Anda di halaman 1dari 10

MENYUSUN ARTIKEL ILMIAH

KONSEP DASAR KEWARGANEGARAAN DAN DISIPLIN ILMU SOSIOLOGI


“KAJIAN DASAR DASAR KEWARGANEGARAN DAN DISIPLIN SOSIOLOGI
DALAM KEHIDUPAN DI MASYARAKAT”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas UTS Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial dengan
Dosen Pengampu:
Pro. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si.
Dr. Susan Fitriasari, M.Pd.
Nisrina Nurul Insani, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Reinal Muhtarizal Agnyawan (2107743)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
Pendahuluan

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015),  kewarganegaraan adalah


hubungan individu dengan negara. Kewarganegaraan menunjukan kebebasan dan warga
warga negara memiliki hak, tugas, dan tanggung jawab tertentu. Secara umum, warga negara
punya hak politik penuh. Hak untuk memilih dan memegang jabatan publik. Kajian dasar
Ilmu Kewarganegaran adalah ilmu pengetahuan, khususnya bidang ilmu politik. Menurut
Uundang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, PKn merupakan
usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan
dengan hubungan warga Negara serta pendidikan pendahulu bela Negara agar menjadi warga
Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara .

Pendidikan kewarganegaraan menjadi penting ketika pemerintah menetapkan PKn


menjadi salah satu mata pelajaran yang diwajibkan untuk dimuat dalam kurikulum sekolah.
Hal ini dilihat dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 yang antara lain mewajibkan isi
kurikulum memuat pendidikan kewargangaraan yang pada perinsipnya bertujuan membentuk
good citizenship dan menyiapkan warga Negara untuk masa depan. Hakikatnya pendidikan
kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
bagi warga Negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan
pelaksaan hak dan kewajiban dalam bela Negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas


yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan
terdidik. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan
dan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari warganegara
terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas,
tak mungkin terwujud.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga Negara sadar bela


Negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangan jati diri
dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa (Komaruddin H dan Azyumardi Azra, 2008:
5).
Secara umum sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
secara keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun
dinamis. Sosiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan ilmu umum artinya
sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi manusia, bukan
mempelajari ilmu dengan gejala khusus. Maka dari itu sosiologi mencakup segala aspek
dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat
dan selalu melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam penelitian ini peneliti
melihat dari sudut pandang sosiologi pendidikan.

Menurut Dr. Ellwood, “sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang
yang lain”1 Manusia dalam kehidupannya selalu mengalami proses belajar dan mempelajari
sesuatu. Di dalam proses tersebut setiap orang mempelajari orang lain baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka dari itu sosiologi pendidikan tidak lepas dari hubungan antara
individu sebagai aktor yang mempelajari lingkungan sosialnya.

Sasaran utama di dalam sosiologi pendidikan adalah peserta didik dan lingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam proses
belajar. Tidak hanya itu sosiologi pendidikan juga bersasaran pada lembaga-lembaga, baik
lembaga formal seperti sekolah atau lembaga non formal seperti keluarga dan lain-lain.

Kajian Dasar Kewarganegaran untuk menujuklan pembahasan kewarganegaraan


lebih menekankan pada orientasi segi keilmuan (teoritis) tentang warga negara yang baik.
Sementara itu, istilah PKn untuk menunjukkan upaya-upaya yang mengarah pada pembinaan
warga negara ke arah yang lebih baik (How a good citizen).

Dasar Ilmu Kewarganegaraan merupakan terjemahan dari civics. Ilmu


Kewarganegaraan merupakan disiplin ilmu yang mendeskripsikan peranan warga Negara
atau hak dan kewajiban warga Negara dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan
hankam dan tugas-tugas pemerintahan yang dilihatnya dari pendekatan yuridis formal dan
sosio-poliitis. Istilah PPKN merupakan civics education atau citizenship education atau
political education. PKn berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan warga negara (civic
intelegence), menumbuhkan partisipasi warga negara (civic participation) dan
mengembangkan tanggungjawab warganegara untuk bela negara (civic responsibility).
Warganegara yang cerdas diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi negara dan bangsanya.

Tujuan IKN Mendeskripsikan tentang peranan warga negara dalam berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara (demokrasi politik, ekonomi, dan sosial) sehingga
tergambar sifat-sifat kepribadian warga negara yang baik. Tujuannya lebih menekankan
untuk menghasilkan konsep dan teori yang terkait dengan gambaran warga negara yang baik.

IKN sebagai disiplin ilmu, maka tujuannya lebih bersifat teoretis daripada praktis.
Tujuan yang hendak dicapai IKN adalah mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori
mengenai peranan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan kata lain, demokrasi politik, hak dan kewajiban warga negara, dan kegiatan dasar
manusia (seperti: ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain) diorganisir secara ilmiah
untuk memperkaya disiplin IKN.

Membina peranan warga Negara sebagaimana yang digambarkan, dalam upaya


membentuk warga Negara yang baik. Ada beberapa kriteria tentang warga Negara yaitu
digambarkan oleh civic education. Misalnya NCSS Negara yang baik adalah memiliki
informasi analitis, memiliki komitmen terhadap nilai-nilai terlibat atau berpartisipasi
dalamkehidupan . Dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989, yaitu warga Negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Hakikat Cakupan IKN-PKN Substansinya berupa demokrasi dan cara membina dan
mengembangkan pemahanaman sikap dan perilaku demokrasi pada kalangan setiap warga
negara Antara tujuan IKN dengan tujuan PPKn, memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Tujuan IKN yang mendeskripsikan peranan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan
(politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam), merupakan sumbangan yang sangat berharga
bagi PPKn dalam mengidentifikasi sifat-sifat warga negara yang baik sekaligus dalam upaya
pembinaannya.

Dengan demikian tujuan IKN dapat dinyatakan dimaksud untuk menunjang tujuan
PKN, terutama dalam pengembangan konsep dan teoriteori yang berkaitan dengan demokrasi
politik, yang sangat penting bagi upaya membina warga negara yang demokratis yang
diharapkan mampu ikut membangun negara yang demokratis berkemanusiaan dan
berkeadilan sosial.
Pada era ‘reformasi’, wacana pembangunan bangsa dan pembangunan karakter
(nation and character building) meletakkan pengakuan atas hak-hak warganegara sebagai isu
sentral dalam masyarakat pluralis yang demokratis. Dengan kata lain, perjuangan dan
pemerolehan hak sipil, hak asasi manusia dan keadilan sosial dan politik diyakini akan lebih
mudah dicapai.

Upaya diwujudkan misalnya melalui amandemen UUD Negara Republik Indonesia


tahun 1945, dan keinginan untuk merestorasi Pancasila akan tetapi setelah hampir 2 windu
kelihatannya harapan ini tidak begitu tampak terkecuali, pada aspek kebebasan berekspresi
dimana kesempatan yang tersedia memang jauh lebih luas tidak terkekang dibandingkan
dengan kesempatan pada masa rezim otoriter. Dilain pihak di era transisi demokrasi bangsa
Indonesia justru dihadapkan pada berbagai fenomena yang mempengaruhi
kewarganegaraannya, seperti nasionalisme ekonomi, etika sosial, pengaruh globalisasi dari
kemajuan teknologi, degradasi lingkungan, lokalisme demokratis, dan multikulturalisme,
semua masalah yang disebutkan belakangan ini merupakan tantangan berat dalam revitalisasi
cita sipil khususnya melalui Pendidikan Kewarganeraan.

Sejumlah ahli mengatakan bahwa tantangan besar ke depan lainnya bagi bangsa
Indonesia adalah menumbuhkan budaya dan kehidupan demokrasi (cultural democracy) pada
berbagai komponen masyarakat, mulai dari elit politik, para birokrat dalam sistem
pemerintahan, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, kaum intelektual, hingga
masyarakat luas.

Kita masih mempunyai PR bahwa budaya dan kehidupan demokrasi harus terjadi
pada berbagai komponen masyarakat karena pembentuka struktur pemerintahan negara yang
demokratis tanpa diimbangi dengan tumbuhnya kehidupan demokrasi pada berbagai
komponen masyarakat akan menjurus pada lahirnya kehidupan demokrasi yang semu atau
sudut demokrasi. Oleh karena itu pembinaan, pemahaman akan prinsip-prinsip serta cara
hidup yang demokratis adalah salah satu tantangan mendasar bagi sistem pendidikan nasional
dalam membentuk dan mengembangkan kehidupan negara dan masyarakat yang semakin
demokratis. Pada tataran Kurikuler Pendidikan Kewarganegaraan baik substansi proses
pembelajaran maupun efek sosial kukturalnya sengaja dirancang dan diprogramkan untuk
mewujudkan program-program pendidikan demokrasi yang bermuara pada pembentukan
karakter Bangsa Indonesia.

Tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan karakter warga negara baik karakter
privat seperti tanggungjawab moral, disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia dari setiap individu maupun karakter publik, misalnya kepedulian sebagai
warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main atau rule of law, berfikir kritis dan
kemauan untuk pendengar bernegoisasi dan berkompromi. Dengan demikian tampak bahwa
peran Pendidikan Kewarganegaraan sangat strategis dalam menumbuhkan karakter privat
maupun karakter publik.

A. Pengertian dan Sifat


Manusia adalah makhluk sosial,yakni makhluk yang senantiasa hidup bersama dengan
sesamanya. Tengok saja misalnya dari diri kita sendiri, dari semenjak lahir hingga sekarang
ini senantiasa hidup bersma dengan sesama manusia lainnya. Jabang bayi yang dilahirkan
dalam keadaan tergolek lemah, ibunda dan bapak kitalah yang merawatnya dengan penuh
kasih sayang hingga kita tumbuh dan berkembang. Setelah memasuki usia dini orang tua
mendaftarkan kita ke sekolah agar memperoleh berbagai pengetahuan dan kecakapan untuk
bekal hidup kelak di kemudian hari. Para guru di sekolah mendidik para siswa dengan penuh
kesabaran hingga pada akhirnya tamat dari sekolah dengan memperoleh berbagai
pengetahuan dan kecakapan hidup. Demikian sekelumit kehidupan seorang anak di tengah-
tengah manusia lainnya. Tidak dapat sempurna seseorang hidup jika menyendiri atau
mengasingkan diri dari kehidupan dengan sesamanya. Itulah sebabnya manusia dinamakan
makhluk sosial, yakni makhluk yang senantiasa hidup bermasyarakat.

Roucek and Warren (1963:3), mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadinya perubahan-
perubahan di dalam struktur sosial.

B. Konsep Dasar
Para ahli sosiologi, sebagaimana halnya para ahli ilmu sosial lainnya, masih terus bekerja
mengembangkan konsep-konsep dasar yang memiliki makna yang akurat dan diterima secara
luas dalam lapangan disiplin sosiologi. Konsep-konsep seperti pranata sosial, struktur sosial,
komunitas, dan nilai sering kali didefinisikan berbeda. Hal yang dapat menimbulkan masalah
dalam proses penelitian. Dua orang ahli sosiologi yang meneliti struktur sosial komunitas
kelas menengah di Indonesia misalnya, akan memperoleh kesimpulan yang berbeda jika
mereka bekerja dengan definisi yang berbeda.
a. Sosialisasi
Pengertian Para ahli sosiologi berasumsi bahwa nilai-nilai kemanusiaan seorang individu
tidak diperoleh sejak kelahirannya melainkan diperoleh melalui interaksi dengan dan belajar
dari sesamanya dalam berbagai kelompok sosial. Dengan kata lain nilai-nilai kemanusiaan itu
tidak dilahirkan melainkan dipelajari melalui interaksi sosial dalam kelompok. Pemerolehan
nilainilai kemanusiaan itu dilakukan melalui sosialisasi, yakni proses masuknya seseorang
individu menjadi anggota kelompok sosialnya dengan mempelajari budaya dan peran yang
harus dijalankannya. Anak-anak menguasai berbagai sikap, nilai, dan perilaku diperlukan
untuk dapat bertahan hidup dalam komunitasnya di tengah-tengah kehidupan manusia lain
dalam kelompok sosialnya.

b. Norma dan Sanksi


Norma-norma itu memberikan rambu-rambu perbuatan mana yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Peraturan itu memberi petunjuk kepada manusia, bagaimana ia harus bertingkah
laku di dalam masyarakat. Dengan adanya norma memungkinkan seseorang untuk terlebih
dahulu bagaimana tindakannya akan dinilai orang lain. Norma juga merupakan kriteria bagi
orang lain untuk mendukung atau menolak nilai seseorang. Norma juga selain memberikan
aturan, juga memberi sanksi yang merupakan daya ikat bagi angogota masyarakat untuk
mematuhinya. Norma adalah patokan atau aturan untuk mengarahkan perilaku. Norma
membimbing kita apakah perilaku itu benar atau salah, pantas atau tidak pantas dilakukan.
Dalam kehidupa masyarakat, orang-orang berpandangan bahwa berpakaian itu berbeda pada
kesempatan dan situasi sosial yang berbeda.

c. Nilai
Jadi nilai iu adalah segala sesuatu yang dianggap berharrga, baik, suci, atau sakral bagi
seseorang. Apabila masyarakat luas memandang sesuatu itu berhaga, baik, suci, atau sakral
maka sesuatu iu dianggap memiliki nilai sosial. Karena nilai merupakan sesuatu yang
berharga, baik, suci, atay sakral hal tersebut akan mendorong seseorang untuk memilikinya
dengan berbagai cara baik dengan cara “legal” (sesuai aturan/hukum) maupun ‘ilegal’ (tidak
sesuai aturan/hukum). Oleh karena itu perlu dibuat norma untuk mengatur agar dalam
mencapai sesuatu yang dianggap “bernilsi” tersebut orang tidak merugikan orang lain.
Supaya norma ditaati, perlu sanksi sebagai sarana penegakan norma.

d. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah proses hubungan saling pengaruh mempengaruhi yang terjadi antara
seseorang dengan seorang lainnya, antara seseorang dengan kelompok, maupun antara
kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial tidak terjadi dengan sendirinya. Untuk
terjadinya interaksi sosial harus ada dua syarat, yakni harus terjadi kontak sosial dan
komunikasi. Orang saling bertemu muka atau berbicara melalui pesawat telepon adalah
contoh kontak sosial. Dengan demikian kontak sosial itu ada yang langsung bertatap muka
(dinamakan kontak sosial primer) da nada yang menggunakan perantara (dinamakan kontak
sosial sekunder). Misalnya seorang anak yang tinggal di luar kota menjenguk ibunya di
kampong merupakan contoh kontak sosial primer, sedangkan apabila ia hanya menelepon
saja untuk memastikan apakah ibunya itu baik-baik saja merupakan contoh kontak sosial
sekunder.

e. Konflik Sosial
Terjadinya konflik atau pertentangan sering kali diawali oleh adanya perbedaanperbedaan
pribadi maupun kelompok dengan pihak lain. Perbedaan-perbedaan tersebut, misalnya ciri-
ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku dan seterusnya. Ciri
tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadisuatu pertentangan. Perasaan
memegang pernan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan tersebut sedemikian
rupa, sehingga masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan. Perasaan
tersebut biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan dorongandorongan
untuk melukai atau menyerang pihak lain, atau untuk menekan dan menghancurkan individu
atau kelompok yang lain menjadi lawan.
Penutup
Untuk menjawab semua persoalan tersebut, diantaranya ada beberapa gagasan, Kajian
dasar kewarganegaraan dalam kehidupan dimasyarakat diantaranya peranan warga negara
atau hak dan kewajiban warga negara, mendeskripsikan tentang peranan warga negara dalam
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan untuk beberapa gagasan Ilmu
Sosiologi dalam kehidupan dimasyarakat diantaranya, pemerolehan nilai-nilai kemanusiaan
itu dilakukan melalui sosialisasi, yakni proses masuknya seseorang individu menjadi anggota
kelompok sosialnya dengan mempelajari budaya dan peran yang harus dijalankannya.

Apabila masyarakat luas memandang sesuatu itu berhaga, baik, suci, atau sakral maka
sesuatu itu dianggap memiliki nilai sosial. Lebih sederhananya gagasan Disiplin Ilmu
Sosiologi dalam kehidupan dimasyarakat adalah interaksi sosial, untuk terjadinya interaksi
sosial harus ada dua syarat, yakni harus terjadi kontak sosial dan komunikasi. Orang saling
bertemu muka atau berbicara melalui pesawat telepon adalah contoh kontak sosial. Dengan
demikian kontak sosial itu ada yang langsung bertatap muka (dinamakan kontak sosial
primer) da nada yang menggunakan perantara (dinamakan kontak sosial sekunder).

Jadi dapat disimpulkan, bahwa untuk menerapkan Kajian Dasar Kewarganegaraan


dan Disiplin Sosiologi dalam kehidupan masyarakar untuk melaksanakannya atau
menerapkannya adalah harus dengan cara secara tidak langsung. Karena di kehidupan
masyarakat bahwa penerapan Kajian Dasar Kewarganegaraan dan Disiplin Sosioligi itu
sering terjadi tanpa disadari. Dan juga bila diteliti lebih dalam pada kehidupan di masyarakat
sudah jelas bahwa penerapannya sudah dilakukan oleh setiap warga negara di masyarakat.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai