indonesia.

d.) Konsultasi dan kerjasama

Konsep ketahanan tidak nasioanal menempatkan konfrontasi dan sikap antagonis, tidak mengandalkan
kekuasaan dan kekuatan fisik semata-mata untuk keuntungan mereka sendiri, tetapi lebih pada sikap
konsultatif dan kerjasama dan saling menghormati, menghargai dan mengandalkan kekuatan
kepribadian moral dan bangsa.

2.2. Nilai-nilai Bela Negara

Nilai nilai bela negara harus dimiliki oleh warga negara Indonesia nilai nilai tersebut seperti:
1.) Cinta Tanah Air

2.) Sadar Berbangsa dan Bernegara

3.) Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara

4.) Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara

5.) Mempunyai Kemampuan awal Bela Negara

6.) Semangat untuk Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil dan Makmur.

3. Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela Negara

Pengalaman sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan pada kita pada, konsep ketahanan
nasional kita terbukti mampu menangkal berbagai bentuk ancaman sehingga tidak berujung pada
kehancuran bangsa atau berakhirnya NKRI. Namun demikian, seperti halnya kehidupan individual yang
terus berkembang, kehidupan berbangsa juga mengalami perubahan, perkembangan, dan dinamika
yang terus menerus. Ketahanan nasional Indonesia akan selalu menghadapi aneka tantangan dan
ancaman yang terus berubah. Ketahanan nasional sebagai kondisi, salah satu wajah Tannas, akan selalu
menunjukkan dinamika sejalan dengan keadaan atau obyektif yang ada di masyarakat kita.

4. Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara

4.1. Esensi Urgensi Ketahanan Nasional

Esensi dari ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki bangsa dan
negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin luas dan
kompleks. Jadi bisa disimpulkan Esensi dan urgensi ketahanan nasional dan bela negara adalah
terlibatnya seluruh elemen bangsa dan negara dalam menghadapi beragam ancaman. Hal ini karena
tanpa keterlibatan tersebut, negara akan kehilangan salah satu unsur pentingnya. Alasan lainnya adalah
tak kerap ancaman yang datang justru menyasar setiap individu dari sebuah bangsa, bukan negara
secara umum.

4.2.Esensi Bela Negara

Wujud bela negara adalah kesiapan menjadi warga negara yang baik, mematuhi semua
peraturan perundang-udangan, dan berperan dalam mengawasi jika terjadi penyimpangan. Sikap-sikap
yang menunjukkan rasa cintanya terhadap tanah air seperti memakai produk-produk dalam negeri,
tekun belajar, serta menjaga dan mengenali lingkungan termasuk pengaplikasian bela negara dalam
kehidupan sehari-hari.

unsur-unsur bela negara, yaitu cinta tanah air, kesadaran berbangsa, yakin akan pancasila sebagai
ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal bela negara.
Unsur pertama sampai keempat merupakan unsur yang menjadi wilayah kewenangan masyarakat,
sedangkan unsur kelima merupakan kewenangan kementerian pertahanan. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat luas memiliki wewenang dalam melakukan bela negara.

PERTEMUAN 13

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI RADIKALISME

1. Gerakan Terorisme

Terorisme lahir sejak ribuan tahun silam. Dalam sejarah Yunani kuno, seorang Xenophon (430 –
439 SM) menggunakan psycological warfare sebagai usaha untuk memperlemah lawan. Pada abad 19
dan menjelang perang Dunia I, terorisme telah terjadi hampir di seluruh dunia, seperti penganut anarkhi
di Eropa Barat, Rusia, dan Amerika Serikat. Para penganut ini percaya bahwa cara yang paling efektif
untuk melakukan revolusi politik dan sosial, dengan membunuh orang-orang yang berpengaruh atau
orang-orang yang berkuasa saat itu dengan senjata api atau bom.

Istilah teror dalam bahasa Perancis yaitu “Le Terreur”. Istilah ini digunakan para pejuang
Revolusi Perancis atas tindakan anarkis, kebuasan atau pembunuhan yang dilakukan secara sewenang-
wenang ketika berlangsung Revolusi Perancis pada tahun 1793 -1794. Sedangkan terorisme adalah
usaha-usaha atau aktivitas untuk menciptakan rasa takut yang mendalam melalui upaya-upaya
pembunuhan, penculikan, pemboman, dan tindakan kejahatan terhadap kemanusian (crime against
humanity). Karena setiap aksi terorisme adalah merupakan tindakan yang melanggar hak-hak asasi
manusia (human right).

2. Pengertian Radikalisme

Radikalisme adalah perubahan sosial melalui kekerasan, yang meyakinkan dengan tujuan yang dianggap
benar, tetapi digunakan dengan cara yang salah. Radikalisme dalam arti linguistik berarti paham atau
aliran, harapan untuk mengubah atau memperbarui masyarakat dan politik melalui kekerasan atau cara-
cara drastis.

Dalam arti lain, esensi aktivisme adalah konsep sikap jiwa ketika melakukan perubahan. Radikalisme
berarti gerakan yang memiliki pandangan kuno dan sering menggunakan kekerasan untuk mengajarkan
keyakinannya. Di Indonesia, kebijakan nasional terkait penanganan radikalisme dan terorisme mendapat
perlawanan, terutama di kalangan militan, karena upaya pemberantasan kelompok militan hanya
didasarkan pada satu pendekatan, yaitu pendekatan keamanan.
3. Faktor Penyebab Muncul Radikalisme

Faktor-faktor penyebab munculnya radikalisme diantaranya:

1.) Faktor Sosial-Politik

Adanya pandangan yang salah atau salah kaprah mengenai suatu kelompok yang dianggap sebagai
kelompok radikalisme. Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan oleh
kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan diri
dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik. Dalam hal ini kaum radikalisme
memandang fakta historis bahwa kelompok tersebut tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga
menimbulkan perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi. Dengan membawa bahasa dan simbol
tertentu serta slogan-slogan agama, kaum radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan
mengggalang kekuatan untuk mencapai tujuan “mulia” dari politiknya.

2.) Faktor Kebijakan Pemerintah

Ketidakmampuan pemerintah untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan
kemarahan sebagian orang atau kelompok yang disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi
dari negera- negara besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah belum atau kurang dapat mencari akar yang
menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi
problematika sosial yang dihadapi umat. Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu
memojokkan menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan. Propaganda-
propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga
sebagian “ekstrim” yaitu perilaku radikal sebagai reaksi atas pemberitaan media.

3.) Faktor Emosi Keagamaan

Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan,
termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan
tertentu.Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama
(wahyu suci yang absolut) walaupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama
seperti dalih membela agama, jihad dan mati syahid. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi
keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan
subjektif.

4. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengatasi Radikalisme

Pendidikan Kewarganegaran yang merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib disampaikan
pada semua jenjang pendidikan berperan dalam mewujudkan warga negara yang baik (good
citizenship). Warga negara yang baik salah satunya adalah memberikan kontribusi secara konstruktif
kepada negara melalui bidangnya masing-masing bukan justru sebaliknya yaitu memberikan dampak
negatif terhadap keberlangsungan kehidupan bernegara dengan menyebarkan paham-paham radikal,
paham-paham sempit yang mengesampingkan kebhinnekaan bangsa Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dimuat dalam
kurikulum pendidikan pada semua satuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003, Pasal 37 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Visi mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan
watak bangsa, dan pemberdayaan warga Negara. Sedangkan misi mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni warga Negara yang sanggup
melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan bernegara, dilandasi oleh kesadaran politik,
kesadaran hukum dan moral.

PERTEMUAN 14

KORUPSI DAN ANTI-KORUPSI DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF KEILMUAN

1. Pengertian Korupsi

Berdasarkan definisi umum, definisi korupsi dan kutipan dari pendapat beberapa ahli, bahwa
kata “korupsi” berasal dari kata Latin “corruptio” (Andrea, 1951), atau “corruptus” (Webster Student
Dictionary: 1960). Juga, "corruptio" berasal dari kata Latin kuno "corrumpere". Dan dalam bahasa Inggris
dengan istilah “corruption”. Korupsi berasal dari Bahasa Latin, corruptio. Kata ini sendiri memiliki kata
kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, atau menyogok. Dapat
disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan memperkaya diri sendiri atau mengutamakan kepentingan
pribadi.

2. Faktor- Faktor Penyebab Korupsi

Disebutkan bahwa secara umum faktor penyebab korupsi bisa terjadi karena faktor politik,
hukum, ekonomi, dan organisasi. berikut ke-empat faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1.) Faktor Politik

Politik adalah salah satu akar penyebab korupsi. Hal ini terlihat ketika terjadi ketidakstabilan politik,
kepentingan politik para penguasa, dan bahkan ketika kekuasaan dimenangkan dan dipertahankan.
Perilaku korup seperti penyuapan atau money politic adalah hal biasa. korupsi politik meliputi
kecurangan pemilu bagi legislator dan pejabat pemerintah,pembiayaan wanprestasi yang digunakan
untuk menyelesaikan pembiayaan pemilu dan konflik parlemen dengan cara ilegal, dan teknik lobi yang
licik.

2.) Faktor Hukum

Faktor hukum dapat dilihat dari dua aspek, satu adalah tingkat legislatif, dan yang lainnya adalah mata
rantai yang lemah dalam penerapan hukum. Latar belakang hukum yang buruk, mudah ditemukan
dalam aturan yang diskriminatif dan tidak adil; tidak jelas dan tegas (no lex certa), sehingga terjadi
multitafsir; kontradiksi dan tumpang tindih dengan aturan lain (sama atau lebih tinggi). Sanksi yang tidak
setara dengan perbuatan yang dilarang, sehingga tidak memenuhi tujuan, dianggap terlalu ringan atau
terlalu kuat; menggunakan konsep yang berbeda untuk hal yang sama, yang kesemuanya
memungkinkan peraturan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga tidak ada fungsi maupun
tidak ada produktivitas, dan akan ada resistensi.

3.) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. terkait faktor ekonomi dan
terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa kemiskinan merupakan akar masalah korupsi.
Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang dilakukan oleh pemimpin Asia
dan Afrika, dan mereka tidak tergolong orang miskin.

4.) Faktor Organisasi

Organisasi dimaksud adalah organisasi dalam arti luas, dan termasuk sistem organisasi lingkungan
masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau korupsi seringkali mempromosikan korupsi
karena memberikan peluang atau peluang terjadinya korupsi. Jika organisasi tidak memberikan
kesempatan kepada siapa pun untuk korupsi, korupsi tidak akan terjadi. Pengendalian administratif
merupakan salah satu syarat terjadinya korupsi dalam suatu organisasi. Semakin longgar/lemah kontrol
administratif organisasi, semakin terbuka untuk praktik korupsi oleh anggota atau karyawannya.

3. Bentuk-Bentuk Korupsi dan Perilaku Koruptif

Bentuk bentuk korupsi dan perilaku koruptif diantaranya:

1. Kerugian Keuangan Negara

a.) Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
ataukorporasi.

b.) Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yangada.

2. Suap Menyuap

a.) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara dengan
maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya;

b.) Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan
dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya;

c.) Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut;

d.) Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji;
3. Penggelapan dalam Jabatan

a.) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-
daftar yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi;

b.) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan, merusakkan atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar yang digu- nakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya;

c.) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat,
atau daftar tersebut.

4. Pemerasan

a.) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

b.) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau
menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

c.) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau
menerima atau memotong pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas
umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
utang.

5. Perbuatan Curang

a.) Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan
yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;

b.) Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan bangunan, sengaja
membiarkan perbuatan curang.

6. Benturan Kepentingan dalamPengadaan


Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut
serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk
seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

7. Gratifikasi

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai